Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Berkat rahmat dan
hidayah-Nya makalah yang berjudul “Pemilihan Umum di Indonesia” ini dapat
diselesaikan dengan lancar. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW serta keluarganya, para sahabatnya dan kepada
kita selaku umatnya yang senantiasa taat sampai akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa selama penyusunan makalah ini penulis
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, ucapan terima kasih
dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada:
1. Agus Nurulsyam Suparman, S.IP., M.Si. selaku dosen mata kuliah Sistem
Kepartaian dan Pemilu Indonesia yang membantu penulis dalam penyusunan
makalah ini;
2. Rekan-rekan kelas regular ABC angkatan 2017, yang selalu berbagi ilmu dan
memotivasi penulis untuk menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya;
3. Pihak-pihak lainya yang tidak dapat penulis tuliskan satu per-satu namanya.
Akhirnya, penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penulis dan umumnya bagi pembaca serta dapat memberikan sumbangan
pemikiran bagi perkembangan politik di Indonesia dan kelancaran Pemilu yang
akan datang.

Ciamis, Desember 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Maksud 3
1.4 Tujuan 3

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pemilihan Umum 4
2.2 Tujuan dan Manfaat Pemilihan Umum 5
2.3 Dasar Hukum dan Landasan Pemilihan Umum Di Indonesia 6
2.4 Asas-asas Pemilihan Umum di Indonesia 7
2.5 Jenis-jenis Pemilihan Umum di Indonesia 8
2.6 Tahapan Pemilihan Umum di Indonesia 9

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan 11
3.2 Saran 12
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di kebanyakan negara demokrasi, pemilihan umum dianggap lambang,


sekaligus tolak ukur dari sebuah demokrasi. Hasil pemilihan umum yang
diselenggarakan dalam suasana keterbukaan dengan kebebasan berpendapat dan
kebebasan berserikat, dianggap mencerminkan walaupun tidak begitu akurat,
partisipasi dan kebebasan masyarakat. Sekalipun demikian, disadari bahwa
pemilihan umum (PEMILU) tidak merupakan satu-satunya tolak ukur dan perlu
dilengkapi dengan pengukuran beberapa kegiatan lain yang lebih bersifat
berkesinambungan, seperti partisipasi dalam kegiatan partai, lobbying, dan
sebagainya.
Di banyak negara berkembang beberapa kebebasan seperti yang dikenal di
dunia barat kurang diindahkan. Seperti Indonesia, perkembangan demokrasi di
Indonesia telah mengalami pasang surut. Selama 73 tahun berdirinya Republik
Indonesia ternyata masalah pokok yang kita hadapi adalah bagaimana dalam
masyarakat yang beraneka ragam pola budayanya dapat mempertinggi tingkat
kehidupan ekonomi disamping membina suatu kehidupan sosial dan politik yang
demokratis.pada pokok masalah ini berkisar pada penyusunan suatu sistem politik
dimana kepemimpinaan cukup kuat untuk melaksanakan pembangunan ekonomi
serta nation building, dengan partisipasi rakyat seraya menghindarkan timbulnya
diktator.
Pemilihan umum juga menunjukkan seberapa besar partisipasi politik
masyarakat, terutama di negara berkembang. Kebanyakan negara ini ingin cepat
mengadakan pembangunan untuk mengejar keterbelakangannya, karena dianggap
bahwa berhasil tidaknya pembangunan banyak bergantung pada partisipasi rakyat.
Ikut sertanya masyarakat akan membantu penanganan masalah-masalah yang
ditimbulkan oleh perbedaan-perbedaan etnis, budaya, status sosial, ekonomi,
budaya, dan sebagainya. Integritas nasional, pembentukan identitas nasional, serta
loyalitas terhadap negara diharapkan akan ditunjang pertumbuhannya melalui
partisipasi politik.

