Anda di halaman 1dari 32

PEMILU DAN SISTEM

PEMILU
DEMOKRASI
Dalam khasanah ilmu politik, secara umum dapat kita katakan bahwa
demokrasi merupakan bentuk pemerintahan dimana formulasi kebijakan,
secara langsung atau tidak langsung, amat ditentukan oleh suara terbanyak
dari warga masyarakat yang memiliki hak memilih dan dipilih, melalui wadah
pembentukan suaranya dalam keadaan bebas dan tanpa paksaan. Dalam
rangka mewujudkan demokrasi tersebut, Henry B. Mayo mengemukaan
nilai-nilai sebagai berikut:
1.Menyelesaikan perselisihan dengan damai dan secara melembaga
(institutionalized peaceful settlement of conflict)
2.Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu
masyarakat yang sedang berubah (peaceful change in a changing society)
3.Menyelenggarakan pergantian pimpinan secara teratur (orderly succession
of rulers)
4.Membatasi pemakaian kekerasan sampai minimum (minimum of coercion)
5.Mengakui serta menganggap wajar adanya keanekaragaman (diversity)
6.Menjamin tegaknya keadilan.
Menurut Affan Gaffar, sejumlah ilmuwan politik merumuskan
parameter atau indikator-indikator terlaksananya demokrasi pada
sebuah negara jika memenuhi beberapa unsur antara lain:

1. Akuntabilitas
2. Rotasi Kekuasaan
3. Rekruitmen politik yang terbuka
4. Pemilihan umum
5. Menikmati hak-hak dasar

Dalam suatu negara demokratis pemilihan umum biasanya


dilaksanakan secara teratur dan berkesinambungan. Setiap warga
negara yang sudah dewasa mempunyai hak untuk memilih dan dipilih
serta mempunyai kebebasan untuk menggunakan haknya tersebut
sesuai dengan kehendak hati nuraninya. Dalam hal ini mereka
mempunyai kebebasan untuk menentukan partai dan atau calon mana
yang akan didukungnya tanpa ada rasa takut atau paksaan dari orang
lain.Para pemilih juga bebas mengikuti segala macam aktivitas
pemilihan umum, seperti kegiatan kampanye dan menyaksikan
penghitungan suara.
INDONESIAN ELECTION SYSTEM
MODEL
(10 TIMES ELECTIONS)
Transitional New Order Reformation Era
New Order
Revolutian Era Democration Consolidation

1977-1982-1987-1992-
1955 1971 1999 2004-2014
1997

Close List Proportional Representation

For Presidential Election: National HR, Provincial HR, and District


(Mun/City) HR = open list PR
1955-1999: Elected by HR
2004 = Candidate Number Order
2004-2014: Elected by Voters by Two 2009 = Most Voted
Round System Provincial Representative = SNTV
(single non transferable vote)
PENGERTIAN PEMILIHAN
UMUM (PEMILU)
• Secara universal pemilihan umum adalah lembaga sekaligus proses
politik yang memungkinkan terbentuknya pemerintahan perwakilan.
• Pemilu adalah proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-
jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beraneka-ragam,
mulai dari presiden, wakil rakyat di berbagai tingkat pemerintahan,
sampai kepala desa.
• Menurut Dahl merupakan gambaran ideal dan maksimal bagi suatu
pemerintahan demokrasi di zaman modern.
• Pemilu merupakan salah satu usaha untuk mempengaruhi rakyat secara
persuasif (tidak memaksa) dengan melakukan kegiatan retorika, public
relations, komunikasi massa, lobby dan kegiatan lain-lain. Meskipun
agitasi dan propaganda di Negara demokrasi sangat dikecam, namun
dalam kampanye pemilihan umum, teknik agitasi dan teknik propaganda
banyak juga dipakai oleh para kandidat atau politikus selalu komunikator
politik.
• Dalam Pemilu, para pemilih dalam Pemilu juga disebut
konstituen, dan kepada merekalah para peserta
Pemilu menawarkan janji-janji dan program-
programnya pada masa kampanye. Kampanye
dilakukan selama waktu yang telah ditentukan,
menjelang hari pemungutan suara.
• Setelah pemungutan suara dilakukan, proses
penghitungan dimulai.Pemenang Pemilu ditentukan
oleh aturan main atau sistem penentuan pemenang
yang sebelumnya telah ditetapkan dan disetujui oleh
para peserta, dan disosialisasikan ke para pemilih.
ALASAN PENTINGNYA DEMOKRASI DALAM BAGI
KEHIDUPAN DEMOKRASI

