Anda di halaman 1dari 9

1

PENYELENGGARAAN
PEMILIHAN UMUM
DI INDONESIA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Ujian Akhir Semester


Mata Kuliah Hukum Pemilu

Oleh :

NAMA : SUPRIJANTO,SH.
NIM : A.312.1521.016

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM


UNIVERSITAS SEMARANG
2022
2

A. Latarbelakang

Pemilihan umum menurut kamus besar Bahasa Indonesia, kata pemilihan


berasal dari kata dasar pilih yang artinya :1
“dengan teliti memilih, tidak dengan sembarang saja mengambil mana-
mana yang disukai, mencari atau mengasingkan mana-mana yang baik,
menunjuk orang, calon”.
Sedangkan kata umum berarti :
“mengenai seluruhnya atau semuanya, secara menyeluruh, tidak
menyangkut yang khusus (tertentu) saja”.
Menurut Ali Moertopo, pemilihan umum adalah sarana yang tersedia
bagi rakyat untuk menjalankan kedaulatannya dan merupakan lembaga
demokrasi. Ia menyatakan Secara teoritis pemilihan umum dianggap
merupakan tahapan paling awal dari berbagai rangkaian kehidupan
ketatanegaraan yang demokratis, sehingga pemilu merupakan motor penggerak
mekanisme sistem politik demokrasi.2
Pemilihan umum merupakan sarana kedaulatan rakyat untuk memilih
anggota dewan perwakilan rakyat, anggota perwakilan daerah, Presiden dan
Wakil Presiden, dan Daerah, yang dilaksanakan secara
langsung,umum,bebas,rahasia,jujur,dan adil dalam negara kesatuan merupakan
penjelasan dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum.
Pemilihan umum diselenggarakan dalam suasana keterbukaan dengan
kebebasan pendapat dan kebebasan berserikat sesuai dengan Pasal 28 UUD
NRI 1945 dianggap mencerminkan dengan cukup akurat mencerminkan
aspirasi rakyat dan partisipasi rakyat dalam setiap pesta demokrasi.

1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), hlm. 683
2
B. Hestu Cipto Handoyo, Hukum Tata Negara, Menuju Konsolidasi Sistem
Demokrasi, (Yogyakarta : Universitas Atmajaya, 2009), hlm. 228.
3

Pemilu merupakan salah satu ciri yang harus ada pada negara demokrasi,
dengan demikian pemilu merupakan sarana yang penting untuk rakyat dalam
kehidupan bernegara, yaitu dengan jalan memilih wakil-wakilnya yang pada
gilirannya akan mengendalikan roda pemerintahan.
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 merupakan dasar bagi Bangsa Indonesia dalam menyelenggarakan
pemilihan umum.Dalam kebanyakan negara demokrasi, pemilihan umum di
anggap lambang sekaligus tolak ukur dari demokrasi itu.Hasil pemilihan umum
yang di selenggarakan dalam suasana kerterbukaan dengan kebebasan
berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap emncerminkan dengan agak
akurat partisipasi serta aspirasi masyarakat.3
B. Perumusan masalah
Dalam penulisan makalah ini agar nantinya tidak terlalu meluas maka penulis
membatasi tentang penyelenggaraan pemilihan umum di Indonesia
C. Pembahasan
Kebebasan dalam pelaksanaan pemilu di Indonesia semakin baik, maka
penyelenggaraan pemilu juga semakin baik.Demikian juga sebaliknya, semakin
rendah tingkat kebebasan maka semakin buruk pula penyelenggaraan pemilu.
Hal ini menimbulkan anggapan yang menyatakan bahwa semakin banyak
rakyat yang ikut pemilu maka dapat dikatakan pula semakin tinggi kadar
demokrasi yang terdapat dalam menyelenggarakan pemilu.
Dasar hukum Undang-Undang ini adalah : Pasal 1 ayat (2), Pasal 5 ayat
(1), Pasal 6, Pasal 6A, Pasal 18 ayat (3), Pasal 19 ayat (1), Pasal 20, Pasal 22C
ayat (1), dan Pasal 22E Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
Pemilihan umum di Indonesia menganut asas "LUBER" yang merupakan
singkatan dari "Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia".Asas langsung yaitu
rakyat dapat memilih langsung calon pemimpin yang sesuai dengan pikiran dan
hati tanpa bisa diwakili siapapun.Bagi seseorang yang menderita saakit dapat

Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik. (Jakarta:PT Gramedia Pustaka


