Anda di halaman 1dari 50

DEMOKRASI INDONESIA

Diajukan Untuk Melengkapi

Persyaratan Mata Kuliah

Pendidikan Pancasila Kewarganegaraan ( PPKn )

Disusun Oleh :

Fajar Dendy Prabowo 201743502172

Adji Wicaksono 201743502102

Randhy Pradana Irsan 201743502179

PROGRAM STUDI INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

2019
Kata Pengantar

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa Atas
Berkat dan rahmat saya bisa menyelesaikan tugas Makalah ini dengan Tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas akademik Pendidikan Pancasila


dan Kewarganegaraan semester Ganjil. Adapun topik yang dibahas didalam
makalah ini adalah mengenai Demokrasi Indonesia.Dimana setelah membahas
topik ini, diharapkan pembaca dapat memahami Permasalahan yang dihadapi
Pemerintah dalam Demokrasi Indonesia, Demokrasi Pansila, Pemilu di Indonesia,
dan Reformasi.

Demokrasi di Indonesia adalah suatu proses sejarah dan politik


perkembangan demokrasi di dunia secara umum, hingga khususnya di Indonesia,
mulai dari pengertian dan konsepsi demokrasi menurut para tokoh dan founding
fathers Kemerdekaan Indonesia, terutama Soekarno, Mohammad Hatta, dan Soetan
Sjahrir. Selain itu juga proses ini menggambarkan perkembangan demokrasi di
Indonesia, dimulai saat Kemerdekaan Indonesia, berdirinya Republik Indonesia
Serikat, kemunculan fase kediktatoran Soekarno dalam Orde Lama dan Soeharto
dalam Orde Baru, hingga proses konsolidasi demokrasi pasca Reformasi 1998
hingga saat ini.Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, hal itu dikarenakan keterbatasan yang ada bagi penulis .Sehingga penulis
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca.

Kiranya makalah ini memberikan banyak manfaat bagi kehidupan kita


semua. Atas perhatiannya, Saya ucapkan terima kasih.

Jakarta , 17 april 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii

DAFTAR ISI .............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................

Latar Belakang ....................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................

A. Demokrasi Indonesia ............................................................. 1

1. Arti dan Makna Demokrasi................................................ 1

2. Jenis-jenis Demokrasi ........................................................ 3

3. Nilai-nilai Demokrasi ........................................................ 3

4. Kunggulan Demokrasi ....................................................... 4

5. Demokrasi dan Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia ....... 6

6. Pelaksnanaan Demokrasi pada Orde Reformasi ................ 14

B. Demokrasi Pancasila .............................................................. 15

1. Sejarah Pertumbuhan Demokrasi Pancasila ...................... 15

2. Unsur-unsur Demokrasi Pancasila ..................................... 19

3. Ciri-ciri Demokrasi Pancasila ............................................ 20

4. 10 Pilar Demokrasi Pancasila ............................................ 21

5. Ciri-ciri Pancaran Musyawarah untuk Mufakat ................. 5

C. Pemilu di Indonesia ................................................................ 25

1. Arti dan Makna Pemilu ...................................................... 25

2. Sistem/Macam Pemilu ....................................................... 26

3. Priode Pemilu di Indonesia ................................................ 28

4. Kampanye Pemilu .............................................................. 32

5. Pemungutan Suara ............................................................. 33

iii
D.Reformasi ................................................................................. 33

1. Pengertian, Tujuan dan Syarat Reformasi ......................... 33

2. Gerakan Reformasi ............................................................ 35

3. Pancasila sebagai Paradigma Reformasi,Reformasi Hukum,

Reformasi Politik, dan Reformasi Ekonomi. ..................... 38

4. Dampak Reformasi ............................................................ 40

5. Reformasi di Tengah Satu Abad Kebangkitan Nasional ... 42

BAB III PENUTUP ...................................................................................

Simpulan ................................................................................. 44

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang

Demokrasi dikenal dengan pemerintahan dari rakyat, oleh


rakyat dan untuk rakyat. Sistem demokrasi rakyat memberikan
kesempatan yang sama dalam proses penyelenggaraan
pemerintahan. Menurut Abdulkarim (2007:15), pemerintah yang
berpegang pada demokrasi merupakan pemerintah yang dipegang
oleh rakyat atau setidak-tidaknya diikut-sertakan dalam pembuatan
suatu keputusan politik, pemerintahan atau kenegaraan.

Abdulkarim (2007:3) secara harafiah menyatakan bahwa


demokrasi adalah pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat.
Demokrasi adalah pemerintahan dengan segenap kegiatan yang
dikelola dengan menjadikan rakyat sebagai subyek dan titik tumpu.
Demokrasi adalah system pemerintahan yang bertumpu pada daulat
rakyat, bukan daulat pada pimpinan, daulat pemerintahan ataupun
daulat raja. Sebuah sistem demokratis dicirikan sebagai berikut,
yaitu (1) partisipasi politik yang luas (2) kompetisi politik yang sehat
(3) sirkulasi kekuasaan yang terjaga, terkelola dan berkala melalui
proses pemilihan umum (4) pengawasan terhadap kekuasaan yang
efektif (5) diakuinya kehendak mayoritas dan (6) adanya tata politik
yang disepakati dalam masyarakat.

v
BAB II
PEMBAHASAN

A. Demokrasi Indonesia
1. Arti dan Makna Demokrasi

Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana semua


warga negaranya memiliki hak setara dalam pengambilan keputusan
yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi mengizinkan warga
1egara berpartisipasi baik secara langsung atau melalui perwakilan
dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan 1egar.
Demokrasi mencakup kondisi 1egara, ekonomi, dan budaya yang
memungkinkan adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan
setara. Demokrasi juga merupakan seperangkat gagasan dan prinsip
tentang kebebasan beserta praktik dan prosedurnya. Demokrasi
mengandung makna penghargaan terhadap harkat dan martabat
manusia.
Kata ini berasal dari bahasa Yunani δημοκρατία
(dēmokratía) “kekuasaan rakyat”,yang terbentuk dari δῆμος (1egar)
“rakyat” dan κράτος (kratos) “kekuatan” atau “kekuasaan” pada
abad ke-5 SM untuk menyebut 1egara politik 1egara-kota Yunani,
salah satunya Athena; kata ini merupakan 1egara1 dari
ἀριστοκρατία (aristocratie) “kekuasaan elit”. Secara teoretis, kedua
definisi tersebut saling bertentangan, namun kenyataannya sudah
tidak jelas lagi. Sistem politik Athena Klasik, misalnya, memberikan
kewarganegaraan demokratis kepada pria elit yang bebas dan tidak
menyertakan budak dan wanita dalam partisipasi politik. Di semua
pemerintahan demokrasi sepanjang sejarah kuno dan modern,
kewarganegaraan demokratis tetap ditempati kaum elit sampai

1
semua penduduk dewasa di sebagian besar 2egara demokrasi
modern benar-benar bebas setelah perjuangan gerakan hak suara
pada abad ke-19 dan 20. Kata demokrasi (democracy) sendiri sudah
ada sejak abad ke-16 dan berasal dari bahasa Prancis Pertengahan
dan Latin Pertengahan lama. Konsep demokrasi lahir dari Yunani
kuno yang dipraktikkan dalam hidup bernegara antara abad ke IV
SM sampai dengan abad ke VI SM. Demokrasi yang dipraktikkan
pada waktu itu adalah demokrasi langsung (direct democracy),
artinya hak rakyat untuk membuat keputusan-keputusan politik
dijalankan secara langsung oleh seluruh rakyat atau warga 2egara.

Suatu pemerintahan demokratis berbeda dengan bentuk


pemerintahan yang kekuasaannya dipegang satu orang, seperti
monarki, atau sekelompok kecil, seperti oligarki. Apapun itu,
perbedaan-perbedaan yang berasal dari filosofi Yunani ini sekarang
tampak ambigu karena beberapa pemerintahan kontemporer
mencampur aduk elemen-elemen demokrasi, oligarki, dan monarki.
Karl Popper mendefinisikan demokrasi sebagai sesuatu yang
berbeda dengan kediktatoran atau tirani, sehingga berfokus pada
kesempatan bagi rakyat untuk mengendalikan para pemimpinnya
dan menggulingkan mereka tanpa perlu melakukan revolusi.

Makna demokrasi pada dasarnya sangat luas mengingat arti


demokrasi sendiri adalah sebuah negara pemerintahan yang
mengatur tatanan sebuah negara yang menyangkut pemerintah dan
rakyat. Secara tidak langsung demokrasi memiliki makna bahwa
sebenarnya pemerintahan dan kekuasaan tertinggi suatu negara
berada di tangan rakyat. Sistem pemerintahan demokrasi menganut
asas yakni pemerintahan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat.

