Anda di halaman 1dari 19

Eksistensi Pemilu di Indonesia untuk Menuju Negara

yang Demokratis
Tugas Artikel

Mata Kuliah : Hukum Tata Negara

Kelas :A

Dosen Pengampu :

1. Antikowati, S.H., M.H.

2. Nurul Laili Fadhilah, S.H., M.H.

Disusun oleh

Kelompok 9:

Aridiastri Octaghana Prajatantri (220710101217)

Aida Aulia Khoirunnisa (220710101223)

Daventya Rheva Izzati Handoko (220710101221)

Reza Angel Frisca Friscilia (220710101227)

Tema: Eksistensi Pemilu dan Negara Demokratis

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS JEMBER

2023
Abstrak: Pemilu merupakan salah satu mekanisme utama dalam demokrasi modern yang
memungkinkan rakyat untuk memilih wakil mereka dalam pemerintahan. Di Indonesia, pemilu
telah menjadi bagian penting dari proses demokratisasi negara sejak era reformasi tahun 1998.
Eksistensi pemilu di Indonesia memiliki peran yang sangat penting dalam membangun negara
yang demokratis. Pemilu merupakan sarana untuk mewujudkan hak suara rakyat dan
memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk memilih para pemimpin mereka secara
demokratis. Pemilu juga memungkinkan partisipasi politik yang lebih besar dari berbagai
lapisan masyarakat, termasuk kelompok-kelompok minoritas dan perempuan. Hal ini dapat
meningkatkan representasi dan keterwakilan yang lebih baik dalam pemerintahan. Selain itu,
pemilu juga dapat menjadi alat untuk mengukur kinerja dan akuntabilitas para pemimpin yang
terpilih. Melalui pemilu, rakyat dapat memberikan penilaian dan umpan balik terhadap kinerja
pemerintah, sehingga para pemimpin dapat bertanggung jawab kepada masyarakat. Namun,
untuk memastikan bahwa pemilu dapat berfungsi dengan baik sebagai mekanisme demokrasi,
diperlukan sistem yang transparan, adil, dan terpercaya. Dalam konteks Indonesia, masih ada
beberapa tantangan yang harus diatasi, seperti politik uang, kecurangan dalam penghitungan
suara, dan penyebaran informasi yang tidak akurat atau hoaks. Oleh karena itu, penting bagi
pemerintah dan masyarakat Indonesia untuk terus memperbaiki dan memperkuat sistem pemilu,
sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan dalam membangun negara yang demokratis.

Kata Kunci: Pemilu, Eksistensi Pemilu, Negara Demokratis.

1
A. Pendahuluan

Latar Belakang

Sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 pada Pasal 1,


Indonesia adalah negara republik yang berdaulat rakyat. Kekuasaan negara ini berada pada
pemerintahan rakyat. Gagasan demokrasi mengedepankan landasan dan metode bagi gagasan
kesetaraan dan kesetaraan manusia, yang dapat mengangkat manusia pada posisi sebagai
satu-satunya pemegang kekuasaan yang sah. Perlu diketahui dengan terlibatnya rakyat dalam
pemerintahan merupakan suatu tujuan dari negara yang menganut paham demokrasi. Dengan
mendengarkan serta melibatkan suara rakyat dalam pemerintahan membuat negara tersebur
lebih menjalankan asas dalam demokrasi tersebut. Penyelenggaraan pemilu dalam pemilihan
kepala daerah bahkan wakil rakyat merupakan gagasan yang penting dalam keberhasilan
demokrasi di suatu negara tersebut. Pemilu penting untuk menjalankan praktik demokrasi, di
mana rakyat memiliki kedaulatan suatu bangsa, karena memberikan hak yang dimiliki setiap
rakyat untuk terlibat bahkan ikut berpartisipasi langsung dalam pemerintahan serta kehidupan
politik bangsa tersebut. Pemilu harus dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Komisi
Pemilihan Umum (PKPU) Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2017.
Secara harfiah, demokrasi mengacu pada suatu bentuk pemerintahan di mana rakyat itu
sendiri, atau perwakilan terpilih mereka yang dipilih melalui proses pemilihan bebas,
menjalankan kekuasaan tertinggi. Kebutuhan dan ambisi warganya harus dipenuhi dengan
tepat agar pemerintahan yang demokratis dapat berfungsi dengan baik. Berbeda dengan
sistem otoriter di mana pemerintah memperhatikan karakteristik kebebasan pribadi,
demokrasi melindungi hak asasi manusia. Demokrasi berjanji untuk membangun lingkungan
politik di mana pemajuan dan realisasi hak asasi manusia akan lebih terorganisir dan
diekspresikan sebagai bentuk pemerintahan. Demokrasi menjunjung tinggi dan mensyaratkan
warga negara dan penyelenggara negara di tingkat legislatif, yudikatif, dan eksekutif
menjalankan nilai-nilai partisipatif dan tindakan berdaulat.
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum
mengatur penyelenggara Pemilu di Indonesia. Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan
Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) bekerja sama sebagai satu kesatuan untuk
menyelenggarakan pemilihan umum dalam rangka memilih anggota Dewan Perwakilan

