Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH DEMOKRASI DI INDONESIA

Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Konsep Dasar PPKn SD

Dosen Pengampu : Fathurrohman M.Pd.

Disusun oleh kelompok 12 :

1. Muhammad Naufal Arkaan


(23010630082) absen 14
2. Kannaya Maheswari
(23010630215) absen
36
3. Hesti Riandani
(23010630221) absen
37

KELAS 1D

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PSIKOLOGI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kepada tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah dan
hidayahnya kami dapat mengumpulkan tugas ini dengan tepat waktu. Tidak pula kami
mengucapkan terimakasih kepada Bapak Fathurrohman M.Pd. yang telah memberikan tugas
ini, ada banyak hal yang bisa kami pelajari melalui penugasan yang diberikan.

Makalah dengan judul “Demokrasi Di Indonesia“ kami susun guna memenuhi tugas
Mata kuliah Konsep Dasar PPKn SD. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan bagi penulis dan juga bagi para pembaca.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata kami ucapkan terimakasih, semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi
kita semua.

Yogyakarta, 1 November 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................1
C. Tujuan...............................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................3

A. Perkembangan Demokrasi di Indonesia...........................................................................3

B. Demokrasi Yang Pernah Berlaku Di Indonesia...............................................................3

C. Pengambilan Keputusan Negara Demokrasi..................................................................10

BAB III PENUTUP..................................................................................................................12

A. Kesimpulan.....................................................................................................................12

B. Saran...............................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai negara yang memiliki corak kebudayaan dan berbagai macam agama,
Indonesia menganut sistem pemerintahan Demokrasi, karena dianggap cocok dengan
corak Indonesia yang multikultural. Sejak pertama kali hingga sekarang Indonesia
merupakan sebuah Negara Republik yang menganut sistem Demokrasi. Sebagian
kelompok merasa merdeka dengan diberlakukannya sistem demokrasi di Indonesia
walaupun masih terdapat beberapa kekurangan dan tantangan dalam pelaksanaannya.
Dengan diberlakukannya sistem demokrasi, maka kebebasan pers sudah menempati
ruang yang sebebas-bebasnya sehingga setiap orang berhak untuk menyampaikan
pendapat dan aspirasi yang dimiliki.

Demokrasi merupakan salah satu bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan


suatau negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat atau negara yang
dijalankan oleh pemerintah. Seluruh warga negara memilki hak yang setara dalam
pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka, dengan mengizinkan
warga negara berpartisipasi baik secara langsung atau melalui perwakilan dalam
perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum. Demokrasi ini dipilih dan
dipelopori oleh Soekarno karena dapat mewakili dan mewadahi aspirasi rakyat. Salah
satu wujud pelaksanaan demokrasi dapat dilihat dari adanya pemilu di Indonesia. Hal
ini karena pemilu melibatkan warga negara Indonesia secara langsung, melalui pemilu
rakyat juga bisa menyampaikan aspirasi dan terlibat langsung dalam pengambilan
keputusan.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan masalah-masalah berikut :

a. Bagaimana perkembangan demokrasi di Indonesia?

b. Apa saja demokrasi yang pernah berlaku di indonesia?

c. Bagaimana pengambilan keputusan dalam negara demokrasi?

1
C. Tujuan

Maksud dari pembuatan makalah ini adalah untuk menyampaikan hal-hal


mengenai demokrasi dan prinsip negara demokrasi sebagai ideologi, yaitu diantaranya
:

d. Menjelaskan perkembangan demokrasi di Indonesia.


e. Menjelaskan demokrasi yang pernah berlaku di indonesia.

f. Menjelaskan pengambilan keputusan dalam negara demokrasi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan Demokrasi di Indonesia

Perkembangnan demokrasi di Indonesia telah mengalami pasang surut.