2
2. Jenis-jenis Demokrasi
Kita mengenal bermacam-macam istilah demokrasi. Ada
yang dinamakan demokrasi konstitusional, demokrasi parlementer,
demokrasi terpimpin, Demokrasi Pancasila, Demokrasi Rakyat,
Demokrasi Soviet, Demokrasi nasional, dan sebagainya.

3. Nilai-nilai Demokrasi

Berikut beberapa nilai nilai demokrasi yang dapat dipikirkan


redaksi:

Nilai nilai demokrasi

 Menjamin tegaknya keadilan (Ensure Justice)


 Penggunaan kebebasan bertanggungjawab
 Kepemimpinan dipilih secara teratur sehingga tidak
tercipta rezim
 Penyelesaian sengketa ataupun perselisihan atau
konflik (baca pengertian konflik) dapat diselesaikan
secara kelembagaan (jalur hukum) ataupun jalur
damai
 Perubahan sosial kemasyrakatan yang mengarah ke
perkembangan kemajuan dapat terjadi dengan aman
menjamin terselenggaranya perubahan dalam
masyarakat secara damai/ tampa gejolak
 Pengakuan terhadap keanekaragaman. Untuk
demokrasi pancasila hal ini bukan masalah karena
telah menjadi unsur dalam demokrasi pancasila.

3
4. Keunggulan Demokrasi

 Melindungi kepentingan rakyat

Demokrasi merupakan sistem yang melindungi kepentingan


rakyat. Kekuasaan yang sesungguhnya terletak di tangan orang-
orang yang mewakili rakyat banyak. Para wakil rakyat dipilih dan
harus bertanggung jawab kepada rakyat yang memilihnya. Dengan
cara ini, kepentingan sosial, ekonomi dan politik rakyat menjadi
lebih terjamin di bawah demokrasi.

 Berdasarkan prinsip kesetaraan

Demokrasi didasarkan pada prinsip kesetaraan. Semua


warga negara memiliki kedudukan sama di mata hukum. Semua
rakyat memiliki hak sosial, politik dan ekonomi yang sama dan
negara tidak boleh membedakan warga negara atas dasar kasta,
agama, jenis kelamin, atau kepemilikan.

 Stabilitas dan tanggung jawab dalam pemerintahan

Demokrasi dikenal sebagai sistem yang stabilitas dan efisien.


Pemerintahan berjalan stabil karena didasarkan pada dukungan
publik.Dalam demokrasi perwakilan, wakil rakyat mendiskusikan
masalah negara secara menyeluruh dan mengambil keputusan
berdasarkan aspirasi rakyat. di bawah sistem monarki, elit kerajaan
mengambil keputusan sesuai keinginannya sendiri. Sedangkan di
bawah kediktatoran, diktator tidak melibatkan rakyat sama sekali
dalam pengambilan keputusan.

4
 Pendidikan politik kepada rakyat

Demokrasi bisa berfungsi sebagai sekolah pendidikan politik


bagi rakyat. Rakyat akan ikut terdorong untuk mengambil bagian
dalam urusan negara. Pada saat pemilihan umum, partai politik
mengusulkan kebijakan dan program untuk dinilai oleh rakyat. Hal
ini pada akhirnya menciptakan kesadaran politik di kalangan
masyarakat.

 Sedikit peluang revolusi

Karena demokrasi didasarkan pada kehendak publik,


terdapat kemungkinan kecil terjadi pemberontakan rakyat. Para
wakil dipilih oleh rakyat untuk melakukan urusan negara dengan
dukungan rakyat. Jika mereka tidak bekerja dengan baik atau tidak
memenuhi harapan rakyat, para wakil bisa saja tidak dipilih lagi
dalam pemilu berikutnya. Dengan cara ini, rakyat tidak perlu
melakukan pemberontakan saat menginginkan perubahan.

 Pemerintahan stabil

Demokrasi didasarkan pada kehendak rakyat sehingga


penyelenggaraan negara berjalan didasarkan atas dukungan rakyat.
Oleh karena itu, demokrasi dianggap lebih stabil daripada bentuk
pemerintahan lain.

5
 Membantu membentuk rakyat menjadi warga negara yang baik

Keberhasilan demokrasi terletak pada bertumbuhnya warga


negara yang baik. Demokrasi menciptakan lingkungan yang tepat
untuk pengembangan kepribadian dan menumbuhkan kebiasaan
yang baik. Dalam demokrasi, rakyat dilatih untuk memahami hak
dan kewajiban mereka.

5. Demokrasi dan Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia

Indonesia merupakan negara kesatuan yang memiliki dasar


negara (Pancasila) dan hukumnya dibatasi oleh perundang-
undangan. Indonesia sendiri dapat disebut sebagai negara
demokrasi. Kata demokrasi berasal dari bahasa Yunani, yaitu demos
yang berarti rakyat, dan kratos yang berarti kekuatan atau kekuasaan
atau pemerintahan. Sehingga demokrasi diartikan sebagai
pemerintahan atau kekuasaan rakyat.

Demokrasi disebut sebagai penentu dalam perkembangan


politik suatu negara. Dalam demokrasi, pemerintahannya
memberikan kesempatan bagi rakyat untuk mengambil keputusan
atau berpendapat. Dengan kata lain, demokrasi menjunjung rakyat
sebagai pemilik kekuasaan tertinggi dan dijalanankan langsung oleh
rakyat atau wakil wakil yang mereka pilih dalam sistem pemilihan
bebas.

Suatu negara dikatakan sebagai negara demokrasi apabila


memenuhi dua asas demokrasi, yaitu

6
Pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia.
Jadi, apabila negara mengakui hak asasi manusia dan melindungi
hak asasi manusia setiap individu, maka negara itu dikatakan
demokrasi. Hal ini menjadi penentu utama negara tersebut
merupakan negara demokrasi atau tidak, karena demokrasi sendiri
sangat memperhatikan rakyat sebagai pemilik kekuasaan rakyat.
Setiap rakyat memiliki hak asasi manusia. Maka dari itu, bila suatu
negara mengakui dan melindunginya, maka dapat dikatakan
demokrasi.
Partisipasi rakyat dalam pemerintahan negara. Terjadi
apabila dalam pemilihan suatu penjabat negara, rakyat ikut
berpatisipasi (seperti pemiilu). Rakyat dapat memilih pilihannya
secara jujur dan adil serta negara memberikan kebebasan rakyat
untuk berpendapat. Maka dari itu, nilai-nilai demokrasi telah
diamalkan dalam negara tersebut.
Jika suatu negara tidak memenuhi salah satu asas tersebut,
maka negara tersebut bukan negara demokrasi. Contohnya, yaitu
negara China, Korea, Amerika dan sebagainya. Adanya ide
demokrasi disusun dari dasar pemikiran secara teoritis, lalu
dipraktekan untuk menghindari adanya penyelewengan pada
pelaksanaannya. Dengan demikian, demokrasi dapat menjadi
panduan atau pedoman dalam pelaksanaan sistem pemerintahan
suatu negara.

Bagi bangsa Indonesia, pilihan yang tepat dalam


menerapkan paham demokrasi adalah dengan demokrasi Pancasila.
Demokrasi pancasila sendiri tercantum dalam sila keempat
Pancasila, yaitu Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Dalam sila ini,
pada dasarnya mencakup rangkaian totalitas yang terkait erta antara
satu sila dan sila yang lainnya. Terdapat prinsip demokrasi Pancasila

7
yang dibagi menjadi 10 pilar demokrasi konstitusional Indonesia
menurut Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945, yaitu:

Demokrasi yang Berketuhanan Yang Maha Esa. Perilaku


dalam penyelenggaraan pemerintahan RI harus sesuai dengan nilai-
nilai dasar Ketuhanan Yang Maha Esa.
Demokrasi dengan kecerdasan. Mengatur dan
menyelenggarakan demokrasi bukan dengan menggunakan naluri,
otot, atau kekuatan massa semata-mata. Pelaksanaan demokrasi itu
justru lebih menuntut kecerdasan rohaniah, kecerdasan aqliyah
kecerdasan emosional dan rasional.
Demokrasi yang berkedaulatan rakyat. Artinya,kekuasaan
tertinggi berada di tangan rakyat. Kedaulatan rakyat itu juga
dipercayakan kepada wakil-wakl rakyat di MPR (DPR/DPD) dan
DPRD.
Demokrasi dengan rule of law. Artinya, kekuasaan negara
harus mengembangkan kebenaran hukum, memberikan keadilan
hukum, menjamin kepastian hukum, dan mengembangkan manfaat
atau kepentingan hukum.
Demokrasi dengan pemisahan kekuasaan negara. Demokrasi
mengenal pembagian kekuasaan (division and seperation of power)
dengan sistem pengawasan.
Demokrasi dengan hak asasi manusia. Demokrasi mengakui
hak asasi manusia bukan hanya menghormati hak asasi manusia,
melainkan untuk meningkatkan martabat dan derajat manusia
seutuhnya.
Demokrasi dengan pengadilan yang merdeka. Demokrasi
menghendaki diberlakukannya sistem pengadilan yang merdeka
atau independen yang memberi peluang seluasnya untuk mencari
dan menemian hukum yang seadil-adilnya.

