Anda di halaman 1dari 15

HUKUM TATA NEGARA

“Tinjauan Yuridis Tentang Pelaksanaan Sistem Demokrasi Di Indonesia”


Dosen Pengampu: Muklis, S.H., M.H.

Disusun Oleh:
NATASYA PRISCILIA PANJAITAN (2206200148)
RESSA YAMASYA (2206200127)
SITI YUNITA SARI (2206200138)
KHAIRUL MAULIDAN (2206200128)
ANANDA RAAFI NUGRAHA LUBIS (2206200153)

Kelompok 4
C1 PAGI Semester 3

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah, Tuhan Yang Maha Esa karena dengan dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya , sehingga makalah yang berjudul tentang
Tinjauan Yuridis Tentang Pelaksanaan Sistem Demokrasi Di Indonesia ini dapat
terselesaikan. Makalah ini telah kami selesaikan dengan maksimal berkat kerja keras kami.

Diluar itu penulis sebagai manusia menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan
dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun isi, kami
selaku penyusun menerima segala kritik dan saran dari pembaca.

Demikian yang bisa kami sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah ilmu
pengetahuan dan memberikan manfaat untuk masyarakat luas Dan terima kasih kami ucapkan
kepada Bapak Muklis, S.H., M.H. selaku dosen pengampuh mata kuliah Hukum Tata Negara,
karena telah memberikan penambahan wawasan kepada kami dengan melalui Tugas makalah
ini.

Medan, 5 Desember 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I ( PENDAHULUAN)..............................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................................2
C. TUJUAN PENULISAN................................................................................................2
BAB II (PEMBAHASAN)................................................................................................3
A. PERKEMBANGAN SISTEM DEMOKRASI DI INDONESIA SETELAH ERA
REFORMASI....................................................................................................................3
B. ISU-ISU HUKUM YANG MUNGKIN MEMPENGARUHI STABILITAS DEMOKRASI
DI INDONESIA DAN PENANGANANNYA SECARA YURIDIS................................4
C. PRINSIP-PRINSIP DEMOKRASI YANG TERKANDUNG DALAM UNDANG-
UNDANG DASAR 1945 DAN IMPLEMENTASINYA DALAM SISTEM POLITIK
INDONESIA.....................................................................................................................8
BAB III (PENUTUP).......................................................................................................11
A. KESIMPULAN...........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Secara yuridis, pelaksanaan demokrasi di Indonesia diatur oleh Undang-Undang


Dasar 1945. Prinsip demokrasi tercermin dalam mekanisme pemilihan umum, kebebasan
berserikat, hak bersuara, dan perlindungan hak asasi manusia. Pengawasan terhadap
pelaksanaan demokrasi dilakukan oleh lembaga-lembaga seperti Komisi Pemilihan Umum
(KPU) dan Mahkamah Konstitusi. Meskipun demikian, tantangan seperti korupsi dan
ketidaksetaraan masih menjadi fokus perbaikan untuk memperkuat demokrasi di negara ini.

Ketentuan Pasal 2 ayat (2) UUD 1945 menegaskan bahwa “Kedaulatan berada di
tangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya untuk menurut Undang-Undang Dasar” .
Penegasan kedaulatan berada di tangan rakyat menunjukkan paham negara dalam
menjalankan pemerintahan menganut sistem demokrasi, karena istilah demokrasi menurut
asal kata berarti “rakyat berkuasa” atau “government of rule by the people”. Dalam alinea
keempat pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 secara lugas dinyatakan bahwa Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat. Pernyataan negara berkedaulatan
rakyat menjelaskan bahwa negara Republik Indonesia adalah negara demokrasi.

Demokrasi dalam arti sebenarnya terkait dengan pemenuhan hak asasi manusia.
Dengan demikian ia merupakan fitrah yang harus dikelola agar menghasilkan output yang
baik. Setiap manusia memiliki hak untuk menyampaikan pendapat, berkumpul, berserikat dan
bermasyarakat.