Dipandang dari sudut perkembangan demokrasi, sejarah Indonesia dapat dibagi dalam
3 masa, yaitu (i) Masa Republik Indonesia I, yaitu masa demokrasi konstitusional, yang
menonjolkan peran parlemen, seta partai-partai dan yang karena itu dapat dinamakan
demokrasi parlemen. (2) Masa Republik Indonesia II, yaitu masa Demokrasi Terpimpin
yang dalam banyak aspek telah menyimpang dari demokrasi konstitusioal yang secara
formal merupakan landasannya dan menunjukan beberapa aspek demokrasi rakyat, dan
(iii) Masa Republik Indonesia III, yaitu Masa Demokrasi Pancasila, yang merupakan
demokrasi konstitusional yang menonjolkan sistem presidensiil (lembaga kepresidenan
sangat dominan, parlemen dibuat tidak berdaya) kekuasaan presiden menjadi tidak
terkontrol.

Kebanyakan pakar menyatakan matinya demokrasi di Indonesia dimulai sejak


diumumkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 oleh Presiden Soekarno sampai dengan
runtuhnya presiden Soeharto, 21 Mei 1998. Dengan kata lain demokrasi terpimpin pada
masa soekarno dan demokrasi pancasila pada masa soeharto sesungguhnya tidak ada
demokrasi. Demokrasi baru mulai hidup kembali sejak era reformasi setelah lengsernya
Soeharto pada tahun 1998, akibat reformasi yang diprakarsai oleh mahasiswa. Sejak itu,
bangsa indonesia mulai belajar demokrasi kembali setelah tenggelam lebih kurang 40
tahun.

B. Demokrasi Yang Pernah Berlaku Di Indonesia

1. Demokrasi di Indonesia Antara Tahun 1945 - 1950

Sebulan setelah Indonesia diproklamasikan, sistem pemerintahan parlementer


berlaku di Indonesia walaupun UUD 1945 tidak menghendaki demikian. Hal ini
3
ditunjang dengan adanya pengumuman pemerintah yang memberikan kebebasan
kepada masyarakat untuk mendirikan partai politik yang mendapat sambutan
antusias dari rakyat. Secara politis lembaga legislatif sebagai pembawa aspirasi
rakyat adalah Komite Nasional Indonesia Pusat. Dilihat dari segi historis,
kehidupan partai-partai politik ini sebenarnya bermula dari penjajahan Belanda dan
Jepang. Namun pada awal Indonesia mengenyam kemerdekaan, tampaknya
konsentrasi seluruh masyarakat dihadapkan sepenuhnya terhadap aksi-aksi militer
dan politik Belanda untuk menguasai kembali Indonesia, sehingga segenap potensi
rakyat dikerahkan untuk mensukseskan revolusi bersenjata ini. Sistem parlementer
ini merupakan produk dari Maklumat Wakil Presiden No. X,16 Oktober 1945.
Pengumuman Badan Pekerja, 11 November 1945 dan Maklumat Pemerintah 14
November 1945 yang menyatakan bahwa tanggung jawab politik terletak di tangan
menteri. Hal ini dipertahankan praktis sampai dikeluarkannya Dekrit Presiden 5
Juli 1959 yang mencabut UUDS 1950 dan menetapkan kembali UUD 1945 sebagai
UUD negara.

Pada saat bangsa Indonesia sedang menghadapi aksi-aksi Belanda, PKI


melancarkan penikaman dari belakang kepada pemerintah RI yang sah. Akibatnya,
beribu-ribu orang yang tidak berdosa menjadi korban keganasan politik dan ambisi
golongan yang tidak bertanggung jawab. Untunglah hal itu dapat segera
dikendalikan oleh kesigapan pemimpin abri.

2. Demokrari Liberal (1950-1959)

Demokrasi liberal adalah sistem politik yang melindungi secara konstitusional


hak-hak individu dari kekuasan pemerintah (Arta & Margi, 2014: 130). Ciri utama
dari demokrasi liberal adalah sering bergantinya kabinet. Hal ini disebabkan oleh
jumlah partai yang cukup banyak. Pergantian ini hampir terjadi setiap tahunnya
yang menandakan bahwa lemahnya kekuatan kabinet sehingga dapat dijatuhkan
oleh partai ataupun orang lain. Berikut kabinet-kabinet pada masa demokrasi
liberal.

