Secara teoritis pemilihan umum dianggap merupakan tahap paling awal dari
berbagai rangkaian kehidupan tata negara yang demokratis. Sehingga pemilu
merupakan motor penggerak mekanisme sistem politik Indonesia. Sampai
sekarang pemilu masih dianggap sebagai suatu peristiwa kenegaraan yang
penting. Hal ini karena pemilu melibatkan seluruh rakyat secara langsung. Melalui
pemilu, rakyat juga bisa menyampaikan keinginan dalam politik atau sistem
kenegaraan.
Alasan dan fungsi pemilu Pemilu sebagai wujud demokrasi dan salah satu
aspek yang penting untuk dilaksanakan secara demokratis. Semua demokrasi
modern melaksanakan pemilihan. Namun tidak semua pemilihan adalah
demokratis. Karena pemilihan secara demokratis bukan sekedar lambang,
melainkan pemilihan yang harus kompetitif, berkala, inklusif (luas), dan definitif
untuk menentukan pemerintah. Terdapat dua alasan mengapa pemilu menjadi
variabel penting suatu negara, yakni:
1. Pemilu merupakan suatu mekanisme transfer kekuasaan politik secara
damai. Legitimasi kekuasaan seseorang atau partai politik tertentu tidak
diperoleh dengan cara kekerasan. Namun kemenangan terjadi karena suara
mayoritas rakyat didapat melalui pemilu yang fair.
2. Demokrasi memberikan ruang kebebasan bagi individu. Pemilu dalam
konteks ini, artinya konflik yang terjadi selama proses pemilu diselesaikan
melalui lembaga – lembaga demokrasi
Adapun asas dalam pelaksanaan Pemilu terdiri dari Asas Umum, Langsung,
Bebas, Jujur, Adil dan Rahasia.
Pemilu Pertama dilaksanakan pada tahun 1955 berdasarkan amanah dari UU
No.7 Tahun 1953 dan dilaksanakan dalam dua tahapan yakni Pemilihan Anggota
DPR dan juga Pemilihan Anggota Konstituante. Pemilu ini merupakan satu –
satunya Pemilu yang dilaksanakan di Era Orde Lama. Masa Orde Baru, Pemilu
dilaksanakan pada tahun 1971, 1977 – 1997. Sementara di masa Refomasi
Demokrasi, Pemilu telah dilaksanakan pada tahun 1999, 2004, 2009, 2014 dan
2019.
Demokrasi Modern yang kini dianut oleh bangsa Indonesia tentunya juga
berdampak terhadap pelaksanaan Pemilu.tahun 2004 menjadi awal dari perubahan
secara besar – besaran dalam pelaksanaan Pemilu di Indonesia. Rakyat tidak
hanya memilih perwakilan mereka dalam Parlemen, tetapi juga memilih langsung
Presiden dan Wakil Presiden hingga Pemilihan Gubernur dan wakil Gubernur
serta Bupati / Walikota dan Wakil Bupati / Wakil Walikota.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang dibentuk pada tahun 1998 hadir
sebagai wadah penyelenggara Pemilu dimana tugas dari KPU yang tertera pada
UU nomor 07 tahun 2017. Namun ada berbagai hal dalam pelaksanan Pemilu
yang menjadi sorotan hingga saat ini. Hal mendasar tentunya ada pada pihak
penyelenggara Pemilu yakni dalam hal ini KPU itu sendiri. Kita pahami bersama
bahwa KPU merupakan pihak penyelenggara yang harus bersifat Independen dan
atau netral pada proses Pemilu di Indonesia. Hal ini tentunya menjadi tuntutan
bagi para anggota KPU mulai dari KPU Pusat hingga KPU Kabupaten / Kota.
Selain itu, distribusi perangkat Pemilu yang menjadi domain dari tugas KPU
itu sendiri sangat sulit dirasakan di beberapa wilayah dikarenakan faktor
geografis. Begitu pun pada proses perhitungan suara, masih adanya berbagai
bentuk pelanggaran Pemilu yang pelaku pelanggaran justru dari pihak
penyelenggara Pemilu itu sendiri.
Konsepsi Pemilu 2024 dimana Pilpres dan juga Pileg menjadi satu kesatuan
dalam proses pelaksanaannya tentunya menjadi tantangan tersendiri juga bagi
KPU. Selain dari pemutakhiran data Daftar Pemilih Tetap (DPT), sosialisasi
Pemilu kepada seluruh masyarakat Indonesia mulai dari penetapan jadwal
pelaksanaan Pemilu hingga pada proses pelaksanaan Pemilu perlu ditingkatkan.
Hal ini penting sebagai bagian dari pembelajaran politik bagi masyarakat
Indonesia sebelum memasuki Pemilu 2024.
Pada akhirnya, Pemilihan Umum 2024 adalah momentum bagi KPU untuk
berbenah dan meminimalisir berbagai persoalan pada Pemilu – pemilu
sebelumnya. Penyediaan fasilitas Pemilu utamanya dalam hal ini bilik suara yang
terbuat dari bahan yang berkualitas tentunya menjadi sesuatu yang vital demi
terwujudnya asas dari pelaksanaan Pemilu tersebut.