Demokrasi merupakan salah satu bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu
negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat. Begitulah pemahaman yang paling
sederhana tentang demokrasi, yang diketahui oleh hampir semua orang. Demokrasi pada
dasarnya adalah aturan orang, dan didalam sistem politik yang demokratis warga mempunyai
hak kesempatan dan suara yang sama didalam mengatur pemerintahan di dunia publik.

Di Indonesia, pergerakan nasional juga mencita-citakan pembentukan negara


demokrasi yang berwatak anti feodalisme dan antiinterialisme, dengan tujuan membentuk
masyarakat sosialis. Maka dari itu dalam makalah ini Penyusun akan memaparkan tentang
perkembangan dan penerapan demokrasi di Indonesia. Bangsa Indonesia degan segala
keanekaragamannya merupakan suatu ciri khas yang tidak dimiliki oleh negara lain. Kita
memiliki ideologi dan dasar hukum yang sama, tujuannya sama, dan jiwa yang sama,
semuanya terkandung dalam Pancasila dan Pembukaan UUD 1945.

RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana perkembangan sistem demokrasi di Indonesia setelah era reformasi ?

2. Bagaimana isu-isu hukum yang mungkin mempengaruhi stabilitas demokrasi di Indonesia


dan bagaimana penanganannya secara yuridis?

3. Apa saja prinsip-prinsip demokrasi yang terkandung dalam Undang-Undang

Dasar 1945 dan bagaimana implementasinya dalam sistem politik

Indonesia?

TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui perkembangan sistem demokrasi di Indonesia setelah era reformasi

2. Untuk mengetahui isu-isu hukum yang mungkin mempengaruhi stabilitas demokrasi di


Indonesia dan penanganannya secara yuridis

3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip demokrasi yang terkandung dalam Undang-Undang

Dasar 1945 dan implementasinya dalam sistem politik Indonesia


BAB II

PEMBAHASAN

A. perkembangan sistem demokrasi di Indonesia setelah era reformasi

1
Reformasi, sebuah proses yang merujuk pada ikhtiar segenap anak bangsa untuk
mengubah tatanan yang ada, yang dianggap kurang (tidak) mampu mewujudkan amanat dan
tujuan nasional bangsa dan negara Indonesia, telah berlangsung selama kurang lebih dua
puluh tahun lamanya. Peristiwa jatuhnya Presiden Soeharto yang berkuasa selama lebih dari
tiga dasawarsa di negeri ini menjadi katastrofi sejarah yang bisa dianggap sebanding besarnya
dengan peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1945 serta tragedi
berdarah G30S/PKI tahun 1965.

Peristiwa-peristiwa tersebut menandai masa-masa penting peralihan sejarah


Indonesia, serta menjadi titik penting perubahan sosial, politik, ekonomi, serta budaya
Indonesia untuk jangka waktu yang cukup panjang ke depan. Jatuhnya Presiden Soeharto
juga menjadi momen yang selalu menarik untuk dikaji terutama ketika berbincang mengenai
demokrasi sebagai sarana untuk mewujudkan citacita dan tujuan nasional Indonesia.

Pasca reformasi, Indonesia sudah mengarungi empat periode elektoral1 , yakni 1999-
2004, 2004-2009, 2009-2014, hingga 2014-2019. Sejak tahun 1999, secara formal Indonesia
diakui sebagai sebuah entitas demokrasi, khususnya terkait dengan pergantian rezim yang
mengakhiri kekuasaan diktator Presiden Soeharto. Indonesia pasca reformasi juga sudah
cukup banyak melewati fase audit demokrasi yang rezim demokrasi karena telah berhasil
menyelenggarakan pemilihan umum dengan baik.