 Kabinet Natsir

 Kabinet Sukiman

4
 Kabinet Wilopo

 Kabinet Ali Sastroamijoyo I

 Kabinet Burharuddin Harahap

 Kabinet Ali Sastroamijoyo II

 Kabinet Djuanda

Sejak tanggal 17 Agustus 1950, denga kembalinya RI ke dalam bentuk negara


kesatuan, berlakulah UUD sementara 1950 sebagai pengganti UUD RIS 1949.
Negara menganut sistem pemerintahan parlementer, dimana para menteri
bertanggung jawab kepada badan legislatif (parlemen) serta Presiden dan wakil
Presiden hanyalah sebagai simbol yang tidak memiliki fungsi pemerintahan sehari-
hari. Menurut UUDS 1950, kekuasaan legislatif dipegang oleh presiden, kabinet
dan DPR (Zulkarnain, 2012: 103). Perdana menteri menjalankan roda pemerintahan
sehari-hari serta memimpin kabinet yang telah disetujui oleh presiden. Akibat dari
sistem kepartaian yang menganut sistem multipartai maka partai-partailah yang
menjalankan kekuasaannya melalui parlemen.

Pada masa ini terdapat kebebasan yang diberikan kepada rakyat tanpa
pembatasan dan persyaratan yang tegas dan nyata untuk melakukan kegiatan
politik, sehinga berakibat semakin banyak partai-partai politik yang bermunculan.
Persaingan secara terbuka antar partai sangat kentara dalam panggung politik
nasional. Masing-masing partai berusaha untuk mencapai cita-cita politiknya.
Akibatnya, pada penyelenggaraan pemilu yang pertama, sejak Indonesia
diproklamirkan, sangat banyak partai yang menjadi kontestan pemilu. Sistem
banyak partai ini berakibat pada kabinet baru yang akan berjalan, yaitu akan
mantap apabila didalamnya terdapat koalisi (ukasah martadisastra, 1987 : 144).
Adanya koalisi antara berbagai partai yang besar ini dikarenakan tidak ada satupun
partai yang menang secara mayoritas mutlak. Efek negatifnya terhadap kabinet
adalah jatuh bangunnya kabinet dalam tempo singkat karena partai yang berkuasa
kehilangan dukungan di parlemen. Akibat selanjutnya, program kerja kabinet yang
bersangkutan tidak dilaksanakan.

Ciri-ciri demokrasi liberal sebagai berikut.

5
 Kebebasan Individu Terfasilitasi

 Pembatasan Kekuasaan Pemerintah

 Pemilihan Umum Dilaksanakan Pada Waktu Tertentu

 Suara mayoritas memimpin

3. Demokrasi Terpimpin (Orde Lama)

Istilah demokrasi terpimpin telah dikemukakan oleh Presiden Soekarno sewaktu


membuka Konstituante pada tanggal 10 November 1956. Konsepsi Presiden
Soekarno tentang demokrasi, sebenarnya memuat tiga hal pokok yang terkandung
didalamnya. Pertama, adalah diperkenalkannya gaya kepemimpinan dan sistem
pemerintahan baru yang kemudian dikenal dengan sistem demokrasi terpimpin.
Kedua untuk mewujudkan konsepsi baru tersebut maka ia mengusulkan
pembentukan kabinet gotong royong dengan memasukan seluruh partai politik
termasuk Partai Komunis Indonesia. Ketiga dibentuknya Dewan Nasional yang
terdiri dari sebagian besar golongan fungsional, yang dimaksud golongan
fungsional adalah golongan karyawan yang terdiri dari wakil buruh, tani,
cendekiawan, pengusaha nasional, golongan agama, pemuda, angkatan bersenjata,
wanita dan juga wakil-wakil daerah. Dewan Nasional adalah pencerminan dari
masyarakat secara keseluruha.

