Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Konsep Dasar PPKn SD
KELAS 1D
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami haturkan kepada tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah dan
hidayahnya kami dapat mengumpulkan tugas ini dengan tepat waktu. Tidak pula kami
mengucapkan terimakasih kepada Bapak Fathurrohman M.Pd. yang telah memberikan tugas
ini, ada banyak hal yang bisa kami pelajari melalui penugasan yang diberikan.
Makalah dengan judul “Demokrasi Di Indonesia“ kami susun guna memenuhi tugas
Mata kuliah Konsep Dasar PPKn SD. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan bagi penulis dan juga bagi para pembaca.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata kami ucapkan terimakasih, semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi
kita semua.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................1
C. Tujuan...............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................3
A. Kesimpulan.....................................................................................................................12
B. Saran...............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai negara yang memiliki corak kebudayaan dan berbagai macam agama,
Indonesia menganut sistem pemerintahan Demokrasi, karena dianggap cocok dengan
corak Indonesia yang multikultural. Sejak pertama kali hingga sekarang Indonesia
merupakan sebuah Negara Republik yang menganut sistem Demokrasi. Sebagian
kelompok merasa merdeka dengan diberlakukannya sistem demokrasi di Indonesia
walaupun masih terdapat beberapa kekurangan dan tantangan dalam pelaksanaannya.
Dengan diberlakukannya sistem demokrasi, maka kebebasan pers sudah menempati
ruang yang sebebas-bebasnya sehingga setiap orang berhak untuk menyampaikan
pendapat dan aspirasi yang dimiliki.
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kabinet Natsir
Kabinet Sukiman
4
Kabinet Wilopo
Kabinet Djuanda
Pada masa ini terdapat kebebasan yang diberikan kepada rakyat tanpa
pembatasan dan persyaratan yang tegas dan nyata untuk melakukan kegiatan
politik, sehinga berakibat semakin banyak partai-partai politik yang bermunculan.
Persaingan secara terbuka antar partai sangat kentara dalam panggung politik
nasional. Masing-masing partai berusaha untuk mencapai cita-cita politiknya.
Akibatnya, pada penyelenggaraan pemilu yang pertama, sejak Indonesia
diproklamirkan, sangat banyak partai yang menjadi kontestan pemilu. Sistem
banyak partai ini berakibat pada kabinet baru yang akan berjalan, yaitu akan
mantap apabila didalamnya terdapat koalisi (ukasah martadisastra, 1987 : 144).
Adanya koalisi antara berbagai partai yang besar ini dikarenakan tidak ada satupun
partai yang menang secara mayoritas mutlak. Efek negatifnya terhadap kabinet
adalah jatuh bangunnya kabinet dalam tempo singkat karena partai yang berkuasa
kehilangan dukungan di parlemen. Akibat selanjutnya, program kerja kabinet yang
bersangkutan tidak dilaksanakan.
5
Kebebasan Individu Terfasilitasi
Sebagai alat maka demokrasi terpimpin mengenal juga kebebasan berserikat dan
berkumpul dan berbicara dalam batas-batas tertentu yaitu batas keselamatan
negara, batas kepentingan rakyat banyak, batas kesusilaan dan batas
pertanggungjawaban kepada Tuhan dan seterusnya (Ukasah Martadisastra,
1987:147. Atas dasar pernyataan tersebut jelaslah bahwa struktur demokrasi
terpimpin bertujuan untuk menstabilkan kondisi negara baik kestabilan politik,
ekonomi maupun bidang-bidang lainnya. Walaupun demikian maksud Presiden
tersebut tidak mendapatkan tanggapan dari konstituante. Sementara itu konstituante
tidak dapat menjalankan fungsinya sebagaimana mestinya. Konstituante terlibat
dalam perdebatan yang berkepanjangan di mana di satu pihak terdapat partai yang
menghendaki sosial ekonomi. Hal ini mengakibatkan golongan terbesar tidak mau
lagi menghadiri sidang- sidang konstitusional, sehingga kegiatannya kemudian
mengalami kevakuman. Ciri-ciri demokrasi terpimpin sebagai berikut.
7
mengembalikan keadaan Indonesia yang kacau balau setelah pemberontakan PKI
September 1965. Orde baru lahir dengan tekad untuk melakukan koreksi atas
berbagai penyimpangan dan kebobrokan demokrasi terpimpin pada masa orde
lama. Pada awalnya, orde baru berupaya untuk memperbaiki nasib bangsa dalam
berbagai bidang. Dalam bidang politik dibuatlah UU No. 15 Tahun 1969 Tentang
Pemilihan Umum, UU No. 16 Tahun 1969 Tentang Susunan dan Kedudukan MPR,
DPR dan DPRD. Atas dasar UU tersebut orde baru mengadakan pemilihan umum
pertama. Pada awalnya rakyat memang merasakan peningkatan kondisi di berbagai
bidang kehidupan, melalui serangkaian program yang dituangkan dalam GBHN
dan Repelita. Setelah mengalami penderitaan sejak penjajahan, awal kemerdekaan
hingga berakhirnya orde lama. Namun demikian, lama-kelamaan program-program
pemerintah orde baru bukannya diperuntukkan bagi kepentingan penguasa. Ambisi
penguasa orde baru mulai merambah ke seluruh sendi kehidupan ketatanegaraan
Indonesia. Kekuasaan orde baru menjadi otoriter, namun seolah-olah dilaksanakan
secara demokratis. Penafsiran pasal-pasal UUD 1945 tidak dilaksanakan sesuai
dengan isi yang tertuang dalam UUD tersebut, melainkan dimanipulasi demi
kepentingan penguasa. Pancasila pun diperalat demi legitimasi kekuasaan. Hal itu
terbukti dengan adanya Ketetapan MPR No. II/MPR/1978, tentang P4 yang dalam
kenyataannya sebagai media untuk propaganda kekuasaan orde baru (Andriani
Purwastuti, 2002:45).