1
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat, sesuai Pasal 1 Angka 5.
Rakyat Daerah, pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara langsung oleh rakyat, dan
pemilihan gubernur, bupati, dan walikota secara demokratis.
Para penanggung jawab penyelenggaraan pemilihan umum diharapkan mampu
melaksanakan serta melakukan tugasnya sesuai dengan apa yang terdapat pada peraturan
perundang-undangan. Penyelenggara pemilu di Indonesia berbicara tentang KPU. Namun,
Panwaslu dan Bawaslu bukanlah pemilihan langsung secara administratif, teknis, atau
demokratis yang prinsip-prinsipnya sah, bebas, dan adil, yang tidak hanya mencakup
keberadaan Komisi Pemilihan Umum yang adil dan berfungsi, tetapi juga ruang lingkup
calon. bebas berkampanye. dan mendapatkan dukungan dari orang-orang. Terkait mengenai
ada tidaknya pemilu yang bebas dan adil, apakah sumber daya pemerintah digunakan dengan
baik selama proses pemilu, apakah milter tidak memihak dan berfungsi sebagai organisasi
profesional, dan apakah aparat penegak hukum dan kejaksaan menegakkan kewajiban dan
melindungi orang-orang yang menjalankan tugas sipilnya dan hak politik. Pertanyaan penting
lain seperti apakah peradilan berfungsi secara tidak memihak dan berhasil. Pertanyaan kritis
lainnya adalah apakah media melaporkan berita dan informasi secara akurat, berfungsi
sebagai pengawas pemerintah dan proses politik, dan menyediakan akses ke informasi.

Metode Penelitian

Pada penyusunan artikel ini, penulis menggunakan penelitian secara Yuridis Normatif,
yaitu penelitian yang dilakukan melalui penelitian terhadap bahan-bahan kepustakaan atau data
sekunder belaka, penelitian ini meletakkan hukum sebagai sebuah bangunan system norma.
System norma yang dimaksud, yaitu mengenai asas-asas, norma, kaidah atau aturan
perundangan, serta perjanjian dan doktrin. Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan perundang-undangan atau Statute Approach, yang dilakukan dengan menelaah
semua peraturan perundang-undangan serta regulasi yang bersangkutan dengan isu hukum yang
sedang ditangani.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana sistem Pemilihan Umum di Indonesia?

2
2. Bagaimana Eksistensi Badan Pengawas Pemilu dalam Sistem Hukum Pemilu di
Indonesia?
3. Apa saja faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Bawaslu dan beberapa permasalahan
yang dapat mempengaruhi penyelenggaraan Pemilu untuk menuju negara yang
demokratis?

Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui bagaimana sistem Pemilihin Umum di Indonesia


2. Untuk mengetahui bagaimana eksistensi yang terdapat pada Lembaga Badan Pengawas
Pemilihan Umum pada sistem hukum Pemilihan Umum di Indonesia
3. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dalam Badan
Pengawas pemilihan umum dan berbagai permasalahan yang muncul untuk menuju
negara yang demokratis.

3
B. Pembahasan

Sistem Pemilihan Umum di Indonesia

Indonesia merupakan negara demokrasi dimana suara rakyat digunakan dalam sistem
pemilihan kepala daerah. Pemilu atau pemilihan umum merupakan suatu wujud dalam
demokrasi. Dalam pemilu ini terdapat jembatan antara calon kepala daerah yang menampung
aspirasi rakyat dengan masyarakat yang tentunya berhak memilih siapa yang menjadi kepala
daerah. Dengan adanya pemilu ini mewujudkan tatanan hidup bangsa Indonesia sesuai dengan
yang terdapat pada Undang-Undang Dasar 1945 dan cita-cita yang terkandung pada Proklamasi
17 Agustus 1945. Dalam pemilu juga mendorong adanya pembangunan hukum yang bertujuan
agar menegakkan keadilan, kebenaran dan tentunya mengayomi masyarakat serta mewujudkan
apa yang terkandung dalam Pancasila seperti mewujudkan ketertiban umum. Sehingga pemilu
tidak boleh menyebabkan rusaknya sendi-sendi dalam kehidupan bermasyarakat dikarenakan
pemilu merupakan suatu sistem yang menentukan pilihan masyarakat, baik pemilu dalam daerah
maupun pusat.1 Definisi pemilu ialah merupakan lembaga serta prosedur dalam praktik politik
dengan tujuan mewujudkan kedaulatan serta keadilan rakyat yang akhirnya terbentuk suatu
pemerintahan yang menjadi perwakilan atau representative government. Pengertian
sederhananya, Pemilihan Umum merupakan suatu cara atau sarana yang bertujuan untuk
menentukan siapa saja orang-orang yang mewakili rakyat dalam menjalankan pemerintahan.
Pemilu di Indonesia pertama kali diselenggarakan pada tahun 1955. Dalam Undang-Undang
Nomor 27 Tahun 1953 menerangkan bahwa pemilu di Indonesia harus dilakukan secara
langsung, umum, bebas dan rahasia atau biasa disebut dengan LUBERJURDIL. 2 Tentunya
Indonesia dari tahun ke tahun mencari sistem pemilu yang cocok. elama Indonesia merdeka,
bangsa Indonesia ini sudah menyelenggarakan pemilu sebanyak dua belas (12) kali dengan kurun
waktu tahun 1955, 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999, 2004, 2009, 2014 dan 2019.
Wakil rakyat yang ingin mencalonkan diri sebagai kepala daerah atau yang lain seperti DPR,
DPRD, dsb diharuskan tergabung dalam partai politik. Dalam partai politik ini, mereka sebagai
penyalur aspirasi rakyat. Partai politik mengajukan calon-calon mereka untuk mencalonkan diri