8
Demokrasi dengan otonomi daerah. Daerah otonom
dibangun agar mampu mengatur dan menyelenggarakan urusan-
urusan pemerintahan.
Demokrasi dengan kemakmuran. Demokrasi ditujukan
untuk membangun negara kemakmuran oleh dan untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat Indonesia.
Demokrasi yang berkeadilan. Demokrasi menggariskan
keadilan sosial dalam kelompok dan lapisan masyarakat.
Demokrasi Pancasila memiliki tiga karakter utama, yaitu
kerakyatan, permusyawaratan dan hikmat kebijaksanaan. Tiga
karakter utama tersebut merupakan cita-cita penerapan kehidupan
demokrasi. Kerakyatan, dengan memberikan kesempatan bagi
rakyat untuk bebas mengemukakan pendapatnya dan terlibat dalam
proses pengambilan keputusan seperti dalam pemilu.
Permusyawaratan, yang mewujudkan negara kesatuan yang dapat
mengatasi paham perseorangan atau golongan. Dan juga hikmat
kebijaksanaan, yaitu keinginan agar demokrasi yang diterapkan
didasarkan pada nilai ketuhanan, perikemanusiaan, persatua,
permusyawaratan dan keadilan.

Di Indonesia, terdapat tiga pelaksanaan demokrasi di


Indonesia, yaitu:

 Demokrasi parlementer
 Demokrasi terpimpin
 Demokrasi pancasila

Dimana setiap model memiliki karakteristik yang


merupakan ciri khas pelaksanaan tiap tiap fase demokrasi.
Tetapi, dalam sejarah di Indonesia dimulai dari sesudah
merdeka hingga sekarang, Indonesia sudah menganut paham

9
demokrasi, namun dalam pelaksanaannya timbul beberapa
penyelewengan dari periode perkembangan demokrasi pancasila
sampai sekarang.

Seperti yang kita ketahui, Indonesia merdeka, yaitu pada


tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia masih berjuang menghadapi
Belanda yang ingin kembali ke Indonesia. Jadi, Indonesia belum
menganut sistem pemerintahan yang mengandung unsur demokrasi
dan pada awal kemerdekaan terdapat sentralisasi kekuasaan.

Hal ini dibuktikan dalam UUD, bahwa Presiden sebagai


pemegang kekuasaan tertinggi dalam menjalankan tugasnya dibantu
oleh sebuah badan yang disebut dengan KNIP (Komite Nasional
Indonesia Pusat) sehingga hal ini menyebabkan sistem
pemerintahannya menjadi sewenang-wenang karena presiden dapat
menjadi seorang ditaktor yang pemerintahannya absolut atau
terpusat.

Maka dari itu, Indonesia pun mengeluarkan Maklumat Wakil


Presiden no. X tanggal 16 Oktober 1945 yang isinya tentang
perubahan status KNIP dari lembaga eksekutif menjadi lembaga
legislatif. Akibatnya, partai-partai politik mulai berkembang cepat,
namun pemilihan umum belum dapat dilaksanakan. Indonesia
menganut sistem pemerintahan presidensil dengan undang undang
dasar hingga sampai pada tanggal 14 November 1945.

Setelah itu, sistem pemerintahan pun diganti menjadi sistem


pemerintahan parlementer. Namun, terjadi penyimpangan dalam
pemerintahan jangka ini, karena pada saat itu sistem
pemerintahannya sudah diubah, namun hukum dasarnya (UUD

10
1945) tidak diubah. Hal ini menimbulkan kekacauan. Sistem
pemerintahan parlementer memiliki ciri ciri sebagai berikut :

The king can do no wrSistem pemerintahan parlementer


memiliki ciri ciri sebagai berikut :

The king can do no wrong, artinya kepala negaranya yaitu


raja dalam menjalankan pemerintahan hanya sebagai simbol
saja,raja hanya melaksanakan tugas seremonial. Jika raja melakukan
kesalahan maka yang bersalah bukan raja, melainkan perdana
menteri sebagai kepala pemerintahan. Jadi, raja tidak dapat berbuat
salah.
Susunan atau komposisi kabinet berdasarkan komposisi atau
susunan parlemen. Dalam pemilu, yang menguasai kursi yaitu
parlemen, maka kabinet berasal dari parlemen.
Menteri bertanggung jawab kepada perlemen.
Kedudukan parlemen lebih tinggi daripada kabinet. Maka
dari itu, parlemen dapat membubarkan kabinet. Jika kabinet salah,
maka parlemen dapat membubarkan kabinet dengan mosi tidak
percaya yang diajukannya kepada raja.
Kabinet dapat membubarkan parlemen. Kabinet dapat
membubarkan parlemen apabila kabinet merasa bahwa ia tidak
melakukan kesalahan, maka kabinet akan menghubungi kepala
negara untuk membubarkan parlemen.
Kabinet bertanggung jawab kepada parlemen.
Masa jabatan pemerintahan tidak tahu pasti berapa lama
jangka waktunya. Hal ini dikarenakan dalam sistem pemerintahan
parlementer terdapat banyak partai politik yang dapat saling
menjegal dalam pemerintahan. Seperti yang diketahui, bahwa
apabila semakin banyak partai yang bekerja, maka pemerintahannya
juga akan semakin kacau dan hal tersebut tidak menjamin stabilitas

11
pemerintahan. Dalam partai politik, terdapat partai yang menang
(koalisi), dan partai yang kalah (oposisi). Partai oposisi ini mencari
cari kesalahan dari kabinet sehingga hal ini dapat mengubah
pemerintahan tanpa adanya masa jabatan tertentu. Sehingga pernah
terjadi dalam 7 tahun, sudah terjadi 9 kali pergantian kabinet.
Sistem pemerintahan parlementer diakhiri pada tanggal 27
Desember 1949 dan digantikan dengan RIS. Indonesia menjadi
berubah bentuk pemerintahannya dari negara kesatuan menjadi
negara serikat. Namun, sistem pemerintahannya tetap parlementer.
Hal ini berdasarkan keputusan KMB yang menyatakan bahwa
terdapat negara dalam negara. Berdasarkan hasil keputusan KMB,
dasar hukum Indonesia juga digantikan dari UUD 1945 menjadi
Konstitusi RIS. Saat itu, pemimpin pusat di Indonesia yaitu Ir.
Soekarno, sedangkan yang menjadi pemimpin di daerah daerah
yaitu Mr. Asaat. Masa pemerintahaan ini berhenti hingga pada
tanggal 17 Agustus 1950. Setelah itu, berlaku pada sistem
pemerintahan UUDS 1950. Dasar hukum yang tadinya Konstitusi
RIS menjadi UUD Sementara tahun 1950. Kemudian bentuk negara
nya pun berubah kembali dari negara serikat menjadi negara
kesatuan kembali denga sistem pemerintahan parlementer. Lalu,
diakhiri pada tanggal 5 Juli 1959 dimana dikeluarkannya juga
denkrit presiden sehingga diikuti dengan adanya perubahan dasar
negara kembali menjadi UUD 1945. Pada masa ini, mulai memasuki
pada saat Indonesia menganut sistem pemerintahan demokrasi
terpimpin. Dalam pemerintahan demokrasi terpimpin, terdapat
banyak penyimpangan, yaitu :
 Mengaburnya sistem kepartaian, pemimpin partai
banyak yang dipenjarakan.
 Parlemen hasil pemilu tahun 1955 dibubarkan diganti
DPRGR
 Jaminan HAM lemah

12
 Terjadi sentralisasi kekuasaan
 Terbatasnya peranan pers

Kebijakan politik luar negeri sudah memihak ke RRC (Blok


Timur). Akhirnya terjadi peristiwa pemberontakan G3OS.
Ir. Soekarno dinobatkan sebagai presiden seumur hidup.
Kemudian,demokrasi terpimpin diakhiri tanggal 11 Maret
1966 dan muncul orde baru, dimana pada saat itu pemerintahannya
terkesan ditaktor yang dipimpin oleh Soeharto. Penyimpangan-
penyimpangan orde baru yaitu :

 Rotasi kekuasaan eksekutif hampir dikatakan tidak


ada.
 Pemilu yang jauh dari semangat demokratis.
 Pengakuan HAM yang terbatas.
 Tumbuhnya KKN ynag merajalela.
 Rekrutmen politik yang tertutup.
 Setelah orde baru selesai, yaitu pada tanggal 20 Mei
1998, sampai sekarang Indonesia menganut pada
masa reformasi.

Jadi, itulah yang terjadi pada bangsa Indonesia dari zaman


dulu belum menganut sistem pemerintahan demokrasi menjadi
penganut paham demokrasi yang artinya kekuasaan tertinggi berada
ditangan rakyat.