8
5. Demokrasi Pancasila (Era Reformasi)
Lemahnya pelaksanaan demokrasi pada masa orde baru terjadi selain karena
moral penguasanya juga memang terdapat berbagai kelemahan yang terkandung
dalam pasal-pasal UUD 1945. Oleh karena itu, selain melakukan reformasi dalam
bidang politik untuk tegaknya demokrasi melalui perubahan perundang-undangan,
juga diperlukan amandemen UUD 1945. Lima paket UU politik telah diperbarui
pada tahun 1999, yaitu sebagai berikut.
UU No. 2 Tahun 1999 Tentang Partai Politik, yang kemudian diubah lagi
menjadi UU No. 31 Tahun 2002.
UU No. 4 Tahun 1999 Tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR dan
DPRD, yang akhirnya diganti dengan UU No. 22 Tahun 2003 tentang Susunan
dan Kedudukan MPR, DPR, DPD, dan DPRD.
Indonesia sebagai negara demokrasi tidak lagi asing dengan kata musyawarah,
hal tersebut sudah menjadi ciri khas bangsa Indonesia dalam menyelesaikan
masalah bersama. Maka tidak heran lagi jika di Indonesia sering kali melakukan
musyawarah dalam pengambilan keputusan. Sebagai negara demokrasi Indonesia
melakukan musyawarah sebagai salah satu cara untuk pengambilan keputusan.
Musyawara merupakan suatu cara untuk memecahkan suatu permasalahan, dalam
pelaksanaannya setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk menyatakan
kepentingannya dengan tetap bersikap menghargai pendapat orang lain.
10
mufakat bersumber pada hukum adat. Dalam hal ini berarti cara pengambilan
keputusan dengan musyawarah didasari dengan toleransi, dimana kepentingan
bersama lebih diutamakan dari kepentingan individu atau kelompok.
Kelemahan dari sistem ini adalah akan berakibat suatu masalah akan dipecahkan
dalam waktu yang lama, sehingga akan berlarut-larut. Dan apabila pihak minoritas
tetap bersikap tidak setuju akan mengakibatkan keputusan tidak pernah dapat
diambil. Dengan demikian pihak minoritas dapat memaksa untuk tidak tercapainya
keputusan. Sebaliknya, kelebihan dari musyawarah untuk mufakat adalah semua
pihak akan merasa diikutsertakan dan dihargai pendapatnya, sehingga hasil yang
dicapai dirasakan sebagai bagian dari kepentingannya.
Apabila diteliti lagi sulit untuk semua orang akan setuju mengenai suatu
masalah, karena tiap orang dan golongan berbeda kepentingan, sehingga mungkin
saja pada suatu saat terjadi bahwa sekelompok kecil menyatakan tidak setuju, maka
Undang-Undang Dasar 1945 memberikan alternatif lain untuk mengambil
keputusan seperti dirumuskan dalam pasal 2 ayat 3, pasal 6A dan pasal 37, yaitu
suatu keputusan yang diambil dapat dilakukan dengan suara terbanyak. Dalam
hukum Tata Negara dikenal beberapa macam keputusan dengan suara terbanyak.
Suara terbanyak mutlak (absolute mayority) yaitu apabila yang setuju jauh
lebih banyak dari yang tidak setuju sehingga perbedaan antara yang setuju dan
tidak setuju terlihat dengan jelas.
Akan tetepi sistem ini memiliki kelemahan yaitu apabila keputusan diambil
hanya dengan suara terbanyak saja, kemungkinan yang akan timbul adalah bahwa
golongan mayoritas akan selalu memaksakan kehendaknya kepada golongan
11
minoritas. Golongan minoritas tidak akan pernah mempunyai kesempatan untuk
menetapkan pendapat dan kehendaknya, apabila pendapatnya itu tidak disetujui
oleh golongan mayoritas. Sebaliknya kelebihan dari sistem dengan suara terbanyak
adalah setiap keputusan dapat diakhiridalam waktu yang relatif jauh lebih pendek
dari musyawarah mufakat (Kusnardi & Hermaily Ibrahim, 1983).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Saran yang dapat diambil dari makalah tersebut adalah untuk terus mempelajari
dan memahami sejarah demokrasi di Indonesia serta memperhatikan kelebihan dan
kelemahan dari setiap sistem demokrasi yang telah diterapkan. Selain itu, penting untuk
terus mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam proses demokrasi dan memperkuat
mekanisme konsensus dan pengambilan keputusan yang inklusif.
12
DAFTAR PUSTAKA
Arta, K. S. (2020). Sistem Pemerintahan Demokrasi Liberal dan Tercapainya Pemilihan Umum
I Pada Tahun 1955 di Indonesia. Jurnal Widya Citra, 1(2), 69-85.
Permatasari, D., & Seftyono, C. (2014). Musyawarah Mufakat atau Pemilihan Lewat Suara
Mayoritas Diskursus Pola Demokrasi di Indonesia. Jurnal Ilmiah Mimbar
Demokrasi, 13(2), 1-13.
Sunarso, Kus Eddy Sartono, Sigit Dwikusrahmadi, Y. Ch. Nany Sutarini. (2006). Pendidikan
Kewarganegaraan. Yogyakarta: UNY Press.
13