Anda di halaman 1dari 20

TUGAS KOMUNIKASI POLITIK

NAMA : ANDREAS AYUP


KELAS :A
SEMESTER : II
NIM : 2103050037

PRODI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG
2022
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara demokrasi menganut sistem pemilihan pemerintah dengan
jalan pemilihan umum (Pemilu). Pemilihan umum merupakan bentuk implementasi dari sistem
demokkrasi juga dari penerapan sila keempat Pancasila dan pasal 1 (2) UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Pemilu merupakan mekanisme untuk memilih wakil rakyat di badan
Eksekutif maupun Legislatif di tingkat pusat maupun daerah. Pemilihan umum di Indonesia
sejak 1955 hingga saat ini yang terakhir di Pemilu serentak 2019 mengalami banyak sekali
perubahan dari aspek kerangka hukum, penyelenggara, tahapan, peserta, kelembagaan,
Pelanggaran, maupun manajemen pelaksaannya. Salah satu ukuran dalam menilai sukses nya
penyelenggaraan pemilihan umum adalah partispasi politik yang diwujudkan dengan pemberian
hak suara oleh masyarakat yang telah mempunyai hak pilih. Boleh dikatakan bahwa semakin
tinggi partipasi masyarakat dalam pemilahan umum itu lebih baik. Sebaliknya, tingkat partispasi
yang rendah pada umumnya dianggap sebagai tanda yang kurang baik, karena dapat ditafsirkan
bahwa banyak warga tidak menaruh perhatian terhadap negara dapat diperkuat, atau,
sebagaimana di kemukakan oleh beberapa pakar politik, dikonsolidasikan, sehingga dapat
bertahan terhadap ujian waktu, konflik politik, dan krisis.
Pasca orde Baru sistem pemilu Indonesia mengalami berbagai pergeseran. Sistem pemilu
yang dianut di Indonesia saat ini adalah sistem pemilu yang dilakukan dalam tahapan pemilu
legislatif (pileg), pemilu presiden (pilpres) serta pemilihan kepala daerah provinsi dan
kabupaten/kota (pilkada). Lahirnya berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur
tentang pemerintahan daerah membuktikan bahwa keinginan untuk mewujudkan cita-cita ini
terus berlanjut. Dijalankannya konsep otonomi daerah di indonesia merupakan perwujudan riil
dari pelaksanaan asas desentralisasi. Pemisahan sistem pemilu tersebut, dinilai kurang efektif dan
efisien dalam pelaksanaan pemilu yang menganut pemerintahan sistem presidensial, karena
menimbulkanberbagai permasalahan, seperti konflik yang terus terjadi antara berbagai
kepentingan kelompokmaupun individu, pemborosan anggaran dalam penyelenggaraannya,
maraknya politik uang,politisasi birokrasi, serta tingginya intensitas pemilu di Indonesia.
Intensitas penyelenggaraanpemilu, pilpres dan pilkada yang terlampau sering tersebut berdampak
pada rendahnya tingkatpartisipasi sebagai akibat kejenuhan publik.
Adapun syarar-syarat agar bisa mengikuti pemilu ialah warga negara indonesia, telah
berusia 17 tahun ataupun sudah pernah menikah, sehat jasmani dan rohani, dan tidak sedang
terkasus pidana. Dalam penyelengaraan pemilu ada beberapa tahapan yaitu: pendaftaran pemilih,
pendaftaran peserta pemilu,penetapan peserta pemilu, kampanye peserta pemilu serta
pemungutan dan penghitungan suara.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa itu PEMILU?
b. Mengapa Harus ada PEMILU?
c. Siapa yang terlibat dalam PEMILU?
d. Kapan dilaksanakan PEMILU?
e. Di mana PEMILU berlangsung?
f. Bagaiman proses PEMILU?

1.3 Tujuan
a. Mengetahui pengertian dari PEMILU
b. Bisa menjelaskan pentingnya PEMILU
c. Mengenal siapa saja yang terlibat dalam PEMILU
d. Mengetahui kapan PEMILU dilaksanakan
e. Mengenal tempat PEMILU berlangsung
f. Bisa menjelaskan bagaimana proses PEMILU berlangsung
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian PEMILU
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,
pengertian pemilihan umum dijelaskan secara rinci. Pemilu adalah sarana pelaksanaan
kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil
dalam Negara Kesatuan Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Dengan kata lain, pemilu merupakan sarana bagi rakyat untuk
melaksanakan kedaulatan dan merupakan lembaga demokrasi.
Secara teoritis, pemilihan umum dianggap sebagai tahapan paling awal dari berbagai
rangkaian kehidupan penyelenggaraan negara yang demokratis. Sehingga pemilu menjadi motor
penggerak mekanisme sistem politik Indonesia. Hingga saat ini, pemilu masih dianggap sebagai
peristiwa penting kenegaraan. Sebab, pemilu melibatkan seluruh rakyat secara langsung. Melalui
pemilu, rakyat juga dapat mengekspresikan keinginannya dalam politik atau sistem negara.
Pengertian lain dari pemilu adalah salah satu upaya untuk mempengaruhi rakyat secara
persuasif (tidak memaksa) dengan melakukan kegiatan retorika, hubungan politik, komunikasi
massa, lobi dan kegiatan lainnya.
Pemilu merupakan salah satu usaha untuk memengaruhi rakyat secara persuasif (tidak
memaksa) dengan melakukan kegiatan retorika, hubungan publik, komunikasi massa, lobi dan
lain-lain kegiatan.[butuh rujukan] Meskipun agitasi dan propaganda di Negara demokrasi sangat
dikecam, namun dalam kampanye pemilihan umum, teknik agitasi dan teknik propaganda
banyak juga dipakai oleh para kandidat atau politikus selalu komunikator politik.
Dalam Pemilu, para pemilih dalam Pemilu juga disebut konstituen, dan kepada
merekalah para peserta Pemilu menawarkan janji-janji dan program-programnya pada masa
kampanye.[butuh rujukan] Kampanye dilakukan selama waktu yang telah ditentukan, menjelang
hari pemungutan suara.[butuh rujukan]
Setelah pemungutan suara dilakukan, proses penghitungan dimulai.[butuh rujukan]
Pemenang Pemilu ditentukan oleh aturan main atau sistem penentuan pemenang yang
sebelumnya telah ditetapkan dan disetujui oleh para peserta, dan disosialisasikan ke para pemilih