Indonesia telah keluar dari status sebagai kelompok rezim-rezim kediktatoran. Sejak
tahun 1999, Indonesia telah digolongkan sebagai Indonesia mengelompokkan Indonesia
sebagai rezim yang sukses menjalankan demokrasi elektoral sejak tahun 1998 hingga kini,
meskipun pada tahun 2004, 2006, 2010 serta 2012, muncul penilaian bahwa negeri ini berada
di “simpang jalan”, bersama dengan 29 negara lainnya.
1
Ishadi SK, Media dan Kekuasaan: Televisi di Hari-Hari Terakhir Presiden Soeharto, (Jakarta:
Penerbit Buku Kompas, 2014), hlm. 7
Beberapa faktor yang menyebabkan Indonesia berada pada posisi kritis tersebut
adalah karena rezim pasca reformasi tahun 19982 berkali-kali gagal memenuhi terwujudnya
hak-hak politik dan kebebasan sipil yang merupakan parameter utama tercapainya demokrasi
liberal. Dalam bahasa lain, Indonesia dinilai masih berada pada tahap demokrasi elektoral.
Oleh sebab itulah, Indonesia dimasukkan oleh Economist Intelligence Unit (EIU) ke dalam
kelompok flawed democracy atau demokrasi yang cacat sejak tahun 2006 hingga 2017.

Jalannya demokrasi di era reformasi belum memuaskan ekspektasi publik, khususnya


kalangan akar rumput yang masih dibebat kemiskinan dan kekurangan dalam aspek
pendidikan dan kesehatan. Kalangan akademisi sebagai guardian of the people juga berteriak
lantang dengan menyebut demokrasi Indonesia masih bersifat prosedural, alih-alih
substansial. Demokrasi masih diinterpretasi sebatas prosesi elektoral dan suksesi
kepemimpinan saja. Apabila demokrasi diterjemahkan dalam bahasa yang lebih praksis dan
sederhana seperti penegakan hukum, partisipasi publik, kebebasan pers, fungsionalisasi Trias
Politika secara ideal, kesetaraan gender, kohesivitas masyarakat madani dengan pemerintah,
maka akan ditemui jurang pemisah yang cukup lebar.

Rezim demokrasi pasca reformasi tahun 1998 belum secara optimal menunjukkan
kemampuan dan/ atau kepedulian terhadap penegakan keadilan terhadap beberapa
pelanggaran hak asasi manusia di masa lampau. Dalam konteks kontemporer, rezim
demokrasi pasca reformasi masih belum mampu secara optimal dalam menciptakan
kesetaraan bagi kelompok-kelompok minoritas.

B. Isu-Isu Hukum Yang Mungkin Mempengaruhi Stabilitas Demokrasi Di Indonesia


Dan Penanganannya Secara Yuridis

2
Hermawan Sulistyo, “Historiografi 1998 Revisited”, dalam AE Priyono dan Usman Hamid
3
Isu hukum timbul karena ada dua proposisi hukum yang saling berhubungan satu
sama lain. Beberapa isu hukum yang dapat mempengaruhi stabilitas demokrasi di Indonesia
melibatkan yaitu :

1. Kebebasan Berpendapat

Kebebasan berpendapat merupakan hak setiap individu sejak dilahirkan yang telah
dijamin oleh konstitusi. Oleh karena itu, Negara Republik Indonesia sebagai negara hukum
dan demokratis berwenang untuk mengatur dan melindungi pelaksanaannya. Kemerdekaan
berpikir dan mengeluarkan pendapat tersebut diatur dalam perubahan keempat Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 Pasal 28 E ayat (3) Setiap orang berhak atas
kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat. Kebebasan berekspresi
termasuk kebebasan berpendapat merupakan salah satu hak paling mendasar dalam
kehidupan bernegara. Undang-undang No. 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan
Menyampaikan Pendapat di muka umum pasal 1 ayat (1) kemerdekaan menyampaikan
pendapat adalah hak setiap warga negara untuk menyampaikan pikiran dengan lisan, tulisan,
dan sebagainya secara bebas dan bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Indonesia merupakan negara hukum tentu saja memiliki peraturan yang melindungi hak-
hak asasi manusia. Kehadiran hak asasi manusia sebenarnya tidak diberikan oleh negara,
melainkan asasi manusia menurut hipotesis john locke merupakan hak-hak individu yang
sifatnya kodrati, dimiliki oleh setiap insan sejak ia lahir. 4Salah satunya adalah hak berbicara
dan mengeluarkan pendapat yang dimiliki oleh setiap masyarakat Indonesia tanpa
memandang suku, ras dan agama. Kebebasan berbicara dan mengeluarkan pendapat dapat
dilakukan dalam berbagai bentuk. Misalnya saja tulisan, buku, diskusi, artikel dan berbagai
media lainnya. Semakin dewasa suatu bangsa maka kebebasan berbicara dan mengeluarkan
pendapat semakin dihormati

