Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

PERAN PEMUDA DALAM PEMILU


DOSEN PENGAMPU
Siti Muslimah S.H., M.H

DISUSUN OLEH
Bonar Eko Prasetyo (K1523018)
Ilham Jungkung Prastya (K1523042)
Nia Ramadhani (K1523054)
Rangga Bagus Az Zahra (K1523060)
Umu Hani Latifah (K1523074)

UNIVERSITAS SEBELAS MARET


S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
2023

i
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya, sehingga
penulis dapat menyusun Makalah Peran Pemuda dalam Pemilu untuk memenuhi tugas mata
kuliah Pendidikan Pancasila. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Siti Muslimah S.H.,
M.H yang telah memberikan tugas yang sangat bermanfaat untuk mahasiswa dalam memahami
mata kuliah Pendidikan Pancasila di masa sekarang ini.
Harapan kami makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan kami
selaku penulis dan juga menambah pengetahuan pembaca.
Kami juga menyadari bahwa dalam penyajian makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritrik para pembaca untuk
membangun kesempurnaan makalah ini. Khususnya kepada Ibu dosen pengampu mata kuliah
beserta teman-teman guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik
di masa yang akan datang.

Surakarta,14 November 2023


Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1. Latar Belakang ............................................................................................ 1
2. Rumusan Masalah ....................................................................................... 1
3. Tujuan ......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 2
1. Pengertian Pemilu ....................................................................................... 2
2. Sejarah Pemilu ............................................................................................ 3
3. Peran Pemuda Dalam Pemilu...................................................................... 4
4. Tantangan Pemuda Dalam Pemilu .............................................................. 5
BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 7
1. Kesimpulan ................................................................................................. 7
2. Saran ........................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 8

ii
i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemuda sebagai generasi penerus bangsa yang memiliki peran dalam kemajuan
bangsa Indonesia. Pemuda memiliki peranan dalam percepatan pembangunan
kehidupan berbangsa dan bernegara. Baik dan buruk suatu negara dapat dilihat dari
kualitas pemuda bangsa itu sendiri, karena pemuda selaku penerus generasi bangsa.
Pemuda harus memiliki karakter yang kuat dalam membangun bangsa dan negara, yang
memiliki kepribadian tinggi, serta semangat nasionalisme.
Pemilihan umum merupakan sarana dalam pelaksanaan kedaulatan rakyat yang
dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Hal ini sesuai
dengan prinsip demokrasi, yaitu “dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat” seperti
yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
pasal 1 ayat 2.
Umumnya yang berperan dalam pemilihan umum dan menjadi peserta
pemilihan umum adalah partai-partai politik. Partai politik yang menyalurkan aspirasi
rakyat dan mengajukan calon-calon untuk dipilih oleh rakyat melalui pemilihan itu.

