Anda di halaman 1dari 18

PERAN GENERASI MUDA DALAM

PEMILU
Makalah Wawasan Kebangsaan

SMA PANGUDI LUHUR VAN


LITH MUNTILAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan, atas kasih dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan penulisan makalah kedua dari kegiatan Wawasan
Kebangsaan. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
memungkinkan kegiatan ini, terutama Pak Joseph sebagai pembimbing mata pelajaran
Wawasan Kebangsaan.

Makalah ini memiliki tema Peran Generasi Muda Dalam Pemilu, bertujuan
untuk menambah wawasan pembaca mengenai pengertian, sejarah, faktor pendukung
dan penghambat, serta dampak pemilihan umum bagi negara ini, disertai dengan topik
utamanya yaitu kontribusi apa sajakah yang telah disumbangkan generasi muda dalam
pemilu.

Segala hal yang bersifat menyinggung adalah di luar kesadaran kami sebagai
penulis dan tidak dilandasi oleh pemikiran apapun, dan permohonan maaf kami
sampaikan sekiranya hal itu terjadi. Semua kritik dan saran yang membangun akan
sangat diapresiasi untuk membantu meningkatkan penulisan makalah ke depannya.
Terima kasih, kami harap pembaca bisa menemukan manfaat di dalam makalah ini.

Muntilan, 25 Januari 2022

Kelompok 6
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemilihan umum atau yang disingkat pemilu adalah proses memilih


seseorang untuk mengisi jabatan politik tertentu. Jabatan tersebut beraneka ragam,
mulai dari jabatan presiden/eksekutif, wakil rakyat/legislatif di berbagai tingkat
pemerintahan, sampai kepala desa. Pemilu merupakan salah satu usaha untuk
mempengaruhi rakyat secara tidak memaksa dengan melakukan kegiatan
pendekatan, hubungan publik, komunikasi massa, dan lain-lain.

Pemilu merupakan sarana bagi masyarakat untuk ikut menentukan figur


dan arah kepemimpinan negara atau daerah dalam periode tertentu. Pemilu
memiliki fungsi utama untuk menghasilkan kepemimpinan yang benar-benar
mendekati kehendak rakyat. Empat manfaat utama pemilu mencakup: sebagai
sarana perwujudan kedaulatan rakyat, sarana untuk melakukan pergantian
pemimpin secara konstitusional, sarana bagi pemimpin politik untuk memperoleh
legitimasi, dan sarana bagi rakyat untuk berpartisipasi dalam proses politik.

Dalam pemilu, para pemilih dalam pemilu juga disebut konstituen, dan
kepada merekalah para peserta pemilu menawarkan janji-janji dan program-
programnya pada masa kampanye. Kampanye dilakukan selama waktu yang telah
ditentukan, menjelang hari pemungutan suara. Setelah pemungutan suara
dilakukan, proses penghitungan atau voting dimulai. Pemenang pemilu ditentukan
oleh aturan atau sistem penentuan pemenang yang sebelumnya telah ditetapkan
dan disetujui oleh para peserta, dan disosialisasikan ke para pemilih.

1. Syarat Pemilu

Syarat yang harus dipenuhi oleh calon pemilih agar dapat ikut serta
memberikan suara dalam pemilu setidaknya ada enam, yaitu:

- Warga Negara Indonesia


- Warga yang telah genap berusia tujuh belas tahun
- Berdomisili di daerah pemilihan yang dibuktikan dengan kartu
identitas
- Tidak sedang terganggu jiwa/ingatannya berdasarkan surat
keterangan dokter
- Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap,
- Tidak sedang menjadi anggota TNI/POLRI

2. Asas pemilu

Aturan atau asas mengenai pemilu ini telah beberapa kali mengalami
perubahan. Asas pertama ditetapkan dalam PP Nomor 9 Tahun 1954.
Aturan terbaru diatur dalam UU Nomor 7 Tahun 2017. Berdasarkan UU
Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, asas-asas pemilu di
Indonesia terdiri dari 6 poin sebagai berikut:

- Langsung
Rakyat sebagai pemilih diwajibkan untuk memberikan suaranya
secara langsung tanpa ada perantara atau perwakilan.