1 ‘Menggagas Sistem Pemilihan Umum Yang Sesuai Dengan Sistem Demokrasi Indonesia | Budiono | Jurnal Ilmiah
Dunia Hukum’ <http://jurnal.untagsmg.ac.id/index.php/duniahukum/article/view/605/579> accessed 16 April 2023.
2 Achmad Edi Subiyanto, ‘Pemilihan Umum Serentak Yang Berintegritas Sebagai Pembaruan Demokrasi
Indonesia’ (2020) 17 Jurnal Konstitusi 355.

4
sebagai wakil rakyat. Tentunya wakil rakyat ini diharapkan sesuai dengan tujuan nasional serta
menumbuhkan rasa percaya terhadap masyarakat dengan menyalurkan aspirasi masyarakat yang
sesuai dan memperoleh dukungan mereka serta membentuk pemerintahan yang adil, aman dan
demokratis. Sistem pemilu di Indonesia dalam ilmu politik menggunakan dua prinsip pokok,
yaitu:

● Prinsip single-member constituency, merupakan prinsip pemilu dimana satu daerah hanya

dapat mengirimkan satu wakil yang biasanya disebut dengan sistem distrik. Sistem distrik
digunakan sebagai sebagai sistem pemilihan umum yang berdasarkan pada kesatuan
geografis dan merupakan sistem pemilihan umum tertua. Di dalam sistem distrik ini
sistem pemilihan dilakukan dengan pemungutan suara terbanyak, wakil yang
memperoleh suara terbanyak maka wakil itulah yang dikatakan sebagai pemenang, untuk
suara yang dialokasikan kepada wakil lain dianggap hilang dan tidak dianggap atau
diperhitungkan lagi, meskipun selisih dari kekalahannya kecil. Sistem distrik ini memiliki
kelebihan dalam menjalankan sistemnya, antara lain:
1. Mendorong ke arah integrasi parpol sebab kursi hanya ada satu untuk diperebutkan
dalam setiap distrik pemilihan.
2. Pemecahan partai serta kecenderungan dalam membentuk parpol atau partai baru dapat
dicegah bahkan dibendung.
3. Wakil yang terpilih pada sistem distrik ini mudah dikenal, karena wilayahnya yang kecil,
sehingga hubungan konstituen yang dibangun menjadi lebih erat.
4. Dapat memperoleh kedudukan mayoritas, karena parpol merasa diuntungkan melalui
distorian effect yang mana dapat memperoleh suara dari pemilihan-pemilihan lainnya.
5. Partai dengan mudah mencapai kedudukan mayoritas dalam parlemen yang didukung
oleh stabilitas nasional.
6. Sistem distrik merupakan sistem yang sederhana sehingga mudah untuk
diselenggarakan.

Sedangkan untuk kelemahan sistem distrik ini, yaitu:

1. Kurangnya perhatian terhadap kepentingan golongan minoritas dan partai-partai kecil.

5
2. Di dalam sistem distrik, jika calonnya kalah dalam suatu distrik, maka akan kehilangan
suara dukungan.
3. Apabila terjadi adu kekuatan, maka akan banyak jumlah suara yang hilang.
4. Sistem ini dianggap kurang efektif dalam masyarakat yang majemuk karena masyarakat
terbagi menjadi beberapa kelompok.
5. Terdapat kemungkinan jika wakil akan cenderung memberikan perhatian lebih terhadap
kepentingan distrik dan warga sekitarnya, daripada kepentingan nasional.