Pemilihan umum pertama di Indonesia dilaksanakan pada tahun 1955 dan hingga saat ini
telah dilaksanakan 12 kali pemilihan yaitu pada tahun 1955, 1971, 1977, 1982, 1987, 1992,
1997, 1999, 2004, 2009, 2014 dan 2019 dalam interval 5 tahun atau sekali dalam 5 tahun
berdasarkan Undang- Undang.
Pengertian Pemilu Menurut Para Ahli
Berikut ini adalah definisi pemilu menurut ahlinya.
1. Ali Moertopo
Pengertian pemilu menurut Ali Moertopo adalah sarana yang tersedia bagi rakyat
untuk melaksanakan kedaulatannya sesuai dengan prinsip-prinsip yang terkandung dalam
Pembukaan UUD 1945.
2. Suryo Untoro
Pengertian pemilu menurut Suryo Untoro adalah pemilihan yang dilakukan oleh
warga negara Indonesia yang mempunyai hak pilih untuk memilih wakilnya yang duduk
di badan perwakilan rakyat.
3. Ramlan
Pengertian pemilu menurut Ramlan adalah suatu mekanisme pemilihan dan
pendelegasian atau pencerahan kedaulatan kepada orang atau pihak yang dipercaya.
4. Morissan (2005:17)
Pengertian pemilu menurut Morissan adalah cara atau sarana untuk mengetahui
keinginan rakyat mengenai arah dan kebijakan negara kedepan. Paling tidak ada tigak
macam tujuan pemilihan umum, adalah:
o Sangat mungkin ada peralihan pemerintahan secara aman dan tertib
o Untuk melakukan kedaulatan rakyat dalam rangka melakukan hak asasi
warga Negara
5. Harris G
Pengertian pemilu menurut Harris G adalah Elections are the accostions when
citizens choose their officials and decide, what they want the government to do, and these
decisions citizens determine what rights they want to have and keep.
6. Wikipedia
Pengertian pemilu menurut Wikipedia adalah proses memilih orang untuk mengisi
jabatan-jabatan politik tertentu.
7. KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
Pengertian pemilu menurut KBBI adalah pemilihan yang dilakukan serentak oleh
seluruh rakyat suatu negara (untuk memilih wakil rayat dan sebagainya)
8. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 pasal 1 ayat (1)
Pengertian pemilu menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 pasal 1 ayat
adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945.

2.2 Alasan dan fungsi PEMILU


Alasan dan fungsi pemilu Pemilu sebagai wujud demokrasi dan salah satu aspek yang
penting untuk dilaksanakan secara demokratis. Semua demokrasi modern melaksanakan
pemilihan. Namun tidak semua pemilihan adalah demokratis. Karena pemilihan secara
demokratis bukan sekedar lambang, melainkan pemilihan yang harus kompetitif, berkala,
inklusif (luas), dan definitif untuk menentukan pemerintah. Terdapat dua alasan mengapa pemilu
menjadi variabel penting suatu negara, yakni: Pemilu merupakan suatu mekanisme transfer
kekuasaan politik secara damai. Legitimasi kekuasaan seseorang atau partai politik tertentu tidak
diperoleh dengan cara kekerasan. Namun kemenangan terjadi karena suara mayoritas rakyat
didapat melalui pemilu yang fair. Demokrasi memberikan ruang kebebasan bagi individu.
Pemilu dalam konteks ini, artinya konflik yang terjadi selama proses pemilu diselesaikan melalui
lembaga-lembaga demokrasi.
Pemilu sebenarnya memiliki empat fungsi utama, yaitu:
1. Pembentukan legitimasi penguasa dan pemerintah
2. Pembentukan perwakilan
3. Politik rakyat Sirkulasi elite penguasa
4. Pendidikan politik
Tujuan Pemilu
Tujuan dari diselenggarakannya pemilu adalah agar para wakil-wakil rakyat yang nantinya
menduduki kursi pemerintahan memang benar-benar dipilih oleh rakyat, berasal dari rakyat
dan akan bekerja untuk kepentingan rakyat. Demikian juga presiden dan wakil presiden.
Sedangkan tujuan pemilu adalah membentuk pemerintahan baru dan perwakilan rakyat yang
benar benar bekerja untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Beberapa esensi dari tujuan
pemilu yang harus dicapai adalah antara lain :
1. Tujuan pemilu untuk melaksanakan kedaulatan rakyat
2. Tujuan pemilu sebagai perwujudan hak asasi politik rakyat
3. Tujuan Pemilu untuk memilih wakil-wakil rakyat yang duduk di DPR, DPD dan DPRD,
serta memilih Presiden dan Wakil Presiden
4. Tujuan Pemilu untuk melaksanakan pergantian personal pemerintahan secara damai,
aman, dan tertib (secara konstitusional).
5. Tujuan pemilu untuk menjamin kesinambungan pembangunan nasional.
Asas-asas Pemilu
Aturan mengenai Pemilu ini telah beberapa kali mengalami perubahan. Aturan pertama
ditetapkan dalam PP Nomor 9 Tahun 1954. Aturan terbaru diatur dalam UU Nomor 7 Tahun
2017. Berdasarkan UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, asas-asas Pemilu di
Indonesia terdiri dari 6 hal, berikut penjelasannya:

1. Langsung
Asas langsung mengandung makna bahwa rakyat sebagai pemilih memiliki hak untuk
memberikan suaranya secara langsung tanpa ada perantara dan sesuai dengan kehendak hati
nurani.

2. Umum
Asas umum dalam Pemilu yakni memberikan jaminan kesempatan bagi semua warga negara
Indonesia yang telah memenuhi persyaratan sebagai pemilih sebagaimana ditetapkan dalam
undang-undang. Pemilu dilakukan tanpa adanya diskriminasi atau hal yang berhubungan
dengan suku, ras, agama, dan antar golongan.

3. Bebas
Asas bebas artinya setiap warga negara bebas menentukan pilihannya sesuai dengan
kehendak hati nurani dan tanpa paksaan dari siapa pun. Keamanan kebebasan ini juga
dijamin oleh undang-undang.

4. Rahasia
Asas rahasia mengandung pengertian bahwa dalam memberikan suara, pilihan dari setiap
warga negara (sebagai pemilih) akan mendapatkan jaminan dan tidak akan diketahui oleh
pihak manapun.
5. Jujur
Asas jujur yaitu setiap penyelenggara Pemilu, aparat pemerintah, peserta Pemilu, pengawas
Pemilu, pemantau Pemilu, pemilih, dan semua pihak yang terlibat dalam Pemilu harus
bersikap dan berbuat jujur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

6. Adil
Asas adil dalam Pemilu artinya setiap pemilih berhak mendapatkan perlakuan yang adil dan
bebas dari kecurangan dari pihak manapun.