- Umum
Memberikan jaminan kesempatan bagi semua warga negara
Indonesia yang telah memenuhi persyaratan sebagai pemilih
sebagaimana ditetapkan dalam undang-undang, tanpa adanya
diskriminasi atau hal yang berhubungan dengan suku, ras, agama,
dan antar golongan.

- Bebas
Setiap pemilih bebas menentukan pilihannya tanpa paksaan dari
pihak manapun dengan jaminan perlindungan Undang - Undang.

- Rahasia
Dalam memberikan suara, pilihan pemilih akan mendapatkan
jaminan tidak akan diketahui oleh pihak manapun, hanya diketahui
pemilih itu sendiri.
- Jujur
Setiap penyelenggara pemilu, aparat pemerintah, peserta pemilu,
pengawas pemilu, pemilih, dan semua pihak yang terlibat dalam
harus bersikap dan berbuat jujur sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

- Adil
Setiap pemilih berhak mendapatkan perlakuan yang adil dan bebas
dari kecurangan dari pihak manapun, tanpa ada pengistimewaan
ataupun diskriminasi terhadap peserta atau pemilih tertentu.

B. Rumusan Masalah

- Apa saja syarat yang harus dipenuhi untuk berpartisipasi dalam pemilihan umum?
- Apa dampak pemilu bagi negara?
- Apa saja faktor pendukung dan penghambat pemilu?
- Apa peran generasi muda dalam pemilu?

C. Tujuan

Memaparkan dan menambah wawasan pembaca mengenai dampak generasi muda


dalam pemilihan umum, dan menjawab pertanyaan pada poin sebelumnya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Landasan Teori

1. Sejarah Pemilu

Pemilu pertama dilangsungkan pada tahun 1955 dan bertujuan untuk


memilih anggota-anggota DPR dan Konstituante. Pemilu ini sering kali
disebut dengan pemilu 1955, dan dipersiapkan di bawah pemerintahan
Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo. Namun, Ali Sastroamidjojo
mengundurkan diri dan pada saat pemungutan suara, kepala pemerintahan
telah dipegang oleh Perdana Menteri Burhanuddin Harahap.

Sesuai tujuannya, pemilu 1955 ini dibagi menjadi dua tahap. Tahap
pertama adalah pemilu untuk memilih anggota DPR. Tahap ini
diselenggarakan pada tanggal 29 September 1955, dan diikuti oleh 29
partai politik dan individu. Tahap kedua adalah pemilu untuk memilih
anggota Konstituante. Tahap ini diselenggarakan pada tanggal 15
Desember 1955. Lima besar dalam pemilu ini adalah Partai Nasional
Indonesia, Masyumi, Nahdlatul Ulama, Partai Komunis Indonesia, dan
Partai Syarikat Islam Indonesia.

Pemilu berikutnya diselenggarakan pada tahun 1971, tepatnya pada tanggal


5 Juli 1971. Pemilu ini adalah pemilu pertama setelah orde baru, dan
diikuti oleh 9 Partai politik dan 1 organisasi masyarakat. Lima besar dalam
Pemilu ini adalah Golongan Karya, Nahdlatul Ulama, Parmusi, Partai
Nasional Indonesia, dan Partai Syarikat Islam Indonesia.

Pada tahun 1975, melalui Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1975 tentang


Partai Politik dan Golkar, diadakanlah fusi (penggabungan) partai-partai
politik, menjadi hanya dua partai politik (yaitu Partai Persatuan
Pembangunan dan Partai Demokrasi Indonesia) dan satu Golongan Karya.