3

Utama 2008) hlm 461


4

langsung memberikan suaranya dikediamannya dengan pengawasan dari pihk


panitia agar kertas yang telah menjadi hak pilihnya tidak diselewengkan atau
dibuat curang".
Asas umum yaitu pemilihan umum berlaku bagi siap saja tidak
memandang jenis kelamin, pekerjaan dan status sosial seseorang, pemilu
adalah hak setiap warga negara yang telah memenuhi syarat misalnya telah
berusia 17 tahun atu telah menikah serta sehat jasmani rohani (tidak gila).
Asas Bebas yaitu Pemilu berlaku untuk segenap warga negar indonesia
yang tinggal dikawasan Negara Kesatuan Republik Indonesia atau yang sedang
tinggal diluar negeri pemilu dapat dilakukaan di Negaralain yang sebelumnya
telah melewati beberapa prosedur ijin yang resmi dari pihak pemerintaha
negaar itu sendiri dan duta besar. setiap pemilih dapat dapat berhak mengubah
calon pemimpin yang akan dipilihnya tanpa ancaman atau paksaan orang lain.
Asas Rahasia yaitu memilih calon pemimpin tidak bisa diberitahukan
pada orang lain bahkan padaa pihk panitia sekalipun agar tercipta suasana ynag
tetap aman , tidak memicu keributan dan saling menghina hanya karena
berbeda pilihan. pihak panitai pemilu juga tidak diperbolehkan untuk
memberitaukan pilhan orang lain, pilihan diri sendiri, bahkan dilarang bertanya
pada pemilih tentang calon pemimpin yang mana yang akan dipilihnya.
Asas Adil yaitu semua pemilih mendapatkan hak dan perlakuan yang
sama termasuk perlindungan dari adanya ancaman dan kecurangan dari pihak
pihak tertentu.
Asas Jujur yaitu pemilu harus diaksanakan dengan jujur dan apa adanya
tanpa ada perwakilan dari keluarga, teman atau orangtua atau lewat perantara
lainnya. ketika penghitungan suara dilakukan maka pihak panitia
penyelenggara pemilu harus menperbolehkan masyarkat ikut menyaksikan
acara penghitungan suara tersebut.

Pemilihan Umum adalah bentuk perwujudan atas kedaulatan rakyat dan


demokrasi dimana sebagai penentu wakil-wakil rakyat yang akan duduk pada
suatu lembaga perwakilan rakyat yang juga memilih presiden dan wakil
5

presiden termasuk memilih pemimpin yang akan memimpin pemerintahan


(eksekutif).Penyelenggaraan pemilihan umum yang baik atau demokratis harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :4
1. Pertama, pemilu harus bersifat kompetitif.
2. Kedua, pemilu harus diselenggarakan secara berkala.
3. Ketiga, pemilu haruslah inklusif.
4. Keempat,pemilih harus diberi keleluasaan untuk mempertimbangkan dan
mendiskusikan alternatif pilihannya dalam suasana yang bebas, tidak
dibawah tekanan, dan akses memperoleh informasi yang luas. dan
5. Kelima, penyelenggara pemilu yang tidak memihak dan independen.
Keberhasilan dan kegagalan atas penyelenggaraan pemilu sangat
tergantung pada bagaimana lembaga penyelenggara pemilu bekerja secara
objektif dan profesional pada satu sisi.Pada saat yang bersamaan, hasil pemilu
juga sangat tergantung pada bagaimana lembaga penyelenggara pemilu. Jadi
keberhasilan, dan kegagalan atas penyelenggaraan pemilu sangat tergantung
kepada penyelenggara pemilu bekerja secara objektif dan profesional pada satu
sisi pada saat bersamaan,hasil pemilu juga sangat tergantung pada bagaimana
lembaga penyelenggara pemilu ini apakah bekerja berdasarkan asas
independent ataukah bekerja secara tidak netral atau berpihak pada satu subjek
tertentu.
Pemilu dan penyelenggara pemilu telah tercantum dalam konstitusi,yaitu
pada bab VIIB Pasal 22E perubahan ketiga UUD NRI 1945. Pasal 22E antara
lain mengandung ketentuan :
1. Pemilu dilaksanakan setiap lima tahun sekali
2. Pemilu diselenggarakan untuk memilih anggota DPR, DPD, Presiden dan
Wakil Presiden,dan Anggota DPRD;
3. Pemilu diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat
nasional,tetap,dan mandiri.

4
Icmi tri handayani, Dalam Skripsinya Tinjauan yuridis terhadap kampanye
pemilihan umum kepala daerah dalam penggunaan media televisi sebagai media
kampanye. Universitas Hasannudin 2014. Hlm23.
6