1.2 Rumusan Masalah


Dalam penulisan makalah ini dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan pemilu?
2. Bagaimana sejarah terjadinya pemilu?
3. Bagaimana peran pemuda dalam pelaksanaan pemilu?
4. Apa tantangan yang dihadapi pemuda dalam pemilu?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui tentang pemilihan umum.
2. Untuk memahami sejarah dari pemilihan umum.
3. Mengetahui peran pemuda dalam pelaksanaan pemilihan umum.
4. Mengetahui tantangan yang dihadapi pemuda dalam pelaksanaan pemilu.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pemilu
Pemilihan umum atau disingkat pemilu adalah proses demokrasi untuk memilih
wakil rakyat atau pejabat pemerintahan secara langsung oleh warga negara dalam suatu
negara. Pemilihan umum merupakan mekanisme penting dalam sistem demokrasi
modern yang memungkinkan rakyat untuk berpartisipasi dalam menentukan pemimpin
dan kebijakan negara.
Pengertian pemilihan umum berdasarkan para ahli :
1. Ramlan Surbakti
Surbakti menyatakan bahwa pemilu sebagai sebuah instrumen dirumuskan
sebagai : (1) mekanisme pendelegasian sebagai kedaulatan dari rakyat kepada
peserta pemilu dan/atau calon anggota DPR, DPD, DPRD, Presiden/Wakil
Presiden, dan Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah untuk membuat dan
melaksanakan keputusan politik sesuai dengan kehendak rakyat; (2) mekanisme
perubahan politik mengenai pola dan arah kebijakan pubik, dan/atau mengenai
sirkulasi elit secara periodik dan tertib; (3) mekanisme perpindahan berbagai
macam perbedaan dan pertentangan kepentingan dari masyarakat kedalam lembaga
legislatif dan eksekutif untuk dibahas dan diputuskan secara terbuka dan beradab.
Pemilu oleh Ramlan Surbakti disebut sebagai “Instrumen”. Instrumen bisa
berarti alat, atau “fasilitas” untuk menuju ke satu tujuan. Ramlan membaginya
menjadi tiga tujuan, dimana ketiga hal tersebut adalah untuk mewujudkan
pemerintahan yang demokratis, beradab dan yang pasti adalah pembatasan
kekuasaan secara berkala.
Definisi dari Ramlan Surbakti ini sebenernya penegasan terhadap definisi lama,
dimana ia menyebutkan bahwa pemilu diartikan sebagai “mekanisme penyeleksian
dan pendelegasian atau penyerahan kedaulatan kepada orang atau partai yang
dipercayai.”
2. Jimly Asshiddiqie
Menurut Jimly Asshiddiqie, pemilu adalah merupakan cara yang
diselenggarakan untuk memilih wakil-wakil rakyat secara demokratis. Asshiddiqie
berangkat dari konsep kedaulatan rakyat dengan sistem perwakilan atau yang
disebut dengan representative democracy. Didalam praktik yang menjalankan

2
kedaulatan rakyat adalah wakil-wakil rakyat yang duduk dilembaga perwakilan
rakyat yang disebut parlemen. Para wakil rakyat itu bertindak atas nama rakyat, dan
wakil-wakil rakyat itulah yang menentukan corak dan cara bekerjanya
pemerintahan, serta tujuan apa yang hendak dicapai baik dalam jangka panjang
maupun dalam jangka waktu yang relatif pendek. Agar wakil-wakil rakyat benar-
benar bertindak atas nama rakyat, wakil-wakil itu harus ditentukan sendiri oleh
rakyat, yaitu melalui pemilihan umum (general election).
2.2 Sejarah Pemilu
Sejarah Pemilu di Indonesia telah mengalami berbagai perubahan dan evolusi
sejak masa kolonial hingga era modern. Berikut adalah gambaran singkat mengenai
sejarah pemilu di Indonesia:
1. Pemilu Kolonial (1905-1942)
Pemilu di Indonesia dimulai pada masa penjajahan kolonial Belanda. Pemilu
pertama diadakan pada tahun 1905, di mana sejumlah perwakilan pribumi
dipilih untuk duduk di Volksraad (Dewan Rakyat), badan legislatif yang
didominasi oleh Belanda. Namun, Volksraad memiliki kekuasaan terbatas dan
peran pribumi dalam proses pemilihan sangat terbatas.
2. Periode Kemerdekaan (1945-1959)
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, Pemilu
pertama di Indonesia diadakan pada tahun 1955. Pemilu tersebut adalah Pemilu
Konstituante, yang bertujuan untuk memilih anggota badan legislatif yang akan
menyusun konstitusi negara. Partai-partai politik yang beragam ikut serta dalam
pemilu ini, termasuk Partai Nasional Indonesia (PNI), Partai Komunis
Indonesia (PKI), dan Partai Masyumi.
3. Demokrasi Terpimpin (1959-1965)
Pemilu pada periode ini berlangsung dalam suasana politik yang tidak
demokratis karena adanya sistem Demokrasi Terpimpin yang diterapkan oleh
Presiden Soekarno. Partai-partai politik diberangus dan digantikan oleh satu
partai tunggal, yakni Partai Nasional Indonesia (PNI) yang berkuasa.
4. Orde Baru (1966-1998)
Setelah G30S/PKI dan jatuhnya Soekarno, Soeharto menjadi presiden dan
memimpin era Orde Baru. Pemilu diatur oleh UU No. 5 Tahun 1975 dan UU
No. 2 Tahun 1985 yang menetapkan sistem Dwifungsi ABRI, di mana
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) berperan dalam politik dan
sosial kemasyarakatan. Partai Golkar, sebagai partai penguasa, mendominasi
pemilu pada periode ini.
5. Reformasi (1998-sekarang)
Pada tahun 1998, Indonesia mengalami reformasi politik yang
menggulingkan rezim Soeharto. Perubahan politik ini membuka jalan bagi
perubahan sistem politik dan proses pemilu. Pada tahun 1999, pemilu legislatif