Pemilu 2004 merupakan pemilu pertama di mana para peserta dapat


memilih langsung presiden dan wakil presiden pilihan. mereka. Pemenang
Pemilihan Presiden (Pilpres) 2004 adalah Susilo Bambang Yudhoyono.
Pilpres ini dilangsungkan dalam dua putaran, karena tidak ada pasangan
calon yang berhasil mendapatkan suara lebih dari 50%. Putaran kedua
digunakan untuk memilih presiden yang diwarnai persaingan antara
Yudhoyono dan Megawati yang akhirnya dimenangkan oleh pasangan
Yudhoyono-Jusuf Kalla.

Setelah itu, kata pemilu lebih sering merujuk kepada pemilihan anggota
legislatif dan presiden yang dilaksanakan setiap 5 tahun sekali.

2. Pengertian Pemilu

Pengertian pemilihan umum itu sendiri bervariasi dari berbagai sumber:

- Undang - Undang
Sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

- Kamus Besar Bahasa Indonesia


Pemilihan yang dilakukan serentak oleh seluruh rakyat suatu negara
(untuk memilih wakil rakyat dan sebagainya).

- Ali Moertopo
Pada hakekatnya, pemilu adalah sarana yang tersedia bagi rakyat
untuk menjalankan kedaulatannya sesuai dengan azas yang
termaktub dalam Pembukaan UUD 1945. Pemilu itu sendiri pada
dasarnya adalah suatu Lembaga Demokrasi yang memilih anggota-
anggota perwakilan rakyat dalam MPR, DPR, DPRD, yang pada
gilirannya bertugas untuk bersama-sama dengan pemerintah,
menetapkan politik dan jalannya pemerintahan negara.

- Morissan (2005:17)
Pemilihan umum adalah cara atau sarana untuk mengetahui
keinginan rakyat mengenai arah dan kebijakan negara kedepan.
Paling tidak ada tiga macam tujuan pemilihan umum, yaitu
memungkinkan peralihan pemerintahan secara aman dan tertib
untuk melaksanakan kedaulatan rakyat dalam rangka melaksanakan
hak asasi warga Negara.

- Suryo Untoro
Suatu pemilihan yang dilakukan oleh warga negara Indonesia yang
mempunyai hak pilih, untuk memilih wakil-wakilnya yang duduk
dalam Badan Perwakilan Rakyat, yakni Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tingkat I dan Tingkat II
(DPRD I dan DPRD II).

Dari beberapa sumber di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa


secara umum, pemilu berarti “sarana yang penting dalam kehidupan
suatu negara yang menganut asas Demokrasi yang memberi
kesempatan berpartisipasi politik bagi warga negara untuk memilih
wakil-wakilnya yang akan menyuarakan dan menyalurkan aspirasi
mereka.”

3. Pengertian Anak Muda

Anak muda berperan penting dalam pemilihan umum, karena banyak suara
yang disumbang oleh anak muda sebagai pemilihnya. Berikut definisi anak
muda menurut berbagai sumber.

- Piaget (dalam Hurlock, 1991)


Suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam
masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa
dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan
merasa sama, atau paling tidak sejajar.

- Papalia, Old dan Feldman (2008)


Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dan
masa dewasa yang mengandung perubahan besar baik secara fisik,
kognitif maupun psikososial. Masa remaja dimulai dengan pubertas,
yaitu proses yang mengarah kepada kematangan seksual atau
fertilitas (kemampuan untuk bereproduksi).

- Periode Remaja menurut Mappiare


Periode remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21
tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria.
Biasanya dapat dikategorikan remaja ketika menduduki sekolah
menengah pertama dan sekolah menengah akhir, yang dalam masa-
masa tersebut pemikirannya sudah terbuka dan luas.