Konstitusi Indoensia telah menyatakan sangat pentingnya eksistensi


lembaga penyelenggara pemilu, dan pada akhirnya mengharuskan di bentuk
KPU yang sifatnya nasional,tetap dan mandiri,yang kemudian diberi beban
tugas dan wewenang untuk menyeleggarakan pemilu yang demokratis.
Penyelenggara pemilu menurut Undang-Undang 7 Tahun 2017 Komisi
Pemilihan Umum merupakan penyelenggara pemilu yang memiliki posisi
strategis berkaitan dengan penyelenggaraan Pemilu, dalam perjalanan politik
Indonesia, Penyelenggara Pemilu mempunyai dinamika sendiri .
Dalam suatu sitem politik yang demokratis, kehadiran pemilu yang bebas
dan adil (Free and Fair) adalah satu keniscayaan.Bahkan system politik
apapun yang di siapkan negara, seringkali menggunakan system klaim
demokrasi atas system politik yang di bangunnya.Oleh karena pentingnya
posisi penyelenggara Pemilu, maka secara konstitusional eksistensinya diatur
dalam UUD 1945.5
Menurut Pasal 6 Undang-Undang No 7 Tahun 2017, KPU terdiri atas :
KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK, PPS, PPLN, KPPS,
KPPSLN dan menurut Pasal 7 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017,
Wilayah kerja KPU meliputi seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Penyelenggaraan pemilu yang dilaksanakan Komisi Pemilihan Umum,
agar pelaksanaan bisa amanah,terbuka dan adil, diperlukan badan pengawas
yang tugasnya mengawasi Komisi Pemilihan Umum sebagai penyelenggara
pemilu. Eksistensi Bawaslu yang juga penyelenggara pemilu selain KPU
merupakan terjemahan dari ketentuan Pasal 22E ayat (5) UUD 1945 tentang
istilah Suatu Komisi Pemilihan Umum .
Menurut Pasal 89 ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017.
Bawaslu sebagaimana dimaksud terdiri atas : Bawaslu, Bawaslu Provinsi,
Bawaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Panwaslu Kelurahan/Desa,
Panwaslu LN, Pengawas TPS. Untuk menjamin suatu kualitas penyelenggaraan

Nuruhuddin Hady.Teori Konstitusi dan Negara Demokrasi. Setara Press. Malang


5

2016. hlm 148


7

pemilu agar sesuai dengan asas-asas pemilu dan peraturan perundang-


undangan yang berlaku, diperlukan adanya suatu pengawasan.Dalam menjamin
suatu kualitas penyelenggaraan pemilu agar sesuai dengan asas-asas pemilu
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, diperlukan adanya suatu
pengawasan dari dewan kehormatan penyelenggara pemilu (DKPP).
Untuk Pertama kali dalam sejarah penyelenggaraan pemilu, bahwa
pemilu tahun 2009 mengenai Kode Etik dan Dewan Kehormatan berdasakan
ketentuan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan
Pemilihan Umum. Yang berubah menjadi Undang – Undang Nomor 7 Tahun
2017.Tentang Pemilihan Umum. Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu
juga dibentuk berdasarkan desakan agar pemilu dapat diselenggarakan secara
demokratis .Berdasarkan Pasal 155 ayat (2) Undang -Undang Nomor 7 Tahun
2017 Tentang Pemilihan Umum. DKPP dibentuk untuk memeriksa dan
memutus aduan dan atau laporan adanya dugaan pelanggaran kode etik yang
dilakukan oleh anggota KPU, anggoa KPU Provinsi, anggota, KPU
Kabupaten/Kota, anggota Bawaslu, anggota Bawaslu Provinsi, Bawaslu
Kabupaten/Kota.

D Kesimpulan
Pemilihan umum merupakan sarana kedaulatan rakyat untuk memilih
anggota dewan perwakilan rakyat, anggota perwakilan daerah, Presiden dan
Wakil Presiden, dan Daerah, yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur, dan adil dalam negara kesatuan.Dasar hukum Undang-Undang
ini adalah : Pasal 1 ayat (2), Pasal 5 ayat (1), Pasal 6, Pasal 6A, Pasal 18 ayat
(3), Pasal 19 ayat (1), Pasal 20, Pasal 22C ayat (1), dan Pasal 22E Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.Pemilihan umum di
Indonesia menganut asas "LUBER" yang merupakan singkatan dari
"Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia
Keberhasilan dan kegagalan atas penyelenggaraan pemilu sangat
tergantung pada bagaimana lembaga penyelenggara pemilu bekerja secara
objektif dan profesional pada satu sisi. Penyelenggara pemilu terdiri dari
8

Komisi Pemilihan Umum, Bawaslu dan DKPP, yang semuanya bertugas sesuai
dengan tugas masing-masing dengan tujuan yang sama yaitu berjalannya
pemilu yang LUBER.
Saran
1. Masyarakat harus benar-benar ikut memberikan suaranya dalam pemilu
demi berjalannya roda pemerintahan yang dihasilkan dengan suara
terbanyak dari masyarakat dalam memilih pemimpin dan wakilnya
sehingga dapat membawa kesejahteraan dan kemakmuran warganya
2. Penyelenggara pemilu harus benar-benar independen tidak ada tekanan-
tekanan baik dari partai penguasa (yang duduk dipemerintahan) atau partai
tertentu yang tujuannya yang inkonstitusional
9

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Kamus Besar


Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988)

B. Hestu Cipto Handoyo, Hukum Tata Negara, Menuju Konsolidasi Sistem


Demokrasi, (Yogyakarta : Universitas Atmajaya, 2009)

Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik. (Jakarta:PT Gramedia Pustaka


Utama 2008)

Icmi tri handayani, Dalam Skripsinya Tinjauan yuridis terhadap kampanye


pemilihan umum kepala daerah dalam penggunaan media televisi sebagai media
kampanye. Universitas Hasannudin 2014

Nuruhuddin Hady.Teori Konstitusi dan Negara Demokrasi. Setara Press.


Malang 2016

Anda mungkin juga menyukai