● Prinsip multi-member constituency, yaitu prinsip dimana satu daerah diperbolehkan untuk

memilih atau mengirimkan beberapa wakil dan prinsip ini biasanya disebut dengan
sistem perwakilan berimbang atau sistem proporsional. Sistem proporsional ini
merupakan sistem yang dianut oleh Indonesia, dimana calon ditentukan berdasarkan
nomor urut calon dari masing-masing partai atau organisasi sosial politik. Penentuan
jumlah kursi didasarkan pada perhitungan suara dari masing-masing organisasi sosial
politik yang ditentukan melalui penjumlahan suara yang dilakukan secara kedaerahan
bahkan nasional. Dalam sistem ini, setiap wilayah dialokasikan kursi berdasarkan jumlah
penduduk dan kepadatan wilayah tersebut. Jumlah suara yang diraih dari tiap-tiap partai
politik atau organisasi sosial politik menentukan banyak sedikitnya kursi yang akan
diraih. Sistem proporsional memiliki keuntungan, yaitu:
1. Dianggap lebih representative, karena persentase atau perolehan suara yang diraih
oleh masing-masing partai sesuai dengan persentase dalam jumlah kursi yang
didapatkan yang ada pada parlemen.
2. Setiap perolehan suara dihitung dan tidak ada yang dianggap hilang. Partai kecil
atau golongan minoritas memiliki kesempatan untuk menempatkan wakil
partainya di parlemen.

Kelemahan dari sistem proporsional ini, yaitu:

1. Kurangnya dorongan terhadap partai-partai dalam berintegrasi satu sama lain dan
bahkan cenderung melakukan perbedaan diantara partai-partai tersebut. Hal ini
menyebabkan terhambatnya proses integrasi di antara berbagai golongan di
masyarakat.

6
2. Wakil rakyat kurang berhubungan dengan rakyat yang merupakan konstituenya,
mereka lebih erat berhubungan dengan partai yang mereka anut termasuk dalam
hal yang akuntabilitas.
3. Banyaknya partai-partai yang bersaing dalam sistem ini, sehingga sulit bagi salah
satu partai untuk memperoleh suara terbanyak di Parlemen. Jika pemerintahan
tersebut merupakan pemerintahan parlementer, hal ini tentu akan mengalami
kesulitan dalam terbentuknya pemerintahan yang stabil, karena harus didasarkan
diri pada koalisi.3

Sesuai apa yang terkandung dalam Undang-Undang Dasar 1945, Indonesia perlu membentuk
lembaga perwakilan rakyat dan lembaga permusyawaratan rakyat. Pembentukan lembaga-
lembaga tersebut melalui adanya pemilu, pemilu merupakan sarana dalam demokrasi dengan
mewujudkan apa yang ada dalam sistem pemerintahan sebagaimana apa yang terkandung ada
dalam butir-butir Pancasila serta Undang-Undang Dasar 1945 yang menjadi tujuan nasional
bangsa Indonesia. Prinsip kedaulatan rakyat terbentuk dari demokrasi yang tentunya
menempatkan dan memposisikan rakyat sebagai pemilik kedaulatan. Hal ini membuat peran
rakyat sangat penting dan diperlukan dalam terselenggaranya pemilu. Suatu pemerintahan,
lembaga permusyawaratan rakyat serta lembaga perwakilan rakyat yang dibentuk melalui pemilu
pastinya akan memiliki legitimasi dan kekuatan yang kuat tentunya dari rakyat.

Eksistensi Badan Pengawas Pemilu dalam Sistem Hukum Pemilu di Indonesia

Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) merupakan lembaga negara yang bertugas dan
berfungsi untuk melakukan pengawasan terhadap seluruh tahapan pemilihan dan pemilihan
umum di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. UU Pemilu, dalam undang-
undang tersebut menyebutkan bahwa Komisi Pemilihan Umum (KPU) merupakan lembaga yang
menyelenggarakan pemilu untuk memilih anggota DPR, DPD, DPRD, Presiden dan Wakil
Presiden yang dilakukan secara langsung oleh rakyat4. Terdapat tiga lembaga dalam
penyelenggaraan pemilu, diantaranya:

3 Gova Gusva Rianda, ‘SISTEM PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA’ (OSF Preprints, 2 February 2021)
<https://osf.io/ajuyd/> accessed 16 April 2023.
4 Finaka, A. W. (2019). Tiga Lembaga Penyelenggara Pemilu, Apa saja? Indonesiabaik.Id.
https://indonesiabaik.id/infografis/tiga-lembaga-penyelenggara-pemilu-apa-saja

7
1. Komisi Pemilihan Umum (KPU) merupakan lembaga nasional, tetap, dan mandiri yang
bertugas menyelenggarakan Pemilu dengan anggota sebanyak-banyaknya 7 orang.
2. Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), merupakan lembaga yang bertugas untuk mengawasi
penyelenggaraan pemilu di seluruh Negara Kesatuan Republik Indonesia dan berjumlah 5
orang anggota.
3. Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) adalah lembaga yang bertugas
menangani pelanggaran kode etik penyelenggaraan Pemilu dan bekerja dalam
penyelenggaraan Pemilu, bersifat tetap dan berkedudukan di ibu kota. Dewan
Kehormatan Penyelenggaraan Pemilu beranggotakan 7 orang dari KPU, Bawaslu, serta
berasal dari pemerintah5.