• Melalui pemilu memungkinkan suatu komunitas politik melakukan


transfer kekuasaan secara damai.
• Melalui pemilu akan tercipta pelembagaan konflik. Przeworski
mencatat bahwa demokrasi merupakan hasil kontingen dari konflik.
TUJUAN PEMILU

Menurut Ramlan Surbakti:


1. Sebagai mekanisme untuk menyeleksi para
pemimpin pemerintahan dan alternatif kebijakan
umum
2. Pemilihan umum merupakan mekanisme untuk
memindahkan konflik kepentingan dari
masyarakat kepada badan-badan perwakilan
rakyat agar integrasi masyarakat tetap terjamin
3. Sebagai sarana mobilisasi dan atau/ menggalang
dukungan rakyat terhadap negara dan
pemerintahan dengan jalan ikut serta dalam
proses politik.
FUNGSI PEMILIHAN UMUM

• Pemilu adalah sebuah mekanisme politik untuk mengartikulasi


aspirasi dan kepentingan warga negara. Setidaknya ada empat
fungsi pemilu yang terpenting;
1. Legitimasi politik,
2. Terciptanya perwakilan politik
3. Sirkulasi elit politik
4. Pendidikan politik
Sistem Politik: Sistem Kepartaian,
Sistem Pemilu dan Sistem Pemerintahan

SISTEM SISTEM SISTEM


KEPARTAIAN PEMILU PEMERINTAHAN
Ragam Sistem Kepartaian,
Sistem Pemilu dan Sistem Pemerintahan

SISTEM SISTEM SISTEM


KEPARTAIAN PEMILU PEMERINTAHAN

Satu-Partai Mayoritarian Presidensial

Dua-Partai
Proporsional Perlementer
Multipartai Moderat

Multipartai Ekstrim Campuran Campuran


Sistem Politik & Stabilitas Politik
SISTEM KEPARTAIAN SISTEM PEMILU SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA

Satu-Partai Mayoritarian Presidensial Cina, Uni Soviet

Satu-Partai Mayoritarian Perlementar Singapura

Satu-Partai Proporsional Presidensial Orde Baru

Dua-Partai Mayoritarian Presidensial Amerika Serikat

Dua-Partai Mayoritarian Perlementar Inggris, India

Multipartai Moderat Mayoritarian Campuran Perancis

Multipartai Moderat Campuran Parlementar Jerman

Multipartai Ekstrim Proporsional Parlementer Belanda, Israel

Multipartai Ekstrim Proporsional Presidensial Brasil, Indonesia


Sosial Ekonomi Brasil-Indonesia
INDIKATOR BRASIL INDONESIA
Letak Geografis 15*45’0”S, 45*57’0W 6*10’30’’S, 106*49*42”W
Iklim Tropis/hujan tropis Tropis/hujan tropis
Luas Wilayah 8.514.877 km2 (ke-5) 1.919.440 km2 (ke-16)
Jumah Penduduk 189.987.291 (ke-5) 234.693.997 (ke-4)
Kepadatan Penduduk 22/km2 (ke-182) 347/km2 (ke-84)
GDP (ppp): US $ 1,997 trilliun (ke-9) US $ 838,479 billiun (ke-16)
Total & PerKapita US $ 11,073 (ke-61) US $ 3,728 (ke-120)
GDP (nominal): US $ 1,693 triliun (ke-10) US $ 432,944 billiun (ke-20)
Total & PerKapita US $ 10,107 (ke-63) US $ 1,925 (ke-115)
Index Gini 50.5 34.3
Index HDI 0.807 (high) 0.728 (medium)
FUNGSI LEGITIMASI