2. Hak Asasi Manusia

3
Peter Mahmud Muzuki. "The Judge's Task to Find Land under the Indonesian law", Midik, Vol. 19, No. 2,
Maret 2004, hlm. 92-96
4
El Muhtaj Majda, 2007, Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia, Kencanai, Jakarta, hlm.29.
Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki manusia sejak manusia itu
dilahirkan.Hak asasi dapat dirumuskan sebagai hak yang melekat dengan kodrat kita sebagai
manusia yang bila tidak ada hak tersebut, mustahil kita dapat hidup sebagai manusia.Hak ini
dimiliki oleh manusia semata – mata karena ia manusia, bukan karena pemberian masyarakat
atau pemberian negara. Maka hak asasi manusia itu tidak tergantung dari pengakuan manusia
lain, masyarakat lain, atau Negara lain. Hak asasi diperoleh manusia dari Penciptanya, yaitu
Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan hak yang tidak dapat diabaikan.5

Secara konseptual, hak asasi manusia dapat dilandaskan pada keyakinan bahwa hak
tersebut ‘’dianugerahkan secara alamiah" oleh alam semesta, Tuhan, atau nalar. Sementara
itu, mereka yang menolak penggunaan unsur alamiah meyakini bahwa hak asasi manusia
merupakan pengejawantahan nilai-nilai yang disepakati oleh masyarakat. Ada pula yang
menganggap HAM sebagai perwakilan dari klaim-klaim kaum yang tertindas, dan pada saat
yang sama juga terdapat kelompok yang meragukan keberadaan HAM sama sekali dan
menyatakan bahwa hak asasi manusia hanya ada karena manusia mencetuskan dan
membicarakan konsep tersebut. Dari sudut pandang hukum internasional, hak asasi manusia
sendiri dapat dibatasi atau dikurangi dengan syarat-syarat tertentu. Pembatasan biasanya
harus ditentukan oleh hukum, memiliki tujuan yang sah, dan diperlukan dalam suatu
masyarakat demokratis. Sementara itu, pengurangan hanya dapat dilakukan dalam keadaan
darurat yang mengancam "kehidupan bangsa", dan pecahnya perang pun belum mencukupi
syarat ini. Selama perang, hukum kemanusiaan internasional berlaku sebagai lex specialis.
Walaupun begitu, sejumlah hak tetap tidak boleh dikesampingkan dalam keadaan apapun,
seperti hak untuk bebas dari perbudakan maupun penyiksaan.

3. Isu Korupsi

6
Korupsi adalah suatu tindak perdana yang memperkaya diri yang secara langsung
merugikan negara atau perekonomian negara. Jadi, unsur dalam perbuatan korupsi meliputi
dua aspek. Aspek yang memperkaya diri dengan menggunakan kekuasaannya dan aspek
penggunaan uang Negara untuk kepentingannya.Adapun penyebabnya antara lain, ketiadaan
dan kelemahan pemimpin,kelemahan pengajaran dan etika, kolonialisme, penjajahan

rendahnya pendidikan, kemiskinan, tidak adanya hukuman yang keras, kelangkaan


lingkungan yang subur untuk perilaku korupsi, rendahnya sumber daya manusia, serta
5
Mashyur Effendi, Dimensi / Dinamika Hak Asasi Manusia dalam Hukum Nasional dan Internasional, ( Jakarta:
Ghalia Indonesia, 1994) , Hlm. 130
6
Robert Klitgaard, Membasmi Korupsi, Cet. II , Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 2001, hal 31.
struktur ekonomi.Korupsi dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu bentuk, sifat,dan
tujuan. Dampak korupsi dapat terjadi di berbagai bidang diantaranya, bidang demokrasi,
ekonomi, dan kesejahteraan negara.