1
Di beberapa negara berkembang partisipasi yang bersifat otonom, artinya lahir
dari mereka sendiri, masih terbatas. Dibeberapa negara yang rakyatnya apatis,
pemerintah menghadapi masalah bagaimana meningkatkan partisipasi itu, sebab
jika partisipasi mengalami jalan buntu , dapat terjadi dua hal yaitu “anomi” atau
justru “revolusi”. Maka melalui pemilihan umum yang sering didefenisikan
sebagai “pesta kedaulatan rakyat”, masyarakat dapat secara aktif menyuarakan
aspirasi mereka baik itu ikut berpartisipasi dalam kegiatan partai, ataupun
“menitipkan” dan “mempercayakan” aspirasi mereka pada salah satu partai
peserta PEMILU yang dianggap dapat memenuhi, serta menjalankan aspirasi
masyarakat tyang telah dipercayakan pada partai tersebut.
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang dan juga sebagai demokrasi
yang sedang berusaha mencapai stabilitas nasional dan memantapkan kehidupan
politik juga mengalami gejolak-gejolak sosial dan politik dalam proses pemilihan
umum. Hal inilah yang menjadi latar belakang penulis dalam menulis makalah
(papers) ini, selain sebagai pemenuhan tugas sistem politik Indonesia. Dalam
perkembangan kehidupan politiknya, Indonesia selalu berusaha memperbaharui
sistem pemlihan umumbaik itu dengan mengadopsi sistem yang ada di dunia barat
(walaupun tidak semuanya bekerja efektif di dalam negeri kita) untuk mencapai
stabilitas nasional dan politik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan pemilihan umum?
2. Apa tujuan dan manfaat dari pemilihan umum?
3. Apa yang menjadi dasar hukum dan landasan pemilihan umum di
Indonesia?
4. Bagaimana asas-asas pemilihan umum di Indonesia?
5. Apa saja jenis-jenis pemilihan umum di Indonesia?
6. Bagaimana tahapan pemilihan umum yang ada di Indonesia?
1.3 Maksud
Maksud penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
kelompok mata kuliah Sistem Kepartaian dan Pemilu Indonesia. Selain itu
makalah ini dimaksudkan sebagai sumber referensi penulisan makalah bagi

2
penulis selanjutnya, dan makalah ini juga bisa menambah wawasan tentang materi
“Pemilihan Umum (PEMILU)”

1.4 Tujuan
1. Mengetahui pengetian dari pemilihan umum.
2. Mengetahui tujuan dan manfaat pemilihan umum.
3. Mengetahui dasar hukum dan landasan pemilihan umum di Indonesia.
4. Mengetahui asas-asas pemilihan umum di Indonesia.
5. Mengetahui jenis-jenis pemilihan umum di Indonesia.
6. Mengetahui tahapan pemilihan umum yang ada di Indonesia.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pemilihan Umum


Menurut teori demokrasi klasik pemilu merupakan suatu Transmission of
Belt sehingga kekuasaan yang berasal dari rakyat dapat beralih menjadi kekuasaan
negara yang kemudian menjelma dalam bentuk wewenang pemerintah untuk
memerintah dan mengatur rakyat. Berikut beberapa pernyataan para ahli
mengenai pemilu:
 Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim: Pemilihan umum tidak lain adalah
suatu cara untuk memilih wakil-wakil rakyat. Dan karenanya bagi suatu
negara yang menyebut dirinya sebagai negara demokrasi, pemilihan umum itu
harus dilaksanakan dalam wakru-waktu tertentu.
 Bagir Manan: Pemilhan umum yang diadakan dalam siklus lima (5) tahun
sekali merupakan saat atau momentum memperlihatkan secara nyata dan
langsung pemerintahan oleh rakyat. Pada saat pemilihan umum itulah semua
calon yang diingin duduk sebagai penyelenggara negara dan pemerintahan
bergantung sepenuhnya pada keinginan atau kehendak rakyat.
Dalam UU RI No. 12 tahun 2003 tentang pemilu anggota DPR, DPP dan
DPRD pasal 1 berbunyi “Pemilihan umum yang selanjutnya disebut PEMILU
adalah sarana kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.” Dan UU NO. 23 tahun 2003 mengatur
pemilu untuk presiden dan wakil presiden negara RI yang dipilih langsung oleh
rakyat menyatakan bahwa Pemilu merupakan syarat mutlak bagi negara
demokrasi untuk melaksanakan kedaulatan rakyat karena dengan banyaknya
jumlah penduduk demi seorang dalam menentukan jalannya pemerintahan oleh
sebab itu kedaulatan rakyat dilaksanakan dengan cara perwakilan.
Salah satu wujud demokrasi adalah dengan Pemilihan Umum. Dalam kata
lain, Pemilu adalah pengejawantahan penting dari “demokrasi prosedural”.
Berkaitan dengan ini, Samuel P. Huntington dalam Sahid Gatara (2008: 207)
menyebutkan bahwa prosedur utama demokrasi adalah pemilihan para pemimpin
secara kompetitif oleh rakyat yang bakal mereka pimpin. Selain itu, Pemilu sangat