3
dan presiden diadakan kembali dengan partai-partai politik yang lebih bebas dan
pluralis.

2.3 Peran Pemuda Dalam Pemilu


Pemuda memiliki sifat kritis, oleh karena itu setiap keputusan mereka selalu
menghasilkan keputusan yang rasional. Ketelitian para pemuda inilah yang kadang bisa
menentukan pemimpin yang berkualitas. Banyak yang mereka pikirkan sebelum
memilih apalagi pada masa kampanye akan banyak berita yang mereka dapatkan lewat
smartphone.

Hal ini tentu saja meningkatkan penilaian mereka terhadap calon calon
pemimpin tersebut. Berbeda dengan beberapa orang dewasa yang kadang justru sering
terpengaruh dengan hasutan uang, dan janji janji lainnya. Hal itulah yang menyebabkan
Indonesia tetap menjadi negara berkembang karena kesalahan pemilihan dalam pemilu.
Dari peranan pemuda tersebut semoga bisa membawa perubahan bagi bangsa dan
negara Indonesia khususnya dalam bidang politik dan demokrasi.
Pemilih pemula menjadi sumber suara politik yang strategis namun belum
maksimal dalam pemberian sosialisasi khusus kepada pemilih pemula. Karakter
pemilih pemula biasanya masih labil, cenderung mengikuti pilihan teman dan baru
pertama kali terlibat dalam pemilihan umum sehingga pengetahuan politiknya masih
minim. Salah satu tolak ukur bagi tingkat partisipasi politik masyarakat adalah melalui
hasil suatu pemilihan umum. Partisipasi politik akan semakin besar jika adanya
sosialisasi kepada pemilih terhadap pelaksanaan pemilu, tidak terkecuali sosialisasi
kepada pemilih pemula yang baru pertama kali menggunakan pilihnya. Masyarakat
yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup akan merasa kebingungan tentang tata
cara mencoblos serta dengan banyaknya calon legislatif pada pemilu legislatif.
Sosialisasi diperlukan juga untuk memberikan pengetahuan kepada pemilih terutama
pemilih pemula mengenai jadwal pelaksanaan dan tata cara mencoblos serta
pengetahuan lain yang dianggap perlu sehingga masyarakat selaku pemilih memiliki
pengetahuan yang baik mengenai pemilu legislatif serta mampu menjadi pemilih
pemula yang cerdas.
Seorang anak sebagai pemilih pemula yang memiliki kemampuan untuk ambil
bagian dalam pembicaraan di dalam keluarga, sekolah, dan pekerjaan merupakan
hubungan yang menarik untuk dikaji jika hal tersebut dikaitkan antara peran serta dalam
bidang tersebut dengan kemampuan berpartisipasi dalam politik. Hal lain yang dapat
mempengaruhi partisipasi politik pemilih pemula adalah intervensi orang tua maupun
lingkungan. Partisipasi pemilih pemula dalam pemilu seperti pada pemilu legislatif
memiliki kecenderungan sebatas melaksanakan hak namun kesadaran akan esensi
pemilu itu sendiri belum sepenuhnya dipahami. Perilaku pemilih pemula masih
berkaitan erat dengan faktor sosiologis dan psikologis. Usia pemilih pemula yang
berkisar antara 17-21 tahun rentan untuk dipengaruhi politik praktis terutama karena
motivasi yang ada dalam diri pemilih pemula dipengaruhi oleh rasa penasaran untuk
ikut pemilu pertama kali.