2.3 Pihak- PihaK yang Terlibat dalam PEMILU


a. BAWASLU
BAWASLU BERTUGAS

1. Menyusun standar tata laksana pengawasan Penyelenggaraan Pemilu untuk pengawas


Pemilu di setiap tingkatan
2. Melakukan pencegahan dan penindakan terhadap Pelanggaran Pemilu dan Sengketa
proses Pemilu
3. Mengawasi persiapan Penyelenggaraan Pemilu, yang terdiri atas
 Perencanaan dan penetapan jadwal tahapan Pemilu;
 Perencanaan pengadaan logistik oleh KPU;
 Sosialisasi Penyelenggaraan Pemilu; dan
 Pelaksanaan persiapan lainnya dalam Penyelenggaraan Pemilu sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan.
4. Mengawasi pelaksanaan tahapan Penyelenggaraan Pemilu, yang terdiri atas:
 Pemutakhiran data pemilih dan penetapan daftar pemilih sementara serta daftar
pemilih tetap;
 Penataan dan penetapan daerah pemilihan DPRD kabupaten/kota; Penetapan
Peserta Pemilu;
 Pencalonan sampai dengan penetapan Pasangan Calon, calon anggota DPR, calon
anggota DPD, dan calon anggota DPRD sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
 Pelaksanaan dan dana kampanye;
 Pengadaan logistik Pemilu dan pendistribusiannya;
 Pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan suara hasil Pemilu di TPS;
 Pergerakan surat suara, berita acara penghitungan suara, dan
 sertifikat hasil penghitungan suara dari tingkat TPS sampai ke PPK;
 Rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara di PPK, KPU Kabupaten/Kota,
KPU Provinsi, dan KPU;
 Pelaksanaan penghitungan dan pemungutan suara ulang, Pemilu lanjutan, dan
Pemilu susulan; dan
 Penetapan hasil Pemilu;
5. Mencegah terjadinya praktik politik uang;
6. Mengawasi netralitas aparatur sipil negara, netralitas anggota Tentara Nasional
Indonesia, dan netralitas anggota Kepolisian Republik Indonesia;
7. Mengawasi pelaksanaan putusan/keputusan, yang terdiri atas:
 Putusan DKPP;
 Putusan pengadilan mengenai pelanggaran dan sengketa Pemilu;
 Putusan/keputusan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Ihbupaten/ Kota;
 Keputusan KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota; dan
 Keputusan pejabat yang berwenang atas pelanggaran netralitas aparatur sipil
negara, netralitas anggota Tentara Nasional Indonesia, dan netralitas anggota
Kepolisian Republik Indonesia;
8. Menyampaikan dugaan pelanggaran kode etik Penyelenggara Pemilu kepada DKPP;
9. Menyampaikan dugaan tindak pidana Pemilu kepada Gakkumdu;
10. Mengelola, memelihara, dan merawat arsip serta melaksanakan penyusutannya
berdasarkan jadwal retensi arsip sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan;
11. Mengevaluasi pengawasan Pemilu;
12. Mengawasi pelaksanaan Peraturan KPU; dan
13. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. KPU
Dalam menyelenggarakan Pemilu, Komisi Pemilihan Umum bebas dari pengaruh pihak
mana pun berkaitan dengan tugas dan wewenangnya.
Dalam Pasal 10 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum dan
Pasal 2 Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1999 tentang Pembentukan Komisi
Pemilihan Umum dan Penetapan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Komisi Pemilihan
Umum, dijelaskan bahwa untuk melaksanakan Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan
Umum mempunyai tugas kewenangan sebagai berikut :
a. merencanakan dan mempersiapkan pelaksanaan Pemilihan Umum;
b. menerima, meneliti dan menetapkan Partai-partai Politik yang berhak sebagai peserta
Pemilihan Umum;
c. membentuk Panitia Pemilihan Indonesia yang selanjutnya disebut PPI dan
mengkoordinasikan kegiatan Pemilihan Umum mulai dari tingkat pusat sampai di Tempat
Pemungutan Suara yang selanjutnya disebut TPS;
d. menetapkan jumlah kursi anggota DPR, DPRD I dan DPRD II untuk setiap daerah
pemilihan;
e. menetapkan keseluruhan hasil Pemilihan Umum di semua daerah pemilihan untuk DPR,
DPRD I dan DPRD II;
f. mengumpulkan dan mensistemasikan bahan-bahan serta data hasil Pemilihan Umum;
g. memimpin tahapan kegiatan Pemilihan Umum. Dalam Pasal 2 Keputusan Presiden
Nomor 16 Tahun 1999 terdapat tambahan : tugas dan kewenangan lainnya yang
ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum.
h. Sedangkan dalam Pasal 11 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1999 tersebut juga
ditambahkan, bahwa selain tugas dan kewenangan KPU sebagai dimaksud dalam Pasal
10, selambat-lambatnya 3 (tiga) tahun setelah Pemilihan Umum dilaksanakan, KPU
mengevaluasi sistem Pemilihan Umum.
2. Tugas, Wewenang dan Kewajiban KPU Kabupaten Kubu Raya
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan
Umum maka KPU Kabupaten Kubu Raya mempunyai tugas, wewenang serta kewajiban
sebagai penyelenggara pemilu di tingkat Kabupaten Kubu Raya
Adapun tugas, wewenang dan kewajiban KPU Kabupaten Kubu Raya adalah sebagai
berikut :
(1) Tugas dan wewenang KPU Kabupaten Kubu Raya dalam penyelenggaraan Pemilu
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah meliputi:
a. menjabarkan program dan melaksanakan anggaran serta menetapkan jadwal di
Kabupaten Kubu Raya;
b. melaksanakan semua tahapan penyelenggaraan di Kabupaten Kubu Raya berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. membentuk PPK, PPS, dan KPPS dalam wilayah kerjanya;