13
6. Pelaksanaan Demokrasi Pada Orde Reformasi

Masa Reformasi adalah masa dalam sejarah Indonesia, yang


dimulai dengan turunnya Presiden Suharto pada tanggal 21 Mei
1998. Dengan berjalannya masa Reformasi ini, terjadi peningkatan
kebebasan yang besar dalam proses demokrasi di Indonesia.
Sebelumnya, pada masa pemerintahan Suharto, rakyat tidak
memiliki kebebasan memilih maupun berpendapat. Pemerintah
Orde Baru sering memenjarakan aktifis yang mengkritik
pemerintah, serta mebredel (menutup dan membubarkan) media
yang bersifat kritis. Pada masa ini juga terdapat tekanan untuk
memilih Golkar serta ancaman bagi pemilih partai lain. Salah satu
bentuk ancaman adalah ancaman pemecatan pegawai negeri sipil
yang tidak memilih Golkar.

Setelah masa Reformasi, kebebasan dalam memilih dan


berpendapat ini kembali lagi, dan rakyat bebas menentukan partai
pilihannya dan melakukan kritik kepada pemerintahan.

Kekuasaan rakyat dalam masa Reformasi juga meningkat,


karena sejak tahun 2004, Presiden Republik Indonesia juga dipilih
secara langsung oleh rakyat. Karena rakyat bisa langsung memilih
presiden, maka rakyat lebih memiliki suara dan peran dalam
pemerintahan, dan penentuan presiden tidak lagi didominasi oleh
para elit politik di MPR saja.

14
B. Demokrasi Pancasila

1. Sejarah Pertumbuhan Demokrasi Pancasila

Dalam sejarahnya, demokrasi pancasila lahir dimulai dari


orde baru yang dilatarbelakangi leh adanya kejadian Supersemar (
Surat Perintah 11 Maret 1966 ). Dengan adanya Supersemar, maka
presiden Soekarno memberikan surat kepada Soeharto untuk
mengambil tindakan terkait dengan kepemerintahan Negara
Republik Indonesia. Tugas yang harus dilakukan adalah
membubarkan PKI dengan ormas-ormasnya pada tanggal 12 Maret
1966.

Setelah Soeharto berhasil menjalankan tugas, Beliau Pada


tanggal 27 Maret 1968 diangkat sebagai presiden Republik
Indonesia yang berdasar pada Ketetapan MPRS No. XLIV / MPRS
/ 1968. Pada tahun 1968, MPR secara resmi melantik Presiden
Soeharto untuk masa jabatan 5 tahun sebagai presiden. Pada masa
ini juga beliau dilantik kembali secara berturut-turut pada tahun
1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998.

Pada masa orde baru ini Presiden Soeharto mengubah


kebijakan yang signifikan di dalam kebijakan dalam negeri dan luar
negeri. Berikut ini beberapa perubahan signifikan terkait kebijakan
politik di dalam negeri :

1. Pembentukan Kabinet Pembangunan

Kabinet pembangunan pertama adalah Kabinet Ampera


dengan tugasnya yaitu menciptakan stabilitas politik dan
stabilitasekonomi sebagai persyaratan untuk melaksanakan

15
pembangunan nasional ( Dwi Darma Kabinat Ampera ). Program
dari Kabinet Ampera ini adalah Catur Karya Kabinet Ampera adalah
sebagai berikut :

 Memperbaiki kehidupan rakyat, khususnya di sandang dan


pangan
 Melaksanakan pemilihan umum dalam waktu yang
ditetapkan.
 Melaksanakan politik luar negeri yang bebas danaktif.
 Melanjutkan perjuangan anti imperialisme dan kolonialisme.

Setelah MPRS pada tanggal 27 Maret 1968 yang berhasil


menetapkan Soeharto sebagai presiden RI. Presiden Soeharto kala
itu juga membentuk kabinet pembangunan dengan tugas untuk
menciptakan stabilitas politik dan ekonomi, menyusun dan
melaksanakan pemilu, membubarkan habis sisa-sisa Gerakan 30
September, serta membersihkan aparatur Negara di pusat dan daerah
dari PKI.

2. Pembubaran PKI dan Organisasi massanya

Pada tanggal 12 Maret 1966 melalui Ketetapan MPRS No


IX/MPRS/1966 menyatakan bahwa PKI sebagai organisasi terlarang
di Indonesia. Pembubaran PKI bertujuan untuk menjamin
keamanan, ketenangan, serta stabilitas pemerintahan. Dalam proses
pembubarannya, pada tanggal 8 Maret 1966 , sejumlah 15 orang
menteri yang dianggap terlibat dan dikenai Gerakan 30 September
1965 ( G 30 S PKI).

16
3. Penyederhanaan Partai Politik

Penyederhanaan partai politik ini dilatar belakangi adanya


perbedaan ideologi politik dan ketidakseragaman persepsi dan
pemahaman tentang Pancasila sebagai sumber hukum tertinggi di
Indonesia. Pada tahun 1973 terjadi penggabungan partai-partai
politik tersebut yang didasarkan pada persamaan program. Berikut
penggapungan dari partai politik yang dimaksud :

 Partai Persatuan Pembangunan ( PPP ) terdiri dari gabungan


partai NU, Parmusi, PSII, dan PERTI.
 Partai Demokrasi Indonesia ( PDI ) terdiri dari gabungan
partai PNI, Partai Katolik, Partai Murba, IPKI, dan Parkindo.
 Golongan Karya

4. Pemilihan Umum

Pada masa Orde Baru pemerintah berhasil melaksanakan 6


kali pemilihan umum, yaitu pada tahun 1971, 1977, 1985, 1987,
1992, dan 1997. Pemilu berlangsung dengan asas LUBER (
langsung, umum, bebas, dan rahasia ), namun dalam praktiknya
Pemilu seakan diarahkan untuk kemenangan Partai Golkar yang di
dalamnya beranggota Presiden Soeharto. Hal ini lah yang
melatarbelakangi Presiden Soeharto terpilih selama 6 periode
berturut-turut.

5. Peran Ganda ( Dwi Fungsi ) ABRI

Adanya peran ganda kepada ABRI bertujuan untuk


menciptakan stabilitas ekonomi. Peran ganda yang dimaksud adalah
peran Hankam ( Pertahanan dan Keamanan ) dan sosial.

17
Selain menetapkan beberapa perubahan yang signifikan di
politik dalam negeri, di masa orde baru juga terdapat perubahan di
penataan politik luar negeri, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Pemulihan Hubungan dengan Malaysia

Normalisasi hubungan Indonesia dengan Malaysia dimulai


dengan adanya perundingan di Bangkok pada 29 Mei hingga 1 Juni
1966 yang menghasilkan Perjanjian Bangkok. Isi dari perjanjian ini
adalah :

- Rakyat Sabah diberi kesempatan menegaskan kembali


keputusan yang telah mereka ambil mengenai kedudukan di dalam
Federasi Malaysia.

- Pemerintah di kedua belah pihak menyetujui pemulihan


hubungan diplomatik antara kedua negara.

- Segala tindakan permusuhan di antara kedua belah pihak


akan dihentikan.

Dengan adanya perjanjian ini, maka tepatnya 11 Agustus


1966 terjadinya penandatangan persetujuan pemulihan hubungan
antar Indonesia dan Malaysia yang ditandatangani oleh Adam Malik
( Indonesia ) dan Tun Abdul Razak ( Malaysia ), di Jakarta.

2. Pemulihan Hubungan dengan Singapura

Pada tanggal 2 Juni 1966, pemerintah Indonesia


menyampaikan nota pengakuan atas Republik Singapura. Nota ini

18
disampaikan kepada Perdana Menteri Lee Kuan Yew. Pada tahun
yang sama juga pemerintah Singapura menyampaikan nota yang
berisi jawaban kesediaan untuk mengadakan hubungan diplomatik
dengan Indonesia.

2. Unsur-unsur Demokrasi Pancasila

adapun unsur demokrasi pada umumnya dan penerapan


berdasarkan asas pancasila meliputi hal-hal sebagai berikut.

1. demokrasi berdasarkan kedaulatan rakyat.


2. demokrasi berdasarkan kepentingan umum
3. demokrasi menampilkan sosok negara hukum
4. negara demokrasi menggunakan pemerintahan yang
terbatas kekuasannya.
5. semua negara demokrasi menggunakan lembaga
perwakilan
6. di dalam negara demokrasi kepala negara adalah atas
nama rakyat
negara demokrasi mengakui hak asasi
8. kelembagaan negara di dasarkan kepada pertimbangan
yang bersumber pada kedaulatan rakyat
9. setiap demokrasi memiliki tujuan dalam bernegara
10. setiap demokrasi memiliki mekanisme pelestariannya
11. setiap demokrasi memiliki lembaga legislatif
12. setiap demokrasi memiliki lembaga eksekutif
13. setiap demokrasi kekuasaan kehakiman
14. setiap demokrasi, kedudukan warga negaranya sama
15. setiap demokrasi, memberikan kebebasan dalam
penyaluran aspirasi rakyat

19
16. setiap demokrasi menggariskan tata cara menggerakkan
negara yang demokratis sifatnya.