B. Pembahasan

1. Faktor Pendukung dan Penghambat Pemilu

Semua hal yang telah terjadi pasti memiliki dampak pada


sekitarnya, baik besar maupun kecil. Semua hal yang memiliki dampak
pasti ada faktor penyebabnya. Begitu juga dengan pemilu. Menurut mantan
ketua Bawaslu periode 2008-2011, ada faktor yang menjadi pendorong dan
penghambat kualitas kinerja penyelenggara pemilu.

Situasi pendorong ditandai dengan terciptanya situasi dan kondisi


yang menyemangati kualitas dan integritas penyelenggaraan pemilu, baik
dari sisi pelaksanaan yang dilakukan oleh KPU maupun dari sisi
pengawasan pemilu yang dilakukan oleh Bawaslu dan terbangunnya situasi
dan kondisi yang saling menghormati dan menghargai di antara badan-
badan penyelenggara pemilu.

Dewi, seorang doktor lulusan Universitas Tadulako menyatakan,


“Ada 6 faktor pendukung yang harus dipastikan untuk kelancaran
pelaksanaan pilkada adalah kesiapan regulasi, kesiapan sumber daya
manusia, kesiapan anggaran, kesiapan sarana dan prasarana, kesiapan
masyarakat dan kesiapan pemerintah.”

Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) harus menyiapkan metode


pengawasan dan pencegahan sebagaimana diamanatkan Perppu Nomor 2
Tahun 2020 karena pada Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 mengatur
pelaksanaan tugas pengawasan dan pencegahan Bawaslu pada keadaan
normal. Sedangkan, terkait kesiapan SDM Bawaslu baik secara kualitas
dan kuantitas, Bawaslu Provinsi maupun Bawaslu Kabupaten/Kota harus
bisa mengantisipasi situasi yang tidak dapat diprediksi. Penyelenggara
pemilihan tidak boleh melupakan 3 hal yaitu soliditas, integritas, dan
mentalitas. Bawaslu juga dapat lebih banyak mengadakan kegiatan
peningkatan kapasitas kepada Bawaslu di tingkat lebih rendah dengan tema
yang lebih variatif seperti netralitas ASN, pencegahan ISU SARA,
pencegahan kampanye media sosial dan berita bohong dan tema lainnya
yang diharapkan dapat menambah wawasan bagi jajaran Bawaslu yang
mendukung kinerja-kinerjanya.

Semengara itu situasi penghambat antara lain terjadinya konflik


antar badan-badan penyelenggara pemilu hingga berlarut-larut dan
berkembang masalahnya. Konflik yang terjadi menghambat kualitas
kinerja penyelenggaraan Pemilu karena konflik yang berlarut-larut dapat
mengundang keterlibatan pihak ketiga untuk intervensi dan masuk dalam
turbulensi politik. Penghambat lainnya adalah terjadinya moral
hazard/gangguan moral hingga mencederai kemandirian, integritas, dan
kredibilitas, dan pada akhirnya menurunkan produktivitas badan yang
bertanggung jawab secara keseluruhan.

Kurangnya kesadaran berpolitik atau rendahnya pendidikan politik


bagi para pemilih pemula juga dikhawatirkan akan menurunkan tingkat
partisipasi politik pada pemilu. Hasil penelitian menunjukan pemilih
pemula belum memiliki kesiapan yang maksimal dalam menentukan
pilihan dan tidak ada persiapan yang khusus, ini sangat mempengaruhi
kualitas jalannya pemilu.

Selain itu, faktor lain yang mengancam adalah penurunan jumlah


pemilih yang bersukarela menyumbangkan suaranya. Hal ini bisa
disebabkan beberapa hal, seperti ketidaknyamanan memberikan suara.
Contoh yang paling relevan adalah pandemi Covid-19 ini. Pandemi telah
menurunkan efektivitas pemilu secara drastis, dengan menghambat
pekerjaan dari kedua pihak (penyelenggara dan pemilih). Jika jumlah
pemilih tidak memadai, penanggung jawab harus menindaklanjutinya
dengan tindakan darurat, jika tidak maka hasil voting tidak valid dan
dilaksanakan penundaan pemilu dan pemilu lanjutan.