Kemudian Presiden Soekarno mengemukakan pokok-pokok demokrasi


terpimpin, antara lain bahwa

 Demokrasi terpimpin bukan diktator.

 Demokrasi terpimpin sesuai dengan kepribadian dan dasar hidup bangsa


Indonesia.

 Dalam hal kenegaraan dan kemasyarakatan meliputi bidang politik dan


kemasyarakatan.

 Inti pimpinan adalah permusyawaratan yang dipimpin oleh hikmat


6
kebijaksanaan bukan oleh perdebatan dan penyiasatan yang diakhiri dengan
pengaduan kekuatan dan perhitungan suara pro dan kontra.

 Oposisi yang melahirkan pendapat yang sehat dan membangun, diharuskan


dalam demokrasi terpimpin.

 Demokrasi terpimpin adalah alat, bukan tujuan.

 Tujuan melaksanakan demokrasi terpimpin adalah mencapai masyarakat adil


dan makmur, material dan spiritual.

Sebagai alat maka demokrasi terpimpin mengenal juga kebebasan berserikat dan
berkumpul dan berbicara dalam batas-batas tertentu yaitu batas keselamatan
negara, batas kepentingan rakyat banyak, batas kesusilaan dan batas
pertanggungjawaban kepada Tuhan dan seterusnya (Ukasah Martadisastra,
1987:147. Atas dasar pernyataan tersebut jelaslah bahwa struktur demokrasi
terpimpin bertujuan untuk menstabilkan kondisi negara baik kestabilan politik,
ekonomi maupun bidang-bidang lainnya. Walaupun demikian maksud Presiden
tersebut tidak mendapatkan tanggapan dari konstituante. Sementara itu konstituante
tidak dapat menjalankan fungsinya sebagaimana mestinya. Konstituante terlibat
dalam perdebatan yang berkepanjangan di mana di satu pihak terdapat partai yang
menghendaki sosial ekonomi. Hal ini mengakibatkan golongan terbesar tidak mau
lagi menghadiri sidang- sidang konstitusional, sehingga kegiatannya kemudian
mengalami kevakuman. Ciri-ciri demokrasi terpimpin sebagai berikut.

 Kepemimpinan yang dominan


 Sentralisasi kekuasaan
 Pemimpin sebagai mediator
 Dominasi partai politik
 Pembatasan kebebasan individu
 Konsensus politik
 Fokus pada tujuan sosial dan ekonomi

4. Demokrasi Pancasila (Era Orde Baru)

Orde baru dibawah pimpinan Soeharto pada awalnya dimaksudkan untuk

7
mengembalikan keadaan Indonesia yang kacau balau setelah pemberontakan PKI
September 1965. Orde baru lahir dengan tekad untuk melakukan koreksi atas
berbagai penyimpangan dan kebobrokan demokrasi terpimpin pada masa orde
lama. Pada awalnya, orde baru berupaya untuk memperbaiki nasib bangsa dalam
berbagai bidang. Dalam bidang politik dibuatlah UU No. 15 Tahun 1969 Tentang
Pemilihan Umum, UU No. 16 Tahun 1969 Tentang Susunan dan Kedudukan MPR,
DPR dan DPRD. Atas dasar UU tersebut orde baru mengadakan pemilihan umum
pertama. Pada awalnya rakyat memang merasakan peningkatan kondisi di berbagai
bidang kehidupan, melalui serangkaian program yang dituangkan dalam GBHN
dan Repelita. Setelah mengalami penderitaan sejak penjajahan, awal kemerdekaan
hingga berakhirnya orde lama. Namun demikian, lama-kelamaan program-program
pemerintah orde baru bukannya diperuntukkan bagi kepentingan penguasa. Ambisi
penguasa orde baru mulai merambah ke seluruh sendi kehidupan ketatanegaraan
Indonesia. Kekuasaan orde baru menjadi otoriter, namun seolah-olah dilaksanakan
secara demokratis. Penafsiran pasal-pasal UUD 1945 tidak dilaksanakan sesuai
dengan isi yang tertuang dalam UUD tersebut, melainkan dimanipulasi demi
kepentingan penguasa. Pancasila pun diperalat demi legitimasi kekuasaan. Hal itu
terbukti dengan adanya Ketetapan MPR No. II/MPR/1978, tentang P4 yang dalam
kenyataannya sebagai media untuk propaganda kekuasaan orde baru (Andriani
Purwastuti, 2002:45).