4
sejalan dengan semangat demokrasi secara subtansi atau “demokrasi subtansial”,
yakni demokrasi dalam pengertian pemerintah yang diselenggarakan dari rakyat,
oleh rakyat dan untuk rakyat. Artinya, rakyatlah yang memegang kekuasaan
tertinggi.
Dari beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan mengenai pengertian
pemilihan umum secara luas yaitu sebagai sarana yang penting dalam kehidupan
suatu negara yang menganut azas Demokrasi yang memberi kesempatan
berpartisipasi politik bagi warga negara untuk memilih wakil-wakilnya yang akan
menyuarakan dan menyalurkan aspirasi mereka. Secara sederhana, Pemilihan
Umum didefinisikan sebagai suatu cara atau sarana untuk menentukan orang-
orang yang akan mewakili rakyat dalam menjalankan pemerintahan.

2.2 Tujuan dan Manfaat Pemilihan Umum


Tujuan diselenggarkannya Pemilihan Umum adalah untuk memilih wakil
rakyat dan wakil daerah untuk membentuk pemerintahan yang demokratis, kuat
dan memperoleh dukungan dari rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan
nasional. Pada dasarnya ada beberapa tujuan yang mendasari pelaksanaan pemilu
di Indonesia, diantaranya sebagai berikut :
a. Untuk memilih anggotar DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota.
b. Melaksanakan demokrasi Pancasila.
c. Untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
d. Untuk mempertahankan tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
e. Melaksanakan hak politik warga negara Indonesia.
f. Menjamin kesinambungan pembangunan.
g. Memungkinkan terjadinya peralihan pemerintahan secara aman dan tertib.
h. Untuk melaksanakan kedaulatan rakyat dalam negara.
Pemilihan Umum yang dilaksanakan di Indonesia pasti memiliki beberapa
manfaat, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Sebagai implementasi perwujudan kedaulatan rakyat.
Asumsi demokrasi adalah kedaulatan terletak di tangan rakyat. Karena rakyat
yang berdaulat itu tidak bisa memerintah secara langsung maka melalui

5
pemilu rakyat dapat menentukan wakil-wakilnya dan para wakil rakyat
tersebut akan menentukan siapa yang akan memegang tampuk pemerintahan.
2. Sebagai sarana untuk membentuk perwakilan politik.
Melalui pemilu, rakyat dapat memilih wakil-wakilnya yang dipercaya dapat
mengartikulasikan aspirasi dan kepentingannya. Semakin tinggi kualitas
pemilu, semakin baik pula kualitas para wakil rakyat yang bisa terpilih dalam
lembaga perwakilan rakyat.
3. Sebagai sarana untuk melakukan penggantian pemimpin secara konstitusional.
Pemilu bisa mengukuhkan pemerintahan yang sedang berjalan atau untuk
mewujudkan reformasi pemerintahan. Melalui pemilu, pemerintahan yang
aspiratif akan dipercaya rakyat untuk memimpin kembali dan sebaliknya jika
rakyat tidak percaya maka pemerintahan itu akan berakhir dan diganti dengan
pemerintahan baru yang didukung oleh rakyat.
4. Sebagai sarana bagi pemimpin politik untuk memperoleh legitimasi.
Pemberian suara para pemilih dalam pemilu pada dasarnya merupakan
pemberian mandat rakyat kepada pemimpin yang dipilih untuk menjalankan
roda pemerintahan. Pemimpin politik yang terpilih berarti mendapatkan
legitimasi (keabsahan) politik dari rakyat.
5. Sebagai sarana partisipasi politik masyarakat untuk turut serta menetapkan
kebijakan publik.
Melalui pemilu, rakyat secara langsung dapat menetapkan kebijakan publik
melalui dukungannya kepada kontestan yang memiliki program-program yang
dinilai aspiratif dengan kepentingan rakyat. Kontestan yang menang karena
didukung rakyat harus merealisasikan janji-janjinya itu ketika telah memegang
tampuk pemerintahan.