Penundaan pemilu dimungkinkan dan sudah pernah terjadi. Artikel


Tunggu Putusan Pengadilan, KPU Tunda Lima Pilkada, misalnya
membuktikan penundaan itu ditetapkan oleh KPU karena alasan tertentu,
dalam hal ini menunggu putusan pengadilan. Lantaran penundaan itu
dimungkinkan pula, maka muncul istilah pemilu lanjutan dan pemilu
susulan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012. Pemilu lanjutan
dilaksanakan dalam hal di suatu daerah pemilihan terjadi: sebagian atau
seluruh daerah pemilihan terjadi kerusuhan, gangguan keamanan, bencana
alam, atau gangguan lainnya yang mengakibatkan sebagian tahapan
penyelenggaran pemilu tidak dapat dilaksanakan (seperti kurangnya
jumlah pemilih). Yang dimaksud dengan pemilu lanjutan adalah Pemilu
untuk melanjutkan tahapan yang terhenti dan/atau tahapan yang belum
dilaksanakan. Pelaksanaan pemilu lanjutan dimulai dari tahapan
penyelenggaraan pemilu yang terhenti.

2. Dampak Pemilu

- Positif

a. Mewujudkan salah satu poin UUD NRI 1945, yaitu


kedaulatan berada di tangan rakyat. Pemilu memberikan
kebebasan bagi rakyat untuk memilih perwakilan-
perwakilannya, itulah yang namanya demokrasi.
b. Penyampaian aspirasi rakyat. Dengan pemilu, pikiran rakyat
bisa dengan mudah tersampaikan ke pihak pemerintah,
termasuk kritik, saran, keluhan, dan pesan-pesannya.
Aspirasi rakyat adalah elemen penting yang menopang
sebuah negara.
c. Hasilnya membahagiakan mayoritas rakyat secara umum.
Karena pemenang dipilih dari suara terbanyak, maka
seharusnya hasilnya memuaskan bagi terbanyak orang.
Kepuasan rakyat berarti keikutsertaan rakyat dalam
pembangunan nasional.

- Negatif

a. Membutuhkan biaya yang besar. Pelaksanaan pemilihan


berskala negara tentu saja memakan biaya. Pemilu harus
mencapai daerah-daerah kecil sekalipun sehingga sebisa
mungkin tidak ada suara yang terabaikan. Hal ini
membutuhkan kerjasama dan koordinasi yang membutuhkan
modal besar.
b. Membutuhkan tenaga yang besar. Sama seperti poin
sebelumnya, selain biaya juga tentunya dibutuhkan tenaga.
c. Muncul fanatisme politik. Pemilu seolah-olah memisahkan
para calon pemimpin dengan ideal yang berbeda-beda. Ini
menyebabkan munculnya kelompok-kelompok tertentu yang
fanatik kepada salah satu kandidat, merasa dialah yang
terbaik dan semuanya harus memilihnya. Fanatisme ini dapat
memecah belah masyarakat dan memunculkan konflik besar
bila dibiarkan.
d. Muncul berbagai kendala teknis yang sulit ditangani.
Penyelenggaraan pemilu melibatkan banyak hal-hal teknis
yang harus diperhatikan dengan seksama. Sayangnya, karena
luasnya daerah pelaksanaan, masalah teknis tidak dapat
dihindari. Masalah ini mencakup kedua pihak. Misalnya
penyebaran surat suara yang kurang merata, pelanggaran atau
kesalahan dalam voting, dan sebagainya.

3. Kontribusi Generasi Muda Dalam Pemilu

Pemuda merupakan penerus perjuangan generasi terdahulu untuk


mewujudkan cita-cita bangsa. Pemuda menjadi harapan dalam setiap
kemajuan di dalam suatu bangsa dengan ide-ide ataupun gagasan yang
berilmu, wawasan yang luas, serta berdasarkan kepada nilai-nilai dan
norma yang berlaku di dalam masyarakat. Para generasi muda harus
diberikan pemahaman bahwa memberikan hak suara dalam Pemilu sangat
penting, sebab hak suara merekalah yang menentukan pemimpin sebagai
penentu kebijakan, yang nantinya kebijakan itu berdampak pada mereka
juga.