Pelaksanaan demokrasi Pancasila masih belum sesuai dengan jiwa, semangat,


dan ciri-ciri umumnya. Hal itu terjadi karena presiden begitu dominan baik dalam
suprastruktur maupun dalam infrastuktur politik. Akibatnya, banyak terjadi
manipulasi politik dan KKN menjadi membudaya, sehingga negara Indonesia
terjerumus dalam berbagai krisis yang berkepanjangan. Ciri-ciri Demokrasi
Pancasila pada masa pemerintahan Orde Baru berdasarkan indikator demokrasi,
yaitu:

 Rotasi kekuasaan eksekutif hampir tidak pernah terjadi.

 Rekrutmen politik bersifat tertutup.

 Terjadi kecurangan pada Pemilihan Umum.

 Pelaksanaan hak-hak dasar warga negara lemah.

8
5. Demokrasi Pancasila (Era Reformasi)

Penyelenggaraan negara yang menyimpang dari ideologi Pancasila dan


mekanisme UUD 1945 telah mengakibatkan ketidakseimbangan kekuasaan di
antara lembaga-lembaga negara. Penyelenggaraan negara semakin jauh dari cita-
cita demokrasi dan kemerdekaan. Semua itu ditandai dengan berlangsungnya
sistem kekuasaan yang bercorak absolut karena wewenang dan kekuasaan presiden
berlebihan yang melahirkan budaya kurupsi, kolusi, dan nepotisme sehingga terjadi
krisis multi dimensional pada hampir seluruh aspek kehidupan. Awal keberhasilan
gerakan reformasi ditandai dengan mundurnya Presiden Soeharto dari kursi
kepresidenan dan digantikan oleh wakil presiden Prof. Dr. BJ. Habibie pada tanggal
21 Mei 1998. Pemerintahan Habibie inilah yang merupakan pemerintahan transisi
yang akan membawa Indonesia untuk melakukan reformasi secara menyeluruh
serta menata sistem ketatanegaraan yang lebih demokratis dengan mengadakan
perubahan UUD 1945 agar lebih sesuai dengan tuntutan zaman.

Lemahnya pelaksanaan demokrasi pada masa orde baru terjadi selain karena
moral penguasanya juga memang terdapat berbagai kelemahan yang terkandung
dalam pasal-pasal UUD 1945. Oleh karena itu, selain melakukan reformasi dalam
bidang politik untuk tegaknya demokrasi melalui perubahan perundang-undangan,
juga diperlukan amandemen UUD 1945. Lima paket UU politik telah diperbarui
pada tahun 1999, yaitu sebagai berikut.

 UU No. 2 Tahun 1999 Tentang Partai Politik, yang kemudian diubah lagi
menjadi UU No. 31 Tahun 2002.

 UU No. 3 Tahun 1999 Tentang Pemilihan Umum, yang kemudian juga


diperbarui dengan UU No. 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota
DPR, DPD dan DPRD. Selanjutnya juga keluar UU No. 23 Tahun 2003 tentang
Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden.

 UU No. 4 Tahun 1999 Tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR dan
DPRD, yang akhirnya diganti dengan UU No. 22 Tahun 2003 tentang Susunan
dan Kedudukan MPR, DPR, DPD, dan DPRD.