3. Ciri-ciri Demokrasi Pancasila

Dalam bukunya, Pendidikan Pembelajaran dan Penyebaran


Kewarganegaraan,

Idris Israil (2005:52-53)

menyebutkan ciri-ciri demokrasi Indonesia sebagai berikut:

1. Kedaulatan ada di tangan rakyat.

2. Selalu berdasarkan kekeluargaan dan gotong-royong.

3. Cara pengambilan keputusan melalui musyawarah untuk


mencapai mufakat.

4. Tidak kenal adanya partai pemerintahan dan partai


oposisi.

5. Diakui adanya keselarasan antara hak dan kewajiban.

6. Menghargai hak asasi manusia.

7. Ketidaksetujuan terhadap kebijaksanaan pemerintah


dinyatakan dan disalurkan melalui wakil-wakil rakyat. Tidak
menghendaki adanya demonstrasi dan pemogokan karena
merugikan semua pihak.

8. Tidak menganut sistem monopartai.

9. Pemilu dilaksanakan secara luber.

10. Mengandung sistem mengambang.

20
11. Tidak kenal adanya diktator mayoritas dan tirani
minoritas.

12. Mendahulukan kepentingan rakyat atau kepentingan


umum

4. 10 Pilar Demokrasi Pancasila

Prinsip demokrasi pancasila ini telah ditulis oleh Bpk. Ahmad


Sanusi dalam buku yang berjudul Memberdayakan Masyarakat dalam
Pelaksanaan 10 Pilar Demokrasi (2006: 193-205) dimana memuat 10
prinsip demokrasi yang menurut Pancasila dan UUD 1945, yaitu :

1. Demokrasi yang Berketuhanan Yang Maha Esa

Demokrasi yang berketuhanan yang maha esa berarti sistem


penyelenggaraan negara harus taat, konsisten dan sesuai
dengan nilai juga kaidah dasar ketuhanan yang maha esa.
Dengan begitu maka diharapkan masyarakat mempunyai
pola pikir dan tindakan yang jauh dari tercela. Sehingga
dapat meminimalisir adanya konflik horizontal maupun
penyebab pelanggaran HAM vertical.

2. Demokrasi dengan kecerdasan

Yang kedua ini berarti aturan dan penyelenggaraan


demokrasinya menurut UUD 1945. Bukan lewat naluri,
kekuatan otot atau kekuatan massa. Pelaksanannya lebih
menurut kecerdasan rohani, aqliyah, rasional dan kecerdasan
emosional. Maka dengan pola pikir tersebut masyarakat bisa
melakukan tindakan yang rasional.

21
3. Demokrasi yang berkedaulatan rakyat

Demokrasi pancasila kekuasaan tertinggi ada pada tangan


rakyat, jadi prinsipnya rakyatlah yang memiliki kedaulatan.
Nah kedaulatan rakyat ini dibatasi dan dipercayakan kepada
wakil rakyat, yaitu MPR (DPR/DPD) dan DPRD. Suara
rakyat dapat ditampung pada satu wadah, untuk kemudian
disampaikan secara jelas dan tepat melalui wakil rakyat.

4. Demokrasi dengan rule of law

Hal ini mempunyai empat makna penting :

Pertama, kekuasaan negara Republik Indonesia itu harus


mengandung, melindungi, serta mengembangkan kebenaran
hukum (legal truth) bukan demokrasi ugal-ugalan,
demokrasi dagelan, atau demokrasi manipulatif.

Kedua, kekuasaan negara itu memberikan keadilan hukum


(legal justice) bukan demokrasi yang terbatas pada keadilan
formal dan pura-pura.

Ketiga, kekuasaan negara itu menjamin kepastian hukum


(legal security) bukan demokrasi yang membiarkan
kesemrawutan atau anarki.

Keempat, kekuasaan negara itu mengembangkan manfaat


atau kepentingan hukum (legal interest), seperti kedamaian
dan pembangunan, bukan demokrasi yang justru
mempopulerkan fitnah dan hujatan atau menciptakan
perpecahan, permusuhan, dan kerusakan.

5. Demokrasi dengan pemisahan kekuasaan negara

Demokrasi pancasila menurut UUD 1945 ini mengalami


pembagian dan pemisahan kekuasaan (division and

22
seperation of power) dengan sistem pengawasan dan
perimbangan (check and balance). Hal ini dilakukan untuk
menghindari penyelewengan kekuasaan yang bisa
mengakibatkan kerugian pada pemerintahan dan juga rakyat.

6. Demokrasi dengan hak asasi manusia

Prinsip yang ke enam ini berarti demokrasi beradsarkan


UUD 1945 dimana mengakui HAM dengan tujuan bukan
hanya menghormati hak tersebut,namun juga meningkatkan
martabat dan derajat manusia seutuhnya. HAM bersifat
universal dan dimiliki oleh seluruh lapisan masyarakat di
dunia.

7. Demokrasi dengan pengadilan yang merdeka

Demokrasi pancasila berarti menghendaki diberlakukannya


sistem pengadilan yang independen atau merdeka dengan
memberi kesempatan seluasnya kepada pihak yang
berkepentingan untuk mencari dan menemukan hukum yang
paling adil. Semua pihak juga mempunyai hak yang sama
untuk mengajukan pertimbangan, dalil, fakta, saksi, alat
bukti dan petitumnya. Pengadilan di Indonesia bersifat bebas
artinya tidak memihak manapun atau bersifat netral
memberikan sanksi hukuman tanpa melihat status sosial,
ekonomi, dan popularitas individu yang menjalani proses
hukum

8. Demokrasi dengan otonomi daerah

Prinsip yang ke delapan ini berarti demokrasi Pancasila


dijalankan dengan prinsip otonomi dimana pemerintahan
membentuk daerah-daerah otonom pada propinsi dan
kabupaten/kota. Tujuannya adalah supaya bisa mengatur dan

23
menyelenggarakan urusan-urusan pemerintah sebagai
urusan rumah tangganya sendiri yang diserahkan oleh
Pemerintah Pusat. Hal tersebut juga berfungsi untuk
menggali potensi dan memanfaatkannya sebagai instrumen
untuk mengembangkan daerahnya.

9. Demokrasi dengan kemakmuran

Prinsipnya ialah supaya membangun negara yang makmur


oleh dan untuk rakyat Indonesia yang mencakup semua
aspek entah hak dan kewajiban, kedaulatan rakyat,
pembagian kekuasaan, otomi daerah ataupun keadilan
hukum. Hal ini berdampak pada menekannya tingkat konflik
agama maupun antar ras menjadi lebih kecil.

10. Demokrasi yang berkeadilan sosial

Prinsip ke sepuluh berarti demokrasi ini menggariskan


keadilan sosial di antar berbagai kelompok, golong dan
masyarakat. Artinya, semua masyarakat mendapat perlakuan
yang sama, tanpa melihat tingkat sosial maupun golongan
ekonomi tertentu.

24
5. Musyawarah Untuk Mufakat

Ciri-ciri musyawarah untuk mufakat

Musyawarah untuk mufakat adalag berunding untuk menghasilkan


keputusan yang disetujui bersama. Perbedaan pendapat dalam
musyawarah merupakan hal yang lumrah.

Oleh karena itu, perlu dikembangkan sikap menghormati pendapat


atau keputusan orang lain.

Ciri-ciri musywarah untuk mufakat adalah sebagai berikut:

1. Sesuai dengan kepentingan bersama.

2. Pembicaraan harus bisa diterima dengan akal sehat sesuai dengan


hati nurani.

3. Usul atau pendapat yang disampaikan mudah dipahami dan tidak


memberatkan

4. Dalam proses musyawarah, pertimbangan moral lebih diutamakan


dan bersumber dari hati nurani yang luhur.

C. Pemilu di Indonesia

1. Arti dan Makna Pemilu

Pemilihan umum yang disingkat menjadi pemilu, merupakan


sarana bagi rakyat dalam menentukan kriteria dan arah kepemimpinan
negara dalam periode waktu tertentu.

Pemilihan legislatif sebagai puncak pesta pemilu akbar yang


dilaksanakan pada 9 April kemarin, usai sudah. Tentunya sebagai
bangsa yang ingin maju dan mendambakan perubahan, paling tidak kita
harus tahu apa makna dari pemilu itu sendiri. Sebagai sebuah negara
demokrasi, Indonesia telah berulangkali melaksanakan pemilu. Dan

25
peran pemilu sangat jelas terlihat. Singkat kata, dari prosesi tahapan-
tahapan momentum demokrasi, kita akan selalu menemui jejak tapak
eksponen ke-pemilu-an.

Pemilu yang dilaksanakan di Indonesia menandakan bahwa


Indonesia merupakan negara demokrasi. Tak ada demokrasi tanpa
diikuti pemilu. Pemilu merupakan wujud paling nyata dari demokrasi.