2.3 Dasar Hukum dan Landasan Pemilihan Umum Di Indonesia


Dasar hukum Pemilihan Umum adalah:
1. Pancasila
2. Undang-Undang Dasar 1945
3. Ketetapan MPR tentang GBHN
4. Ketetapan MPR tentang Pemilu

6
5. Undang-Undang Nomor 31 tahun 2002 tentang Partai Politik
6. Undang-Undang Nomor 12 tahun 2003 tentang Pemilu
Sedangkan landasan Pemilihan Umum di Indonesia meliputi:
1. Landasan Idiil pemilu adalah Pancasila.
2. Landasan konstitusional adalah Undang-Undang Dasar 1945.
3. Landasan Operasional adalah :
a. Ketetapan MPR No. III / MPR / 1998
b. UU No. 31 tahun 2002 tentang Partai Politik
c. UU No. 12 tahun 2003 tentang Pemilu

2.4 Asas-Asas Pemilihan Umum Di Indonesia


Dalam melaksanakan Pemilu, suatu negara demokrasi harus berprinsip pada
kebebasan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 tahun 2003 tentang
Pemilihan Umum, pada pasal 2 disebutkan bahwa : Pemilu dilaksanakan
berdasarkan asas Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur, dan Adil.
a) Langsung
Maksudnya rakyat punya hak secara langsung memberikan suaranya sesuai
hati nurani tanpa perantara.
b) Umum
Maksudnya semua WNRI yang mempunyai persyaratan minimal dalam usia
yang telah ditetapkan berhak memilih dan dipilih dalam Pemilu.
c) Bebas
Maksudnya setiap WNRI berhak memilih dan dijamin keamanannya untuk
melakukan pemilihan sesuai hati nurani tanpa pengaruh, tekanan, dan paksaan.
d) Rahasia
Maksudnya Pemilu dijamin peraturan dan tidak diketahui oleh siapapun
dengan jalan apapun mengenai apa yang dipilihnya.
e) Jujur
Maksudnya dalam penyelenggaraan Pemilu, pengawas dan pemantau pemilu,
dan semua pihak yang terlibat secara langsung harus bersikap jujur dengan
peraturan UU yang berlaku.
f) Adil

7
Maksudnya para pemilih mendapat perlakuan sama serta bebas dari
kecurangan pihak manapun juga.
2.5 Jenis-jenis Pemilihan Umum di Indonesia
a) Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD
Berdasarkan ketentuan umum pasal 1 UU Nomor 10 Tahun 2008 tentang
Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD, yang dimaksud dengan Pemilu
Anggota DPR, DPD dan DPRD adalah pemilu untuk memilih anggota DPR,
DPD dan DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
b) Pemilu Presiden dan Wakil Presiden
Sejak Pemilu Tahun 2004, presiden atau wakil presiden dipilih secara
langsung oleh rakyat. Sebelumnya, presiden atau wakil presiden dipilih oleh
anggota DPR/MPR. Pemilu presiden dan wakil presiden adalah pemilu untuk
memilih pasangan calon presiden dan wakil presiden yang diusulkan oleh
parpol atau gabungan parpol secara berpasangan.
c) Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
Pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah pemilu untuk memilih
pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah yang diusulkan oleh
parpol atau gabungan parpol dan perseorangan. Sejak tahun 2005, telah
diselenggarakan Pilkada secara langsung, baik di tingkat provinsi maupun
kabupaten/kota. Penyelenggaraan ini diatur dalam UU Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah yang menyebutkan bahwa “Kepala daerah dan
wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan
secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan
adil”. Pilkada masuk dalam rezim Pemilu setelah disahkannya UU Nomor 22
Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum sehingga sampai saat ini
Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah lebih dikenal dengan istilah
Pemilukada. Pada tahun 2008, tepatnya setelah diberlakukannya UU Nomor
12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas UU Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah.