Sedangkan dalam Bawaslu sendiri terdapat lima macam, diantaranya:

● Badan Pengawas Pemilu Provinsi

● Badan Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota

● Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan (untuk wilayah kecamatan atau nama lain)

● Panitia Pengawas Pemilihan Kecamatan (untuk wilayah kecamatan)

● Panitia Pengawas Pemilu Kelurahan/Desa

Eksistensi Bawaslu yang dimaksud adalah pengawasan yang dilakukan pada setiap
pemilihan umum. Pelaksanaan pemilu pertama kali dilakukan pada tahun 1955, dimana pada
tahun itu terbangun trust pada seluruh peserta dan warga negara mengenai penyelenggaraan
pemilu dengan maksud membentuk lembaga parlemen yang disebut Konstituante. Lembaga
pengawas pemilu mulai ada sejak pelaksanaan pemilu pada tahun 1982 yang saat itu bernama
Panitia Pengawas Pelaksanaan Pemilu (Panwaslak Pemilu) sejak saat itu, muncul

5 Mutiarasari, K. A. (2023, January 21). Bawaslu dalam Pemilu: Pengertian, Tugas, dan Wewenang.
News.Detik.Com. https://news.detik.com/pemilu/d-6527784/bawaslu-dalam-pemilu-pengertian-tugas-dan-
wewenang

8
ketidakpercayaan terhadap penyelenggaraan pemilu, dikarenakan adanya kooptasi oleh kekuatan
rezim penguasa. Di era reformasi dibentuk Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk membentuk
penyelenggaraan Pemilu yang bersifat independent dan bebas dari menguatnya kooptasi
penguasa dan dimaksudkan untuk mengurangi campur tangan para penguasa.

Bawaslu sebagai penanggung jawab pengawasan pemilu membagi tugas, wewenang dan
tanggung jawabnya dalam menjalankan fungsi koordinasi menjadi beberapa bagian, antara lain:
Departemen Hukum, Sumber Daya Manusia dan Organisasi, Departemen Kontrol, Hubungan
Masyarakat, Hubungan Pemerintah, Penuntutan dan Pemrosesan Pelanggaran Pemilu dan
Departemen Penyelesaian Sengketa Pemilu. Untuk menguatkan prosedur dan kualitas demokrasi
di Indonesia, Bawaslu mengeluarkan inovasi dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya.
Adanya Lembaga tersebut saat ini dianggap telah sesuai dengan harapan masyarakat dari
keberadaan Bawaslu pada penyelenggaraan pemilu sebelumnya, yakni tahun 2014. Namun, pada
tahun tersebut Bawaslu terkesan hanya sebagai pelengkap karena kewenangan yang diberikan
saat itu kurang maksimal dalam memberikan kontribusi pada keadilan dalam penyelenggaraan
pemilu, hal tersebut terjadi karena eksistensi Bawaslu pada saat itu hanya sebatas pemberian
rekomendasi kepada KPU.

Untuk menjadikan Bawaslu sebagai lembaga yang bukan hanya sekedar sebagai
pelengkap, maka dalam menjalankan fungsi dan tugasnya maupun dalam melaksanakan
penyelesaikan sengketa pemilu, maka dibentuklah penanggulangan yang bersifat alternatif dan
korektif, yaitu melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu dan ditegaskan
kembali melalui Peraturan Bawaslu Nomor 18 Tahun 2017 yang telah diubah dengan Peraturan
Bawaslu Nomor 27 tahun 2018 tentang Tata Cara Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu. Putusan
yang dikeluarkan oleh Bawaslu pada awalnya hanya untuk bersifat anjuran, tetapi sekarang
sudah berubah menjadi Putusan Bawaslu yang memiliki kekuatan eksekutif seperti Putusan
Pengadilan. Dengan demikian, menunjukkan bahwa Bawaslu bertransformasi menjadi lembaga
quasi pengadilan dimana putusan yang dikeluarkan bersifat mengikat dan final kecuali yang
ditetapkan lain dalam Undang-Undang Pemilu.Berdasarkan dikeluarkannya Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu, dapat disimpulkan bahwa eksistensi Bawaslu saat ini
sudah sesuai dengan harapan masyarakat. Hal tersebut dikarenakan Bawaslu sebagai lembaga
yang secara struktural sudah bersifat final atau permanen dari tingkat Kabupaten/Kota hingga

9
tingkat pusat. Selain itu, undang-undang memberikan kewenangan untuk menyelesaikan sendiri
sengketa yang timbul dalam proses pemilu. Dengan demikian eksistensi Bawaslu dalam sistem
hukum Indonesia sudah sesuai dengan harapan masyarakat.6