4
Jika dicermati secara mendalam, tempat belajar politik pemilih pemula biasanya
tidak jauh dari ruang yang dianggap memberikan rasa nyaman bagi diri mereka.
Berdasarkan hal tersebut, menarik untuk dikaji mengenai agen- agen sosialisasi yang
meliputi keluarga, sekolah/kampus/tempat kerja, teman, media massa, dan kontak-
kontak politik langsung untuk mempengaruhi partisipasi politik pemilih pemula

Peningkatan partisipasi politik tidak hanya dilakukan pada pemilih secara umum, tapi
juga perlu dipertimbangkan segmentasi pada pemilih- pemilih tertentu. Seperti halnya
pada pemilih pemula. Pemilih pemula secara umum berjumlah sekitar 20% dari total
pemilih. Jadi ketika pemilih mampu diarahkan untuk berpartisipasi aktif dalam pemilu,
peluang untuk meningkatnya tingkat partisipasi dalam pemilu akan cukup teratur.

Sebenarnya pemilih pemula secara psikologis juga rentan. Perilaku memilih


mereka masih belum rasional, dan lebih pada pengaruh-pengaruh eksternal. Dalam
penelitian Jennings dan Nieni (1990) terungkap bahwa anak- anak pada usia SMU
cenderung menyokong calon politik yang sama seperti orangtua mereka. Ditambah lagi
kecenderungan para pemuda yang biasanya mudah terpengaruh dengan teman
sebayanya. Peer group akan menjadi penentu keputusan dalam perilaku memilih pemilu
pemula. Hal ini dikarenakan kelompok sebaya merupakan salah satu hal yang
terpenting dalam penentuan sikap selain media massa dan kelompok lembaga sekolah,
dan keagamaan.

2.4 Tantangan Pemuda Dalam Pemilu


Tantangan terbesar dalam pemilu yang akan dihadapi pemilih dari pemuda saat
ini, mereka mampu mempertahankan independensi pikiran di tengah serbuan opini dan
propaganda di tahun politik. Yang paling dikhawatirkan ialah bila di antara para
pemuda kita terbawa dan teracuni oleh sentimen-sentimen politik yang diproduksi elite.
Termasuk di dalamnya pihak yang dengan sengaja mempersempit sudut pandang dan
objektivitas yang dapat mempengaruhi para pemilih pemula. Bagaimanapun, para
pemuda khususnya yang berstatus pemilih pemula belum memiliki pijakan yang kokoh.
Mereka bukanlah generasi tua yang kaya pengalaman dan biasanya teguh pada
pendirian.
Bisa dikatakan bahwa generasi muda khususnya para pemilih pemula menjadi
pihak yang rawan untuk dipengaruhi dan dipropaganda lewat berbagai saluran media.
Pemuda yang masih minim jam terbang dalam dunia kepemiluan harus segera
menyadari, bahwa mereka akan dihadapkan pada serbuan berita. Terlebih di tahun
politik nanti yang hampir pasti isinya sarat dengan subjektivitas. Itu merupakan
tantangan aktual yang menuntut para pemuda untuk mengadaptasikan diri dengan baik
di tengah dinamika dan suhu politik yang semakin meningkat. Pada akhirnya kita
semua hanya berharap bahwa besarnya hak suara yang dimiliki oleh generasi muda
pada Pemilu 2024, semoga berbanding lurus dengan besarnya kesadaran serta tanggung
jawab mereka dalam menentukan nasib bangsa ke depan.
Selain itu tantangan pemuda dalam pemilu ada juga sebagai berikut :
● Ketidak pedulian dan ketidak minatan. Salah satu tantangan utama adalah
kurangnya minat dan ketidakpedulian dari sebagian pemilih muda terhadap
proses politik dan pemilu. Faktor-faktor seperti kurangnya pemahaman tentang