8
2.6 Tahapan Pemilihan Umum di Indonesia
1. Pemutakhiran data pemilih dan penyusunan daftar pemilih
Kegiatan awal yang perlu dilakukan untuk melaksanakan pemilu adalah
pendaftaran orang-orang yang memilki hak untuk memilih, misalnya yang sudah
berusia minimal 17 tahun, bukan anggota TNI/POLRI, tidak terganggu jiwanya
dan sebagainya. Pendaftaran pemilih sangat penting untuk memastikan hanya
mereka yang berhak yang bisa menggunakan hak pilihnya, juga untuk pengadaan
logistik pemilu seperti pencetakan surat suara, pembuatan Tempat Pemungutan
Suara (TPS), bilik dan kotak suara dan sebagainya.
2. Pendaftaran dan Penetapan Peserta Pemilu
KPU juga perlu mendaftar siapa yang boleh jadi peserta pemilu? Tidak semua
orang atau partai boleh ikut pemilu, tanpa ada syarat yang harus dipenuhi. Bisa
kacau bro. Ada syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk bisa didaftarkan sebagai
peserta pemilu. Nah, tugas KPU adalah memverifikasi (memeriksa) kelengkapan
syarat-syarat itu sehingga mereka bisa ditetapkan sebagai peserta pemilu.
3. Penetapan jumlah kursi dan penetapan daerah pemilihan
Pemilu dimaksudkan untuk memperebutkan kursi di DPR, DPD atau DPRD.
Berapa jumlah kursinya? Nah, hal itu perlu diatur berdasarkan wilayah tertentu
yang disebut dengan daerah pemilihan.
4. Pencalonan anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota
Tahap selanjutnya adalah pencalonan anggota DPR, DPD, DPRD provinsi,
dan DPRD kabupaten/kota. Partai politik akan mengajukan daftar calon untuk
dipilih rakyat dalam pemilu secara langsung.
5. Masa kampanye
Ini merupakan tahapan yang paling heboh. Banyak poster, spanduk, kumpulan
masa dan bahkan arak-arakan di jalan-jalan. Tujuan kampanye sebenarnya untuk
memperkenalkan visi, misi dan program partai atau calon kepada rakyat kalau
mereka terpilih sebagai wakil rakyat.
6. Masa tenang

9
Masa tenang adalah masa antara berakhirnya kampanye dan pemungutan
suara. Saat itu semua bentuk kampanye harus dihentikan dan semua pihak fokus
pada persiapan pemungutan suara. Itulah yang disebut masa tenang.
7. Pemungutan dan penghitungan suara
Inilah tahapan yang dinanti-nanti semua pihak yang terlibat dalam pemilu.
Saat itu rakyat diberi kesempatan untuk mendatangi TPS guna memilih calon
pemimpin atau wakil rakyat yang mereka nilai layak mewakili mereka. Setelah
pemungutan suara usai, akan dilakukan penghitungan suara. Kamu bisa
berpartisipasi secara aktif mengawasi atau memantau pelaksanaan pemungutan
dan penghitungan suara di TPS.
8. Penetapan hasil Pemilu
Setelah suara dihitung, barulah hasilnya ditetapkan. Saat itu akan diketahui
siapa yang keluar sebagai pemenang dalam pemilu, siapa saja yang terpilih jadi
wakil rakyat, berapa banyak jumlah suara yang diperoleh setiap peserta pemilu.
9. Pengucapan sumpah/janji
Anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota. Setelah
KPU menetapkan hasil pemilu dan calon terpilih, para calon wakil rakyat itu akan
dilantik sebagai anggota DPR, DPD dan DPRD.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Di kebanyakan negara demokrasi, pemilu dianggap sebagai lambang dan tolak
ukur demokrasi. Pemilu yang terbuka, bebas berpendapat dan bebas berserikat
mencerminkan demokrasi walaupun tidak beguitu akurat. Pemilihan umum ialah
suatu proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu.
Dalam ilmu politik dikenal berbagai macam sistem pemilu dengan berbagai
variasi, tetapi umumnya berkisdar pada dua prinsip pokok, yaitu: sistem distrik
dan sistem proprosional.
Sejak awal kemerdekaan Indonesia telah mengalami pasang surut dalam
sistem pemilu. Dari pemilu terdahulu hingga sekarang dapat diketahui bahwa
adanya upaya untuk mencari sistem pemilihan umum yang cocok untuk
Indonesia. Sejak awal pemerintahan yaitu demokrasi parlementer, terpimpin,
pancasila dan reformasi, dalam kurun waktu itulah Indonesia telah banyak
mengalami transformasi politik dan sistem pemilu.
Melihat fenomena politik Indonesia, sistem pemilihan umum proprosinal
tertutup memang lebih menguntungkan, tetapi harus diikuti dengan transparansi
terhadap publik kalau tidak akan menimbulkan oligarki pemerintahan. Pada
akhirnya konsilidasi partai politik dan sistem pemilihan umum sudsah berjalan
denganm baik. Akan tetapi, itu belum berarti kehidupan kepartaian Indonesia juga
sudah benar-benar siap untuk memasuki zaman global. Sejumlah kelemahan yang
bisa diinventarisir dari kepartaian kita adalah rekrutmen politik, kemandirian
secara pendanaan, kohesivitas internal, dan kepemimpinan.