d. mengoordinasikan dan mengendalikan tahapan penyelenggaraan oleh PPK, PPS, dan
KPPS dalam wilayah kerjanya;
e. menyampaikan daftar pemilih kepada KPU Provinsi;
f. memutakhirkan data pemilih berdasarkan data kependudukan yang disiapkan dan
diserahkan oleh Pemerintah dengan memperhatikan data Pemilu dan/atau pemilihan
gubernur, dan bupati terakhir dan menetapkannya sebagai daftar pemilih;
g. menetapkan dan mengumumkan hasil rekapitulasi penghitungan suara Pemilu Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kubu Raya berdasarkan hasil rekapitulasi
penghitungan suara di PPK dengan membuat berita acara rekapitulasi suara dan sertifikat
rekapitulasi suara;
h. melakukan dan mengumumkan rekapitulasi hasil penghitungan suara Pemilu Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat, Anggota Dewan Perwakilan Daerah, dan Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi di Kabupaten Kubu Raya berdasarkan berita acara
hasil rekapitulasi penghitungan suara di PPK;
i. membuat berita acara penghitungan suara dan sertifikat penghitungan suara serta wajib
menyerahkannya kepada saksi peserta Pemilu, Panwaslu Kabupaten Kubu Raya, dan
KPU Provinsi Kalimantan Barat;
j. menerbitkan keputusan KPU Kabupaten Kubu Raya untuk mengesahkan hasil Pemilu
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kubu Raya dan
mengumumkannya;
k. mengumumkan calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kubu Raya
terpilih sesuai dengan alokasi jumlah kursi setiap daerah pemilihan di Kabupaten Kubu
Raya dan membuat berita acaranya;
l. menindaklanjuti dengan segera temuan dan laporan yang disampaikan oleh Panwaslu
Kabupaten Kubu Raya;
m. mengenakan sanksi administratif dan/atau menonaktifkan sementara anggota PPK,
anggota PPS, sekretaris KPU Kabupaten Kubu Raya, dan pegawai sekretariat KPU
Kabupaten Kubu Raya yang terbukti melakukan tindakan yang mengakibatkan
terganggunya tahapan penyelenggaraan Pemilu berdasarkan rekomendasi Panwaslu
Kabupaten Kubu Raya dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan;
n. menyelenggarakan sosialisasi penyelenggaraan Pemilu dan/atau yang berkaitan dengan
tugas dan wewenang KPU Kabupaten Kubu Raya kepada masyarakat;
o. melakukan evaluasi dan membuat laporan setiap tahapan penyelenggaraan Pemilu;
p. melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diberikan oleh KPU, KPU Provinsi
Kalimantan Barat, dan/atau peraturan perundang-undangan.
(2) Tugas dan wewenang KPU Kabupaten Kubu Raya dalam penyelenggaraan Pemilu
Presiden dan Wakil Presiden meliputi:
a. menjabarkan program dan melaksanakan anggaran serta menetapkan jadwal di
Kabupaten Kubu Raya;
b. melaksanakan semua tahapan penyelenggaraan di Kabupaten Kubu Raya berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan; 
c. membentuk PPK, PPS, dan KPPS dalam wilayah kerjanya; 
d. mengoordinasikan dan mengendalikan tahapan penyelenggaraan oleh PPK, PPS, dan
KPPS dalam wilayah kerjanya; 
e. memutakhirkan data pemilih berdasarkan data kependudukan yang disiapkan dan
diserahkan oleh Pemerintah dengan memperhatikan data Pemilu dan/atau pemilihan
gubernur, bupati terakhir dan menetapkannya sebagai daftar pemilih;
f. menyampaikan daftar pemilih kepada KPU Provinsi Kalimantan Barat;
g. melakukan rekapitulasi hasil penghitungan suara Pemilu Presiden dan Wakil Presiden di
Kabupaten Kubu Raya yang bersangkutan berdasarkan hasil rekapitulasi penghitungan
suara di PPK dengan membuat berita acara penghitungan suara dan sertifikat hasil
penghitungan suara; 
h. membuat berita acara penghitungan suara dan sertifikat penghitungan suara serta wajib
menyerahkannya kepada saksi peserta Pemilu, Panwaslu Kabupaten Kubu Raya, dan
KPU Provinsi Kalimantan Barat; 
i. menindaklanjuti dengan segera rekomendasi Panwaslu Kabupaten Kubu Raya atas
temuan dan laporan adanya dugaan pelanggaran Pemilu;
j. mengenakan sanksi administratif dan/atau menonaktifkan sementara anggota PPK,
anggota PPS, sekretaris KPU Kabupaten Kubu Raya, dan pegawai sekretariat KPU
Kabupaten Kubu Raya yang terbukti melakukan tindakan yang mengakibatkan
terganggunya tahapan penyelenggaraan Pemilu berdasarkan rekomendasi Panwaslu
Kabupaten Kubu Raya dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan;
k. melaksanakan sosialisasi penyelenggaraan Pemilu dan/atau yang berkaitan dengan tugas
dan wewenang KPU Kabupaten Kubu Raya kepada masyarakat;
l. melakukan evaluasi dan membuat laporan setiap tahapan penyelenggaraan Pemilu;m
m. elaksanakan tugas dan wewenang lain yang diberikan oleh KPU, KPU Provinsi
Kalimantan Barat, dan/atau peraturan perundang-undangan.
(3) Tugas dan wewenang KPU Kabupaten Kubu Raya dalam penyelenggaraan pemilihan
bupati meliputi:
a. merencanakan program, anggaran, dan jadwal pemilihan bupati;
b. menyusun dan menetapkan tata kerja KPU Kabupaten Kubu Raya, PPK, PPS, dan KPPS
dalam pemilihan bupati dengan memperhatikan pedoman dari KPU dan/atau KPU
Provinsi Kalimantan Barat;
c. menyusun dan menetapkan pedoman teknis untuk setiap tahapan penyelenggaraan
pemilihan bupati berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;
d. membentuk PPK, PPS, dan KPPS dalam pemilihan gubernur serta pemilihan bupati
dalam wilayah Kabupaten Kubu Raya;