Faktor-Faktor yang Dapat Mempengaruhi Bawaslu dan Berbagai


Permasalahan yang Terjadi dalam Pemilu untuk Menuju Negara yang
Demokratis

Badan Pengawas Pemilihan Umum merupakan badan yang dibentuk untuk


menyelenggarakan pemilu di Indonesia. Dapat diketahui Indonesia merupakan negara
demokrasi, pembentukan Badan Pengawas Pemilihan Umum harus mengedepankan kualitas
penegakan hukum yang demokratis. Terdapat empat faktor yang menentukan kualitas penegakan
hukum antara lain7:

1. Regulasi

Regulasi merupakan aturan yang dibentuk maupun diciptakan oleh badan atau otoritas
untuk mengawasi segala hal agar tercipta dan berjalan tertib serta lancar. Dalam pemilu regulasi
sangat penting, dengan berjalannya pemilu yang tertib dan lancar membuat penyelenggaraan
pemilu berjalan secara maksimal tanpa ada kegaduhan.

2. Penegakan Hukum

Penegakan hukum dalam pemilu adalah penentu pemilu tersebut dapat dikatakan
berkualitas atau tidak. Ketidakpastian hukum dalam lembaga penegak hukum perlu dievaluasi
dalam penyelenggaraan pemilu agar tidak timbul hal yang tidak diinginkan. Apalagi yang
tertuang dalam Pasal 434 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017, yang menjelaskan bahwa
pemerintah wajib memberikan dukungan penuh kepada penyelenggara untuk menjamin
suksesnya pelaksanaan tahapan pemilu dan pemilihan serentak tahun 2024 sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

6 Mardiyati, S., & Indrajaya. (2021). EKSISTENSI BADAN PENGAWAS PEMILU UMUM DALAM
PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM MENURUT UU NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG
PEMILIHAN UMUM. Jurnal Hukum, 1(2), 1-11.
7 “Empat Faktor Hukum Penentu Kualitas Demokrasi di Indonesia | Badan Pengawas Pemilihan Umum Republik
Indonesia,” accessed April 7, 2023, https://bawaslu.go.id/id/berita/empat-faktor-hukum-penentu-kualitas-demokrasi-
di-indonesia.

10
3. Sarana prasarana yang menunjang pemilu

Dalam pemilu, sarana dan prasarana yang lengkap merupakan hal yang bertujuan agar
tercipta dan membangun pemilu yang berintegritas, tepat sasaran, memiliki legitimasi serta
berkualitas dalam pemilu dengan menciptakan sarana dan prasarana yang menunjang sesuai
dengan kebutuhan.8

4. Kepercayaan dan persepsi masyarakat terhadap pemilu

Kepercayaan dan persepsi masyarakat perlu dijaga dengan menyelenggarakan pemilu


yang LUBER JURDIL yaitu langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Hal itu diharuskan
dan menghindari perbedaan antargolongan. Tidak mudah membuat kepercayaan masyarakat
tertanam apalagi jika sebelumnya pernah rasa percaya mereka merasa terkhianati. 9

Empat faktor diatas merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas untuk menuju
negara demokratis. Penyelenggaran pemilu yang ada diharapkan sesuai dengan ketentuan hukum
yang berlaku dan dapat terselenggara secara maksimal. Pemilu juga diharapkan dapat
menimbulkan rasa kepercayaan masyarakat terhadap pemilu dikarenakan Indonesia merupakan
negara yang menomorsatukan rakyat. Diharapkan wakil rakyat yang terpilih tidak membuat
kecewa masyarakat yang percaya untuk menjadikan mereka sebagai wakil rakyat dalam
pemerintahan untuk masyarakat. Tentunya dengan hal itu membuat kepercayaan masyarakat
meningkat dan tumbuh terayomi dalam kehidupan bernegara serta percaya dalam keadilan
hukum yang berlaku. Kualitas demokratis harus ada peran masyarakat di dalamnya dan tentunya
tidak ada timbul ketidakberlakuan hak-hak yang mereka dapat.

Selain kepercayaan masyarakat menurun akibat wakil rakyat yang mereka percaya
dianggap mengingkari apa yang mereka janjikan, faktanya pada era saat ini media informasi
yang tentunya dimengerti masyarakat dianggap menjadi provokator antara masyarakat dengan
pemerintah. Media sosial seperti website berita atau sosial media berbagai kalangan media yang
seharusnya menjadi media informasi, mobilisasi antara pihak-pihak dan media pendidikan

8 KPU, “PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA YANG BAIK DALAM MENDUKUNG SUKSES
TAHAPAN PEMILU TAHUN 2024,” accessed April 7, 2023, https://kota-malang.kpu.go.id/berita/baca/8052/-.
9 Humas FHUI, “Pentingnya Kepercayaan Masyarakat Terhadap Pemilu,” Fakultas Hukum Universitas Indonesia
(blog), December 28, 2017, https://law.ui.ac.id/v3/pentingnya-kepercayaan-masyarakat-terhadap-pemilu/.

11
menimbulkan adanya sinisme atau membuat gaduh publik dan tentunya menghambat apa itu
demokrasi.