Pemilu adalah hak demokrasi yang terjamin sesuatu yang tidak


bisa ditanggalkan. Pelaksanaan Pemilihan Umum untuk memilih
anggota DPR, DPD dan DPRD direspons secara optimistis walaupun
hajat demokrasi kali ini tetap miskin substansi.

Pemilihan umum (pemilu) merupakan salah satu sarana


demokrasi. Pesta demokrasi yang merupakan perwujudan tatanan
kehidupan negara dan masyarakat yang berkedaulatan rakyat,
pemerintahan dari dan untuk rakyat. Melalui pemilu, setidaknya dapat
dicapai tiga hal. Pertama, lewat pemilu kita dapat menguji hak-hak
politik rakyat secara masif dan serempak.Kedua, melalui pemilu kita
dapat berharap terjadinya proses rekrutmen politik secara adil, terbuka,
dan kompetitif. Ketiga, dari pemilihan umum kita menginginkan
adanya pola pergiliran kekuasaan yang damai.

2. Sistem/Macam Pemilu di Indonesia

Ada beberapa sistem pemilu di Indonesia yang


menjadikan pemilu tersebut adalah sesuatu yang istimewa bagi
seluruh warga negara yang ada dalam kawasan Negara Kesatuan
republik Indonesia.

26
 Sistem hak pilih
Hak pilih yang hanya dapat dipergunakan satu kali dengan
usia yang sudah 17 tahun atau sudah menikah dan mempunyai
jiwa raga yang sehat (tidak gila). Hak pilih tidak bisa diwakilkan
apapun alasannya. jika tidak sanggup datang pada tempat
pemilihan maka seseorang dianggap sebagai golongan putih
(golput). sebaiknya gunakan hak pilih, karena menjadi golput
hanya melenyapkan hak dan menggagalkan harapan kita dalam
menentukan seorang pemimpin yang kita inginkan.

 Sistem pemilihan

Yaitu sistem yang mempunyai 2 kategori pemilihan


mekanis yaitu dimana masyarakat secara individu menpunyai hak
masing masing dalam memilih, mengeluarkan suaranya disetiap
tempat pemilihan umum untuk satu wilayah perwakilan yang ada
pada partai politik yang anda inginkan, sedangkan sistem
pemilihan organes yaitu sekelompok individu yang hidup dalam
keragaman perbedaan namun bersatu mebjadi satu kesatuan yang
kuat dalam memanfaatkan hak pilihnya tanpa ada intuminasi,
deskriminasi dan tekanan dari pihak manapun. (baca : fungsi
partai politik)

 Sistem Pembangunan daerah pemilihan

Yaitu sebuah daerah yang memiliki warga yang cukup


banyak namun belum sepenuhnya merasakan pembanguanan
yang merata dari segala sektor kehidupan, dengan adanya pemilu
rakyat dengan mudah akan menilih clon pemimpin yang
mendukung pembangunan wilayah mereka agar sejajar dengan
pembangunan diwilayah lain.

27
 Sistem pencalonan

Yaitu calon pemimpin akan dipromosikan oleh partai


pendukungnya sambil memberitahukan wacana wacana istimewa
yang akan dibuat bagi kemajuan pembangunan didalam negeri
jika terpilih nanti. kampanye yang dilakukan agar masyarakat
bisa melihat, mengetahui, memahami, menyelami latar belakang
calon pemimpin dan memilih calon pemimpinnya yang sesuai
dengan tujuan mereka.

Pemilu merupakan bentuk dari aktifitas kegiatan


demokrasi atau partisipasi seluruh warga negara didalam
pelaksanaan pembangunan negara. pemilu mempunyai beberapa
manfaat yang dapat mempengaruhi kemajuan dan stabilitas
kesejahteraan rakyat dimasa depan.

3. Priode Pemilu di Indonesia

Sebagai negara yang menganut asas demokrasi, penting


bagi warga Indonesia untuk memiliki sebuah proses untuk
memilih orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu.
Proses tersebut kita kenal sebagai Pemilu atau Pemilihan umum.
Pemilu menjadi penting karena pemilu merupakan instrumen
penentu arah kebijakan publik satu Negara.

Di Indonesia sendiri diketahui bahwa Pemilu presiden diadakan


selama 5 tahun sekali, namun sebelum itu prosesnya sempat tidak
seteratur sekarang. Pemilu di Indonesia dimulai sejak tahun 1955,

28
1955, 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999, 2004, 2009, dan
2014.

Pemilu 1955

Pemilu 1955 diadakan dua kali berdasarkan amanat UU


No. 7 Tahun 1953. Keduanya dibedakan berdasarkan tujuannya;
Pemilu pertama yang dilaksanakan pada tanggal 29 September
1955 diadakan untuk memilih anggota-anggota DPR. Pemilu
kedua, 15 Desember 1955 untuk memilih anggota-anggota
Dewan Konstituante.

Pada pemilu pertama diikuti oleh 118 peserta yang tediri


dari 36 partai politik, 34 organisasi kemasyarakatan, dan 48
perorangan, sedangkan untuk Pemilu kedua diikuti oleh 91
peserta yang terdiri dari 39 partai politik, 23 organisasi
kemasyarakatan, dan 29 perorangan.

Pemilu 1971

Pemilihan Umum kedua ini terjadi pada Masa Orde Baru


berasaskan UU No.15 Tahun 1969. Dilaksanakan pada tanggal 5
Juli 1971 dengan tujuan pemilihan anggota DPR dengan sistem
perwakilan berimbang (proporsional) dengan stelsel daftar.

10 partai politik ikut dalam pemilu ini; Partai Nadhalatul


Ulama, Partai Muslim Indonesia, Partai Serikat Islam Indonesia,
Persatuan Tarbiyah Islamiiah, Partai Nasionalis Indonesia, Partai
Kristen Indonesia, Partai Katholik, Partai Ikatan Pendukung
Kemerdekaan Indonesia, Partai Murba dan Sekber Golongan
Karya.

29
Pemilu 1977-1997

Menggunakan sistem yang sama pada sistem yang


digunakan pada Pemilu 1971, Pemilu yang terjadi di Masa Orde
Baru ini diawali pada tanggal 2 Mei 1977. Berkat terjadinya fusi
(peleburan) parpol peserta Pemilu, Pemilu 1977-1997 diikuti
hanya 3 peserta;

 Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang


merupakan fusi dari partai NU, Parmusi, Perti, dan
PSII.
 Partai Golongan Karya (GOLKAR)
 Partai Demokrasi Indonesia (PDI) yang
merupakan fusi dari PNI, Parkindo, Partai Katolik,
Partai IPKI dan Partai Murba.
 Pemilu 1999

Mengingat jaraknya yang berdekatan, persiapannyapun


tergolong singkat, pelaksanaan pemilu 1999 ini tetap dilakukan
sesuai jadwal, yakni 7 Juni 1999. Tidak seperti yang diprediksi
dan dikhawatirkan banyak pihak sebelumnya, ternyata Pemilu
1999 dapat terlaksana dengan damai, tanpa ada kekacauan yang
berarti.

Pemilu 1999 menandai pemilihan pertama pada Masa


Reformasi. Dilakukan serentak di seluruh Indonesia. Dari Pemilu
1999 inilah demokrasi di Indonesia bangkit. Terbukti melalui
jumlah peserta yang ikut dalam pemilihan. Terdapat 48 Partai
Politik menjadi peserta pemilu saat itu.

30
Pemilu 2004

Pada Pemilu 2004, masyarakat dapat secara langsung


memilih DPR, DPD, DPRD serta Presiden dan Wakil Presiden.
Pemilu 2004 diselenggarakan secara serentak pada tanggal 5
April 2004 untuk memilih 550 anggota DPR, 128 Anggota DPD
serta DPRD periode 2004-2009. Sedangkan untuk pemilihan
presiden dan wakil presiden dilaksanakan pada 5 Juli 2004
(putaran I) dan 20 September 2004 (putaran II). Pemilu 2004
menunjukan kemajuan dalam demokrasi kita.

Pemilu 2009

Pemilu 2009 merupakan pemilihan umum kedua setelah


Pemilu 2004 yang diikuti pemilihan langsung presiden dan wakil
presiden. Ketentuan dalam pemilihan presiden dan wakil presiden
ini ditentukan bahwa pasangan calon terpilih adalah pasangan
yang memperoleh suara lebih dari 50% dari jumlah suara dengan
sedikitnya 20% suara di setiap provinsi yang tersebar di lebih dari
50% jumlah provinsi di Indonesia. Peserta pemilu anggota DPR,
DPD dan DPRD tahun 2009 diikuti oleh 44 Partai Politik
(Parpol), yang terdiri dari 38 partai nasional dan 6 partai lokal
Aceh.