e. mengoordinasikan, menyelenggarakan, dan mengendalikan semua tahapan
penyelenggaraan pemilihan bupati berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
dengan memperhatikan pedoman dari KPU dan/atau KPU Provinsi Kalimantan Barat;
f. menerima daftar pemilih dari PPK dalam penyelenggaraan pemilihan bupati;
g. memutakhirkan data pemilih berdasarkan data kependudukan yang disiapkan dan
diserahkan oleh Pemerintah dengan memperhatikan data pemilu dan/atau pemilihan
gubernur dan bupati terakhir dan menetapkannya sebagai daftar pemilih;
h. menerima daftar pemilih dari PPK dalam penyelenggaraan pemilihan gubernur dan
menyampaikannya kepada KPU Provinsi Kalimantan Barat;
i. menetapkan calon bupati yang telah memenuhi persyaratan;
j. menetapkan dan mengumumkan hasil rekapitulasi penghitungan suara pemilihan bupati
berdasarkan rekapitulasi hasil penghitungan suara dari seluruh PPK di wilayah
Kabupaten Kubu Raya;
k. membuat berita acara penghitungan suara serta membuat sertifikat penghitungan suara
dan wajib menyerahkannya kepada saksi peserta pemilihan, Panwaslu Kabupaten Kubu
Raya, dan KPU Provinsi Kalimantan Barat;
l. menerbitkan keputusan KPU Kabupaten Kubu Raya untuk mengesahkan hasil pemilihan
bupati dan mengumumkannya;
m. mengumumkan calon bupati terpilih dan dibuatkan berita acaranya;
n. melaporkan hasil pemilihan bupati kepada KPU melalui KPU Provinsi Kalimantan Barat;
o. menindaklanjuti dengan segera rekomendasi Panwaslu Kabupaten Kubu Raya atas
temuan dan laporan adanya dugaan pelanggaran pemilihan;
p. mengenakan sanksi administratif dan/atau menonaktifkan sementara anggota PPK,
anggota PPS, sekretaris KPU Kabupaten Kubu Raya, dan pegawai sekretariat KPU
Kabupaten Kubu Raya yang terbukti melakukan tindakan yang mengakibatkan
terganggunya tahapan penyelenggaraan pemilihan berdasarkan rekomendasi Panwaslu
Kabupaten Kubu Raya dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan;
q. melaksanakan sosialisasi penyelenggaraan pemilihan gubernur, dan bupati dan/atau yang
berkaitan dengan tugas KPU Kabupaten/Kota kepada masyarakat;
r. melaksanakan tugas dan wewenang yang berkaitan dengan pemilihan gubernur
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan pedoman KPU dan/atau KPU
Provinsi Kalimantan Barat;
s. melakukan evaluasi dan membuat laporan penyelenggaraan pemilihan bupati;
t. menyampaikan hasil pemilihan bupati kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi, Menteri Dalam Negeri, bupati, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten; dan
u. melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diberikan oleh KPU, KPU Provinsi
Kalimantan Barat, dan/atau yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(4) KPU Kabupaten Kubu Raya dalam Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Pemilu Presiden dan
Wakil Presiden, dan pemilihan gubernur, dan bupati berkewajiban:
a. melaksanakan semua tahapan penyelenggaraan Pemilu dengan tepat waktu;
b. memperlakukan peserta Pemilu dan pasangan calon presiden dan wakil presiden, calon
gubernur, dan bupati secara adil dan setara;
c. menyampaikan semua informasi penyelenggaraan Pemilu kepada masyarakat;
d. melaporkan pertanggungjawaban penggunaan anggaran sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
e. menyampaikan laporan pertanggungjawaban semua kegiatan penyelenggaraan Pemilu
kepada KPU melalui KPU Provinsi Kalimantan Barat;
f. mengelola, memelihara, dan merawat arsip/dokumen serta melaksanakan penyusutannya
berdasarkan jadwal retensi arsip yang disusun oleh KPU Kabupaten Kubu Raya dan
lembaga kearsipan Kabupaten Kubu Raya berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh
KPU dan ANRI;
g. mengelola barang inventaris KPU Kabupaten Kubu Raya berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
h. menyampaikan laporan periodik mengenai tahapan penyelenggaraan Pemilu kepada KPU
dan KPU Provinsi Kalimantan Barat serta menyampaikan tembusannya kepada Bawaslu;
i. membuat berita acara pada setiap rapat pleno KPU Kabupaten Kubu Raya dan
ditandatangani oleh ketua dan anggota KPU Kabupaten Kubu Raya;
j. menyampaikan data hasil pemilu dari tiap-tiap TPS pada tingkat Kabupaten Kubu Raya
kepada peserta pemilu paling lama 7 (tujuh) hari setelah rekapitulasi di Kabupaten Kubu
Raya;
k. melaksanakan keputusan DKPP;
l. melaksanakan kewajiban lain yang diberikan KPU, KPU Provinsi Kalimantan Barat
dan/atau peraturan perundang-undangan.
c. DKKP
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum menyebutkan,
Penyelenggara Pemilu adalah lembaga yang menyelenggarakan Pemilu yang terdiri atas
Komisi Pemilihan Umum, Badan Pengawas Pemilu, dan Dewan Kehormatan
Penyelenggara Pemilu sebagai satu kesatuan fungsi Penyelenggaraan Pemilu untuk
memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, anggota Dewan Perwakilan Daerah,
Presiden dan Wakil Presiden, dan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah secara langsung oleh rakyat (Pasal 1 ayat (7)). Selanjutnya, Pasal 1 ayat (24)
menyebutkan, “Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu yang selanjutnya disingkat
DKPP adalah lembaga yang bertugas menangani pelanggaran kode etik Penyelenggara
Pemilu”.