Kata Korupsi berasal dari bahasa latin, Corruptio-Corrumpere yang artinya busuk,
rusak, menggoyahkan, memutar balik atau menyogok. Menurut Dr. Kartini Kartono, korupsi
adalah tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna mencari
keuntungan, dan merugikan kepentingan umum. Menurut saya sendiri tindakan korupsi
merupakan tindakan dimana para pejabat public menggelapkan uang untuk kepentingan
pribadi sebagai pemuas kebutuhan dalah kehidupannya. Jadi korupsi merupakan gejala salah
pakai dan salah urus dari kekuasaan, demi keuntungan pribadi, salah urus terhadap sumber-
sumber kekayaan negara dengan menggunakan wewenang dan kekuatan-kekuatan formal
(misalnya denagan alasan hukum dan kekuatan senjata) untuk memperkaya diri sendiri.
7
Korupsi terjadi disebabkan adanya penyalahgunaan wewenang dan jabatan yang
dimiliki oleh pejabat atau pegawai demi kepentingan pribadi dengan mengatas namakan
pribadi atau keluarga, sanak saudara dan teman. Hal itu akan masuk dalam dalam
pembahasan saya mengenai tindak korupsi Masyarakat Pancasila Dalam Persepektif
Paradigma Konflik Dan Sruktural Fungsional.

Penanganan dari isu hukum yang dapat mempengaruhi stabilitas demokrasi di


Indonesia melalui pendekatan yuridis yaitu :

a. melibatkan penguatan sistem hukum


b. penegakan hukum yang adil
c. partisipasi aktif masyarakat dalam proses demokratis
d. Implementasi reformasi hukum
e. penguatan lembaga penegak hukum menjadi kunci untuk menjaga stabilitas
demokrasi

C. Prinsip-Prinsip Demokrasi Yang Terkandung Dalam Undang-Undang Dasar 1945


dan Implementasinya Dalam Sistem Politik Indonesia

7
4Musyafaullah, “Muhamadiyah dalam Gerakan Anti Korupsi”, dalam Narasi: Jurnal Penelitian Agama dan
Sosial, Vol. V, Desember 2004, hal 38.
Lahirnya Amandemen Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) merupakan wujud
dari Reformasi Politik dan Reformasi Konstitusi yang berjalan secara demokratis. Era
Reformasi ditandai dengan dilakukannya reformasi Politik dan Reformasi Konstitusi. Secara
teoritis, suatu konstitusi dapat diubah dalam rangka penyempuraan. Upaya penyempurnaan
atas kekurangan yang terdapat dalam suatu konstitusi, dapat dilakukan melalui formal
amandement, constitutional convention ataupun yudicial interprentation.8

Setelah adanya perubahan sistem demokrasi sebagaimana terdapat dalam Pasal 1 Ayat
(2) UUD 1945, ditandai dengan demokrasi secara langsung oleh rakyat, dari rakyat dan untuk
rakyat maka kepala negara yang sebelum Amandemen dipilih oleh MPR RI, telah berubah
dimana dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilihan presiden dan wakil presiden bahkan
kepala daerah (pemilukada). Demokratisasi bertujuan untuk menciptakan keadilan dalam
berpolitik. Di samping itu demokrasi dapat mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia baik dibidang politik, ekonomi dan lain-lain, Demokrasi dibidang ekonomi disebut
demokrasi ekonomi. Demokrasi politik dan demokrasi ekonomi oleh Bung Karno di sebut
sebagai SocioDemokrasi.9

Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara


Pemilihan Umum (pemilu), dan UU No. 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), pemilihan kepala derah secara langsung
(pemilukada) dimasukkan dalam rezim pemilu, sehingga secara resmi bernama "pemilihan
umum kepala daerah dan wakil kepala daerah. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004, peserta pemilukada adalah pasangan calon yang diusulkan oleh partai politik
atau gabungan partai politik. Ketentuan ini diubah dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun
2008 yang menyatakan bahwa peserta pemilukada juga dapat berasal dari pasangan calon
perseorangan yang di dukung oleh sejumlah orang. Undang-undang ini menindaklanjuti
keputusan Mahkamah Konstitusi yang membatalkan beberapa pasal menyangkut peserta
Pemilukada dalam Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 dengan beberapa perubahan pasal
pasal dalam UU ke dalam UU No. 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah. Khusus di
Nanggroe Aceh Darussalam, peserta Pilkada juga dapat diusulkan oleh partai politik lokal.

8
Arief Hidayat, Bernegara Itu Tidak Mudah (Dalam Perspektif Politik Dan Hukum), Pidato Pengukuhan Guru
Besar Dalam Ilmu Hukum FH Undip Semarang, 4 Februari 2010, him. 30
9
Zulfirman, "Ontologi Demokrasi", Jurnal Hukum 14 (2) Juni 2006, FH Universitas Sultan Agung (UNISULA)
Semarang, him. 137-138
Dengan adanya perubahan sistem demokrasi dan nomokrasi sebagaimana tercantum dalam
UUD 1945, maka telah membawa konsekuensi perubahan dalam sistem ketatanegaraan.

Prinsip-prinsip demokrasi yang terkandung dalam Undang-Undang Dasar 1945


Indonesia meliputi:

1. Kedaulatan Rakyat: Menekankan bahwa kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat.

2. Permusyawaratan/Perwakilan: Menganut sistem demokrasi perwakilan, di mana rakyat


dapat menyalurkan kehendaknya melalui wakil-wakil yang dipilih.

3. Pemisahan Kekuasaan: Membagi kekuasaan negara menjadi tiga cabang, yaitu eksekutif,
legislatif, dan yudikatif, guna mencegah penyalahgunaan kekuasaan.

4. Negara Hukum: Menegaskan bahwa negara berdasarkan hukum, di mana hukum


merupakan panglima tertinggi yang harus ditaati oleh seluruh warga negara dan
penyelenggara negara

5. Perlindungan Hak Asasi Manusia: Menjamin dan melindungi hak asasi manusia sebagai
bagian integral dari sistem demokrasi.

Prinsip-prinsip ini bertujuan untuk menciptakan sistem pemerintahan yang demokratis, adil,
dan menghormati hak-hak Masyarakat.

Implementasi Prinsip Demokrasi Yang Terkandung Dalam Undang-Undang Dasar 1945

Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 menegaskan bahwa demokrasi yang merupakan
manifestasi kedaulatan rakyat berupa penyerahan kepada rakyat untuk mengambil keputusan-
keputusan politik dalam hidup bernegara. Dengan mengacu ketentuan yang demikian itu,
adalah sebuah keniscayaan untuk membangun dan menegakkan hukum berlandaskan
demokrasi. Demokrasi akan selalu bicara aspek politik bagaimana menegakkan kedau latan
rakyat.10