 UU No. 22 Tahun 1999 Tentang Otonomi Daerah, yang akhirnya diganti


9
dengan UU No. 32 Tahun 2004 yang di dalamnya mengatur tentang pemilihan
kepala daerah secara langsung.

 UU No. 25 Tahun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah.

Pelaksanaan Demokrasi Pancasila pada era reformasi ini telah banyak


memberikan ruang gerak kepada partai politik maupun lembaga negara (DPR)
untuk mengawasi pemerintahan secara kritis, pemberian peluang untuk berunjuk
rasa dan beroposisi, dan optimalisasi hak-hak DPR seperti hak bertanya, interpelasi,
inisiatif, dan amandemen. Berikut ini ciri-ciri demokrasi pada periode reformasi

 Pemilu lebih demokratis

 Rotasi kekuasaan dari pemerintah pusat hingga daerah

 Pola rekrutmen politik terbuka

 Hak-hak dasar warga negara terjamin

C. Pengambilan Keputusan Negara Demokrasi

1. Sistem Pengambilan Keputusan dengan Musyawarah untuk Mufakat

Indonesia sebagai negara demokrasi tidak lagi asing dengan kata musyawarah,
hal tersebut sudah menjadi ciri khas bangsa Indonesia dalam menyelesaikan
masalah bersama. Maka tidak heran lagi jika di Indonesia sering kali melakukan
musyawarah dalam pengambilan keputusan. Sebagai negara demokrasi Indonesia
melakukan musyawarah sebagai salah satu cara untuk pengambilan keputusan.
Musyawara merupakan suatu cara untuk memecahkan suatu permasalahan, dalam
pelaksanaannya setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk menyatakan
kepentingannya dengan tetap bersikap menghargai pendapat orang lain.

Dalam pelaksanaan musyawarah, poin yang ingin dicapai merupakan mufakat,


karena mufakat itu harus didasarkan pada kepentingan bersama untuk mewujudkan
masyarakat adil dan makmur. Mufakat dalam suatu keputusan dikatakan apabila
semua anggota yang bermusyawarah menyetujuinya, jadi sama sekali tidak
diadakan perhitungan suara yang setuju dan tidak setuju. Musyawarah untuk

10
mufakat bersumber pada hukum adat. Dalam hal ini berarti cara pengambilan
keputusan dengan musyawarah didasari dengan toleransi, dimana kepentingan
bersama lebih diutamakan dari kepentingan individu atau kelompok.

Kelemahan dari sistem ini adalah akan berakibat suatu masalah akan dipecahkan
dalam waktu yang lama, sehingga akan berlarut-larut. Dan apabila pihak minoritas
tetap bersikap tidak setuju akan mengakibatkan keputusan tidak pernah dapat
diambil. Dengan demikian pihak minoritas dapat memaksa untuk tidak tercapainya
keputusan. Sebaliknya, kelebihan dari musyawarah untuk mufakat adalah semua
pihak akan merasa diikutsertakan dan dihargai pendapatnya, sehingga hasil yang
dicapai dirasakan sebagai bagian dari kepentingannya.

2. Sistem Pengambilan Keputusan dengan Suara Terbanyak

Apabila diteliti lagi sulit untuk semua orang akan setuju mengenai suatu
masalah, karena tiap orang dan golongan berbeda kepentingan, sehingga mungkin
saja pada suatu saat terjadi bahwa sekelompok kecil menyatakan tidak setuju, maka
Undang-Undang Dasar 1945 memberikan alternatif lain untuk mengambil
keputusan seperti dirumuskan dalam pasal 2 ayat 3, pasal 6A dan pasal 37, yaitu
suatu keputusan yang diambil dapat dilakukan dengan suara terbanyak. Dalam
hukum Tata Negara dikenal beberapa macam keputusan dengan suara terbanyak.

 Suara terbanyak sederhana (simple mayority) yaitu keputusan yang diperoleh


apabila yang setuju lebih banyak dari yang tidak setuju , dan yang setuju itu
sekurang-kurangnya 1/2+1.