Penjelasan tentang DKPP diatur terinci pada Bab III, Pasal 155-Pasal 166. Tugas DKPP
disebutkan pada Pasal 156 ayat (1), yakni:
1. menerima aduan dan/atau laporan dugaan adanya pelanggaran kode etik yang dilakukan
oleh Penyelenggara Pemilu; dan
2. melakukan penyelidikan dan verifikasi, serta pemeriksaan atas aduan dan/atau laporan
dugaan adanya pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh Penyelenggara Pemilu.
Selanjutnya, DKPP memiliki kewenangan antara lain:
1. memanggil Penyelenggara Pemilu yang diduga melakukan pelanggaran kode etik untuk
memberikan penjelasan dan pembelaan;
2. memanggil pelapor, saksi, dan/atau pihak lain yang terkait untuk dimintai keterangan,
termasuk untuk dimintai dokumen atau bukti lain;
3. memberikan sanksi kepada Penyelenggara Pemilu yang terbukti melanggar kode etik; dan
4. memutus pelanggaran kode etik (Pasal 159 ayat (2).
Kewajiban DKPP diuraikan pada Pasal 159 ayat (3), yaitu;
1. menerapkan prinsip menjaga keadilan, kemandirian, imparsialitas, dan transparansi;
2. menegakkan kaidah atau norma etika yang berlaku bagi Penyelenggara Pemilu;
3. bersikap netral, pasif, dan tidak memanfaatkan kasus yang timbul untuk popularitas
pribadi; dan
4. menyampaikan putusan kepada pihak terkait untuk ditindaklanjuti.
Subjek penanganan perkara DKPP (subjectum litis) terdiri atas; Pengadu dan Teradu.
Tentang Pengadu disebutkan pada Pasal 458 ayat (1) yaitu;
1. Peserta Pemilu,
2. Tim kampanye,
3. Masyarakat, dan/atau pemilih yang dilengkapi dengan identitas pengadu kepada DKPP.
Sedangkan Teradu terdiri dari atas 3 unsur, yaitu;
1. unsur KPU; Anggota KPU, Anggota KPU Provinsi, Anggota KPU Kab/Kota, Anggota
KIP Aceh, Anggpta KIP Kab/Kota, Anggota Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK),
Anggota Panitia Pemungutan Suara (PPS), Anggota Panitia Pemilihan Luar Negeri
(PPLN), Anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) dan Anggota
Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara Luar Negeri (KPPSLN);
2. unsur Bawaslu; Anggota Bawaslu, Anggota Bawaslu Provinsi, Anggota Bawaslu
Kab/Kota, Panwaslu Kecamatan, Panwaslu Desa/Kelurahan, dan Pengawas TPS, dan
Anggota Panwaslu Luar Negeri;
3. Jajaran Sekretariat Penyelenggara Pemilu
Meskipun teradu adalah semua jajaran penyelenggara Pemilu dari Pusat sampai tingkat
paling rendah, pola penanganan dugaan adanya pelanggaran kode etik dilakukan secara
berjenjang:
1. Berdasarkan Pasal 155 ayat (2) “DKPP dibentuk untuk memeriksa dan memutus aduan
dan/atau laporan adanya dugaan pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh anggota
KPU, anggota KPU Provinsi, anggota KPU Kabupaten/Kota, anggota Bawaslu, anggota
Bawaslu Provinsi dan anggota Bawaslu Kabupaten/Kota”.
2. Untuk perkara dugaan pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh anggota PPLN,
anggota KPPSLN, dan Panwaslu LN diselesaikan oleh DKPP.
Penjelasan tentang Tim Pemeriksa Daerah yang selanjutnya disebut TPD, diatur dalam
UU No. 7 Tahun 2017 Pasal 164 ayat (1), (2), (3) dan (4), yaitu:
1. DKPP dapat membentuk tim pemeriksa daerah untuk memeriksa dugaan adanya
pelanggaran kode etik Penyelenggara Pemilu di daerah.
2. Tim pemeriksa daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai kewenangan
memeriksa pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh KPU Provinsi, KPU
Kabupaten/Kota, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota.
3. Tim pemeriksa daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai kewenangan
memeriksa dan dapat memutus pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh PPK, PPS,
KPPS, Panwaslu Kecamatan, Panwaslu Desa/Kelurahan, dan Pengawas TPS.
4. Tim pemeriksa daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) unsur keanggotaannya terdiri
dari unsur DKPP, KPU Provinsi, Bawaslu Provinsi, dan unsur masyarakat sesuai
kebutuhan.
Putusan DKPP bersifat final dan mengikat (final and binding). Pada tahun 2013, sifat
putusan yang diatur sejak DKPP masih menggunakan UU Nomor 15 Tahun 2011 tentang
Penyelenggara Pemilu pernah di-judicial review di Mahkamah Konstitusi (MK) oleh
kelompok masyarakat sipil. Hasilnya, melalui Putusan MK Nomor 31/PUU-XI/2013, MK
memutuskan bahwa sifat final dan mengikat dari putusan DKPP haruslah dimaknai final
dan mengikat bagi Presiden, KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, maupun
Bawaslu dalam melaksanakan putusan DKPP.
Pada UU No. 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, “Sifat putusan DKPP yang final
dan mengikat” juga tidak berubah (Pasal 458 ayat (10). Adapun proses pengambilan
keputusan, diatur dalam Pasal 458 ayat (10), (11) dan (12), yaitu:
1. DKPP menetapkan putusan setelah melakukan penelitian dan/atau verifikasi terhadap
pengaduan tersebut, mendengarkan pembelaan
dan keterangan saksi, serta mempertimbangkan bukti lainnya.
2. Putusan DKPP berupa sanksi atau rehabilitasi diambil dalam rapat pleno DKPP.
3. Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (11) dapat berupa teguran tertulis,
pemberhentian sementara, atau pemberhentian tetap untuk Penyelenggara Pemilu.
4. Putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (10) bersifat final dan mengikat.
5. Penyelenggara Pemilu wajib melaksanakan putusan DKPP.