Sebagai pemuda yang peduli akan tanah kelahirannya, sudah


semestinya pemuda tidak lagi menjadi penonton yang baik, yang siap
menerima setiap keputusan yang ada seolah-olah tidak peduli dengan
siapapun yang akan memimpin, bagaimana program kerjanya dan
bagaimana pula dengan janji politik yang telah dijanjikannya sewaktu
kampanye. Dalam ajang Pemilu inilah para pemuda harus mengambil
peran. Bukan hanya berdiam diri saja dan bersikap tak acuh yang bisa
menjadikan para pemuda apatis.
Mengutip kutipan dari Soe Hok Gie, “hanya ada dua pilihan,
menjadi apatis atau mengikuti arus, tetapi aku memilih untuk merdeka”
Begitulah seharusnya pemuda, mampu berdiri sendiri dalam posisi tawar,
tidak mempunyai kepentingan dan menguntungkan diri sendiri, tetapi tetap
jeli dan kritis pada politik. Hal penting yang harus diketahui oleh para
generasi muda adalah bahwa pemilu bukan semata-mata hanya peristiwa
politik atau hanya sekedar memilih untuk menggugurkan kewajiban.
Tetapi pemilu merupakan bagian dari perbaikan sosial dan ekonomi,
mengangkat citra bangsa Indonesia di mata dunia.

Remaja memiliki sifat kritis, oleh karena itu setiap keputusan


mereka selalu menghasilkan keputusan yang rasional. Ketelitian para
remaja inilah yang kadang bisa menentukan pemimpin yang berkualitas.
Banyak yang mereka pikirkan sebelum memilih apalagi pada masa
kampanye akan banyak berita yang mereka dapatkan lewat smartphone.
Hal ini tentu saja meningkatkan penilaian mereka terhadap calon calon
pemimpin tersebut. Berbeda dengan beberapa orang dewasa yang kadang
justru sering terpengaruh dengan hasutan uang, dan janji-janji lainnya. Hal
itulah yang menyebabkan Indonesia tetap menjadi negara berkembang
karena kesalahan pemilihan dalam pemilu. Dari peranan remaja tersebut
semoga bisa membawa perubahan bagi bangsa dan negara Indonesia
khususnya dalam bidang politik dan demokrasi.

Seorang anak sebagai pemilih pemula yang memiliki kemampuan


untuk ambil bagian dalam pembicaraan di dalam keluarga, sekolah, dan
pekerjaan merupakan hubungan yang menarik untuk dikaji jika hal tersebut
dikaitkan antara peran serta dalam bidang tersebut dengan kemampuan
berpartisipasi dalam politik.

Hal lain yang dapat mempengaruhi partisipasi politik pemilih


pemula adalah intervensi orang tua maupun lingkungan. Partisipasi pemilih
pemula dalam pemilu seperti pada pemilu legislatif memiliki
kecenderungan sebatas melaksanakan hak namun kesadaran akan esensi
pemilu itu sendiri belum sepenuhnya dipahami. Perilaku pemilih pemula
masih berkaitan erat dengan faktor sosiologis dan psikologis. Usia pemilih
pemula yang berkisar antara 17-21 tahun rentan untuk dipengaruhi politik
praktis terutama karena motivasi yang ada dalam diri pemilih pemula
dipengaruhi oleh rasa penasaran untuk ikut pemilu pertama kali.
Para pemilih remaja secara psikologis masih cukup rentan. Perilaku
memilih mereka masih belum rasional, dan lebih pada pengaruh-pengaruh
eksternal. Dalam penelitian Jennings dan Nieni (1990), terungkap bahwa
anak-anak pada usia SMU cenderung menyokong calon politik yang sama
seperti orangtua mereka. Ditambah lagi kecenderungan para remaja yang
biasanya mudah terpengaruh dengan teman sebayanya. Peer group akan
menjadi penentu keputusan dalam perilaku memilih dalam pemilu. Hal ini
dikarenakan kelompok sebaya merupakan salah satu hal yang terpenting
dalam penentuan sikap selain media massa dan kelompok lembaga
sekolah, dan keagamaan (Ahmadi, 1990 dalam Mukti Sitompul, 2005: 2).