Adanya pemilu diharapkan membuat demokrasi terbangun, pemilu ini merupakan


indikator utama negara demokrasi. Tentunya demokratis juga harus tercipta, penyelenggaraan
pemilu harus memenuhi sesuai dengan prosedur tertentu. Terciptanya pemilu yang adil, aman,
damai serta tertib merupakan salah satu bentuk prosedur yang sesuai tersebut. Selain
menciptakan rasa adil, aman, damai dan tertib pemilu juga diharapkan sarana serta prasarana
yang menunjang agar tercipta pemilu yang sesuai dan tidak menyimpang dengan hal-hal lain.

Selain beberapa faktor yang mempengaruhi Bawaslu yang telah disebutkan sebelumnya,
penyelenggaraan pemilihan umum di Indonesia juga tidak lepas dari berbagai permasalahan yang
dapat mempengaruhi penyelenggaraan pemilu di Indonesia, permasalahan yang muncul
diantaranya:

● Dalam penyelenggaraan pemilu sudah tidak asing dengan fenomena money politics,yaitu

sebuah upaya yang mempengaruhi pilihan pemilih atau voters atau penyelenggaraan
pemilu dengan imbalan berupa materi atau yang lainnya, atau dapat dikatakan money
politics ini disebut dengan suap. Tindakan money politics ini terjadi dimana pada
peristiwa ini dilakukan dengan membagikan sejumlah uang atau barang kepada pemilih
atau masyarakat dengan tujuan untuk memberikan suaranya pada pemilu untuk si
pemberi.

● Pada penyelenggaraan pemilu juga tidak luput dengan adanya masyarakat yang tidak

memberikan suaranya pada pemilihan umum, atau biasanya yang disebut dengan
golongan putih atau golput, hal ini menjadi salah satu bentuk perlawanan terhadap
praktik politik dimana masyarakat tersebut merasa kecewa dengan penyelenggaraan
negara yang dilakukan dengan tidak memilih partai atau legislator.

● Tak luput juga pada penyelenggaraan pemilu, tak jarang terjadi tindakan intimidasi oleh

oknum-oknum pegawai pemerintah terjadap masyarakat untuk memilih salah satu calon,
dimana Tindakan intimidasi ini merupakan tindakan yang melanggar peraturan dalam
pemilu.

12
● Pada musim pemilu memang sudah banyak dilakukan kampanye yang dilakukan oleh

calon-calon, namun tindakan kampanye ini dapat menjadi pelanggaran apabila dilakukan
pendahuluan start kampanye, tindakan start kampanye ini ditandai dengan dilakukannya
pemasangan baliho, spanduk, dan pembagian selebaran calon.

● Pada pelaksanaan kampanye ada pula istilah kampanye negatif, hal ini terjadi karena

informasi yang diberikan masih dilihat sebagai sebuah hal yang tidak penting oleh
masyarakat, dalam hal ini masyarakat bersikap “menurut” pada sosok tertentu yang
selama ini dianggap sebagai tokoh masyarakat.10

C. Penutup
Konsep demokrasi tentu memberikan landasan dan mekanisme bagi prinsip-prinsip
persamaan dan keadilan serta persamaan derajat manusia yang dapat menempatkan manusia
sebagai pemilik dan hak dalam kedaulatan. Praktik demokrasi dijalankan, dimana kedaulatan
sebuah negara dipegang dan ditentukan oleh rakyat, maka adanya pemilu ini memberikan hak
kepada rakyat untuk ikut serta atau melakukan secara langsung dalam kehidupan pemerintahan
serta politik negara. Demokrasi melindungi hak asasi manusia dibandingkan dengan sistem
otoriter dimana kekuasaan pemerintah yang memperhatikan aspek-aspek kebebasan individu. Di
Indonesia, pemilu diselenggarakan dan diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011
tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, Pasal 1 Angka 5.

Indonesia merupakan negara demokrasi dimana suara rakyat digunakan dalam sistem
pemilihan Lembaga pemerintahan. Dengan adanya pemilu ini mewujudkan tatanan hidup bangsa
Indonesia sesuai dengan yang terdapat pada UUD 1945 serta cita-cita yang terkandung pada
Proklamasi 17 Agustus 1945. Pemilu juga mendorong adanya pembangunan hukum yang
bertujuan agar menegakkan keadilan, kebenaran dan tentunya mengayomi masyarakat serta
mewujudkan apa yang terkandung dalam Pancasila seperti mewujudkan ketertiban umum.
Definisi Pemilihan Umum, yaitu sebagai salah satu cara maupun sarana yang dapat menentukan
orang-orang dalam mewakili rakyat untuk menjalankan pemerintahan maupun dalam politik.
Pemilu di Indonesia pertama kali diselenggarakan pada tahun 1955. Dalam Undang-Undang