Demokrasi harus dibangun dalam batas batas nomokrasi, sebab demokrasi tidak
mung- kin diwujudkan tanpa adanya rule of law. Demokrasi membutuhkan aturan main yang
jelas dan dipatuhi secara bersama. Tanpa aturan main, demokrasi tidak akan pernah mencapai
tujuan-tujuan substansialnya, demokrasi diatur dan diba tasi oleh aturan hukum, sedangkan
hukum itu sendiri ditentukan melalui cara-cara demokratis berdasarkan konstitusi. Dengan
demikian, aturan dasar penyelenggaraan negara, dengan segenap politik hukumnya, harus
10
Budiardjo, Miriam., Demokrasi di Indonesia, (Jakarta: Gramedia. 1996), hal. 61.
disandarkan kembali secara konsisten pada konstitusi. Tanpa kecuali, semua aturan hukum
yang dibuat melalui mekanisme demokrasi tidak boleh bertentangan dengan konstitusi.
Dengan kata lain negara Indonesia adalah negara hukum sehingga setiap kegiatan politik baik
itu demokrasi secara langsung dalam Pemilihan Umum (Pemilu) maupun proses pembuatan
Undang-Undang dan implementasinya tidak bo leh bertentangan dengan konstitusi atau
Undang-Undang Dasar 1945. Bila ternyata dalam kenyataannya Undang-Undang tersebut
bertentangan degan konstitusi maka undang-undang itu akan dilakukan judicial review oleh
Mahkamah Konstitusi. Hal ini dimaksudkan supaya konstitusi tetap ditegakkan sehingga
Mahkamah Konstitusi disebu sebagai lembaga pengawal atau penegak konstitusi.11

BAB III

PENUTUP
11
Artis, Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia, (Pekan Baru: Uin Suska Riau,
2014), hal. 38.
A. KESIMPULAN

1. Pasca Reformasi 1998 merupakan pintu masuk menuju babak baru sitem demokrasi di
Indonesia. Agenda selanjutnya lebih panjang dan tak mudah, yakni proses mengubah tatanan
yang tradisional menjadi demokratis. Proses demokratisasi Indonesia menempuh jalan terjal
karena masih belum menuntaskan opresi-opresi tradisional. Demokratisasi diIndonesia
cenderung mengarah ke demokratisasi kapitalisme, demokrasi feodalisme dan demokratsasi
agama. Nila-nilai tradisi tidak dipertanyakan, hanya mengalami demokratisasi dengan masih
memegang teguh nilai-nilai tradisi. Setidaknya hal ini tercermin dari bentuk gerakan sosial
baru di Indonesia.
2. Untuk menjaga stabillitas demokrasi dan menjaga isu-isu hukum negara Indonesia harus
memiliki penguatan sistem hukum yang kuat seperti Lembaga-lembaga hukum dan
Meningkatkan independensi kekuasaan kehakiman untuk memastikan proses hukum yang
adil dan bebas dari pengaruh politik.
3. Pelaksanaan prinsip demokrasi dalam UUD 1945, telah terlihat perubahan dalam proses
demokrasi dengan sistem pemilihan Presiden dan Wakil Presiden dan kepala daerah yang
dilakukan secara langsung oleh rakyat dan dilaksanakan oleh Komisi Pemilihan Umum
(KPU) dan penegakan nomokrasi dengan ditandai lahirnya lembaga baru yaitu Mahkamah
Konstitusi sebagai pengawal dan penegak konstitusi dalam bentuk hak judicial review atas
undang-undang, di samping lembaga-lembaga negara lainnya. Proses pembuatan dan
implementasi un- dang-undang (UU) yang merupakan produk politik tidak boleh
bertentangan dengan konstitusi atau UUD 1945. Bila suatu UU bertentangan dengan
konstitusi maka Mahkamah Konstitusi (MK) akan melakukan judicial review atas UU
tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk tetap me- negakkan konstitusi.

DAFTAR PUSTAKA
Priyono AE dan Usman Hamid. 2014. Merancang Arah Baru Demokrasi: Indonesia Pasca Reformasi.
Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia (KPG).
Hasan Mohammad Tiro, 1999, Demokrasi Untuk Indonesia, Jakarta, Teplok Press.
Kacung Marijan, 2010, Sistem Politik Indonesia : Konsolidasi Demokrasi Pasca Orde Baru, Jakarta,
Kencana Prenada Media Group
Nomensen Sinamo, 2014, Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta, Permata Aksara
Ramlan Surbakti, 1992, Memahami Ilmu Politik, Jakarta, Grasindo.

Anda mungkin juga menyukai