Pemilu 2014

Diadakan dua kali pada tanggal 9 April 2014 dengan


tujuan pemilihan para anggota legislatif, disusul 3 bulan
setelahnya pada tanggal 9 Juli 2014 dengan tujuan pemilihan
Presiden dan Wakil Presiden.

31
Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah 2014
(biasa disingkat Pemilu Legislatif 2014) untuk memilih 560
anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), 132 anggota Dewan
Perwakilan Daerah (DPD), serta anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD Provinsi maupun DPRD Kabupaten/Kota)
se-Indonesia periode 2014-2019.

4. Kampanye Pemilu

Apa itu kampanye? Pengertian Kampanye adalah serangkaian


usaha dan tindakan komunikasi (baca: pengertian komunikasi)
yang terencana untuk mendapatkan dukungan dari sejumlah besar
khalayak yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang
secara terorganisir dalam suatu proses pengambilan keputusan
dan dilakukan secara berkelanjutan dalam kurun waktu tertentu.

Mengacu pada definisi kampanye di atas, maka semua kegiatan


kampanye ini harus memiliki empat unsur berikut:

Kegiatan kampanye bertujuan untuk menciptakan dampak atau


efek tertentu
Sasaran kampanye adalah khalayak dalam jumlah yang besar
Kegiatan kampanye umumnya fokus dalam waktu tertentu
Kampanye dilakukan melalui serangkaian tindakan komunikasi
yang terorganisir
Secara etimologi kata kampanye berasal dari bahasa Perancis,
yaitu “Campaign” yang artinya lapangan, operasi militer. Istilah
kampanye banyak digunakan untuk berbagai kegiatan, baik itu

32
dalam pemasaran bisnis, pemilihan pemimpin (PILPRES,
PILKADA), kegiatan sosial, dan berbagai kegiatan lainnya.

5. Pemungutan Suara

Pemungutan suara rahasia adalah sebuah metode


pemungutan suara di mana para pemilih dapat memberikan suara
dalam sebuah pemilihan atau referendum secara anonim, untuk
menghindari upaya seorang pemilih dipengaruhi dengan
intimidasi dan jual-beli suara. Sistem tersebut adalah salah satu
cara untuk mencapai tujuan privasi politik.

Pemungutan suara rahasia digunakan pada beberapa


sistem pemungutan suara yang berbeda. Bentuk paling dasar
adalah dengan menggunakan secarik kertas, di mana setiap
pemilih hanya menuliskan pilihannya saja.

C. Reformasi

1. Pengertian, Tujuan dan Syarat Reformasi

Apa yang dimaksud dengan reformasi (reformation)?


Secara umum, pengertian reformasi adalah proses perubahan atau
pembentukan kembali suatu tatanan kehidupan yang lama,
diganti dengan tatanan kehidupan yang baru.

Pendapat lain mengatakan bahwa arti reformasi adalah


proses pembentukan atau perubahan sistem yang telah ada pada
suatu masa diganti dengan yang baru. Perubahan dan perbaikan
tersebut utamanya dilakukan pada bidang politik, ekonomi,
sosial, hukum, dan pendidikan.

33
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), pengertian reformasi adalah suatu perubahan yang
terjadi secara drastis dimana tujuannya adalah untuk perbaikan di
bidang sosial, politik, agama, dan ekonomi, dalam suatu
masyarakat atau negara.

Reformasi tidak terjadi begitu saja, ada beberapa syarat


terjadinya suatu reformasi. Berikut ini adalah beberapa syarat
terjadinya reformasi:

 Adanya penyimpangan-penyimpangan yang terjadi


dalam penyelenggaraan negara atau dalam masyarakat.
 Adanya harapan dan cita-cita positif yang ingin
dicapai oleh masyarakat di masa depan.
 Adanya moral dan etika dalam mencapai cita-cita
yang ingin dicapai.

adapun beberapa tujuan reformasi adalah sebagai berikut:

 Untuk membuat perubahan serius dan bertahap agar


seluruh elemen masyarakat nilai-nilai baru dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
 Untuk melakukan penataan kembali terhadap seluruh
struktur kenegaraan, termasuk konstitusi dan perundang-
undangan yang selama ini menyimpang dari arah
perjuangan dan cita-cita masyarakat dan negara.
 Untuk memperbaiki setiap bidang kehidupan
bermasyarakat dan bernegara, mencakup bidang politik,
ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan.

34
 Mengubah atau menghilangkan kebiasaan atau cara-
cara hidup yang tidak sesuai dengan semangat reformasi.
Misalnya, perilaku Kolusi Korupsi Nepotisme (KKN),
sikap otoriter, penyimpangan, penyelewengan, dan lain-
lain.

2. Gerakan Reformasi

Banyak hal yang mendorong timbulnya reformasi pada


masa pemerintahan Orde Baru, terutama terletak pada
ketidakadilan di bidang politik, ekonomi dan hukum. Tekad Orde
Baru pada awal kemunculannya pada tahun 1966 adalah akan
melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.

Setelah Orde Baru memegang tumpuk kekuasaan dalam


mengendalikan pemerintahan, muncul suatu keinginan untuk
terus menerus mempertahankan kekuasaannya atau status quo.
Hal ini menimbulkan akses-akses nagatif, yaitu semakin jauh dari
tekad awal Orde Baru tersebut. Akhirnya penyelewengan dan
penyimpangan dari nilai-nilai Pancasila dan ketentuan-ketentuan
yang terdapat pada UUD 1945, banyak dilakukan oleh
pemerintah Orde Baru.

Demokrasi yang tidak dilaksanakan dengan semestinya


akan menimbulkan permasalahan politik. Ada kesan kedaulatan
rakyat berada di tangan sekelompok tertentu, bahkan lebih
banyak di pegang oleh para penguasa. Dalam UUD 1945 Pasal 2
telah disebutkan bahwa “Kedaulatan adalah ditangan rakyat dan
dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR”.

35
Gerakan reformasi menuntut untuk dilakukan reformasi
total di segala bidang, termasuk keanggotaan DPR dam MPR
yang dipandang sarat dengan nuansa KKN.

Gerakan reformasi juga menuntut agar dilakukan


pembaharuan terhadap lima paket undang-undang politik yang
dianggap menjadi sumber ketidakadilan, di antaranya :

 UU No. 1 Tahun 1985 tentang Pemilihan Umum


 UU No. 2 Tahun 1985 tentang Susunan, Kedudukan,
Tugas dan Wewenang DPR / MPR
 UU No. 3 Tahun 1985 tentang Partai Politik dan
Golongan Karya.
 UU No. 5 Tahun 1985 tentang Referendum
 UU No. 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Massa.

36
3. Pancasila sebagai Paradigma Reformasi,Reformasi Hukum,

Reformasi Politik, dan Reformasi Ekonomi.

Pancasila sebagai paradigma reformasi adalah dimana


apabila terjadi suatu perubahan kedepannya maka asumsi-asumsi
dasar atau nilai-nilai yang mendukung perubahan tersebut
haruslah selalu berlandaskan pada pancasila.

Bangsa Indonesia ingin mengadakan suatu perubahan,


yaitu menata kembali kehidupan berbangsa dan bernegara demi
terwujudnya masyarakat madani yang bermatabat kemanusiaan
yang menghargai hak-hak asasi manusia, masyarakat yang
demokratis yang bermoral religius serta masyarakat yang
bermoral kemanusiaan dan beradab.

Berbagai gerakan muncul disertai dengan akibat tragedi


kemanusiaan yang sangat memilukan dan menelan banyak
korban jiwa dari anak-anak bangsa sebagai rakyat kecil yang
tidak berdosa dan mendambakan perdamaian ketenteraman serta
kesejahteraan.

Namun demikian di balik berbagai macam keterpurukan


bangsa Indonesia tersebut masih tersisa satu keyakinan akan nilai
yang memilikinya yaitu nilai-nilai yang terakar dari pandangan
hidup bangsa Indonesia sendiri yaitu nilai-nilai Pancasila.
Reformasi adalah menata kehidupan bangsa dan negara dalam
system Negara di bawah nilai-nilai Pancasila, bukan
menghancurkan dan membubarkan bangsa dan negara Indonesia.

Bahkan pada hakikatnya reformasi itu sendiri adalah


mengembalikan tatanan kebenaraan kearah sumber nilai yang

37
merupakan Platform kehidupan bersama bangsa Indonesia,
yangselama ini diselewengkan demi kekuasaan sekelompok
orang baik pada masa orde lama maupun orde baru. Oleh karena
itu proses reformasi walaupun dalam lingkup pengertian
reformasi total harus memiliki platform dan sumber nilai yang
jelas merupakan arah, tujuan, serta cita-cita yaitu nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila.

Reformasi dengan melakukan perubahan dalam berbagai


bidang yang sering diteriakkan dengan jargon reformasi total
tidak mungkin melakukan perubahan terhadap sumbernya itu
sendiri. Oleh karena itu justru sebaliknya reformasi itu harus
memiliki tujuan, dasar, cita-cita serta platform yang jelas dan bagi
bangsa Indonesia Nilai-nilai Pancasila itulah yang merupakan
paradigma Reformasi Total tesebut.

1. Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi Hukum

Dalam era reformasi akhir-akhir ini, seruan dan tuntutan


rakyat terhadap pembaharuan hukum sudah merupakan suatu
keharusan karena proses reformasi yang melakukan penataan
kembali tidak mungkin dilakukan tanpa melakukan perubahan-
perubahan terhadap peraturan perundang-undangan. Agenda
yang lebih konkrit yang diperjuangkan oleh para reformis yang
paling mendesak adalah reformasi bidang hukum.

Hal ini berdasarkan pada suatu kenyataan bahwa setelah


peristiwa 21 Mei 1998 saat runtuhnya kekuasaan Orde Baru,
salah satu sub system yang mengalami kerusakan parah selama

38
Orde Baru adalah bidang hukum. Produk hukum baik materi
maupun penegakkannya dirasakan semakin menjauh dari nilai-
nilai kemanusiaan, kerakyatan, serta keadilan. Sub-sistem hukum
nampaknya tidak mampu menjadi pelindung bagi kepentingan
masyarakat dan yang berlaku hanya bersifat imperative bagi
penyelenggara pemerintahan.

2. Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi Politik

Landasan sumber nilai system politik Indonesia


dalam pembukaan UUD’45 alenia IV, jika dikaitkan dengan
alenia II, dasar politik ini menunjukkan bentuk dan bangunan
kehidupan masyarakat Indonesia. Namun dalam kenyataannya
nilai demokrasi ini pada masa Orla dan Orba tidak dilaksanakan
sebagaimana mestinya.

Reformasi politik pada dasarnya berkenaan dengan


masalah kekuasaan yang memang diperlukan oleh negara
maupun untuk menunaikan dua tugas pokok yaitu memberikan
kesejahteraan dan menjamin keamanan bagi seluruh warganya.
Reformasi politik terkait dengan reformasi dalam bidang-bidang
kehidupan lainnya, seperti bidang hukum, ekonomi, sosial
budaya serta hakamnas. Misalnya, dalam bidang hukum, segala
kegiatan politik harus sesuai dengan kaidah hukum, oleh karena
itu hukum harus dibangun secara sistematik dan terencana
sehingga tidak ada kekosongan hukum dalam bidang apapun.
Jangan sampai ada UU tetapi tidak ada PP pelaksanaanya yang
sering kita alami selama ini.

39
3. Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi Ekonomi

Sistem ekonomi Indonesia pada masa Orba bersifat


birokratik otoritarian. Kebijaksanaan ekonomi yang selama ini
diterapkan hanya mendasarkan pada pertumbuhan dan
mengabaikan prinsip kesejahteraan bersama yang kenyataannya
hanya menyentuh kesejahteraan sekelompok kecil orang. Maka
dari itu perlu dilakukan langkah yang strategis dalam upaya
melakukan reformasi ekonomi yang berbasis pada ekonomi
rakyat yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila.

5. Dampak Reformasi

DAMPAK POSITIF REFORMASI

1. Terjadinya Amandemen UUD 1945

Hakikatnya merupakan tuntutan bagi adanya penatanan ulang


kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini dilatarbelakangi oleh
sistem perwakilan masa Orde Baru yang bersifat semu dan pada
kenyataannya kekuasaan yang besar berada pada presiden dan adanya
pasal-pasal yang multitafsir. Amandemen ini akhirnya berhasil memuat
aturan tentang mekanisme pemilihan presiden secara langsungdan
pembatasan masa jabatan presiden.

40
2. Pers yang lebih bebas

Setelah pers yang pada masa Orde Baru hanya bertujuan


untuk memperkuat status quo, era Reformasi member pencerahan
terhadap masalah kebebasan pers. Hal ini menguntungkan bagi
masyarakat dalam hal menyebarluaskan innformasi dan memfasilitasi
pembentukan opini publik dalam rangka mencapai konsensus bersama
atau mengontrol kekuasaan penyelenggara negara. Fenomena
kebebasan pers ini ditandai dengan munculnya media-media baru, baik
media cetak aupun elektronik.

3. Restrukturisasi ABRI

Orde Baru yang menjadikan ABRI sebagai “mesin politik”


akhirnya turun. Dwi Fungsi ABRI pun dihapuskan agar ABRI dapat
menjalankan fungsi sebagai kekuatan pertahanan dan keamanan secara
lebih baik. Hal ini ditandai dengan adanya pemisahan POLRI dan TNI.

4. Lahirnya Otonomi Daerah

Era Reformasi ditandai dengan berakhirnya peran pemerintah


pusat yang besar serta menjadi titik sentral sebagai tanda bangkitnya
demokrasi. Maka lahirlah kewenangan luas kepada daerah untuk
mengatur serta mengurus kepentingan masyarakatnya sesuai aspirasi
masyarakat yang sejalan dengan semangat demokrasi. Hal itu
menimbulkan munculnya “raja-raja kecil” di daerah serta masalah
koordinasi antar daerah otonom tingkat provinsi dan kabupaten.Maka
dibentuklah kebijakan Otonomi Daerah untuk mengatas masalah
tersebut.

41
DAMPAK NEGATIF REFORMASI

1. Munculnya Euforia Kebebasan

Masa reformasi memberi peluang yang besar kepada


masyarakat untuk ikut serta dalam memberikan tanggapan kritik
terhadap pemerintah karena hilangnya sistem yang mengekang
kebebasan berpendapat. Namun, hal itu justru berdampak pada
munculnya aksi-aksi unjuk rasa terhadap kinerja pemerintah yang
berlebihan. Dari kebebasan yang berlebihan tersebut juga muncul
gerakan separatis di Indonesia, seperti: GAM (Gerakan Aceh
Merdeka) dan OPM (Organisasi Papua Merdeka) yang mengganggu
kenyamanan serta menimbulkan kerusuhan di masyarakat.

5. Reformasi di Tengah Satu Abad Kebangkitan Nasional


Satu abad yang lalu, tepatnya tanggal 20 Mei 1908, lahirlah
Boedi Oetomo, organisasi modern yang pertama dari putera-putera
“Bumi Putra”, yang kemudian diakui menjadi Hari Kebangkitan
Nasional Bangsa Indonesia.

Meneropong kelahiran Boedi Oetomo dengan kaca mata


keadaan kehidupan bangsa Indonesia dewasa ini, tidak sedikit
menimbulkan berbagai pertanyaan reflektif yang jawabannya tentu
bervariasi tergantung bagaimana akal budi, hati dan pikiran kita
masing-masing. Namun apabila akal budi, hati dan pikiran kita bersama
kita posisikan sebagai bangsa Indonesia, kiranya jawabannya tentu
tidak akan jauh berbeda satu dengan yang lain, terlebih-lebih apabila

42
dijiwai dengan semangat ke-Indonesia-an yang kita cita-citakan
bersama.

Mengapa Boedi Oetomo lahir saat itu dan mengapa hari


kelahirannya kita akui menjadi tonggak awal kebangkitan nasional
bangsa kita. Untuk menjawab pertanyaan sederhana tersebut, kita
telusuri keadaan obyektif yang berkembang sampai saat itu dan
keadaan subyektif dari para pendirinya. Jawaban reflektif yang kita
peroleh kita hadapkan dengan keadaan bangsa kita yang berkembang
dewasa ini, yang diyakini setiap warga bangsa sebagai keadaan yang
sangat memprihatinkan.

43
BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN
Perjalanan demokrasi di Indonesia yang begitu panjang tentu
mengalami banyak cobaan. Namun kegigihan bangsa mampu melewati
masalah-masalah demokrasi yang ada. Tak salah jika salah satu
lembagai penelitian di Amerika bernama Freedom House
mengumumkan bahwa Indonesia merupakan negara berkembang
paling sukses dalam menjalankan sistem demokrasi. Semoga ke
depannya demokrasi di Indonesia bisa menuju ke arah yang semakin
baik lagi.

44
Daftar Pustaka

https://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi_di_Indonesia
https://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi
http://materi4belajar.blogspot.com/2017/01/demokrasi-pengertian-makna-dan-
hakikat.html
https://learniseasy.com/nilai-nilai-demokrasi-dan-pengertian-demokrasi.html
https://www.amazine.co/40007/inilah-18-kelebihan-dan-kekurangan-demokrasi/
https://www.kompasiana.com/firentiaemanuela1410/5c00452b6ddcae34b64044d3
/pelaksanaan-demokrasi-di-indonesia
https://brainly.co.id/tugas/13350545
https://guruppkn.com/sistem-pemilu-di-indonesia
https://gagasanhukum.wordpress.com/tag/membaca-makna-pemilu/
http://tugaskuliah15.blogspot.com/2015/10/makalah-pancasila-sebagai-
paradigma.html

45

Anda mungkin juga menyukai