Berdasarkan hasil survei lembaga Indikator Politik Indonesia dan


Lembaga Survei The Republic Institute, pemilihan di Pilkada serentak
2018 lalu tingkat partisipasi pemilih masih tergolong rendah.

Di Jawa Timur, partisipasi pemilih hanya ada di angka 62,23%


dengan margin of error 1,33%. Demikian juga halnya di Jawa Barat
(67,83%) dan Sumatera Utara (68,54%).

Sementara untuk Kota Yogya sendiri, pada Pilkada tahun 2017 lalu
data dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) Daerah Istimewa Yogyakarta,
persentase pemilih yang tidak menggunakan hak suaranya mencapai
sekitar 30%.

Untuk itu, sebagai generasi muda sudah seharusnya bisa


memberikan pandangan yang lebih baik tentang Pemilu kedepannya lebih
baik lagi dan menggunakan hak pilihnya dengan baik.

Bahkan keterlibatan pemuda dalam Pemilu sudah diatur dalam UU


No. 40 Tahun 2008 Pasal 17 ayat (3). Di dalam UU tersebut disebutkan
bahwa peran aktif pemuda sebagai agen perubahan diwujudkan dengan
mengembangkan salah satunya adalah pendidikan politik dan
demokratisasi. Tak sampai di situ, kini para pemuda pun memiliki
kesempatan lebih luas untuk menjadi penyelenggara Pemilu, dalam hal ini
sebagai anggota Panitia Pemilih Kecamatan (PPK) dan Panitia
Pemungutan Suara (PPS). Dalam UU No. 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan
Umum, usia minimal adalah 17 tahun.

Setiap warga Negara memiliki kewajiban untuk melaksanakan bela


Negara karena sudah tertuang dalam UUD 1945 Pasal 27 ayat (3). Tidak
ada lagi alasan untuk tidak ikut berperan dalam upaya bela Negara. Salah
satu upaya bela negara dapat dilakukan dengan cara mengikuti pemilihan
umum menggunakan hak pilih untuk memilih calon pemimpin baik
legislatif maupun eksekutif. Generasi muda harus mengawal pembangunan
bagi pemimpin yang nantinya terpilih. Di masa mendatang, Indonesia akan
ditentukan oleh generasi mudanya.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pemilihan umum merupakan proses pemilihan figur-figur pemimpin dengan


kedudukan di negara Indonesia, yang mengutamakan demokrasi dan kedaulatan
rakyatnya seperti yang tertera pada Undang Undang Dasar. Kegiatan ini memiliki
sejarah panjang dan mengalami perubahan signifikan, baik dari segi aturan
maupun pelaksanaan, dari tahun 1955, hingga masa reformasi, hingga zaman
sekarang ini. Di tengah berbagai kekurangannya, pemilu tetap dianggap sebagai
metode terbaik bagi Indonesia.

Tidak berlebihan untuk menyatakan bahwa zaman sekarang dikuasai oleh


generasi muda. Semuanya ditentukan oleh kaum remaja, dan mereka jugalah yang
akan menentukan arah gerakan negara ini. Pemilu merupakan aspek yang tidak
terlepas dari kontribusi remaja. Namun sayangnya, banyak pemuda saat ini yang
acuh terhadap politik. Mereka menilai bahwa politik cenderung berstigma buruk,
terlebih banyaknya berita dari media yang menyebutkan banyaknya kasus
penyelewengan wewenang oleh oknum-oknum politik.