11
3.2 Saran
Seiring dengan perkembangan zaman, perkembangan kehidupan politik
Indonesia semakin kompleks. Diharapkan dengan semakin banyaknya
pengalaman dan perkembangan politik Indonesia dapat menciptakan stabilitas
nasional. Tugas pembangunan kehidupan politik pada masa yang akan datang
bukan hanya tugas partai politik saja, tetapi semua elemen pemerintahan dan tidak
ketinggalan masyarakat juga harus ikut berpartisipasi mengembangkan
perpolitikan di Indonesia. Manejemen dan kepemimpinan juga haruis terus
ditingkatkan, ongkos politik yang tidak terlalu mahal dan transparansi terhadap
publik harus dekembangkan dan ditumbuhkan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara agar stabilitas nasional dan politik kita semakin kokoh.
Bagi pemerintah, hendaknya merumuskan kebijakan mengenai Pemilu dengan
sebaik- baiknya, menyeleksi jumlah partai dengan ketat, dan melakukan
sosialisasi politik secara maksimal kepada masyarakat dan sebaiknya pemerintah
membuat pembenahan misalnya pendidikan dan pemberian informasi yang
lengkap terhadap masyarakat sebagai pemilih.
Bagi partai politik, hendaknnya memaksimalkan fungsi-fungsi partai yang
berkaitan dengan komunikasi, partisipasi, dan sosialisasi untuk melakukan
pendidikan politik kepada masyarakatdan tidak melakukan praktek money politic.
Bagi masyarakat, supaya tidak mau menerima praktek money politic yang
dilakukan oleh partai politik, agar tidak menyesal untuk kedepannya dan tidak
golput dalam pemilihan dan juga harus peka terhadap partai politik.
Bagi praja, seharusnya praja lebih peduli terhadap informasi terkait dengan
perkembangan perpolitikan di Indonesia untuk meningkatkan pandangan dan
pemikiran aktual mengenai kondisi bangsa sehingga dapat menularkan ilmu yang
didapat kepada orang-orang yang disekitarnya yang belum mengerti tentang
pemilu.

12
DAFTAR PUSTAKA

Buku
Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik (edisi revisi), Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 2008.

Internet/Website
http://www.academia.edu/83146/Makalah_Demokrasi_dan_Pemilu_di_Indonesia
http://blognyapakarilmu.blogspot.com/2014/10/contoh-makalah-pemilu.html
http://www.pemilu.com/berita/2014/11/lagi-dkpp-pecat-penyelenggara-pemilu/
http://www.distrodoc.com/3205-makalah-sistem-pemilihan-umum-di-indonesia

Anda mungkin juga menyukai