10 Susi, “Permasalahan Yang Sering Terjadi Dalam Pemilu,” Tribratanews.Kepri.Polri.Go.Id, Desember 2019.

13
Nomor 27 Tahun 1953 menjelaskan bahwa pemilu di Indonesia harus dilakukan secara
LUBERJURDIL.

Bawaslu atau Badan Pengawas Pemilu merupakan suatu lembaga negara yang bertugas
dan berfungsi untuk melakukan pengawasan pada setiap tahapan dalam pemilihan dan pemilihan
umum di wilayah NKRI. Untuk menjadikan Bawaslu sebagai lembaga yang bukan hanya
sekedar sebagai pelengkap, maka dibentuklah penanggulangan yang bersifat alternatif dan
korektif, yaitu melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu yang dipertegas
kembali pada Peraturan Bawaslu Nomor 18 Tahun 2017 yang diubah dengan Peraturan Bawaslu
Nomor 27 tahun 2018 tentang Tata Cara Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu.

Penegakan hukum pada pemilu adalah penentu pemilu tersebut dapat dikatakan
berkualitas atau tidak. Ketidakpastian hukum dalam lembaga penegak hukum perlu dievaluasi
dalam penyelenggaraan pemilu agar tidak timbul hal yang tidak diinginkan. Dalam pemilu,
sarana dan prasarana yang lengkap merupakan hal yang bertujuan agar tercipta dan membangun
pemilu yang berintegritas, tepat sasaran, memiliki legitimasi serta berkualitas dalam pemilu
dengan menciptakan sarana dan prasarana yang sesuai dengan kebutuhan. Kepercayaan dan
persepsi masyarakat terhadap pemilu. Pemilu harus dilakukan secara langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur dan adil (LUBER JURDIL). Empat faktor diatas merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas untuk menuju negara demokratis. Selain faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi Bawaslu untuk menuju negara yang demokratis, juga terdapat beberapa
permasalahan yang sering terjadi pada penyelenggaraan pemilu, diantaranya: adanya peristiwa
money politics, masyarakat yang menjadi golongan putih, terjadinya tindakan intimidasi,
pendahuluan start kampanye, dan tindakan kampanye negatif. Permasalahan-permasalahan
tersebut sering muncul seiring dengan penyelenggaraan pemilu. Oleh karena itu, dibutuhkan
regulasi yang tepat sesuai dengan apa yang telah disampaikan sebelumnya, untuk menuju
Indonesia menjadi negara yang demokratis

14
DAFTAR PUSTAKA

Budiono. (2016). Menggagas Sistem Pemilihan Umum Yang Sesuai Dengan Sistem Demokrasi
Indonesia. Jurnal Ilmiah Dunia Hukum. Diakses dari
http://jurnal.untagsmg.ac.id/index.php/duniahukum/article/view/605/579

Finaka, A. W. (2019). Tiga Lembaga Penyelenggara Pemilu, Apa saja? Diakses dari
https://indonesiabaik.id/infografis/tiga-lembaga-penyelenggara-pemilu-apa-saja

Gloria, Reyn. (2019). Badan Pengawas Pemilihan Umum Republik Indonesia. Diakses dari
https://bawaslu.go.id/id/berita/empat-faktor-hukum-penentu-kualitas-demokrasi-di-
indonesia.

Humas FHUI. (2017). Pentingnya Kepercayaan Masyarakat Terhadap Pemilu. Diakses dari
https://law.ui.ac.id/v3/pentingnya-kepercayaan-masyarakat-terhadap-pemilu/.

KPU. (2022). Pengelolaan Sarana dan Prasarana yang Baik dalam Mendukung Sukses Tahapan
Pemilu 2024. Jurnal KPU.go.id.

Mardiyati, S., & Indrajaya. (2021). EKSISTENSI BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM
DALAM PENYELENGGARAN PEMILIHAN UMUM MENURUT UU NOMOR 7
TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM. Jurnal Hukum, 1(2), 1-11.

Mutiarasari, K. A. (2023, January 21). Bawaslu dalam Pemilu: Pengertian, Tugas, dan
Wewenang. Diakses dari https://news.detik.com/pemilu/d-6527784/bawaslu-dalam-
pemilu-pengertian-tugas-dan-wewenang

Rianda, Gova Gusva. (2021). SISTEM PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA. Diakses dari
https://osf.io/ajuyd/

Subiyanto, Achmad Edi. (2020). Pemilihan Umum Serentak Yang Berintegritas Sebagai
Pembaruan Demokrasi Indonesia. Jurnal Konstitusi 355.

Susi. “Permasalahan Yang Sering Terjadi Dalam Pemilu.” Tribratanews.Kepri.Polri.Go.Id,


Desember 2019.

15
Widianingsih, Yuliani. (2017). Demokrasi dan Pemilu di Indonesia: Suatu Tinjauan dan Aspek
Sejarah dan Sosiologi Politik. Jurnal Signal, Vol. 5 No. 2.

16
17

Anda mungkin juga menyukai