Ada tiga alasan mengapa pemilu bisa menjadi sarana legitimasi politik:
• Melalui pemilu pemerintah bisa meyakinkan atau setidaknya
memperbaharui kesepakatan-kesepakatan politik dengan rakyat
• Melalui pemilu pemerintah dapat mempengaruhi perilaku rakyat atau
warganegara (pemilu bisa jadi alat kooptasi pemerintah untuk
meningkatkan respon rakyat terhadap kebijakan-kebijakan yang
dibuatnya
• Pemerintah dapat mengandalkan kesepakatan dengan rakyat
dibandingkan dengan paksaan (Fungsi ini merupakan kebutuhan rakyat,
dalam rangka mengevaluasi maupun mengontrol perilaku pemerintah
dan program serta kebijakan yang dihasilkan
Hanna F. Pitkin membagi dua tipe perwakilan:
• Tipe delegasi atau utusan yaitu wakil yang memperoleh mandat dari
rakyat, sehingga merasa terikat dengan aspirasi dan kepentingan rakyat
• Tipe independen, yaitu wakil yang tidak terikat pada aspirasi dan
kepentingan rakyat pemilih.
FUNGSI PERWAKILAN POLITIK
• Fungsi ini merupakan kebutuhan rakyat, dalam rangka mengevaluasi
maupun mengontrol perilaku pemerintah dan program serta
kebijakan yang dihasilkan .
• Pemilu merupakan mekanisme demokratis bagi rakyat untuk
menentukan wakil-wakil yang dapat dipercaya dalam pemerintahan
dan lembaga legislatif
FUNGSI SIRKULASI ELIT

• Keterkaitan pemilu dengan sirkulasi elit didasarkan pada


asumsi bahwa elit berasal dari dan bertugas mewakili rakyat
luas.
• Pemilu merupakan jalur dan sarana langsung untuk
mendapatkan posisi sebagai elit penguasa
Kolabinska mengembangkan tiga tipologi sirkulasi elit:
• Elit yang berasal dari segmen elit penguasa itu sendiri- jadi
hanya berganti kedudukan sebagai penguasa.
• Elit yang berasal dari warga non elit yang direkrut atau
mendapatkan posisi sebagai elit penguasa
• Elit baru yang memenangkan pertarungan dengan elit
penguasa, kemudian menggantikan yang kalah
FUNGSI PENDIDIKAN POLITIK
• Pemilihan umum merupakan salah satu bentuk pendidikan politik
rakyat yang bersifat langsung, terbuka dan massal.
• Pemilu diharapkan dapat mencerdaskan pemahaman politik dan
meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai demokrasi.
SISTEM PEMILIHAN UMUM

• Sistem Pemilu adalah seperangkat metode yang


mengatur warga negara memilih para wakilnya.
• Sistem pemilihan ini bisa berupa seperangkat
metode untuk mentransfer suara pemilih ke dalam
suatu kursi di lembaga legislatif atau parlemen.
• Sistem pemilihan ini pada dasarnya berkaitan
dengan cara pemberian suara, penghitungan suara
dan pembagian kursi.
SISTEM PEMILIHAN UMUM

• MAYORITAS/ PLURALITAS (DISTRIK)