5
pentingnya partisipasi politik, kurangnya kesadaran akan isu-isu politik, dan
ketidaktahuannya tentang proses pemilihan dapat mempengaruhi partisipasi
mereka.
● Kurangnya Representasi: Pemilih muda sering merasa bahwa suara mereka
tidak diwakili dengan baik dalam sistem politik. Kurangnya keterwakilan
pemuda dalam posisi politik dan kebijakan yang kurang memperhatikan
kepentingan mereka dapat mengurangi motivasi partisipasi mereka.
● Hambatan Registrasi dan Akses ke Tempat Pemungutan Suara: Beberapa
negara menghadapi tantangan dalam hal registrasi pemilih muda. Prosedur
registrasi yang rumit atau kurangnya akses ke tempat pemungutan suara yang
nyaman dapat menjadi hambatan bagi partisipasi pemilih muda.

6
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Peran pemuda merupakan salah satu hal penting dalam mengisi kemerdekaan
dan pembangunan nasional dapat memberikan dampak positif bagi pertumbuhan
bangsa, termasuk penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu). Para pemuda harus
diberikan pemahaman mengenai hak suara dalam Pemilu itu sangatlah penting, sebab
hak suara mereka itu yang menentukan pemimpin bangsa ini sebagai penentu
kebijakan, yang nantinya kebijakan itu berdampak pada mereka sendiri.
Kontribusi pemuda sangatlah diperlukan dalam berdemokrasi. Namun
sayangnya, banyak pemuda untuk saat ini yang acuh terhadap berjalannya politik di
Indonesia. Mereka menilai bahwa politik cenderung berpikiran buruk, terlebih
banyaknya berita-berita yang beredar dari media sosial yang menyebutkan banyaknya
kasus penyelewengan wewenang oleh oknum-oknum politik. Dan sudah saatnya
generasi muda untuk ambil andil atau turun tangan dan aktif dalam pemilu. Serta
menghilangkan sikap apatis politik atau acuh tak acuh terhadap politik..
3.2 Saran
Pemuda mencakup kelompok yang beragam dalam masyarakat. Partisipasi
mereka mencerminkan keragaman keyakinan, aspirasi, dan kebutuhan yang tidak selalu
terwakili oleh kelompok usia yang lebih tua, sehingga Keterlibatan mereka dalam
pemilu adalah langkah penting untuk memastikan pembentukan kebijakan dan
keputusan yang mencerminkan kebutuhan dan harapan generasi mendatang.
Dengan keterlibatan pemuda yang kuat, pemerintahan mendapatkan legitimasi
tambahan. Hal ini membantu menciptakan kepercayaan masyarakat terhadap proses
politik dan institusi pemerintah.

7
DAFTAR PUSTAKA
https://fisip.umsu.ac.id/2023/07/24/pengertian-dan-sejarah-pemilu-di-indonesia/
https://images.app.goo.gl/NueeqZz3Covt255s5
https://images.app.goo.gl/HJfcHUa5zroa8kKS7
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=N8NoDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR4&
dq=pengertian+pemilu+menurut+para+ahli&ots=_wcaiGTiFO&sig=dSu-
ljvw4as2OC84JizomXxt1i0&redir_esc=y#v=onepage&q=pengertian%20pemilu%20me
nurut%20para%20ahli&f=false
https://mediaindonesia.com/opini/535447/pemuda-dan-pemilu-2024
https://www.kompasiana.com/ymsrill/647fc83a822199322507f272/partisipasi-pemilih-
pemuda-dalam-pemilu-tantangan-dan-peluang

Anda mungkin juga menyukai