 Suara terbanyak mutlak (absolute mayority) yaitu apabila yang setuju jauh
lebih banyak dari yang tidak setuju sehingga perbedaan antara yang setuju dan
tidak setuju terlihat dengan jelas.

 Suara terbanyak ditentukan (qualified mayority) yaitu jika Undang-Undang


Dasar atau Undang-Undang atau Peraturan Tata Tertib suatu lembaga negara
menentukan bahwa keputusan adalah sah apbila memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan, umpamanya seperti pasal 37 Undang-Undang Dasar 1945.

Akan tetepi sistem ini memiliki kelemahan yaitu apabila keputusan diambil
hanya dengan suara terbanyak saja, kemungkinan yang akan timbul adalah bahwa
golongan mayoritas akan selalu memaksakan kehendaknya kepada golongan
11
minoritas. Golongan minoritas tidak akan pernah mempunyai kesempatan untuk
menetapkan pendapat dan kehendaknya, apabila pendapatnya itu tidak disetujui
oleh golongan mayoritas. Sebaliknya kelebihan dari sistem dengan suara terbanyak
adalah setiap keputusan dapat diakhiridalam waktu yang relatif jauh lebih pendek
dari musyawarah mufakat (Kusnardi & Hermaily Ibrahim, 1983).

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Indonesia telah mengalami berbagai bentuk demokrasi, termasuk demokrasi


terpimpin pada era yang berbeda. Era demokrasi terpimpin di bawah Soekarno bertujuan
untuk menstabilkan negara, namun menghadapi tantangan dari konstituante. Era Orde
Baru di bawah Soeharto awalnya membawa perbaikan namun akhirnya menuju
otoritarianisme dan korupsi. Era reformasi melihat transisi dari Soeharto ke Habibie,
yang mengarah pada reformasi komprehensif dan perubahan konstitusi. Pengambilan
keputusan di Indonesia melibatkan konsensus melalui musyawarah dan aturan mayoritas
melalui suara terbanyak. Berbagai bentuk demokrasi ini memiliki kelebihan dan
kelemahan dalam tata kelola pemerintahan Indonesia.

B. Saran

Saran yang dapat diambil dari makalah tersebut adalah untuk terus mempelajari
dan memahami sejarah demokrasi di Indonesia serta memperhatikan kelebihan dan
kelemahan dari setiap sistem demokrasi yang telah diterapkan. Selain itu, penting untuk
terus mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam proses demokrasi dan memperkuat
mekanisme konsensus dan pengambilan keputusan yang inklusif.

12
DAFTAR PUSTAKA

Arta, K. S. (2020). Sistem Pemerintahan Demokrasi Liberal dan Tercapainya Pemilihan Umum
I Pada Tahun 1955 di Indonesia. Jurnal Widya Citra, 1(2), 69-85.

Daha, M. K. (2021). Demokrasi.

Indrajat, H. (2016). Demokrasi Terpimpin Sebuah Konsepsi Pemikiran Soekarno Tentang


Demokrasi. SOSIOLOGI: Jurnal Ilmiah Kajian Ilmu Sosial dan Budaya, 18(1), 53-62.

Permatasari, D., & Seftyono, C. (2014). Musyawarah Mufakat atau Pemilihan Lewat Suara
Mayoritas Diskursus Pola Demokrasi di Indonesia. Jurnal Ilmiah Mimbar
Demokrasi, 13(2), 1-13.

Sunarso, Kus Eddy Sartono, Sigit Dwikusrahmadi, Y. Ch. Nany Sutarini. (2006). Pendidikan
Kewarganegaraan. Yogyakarta: UNY Press.

Tania, P. (2019). Perspektif Abdurrahman Wahid terhadap Pelaksanaan Demokrasi di


Indonesia (Doctoral dissertation, UIN Raden Intan Lampung).

13

Anda mungkin juga menyukai