Para remaja seharusnya sadar akan peran yang harus mereka mainkan dalam
pemilihan di generasi ini, dan turut bergerak aktif karena merekalah yang telah
terbukti mengubah Indonesia. Sudah saatnya generasi muda turun tangan dan
aktif dalam pemilu serta menghilangkan sikap apatis politik. Ini adalah titik awal
generasi muda untuk berkontribusi dalam pembangunan bangsa ini
B. Saran

1. Bagi Pemerintah

Tetap tingkatkan keefektifan dalam penyelenggaraan pemilu di seluruh


wilayah negara. Terutama pada masa pandemi ini, pihak pemerintah harus
bekerja ekstra untuk menyesuaikan agar tidak terjadi permasalahan dalam
segala bidang. Pastikan seluruh generasi muda menggunakan hak pilihnya
dengan maksimal dan awasi jalannya pemilihan agar tidak terjadi
kecurangan. Terus imbau generasi muda dan camkan pola pikir untuk turut
mengambil bagian dalam politik negara, mulai dari hal terkecil seperti
memberikan suara.

2. Bagi Generasi Muda

Jangan hindari politik. Buanglah pikiran-pikiran tertutup yang menganggap


politik dipenuhi oleh hal-hal merepotkan dan tidak berguna. Sadarlah
bahwa generasi mudalah yang memegang kendali akan negara. Turut
berpartisipasi dalam kegiatan politik, tak peduli sekecil apapun, seperti
menggunakan suaramu untuk ikut serta dalam pemilu dengan mengikuti
aturannya. Jika bukan kalian, siapa lagi yang bisa menjaga kestabilan
pemerintahan Indonesia?
DAFTAR PUSTAKA

http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=507:peran-partai-
politik-dalam-penyelenggaraan-pemilu-yang-aspiratif-dan-demokratis&catid=100&Itemid=180

https://aptika.kominfo.go.id/2019/04/kenali-syarat-dan-kategori-pemilih-dalam-pemilu-2019/v

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5818140/6-asas-pemilu-di-indonesia-pelajar-sudah-tahu-belum

https://www.silontong.com/2018/07/07/pengertian-pemilu/

https://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_umum_di_Indonesia

https://www.indonesiastudents.com/pengertian-remaja-menurut-para-ahli/

https://kesbangpol.magelangkab.go.id/home/detail/sejarah-pemilihan-umum-indonesia/
376#:~:text=Pemilihan%20umum%20di%20Indonesia%20menganut,Umum%2C%20Bebas%20dan
%20Rahasia%22.

https://utusanpolitik.aman.or.id/2019/02/28/syarat-menjadi-pemilih-dalam-pemilu-2019/

https://dkpp.go.id/pendorong-dan-penghambat-kualitas-kinerja-penyelenggara-pemilu/

http://repository.ub.ac.id/115632/

https://dkpp.go.id/pendorong-dan-penghambat-kualitas-kinerja-penyelenggara-pemilu/

https://www.bps.go.id/publication/2019/12/17/0da6c0d9d84d5200d4d38799/statistik-politik-2019.html
https://pemilu2019.kpu.go.id/

https://nasional.kompas.com/read/2020/08/31/16025951/mendagri-ingatkan-soal-dampak-negatif-
pemilu?page=all

https://diy.kpu.go.id/web/pentingnya-generasi-muda-dalam-pemilihan-umum/
http://kelaspemilu.org/index.php/2021/11/28/peran-pemuda-pada-pemilu-2024/

https://intensipublic.com/berita/2020/11/22/165/peran-pemuda-dalam-mengawal-pesta-demokrasi

http://eprints.ums.ac.id/31599/2/04._BAB_I.pdf

Anda mungkin juga menyukai