2.4 Tempat Pemungutan Suara


Tempat pemungutan suara atau TPS adalah tempat pemilih memberi suara dan
mengisi surat suara mereka dalam pemilihan umum.
Karena pemilihan umum berlangsung dalam rentang waktu satu atau dua hari secara
berkala, sering kali tahunan atau lebih, tempat pemungutan suara biasanya terletak di fasilitas
yang digunakan untuk keperluan lain, seperti sekolah, gereja, ruang olahraga, kantor pemerintah,
atau bahkan tempat tinggal pribadi.
Tempat pemungutan suara dikelola oleh petugas (yang disebut petugas atau
panitia pemungutan suara) yang memantau prosedur pemungutan suara dan membantu pemilih
dalam proses pemilu. TPS ini akan dibuka antara jam tertentu tergantung pada jenis pemilu, dan
kegiatan politik oleh atau atas nama orang atau partai yang terdapat dalam surat suara biasanya
dilarang di tempat pemungutan suara dan daerah disekitarnya.
Di dalam tempat pemungutan suara akan terdapat tempat memberikan suara yang
umumnya berupa bilik suara, di mana pemilih bisa memilih calon atau partai pilihannya secara
rahasia. Surat suara yang telah diisi akan dimasukkan ke dalam kotak suara dengan disaksikan
oleh para saksi. Di sejumlah negara maju, mesin pemungutan suara juga bisa digunakan sebagai
pengganti surat suara. Tempat pemungutan suara ini umumnya berupa struktur sementara atau
kabin portabel, dan akan disingkirkan setelah pemilihan umum selesai.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemilihan umum (disingkat Pemilu) adalah proses memilih seseorang untuk mengisi
jabatan politik tertentu.Jabatan tersebut beraneka ragam, mulai dari jabatan presiden/eksekutif,
wakil rakyat/legislatif di berbagai tingkat pemerintahan, sampai kepala desa. PEMILU
dilaksanakan 5 tahun sekali dengan memperhatikan asas Langsung Umum, Bebas, Rahasia, Jujur
dan Adil. Berapa pihak yang terlibat dalam PEMILU di antaranya, KPU, DKPP. Bawaslu dan
Masyarakat yang berusia 17 tahun ke atas. PEMILU berlangsung secara serentak di seluruh
Indonesia, dengan tersedianya juga Tempat Pemungutan Suara (TPS).
DAFTAR PUSTAKA

https://regional.kompas.com/read/2022/01/25/203614378/sejarah-pemilu-di-indonesia-dari-
tahun-1955-hingga-2019?page=all.
Penulis : Puspasari Setyaningrum diakses 14 Maret 2022

Widagdo1995, Pemilu Pelanggaran Asas LUBER, Jakarta, Sinar Harapan. Hal 108 2 Haposan
Siallagan dan Janpatar Simamora, Hukum Tata Negara Indonesia, Edisi Kedua Cetakan Pertama,
UD. Sabar Medan, 2017, hlm.200.

"Pemilu: Pengertian, Alasan, Fungsi, Asas dan Tujuan", Penulis : Serafica Gischa. Diakses 14
Maret 2022

https://www.seputarpengetahuan.co.id/2017/09/pengertian-pemilu-tujuan-fungsi-asas-bentuk-
sistem.html diakses 14 Maret 2022

https://www.merdeka.com/jatim/5-tujuan-pemilu-bagi-negara-indonesia-wajib-diketahui-kln.html
penulis : Rakha Fahreza Widyananda, diakses 14 Maret 2022

https://kediri.bawaslu.go.id/tugas-wewenang-dan-kewajiban/ diakses 15 Maret 2022

Sodikin, Hukum Pemilu, Pemilu Sebagai Praktek Ketatanegaraan, Gramata Publising, Bekasi, Juli

2014.

Nur Hidayat Sardini, Restorasi Penyelenggaraan Pemilu di Indonesia, Fajar Media Press,

Yogyakarta, Maret 2011.


Mukthie Fadjar, Pemilu, Perelisihan Hasil Pemilu dan Demokrasi, Setara Press, Malang, 2013.

Hendry, Pemilu & Kisah Perjalanan 2 Roh, Bayumedia Publishing, Malang, Desember 2012.

Anda mungkin juga menyukai