• SISTEM REPRESENTATIVE PROPORSIONAL (PERWAKILAN
BERIMBANG)
• SISTEM SEMI-PROPORSIONAL
Sistem Mayoritas/Pluralitas
(Majoritarian/ Plurality)
• Untuk dapat terpilih dalam suatu daerah pemilihan
(distrik), seorang kandidat atau beberapa orang
kandidat harus memenangkan jumlah tertinggi dari
suara yang sah, atau dalam beberapa varian,
Mayoritas dari suara yang sah dalam distrik
tersebut. Sistem ini meliputi:
• First Past The Post (FPTP)
• Block Vote dan Party Block Vote
• Alternative Vote (AV)
• Dua Putaran (Two Round)
First Past The Post (FPTP)

• Sistem tipe ini secara menonjol diterapkan di Inggris dan daerah-


daerah bekas jajahannya.
• Sistem ini didasarkan pada ‘distrik-distrik wakil tunggal’ – satu wakil
dipilih dari setiap daerah pemilihan.
• Pemenang di setiap daerah pemilihan merupakan kandidat yang
mendapatkan suara terbanyak.
Block Vote dan Party Block Vote

• Sistem-sistem Block Vote diterapkan di Bermuda, Maldives,


Kuwait, Mauritius dan Palestina, sementara sistem Party
Block Vote diterapkan di Djibouti, Lebanon, Tunisia dan
Senegal, dan untuk sebagian besar distrik di Singapura.
• Block Vote merupakan bentuk FPTP dalam distrik wakil
majemuk. Biasanya,pemilih dapat memilih sebanyak
kandidat yang ada. Maka, apabila ada 5 wakil yang harus
dipilih, tiap-tiap pemilih dapat memilih sampai lima
kandidat.
• Kandidat pemenang di setiap distrik adalah pemenang suara
tertinggi n, dimana n adalah jumlah kursi untuk dipilih.
Alternative Vote (Preferential Voting
atau AV)

• Diterapkan di Australia, dan di Nauru dalam bentuk


yang telah dimodifikasi.Sistem ini juga pernah
diterapkan di Fiji, hanya sekali, pada tahun 1999,
danjuga di Papua Nugini dari tahun 1964 sampai
1975, ketika masih berada dibawah administrasi
Australia.
• Pada sistem full preferential voting, para pemilih
harus mengurutkan semua kandidat sesuai urutan
preferensi mereka (1,2,3,4, dan seterusnya).
• Pada sistem optional preferential voting, para pemilih memiliki
pilihan untuk menandai hanya satu kandidat atau memilih
mengurutkan beberapa atau semua kandidat.
• Pada sistem ‘ticket voting’ pemilih memilih sebuah partai
politik, dan preferensi pemilih akan sama dengan urutan
preferensi yang telah ditentukan partai yangbersangkutan,
yang diumumkan oleh semua partai politik kepada pelaksana
pemilu sebelum hari pemilihan.
• Pemenangnya adalah kandidat dengan perolehan 50% + 1 dari
suara sah yang ada di distrik yang bersangkutan. Apabila
ketentuan ini tidak tercapai dari preferensi pertama para
pemilih, maka kandidat dengan jumlah pilihan pertama yang
terendah akan disingkirkan, dan pilihan kedua yang ditandai di
kertas suara kandidat tersebut dibagikan ke kandidat lainnya.
Proses eliminasi kandidat dengan jumlah suara terendah dan
membagikan kertas suaranya kepada kandidat lain yang
tertinggal, dimana kepada mereka pemilih telah menentukan
pilihan berikutnya, berlanjut sampai seorang kandidat
memperoleh 50% + 1 total suara.
Sistem Representasi Proporsional
(RP)
• Sistem ini meliputi:
• Representasi Proporsional Daftar (List Proportional Representation)
• Mixed Member Proportional (MMP)
• Single Transferable Vote (STV)
Representasi Proporsional Daftar (RP
Daftar)
• Sejumlah bentuk RP Daftar diterapkan di sekitar
70 negara. Semua bentuk RP
• Karakteristik umum sebagai berikut:
1. Partai memberikan daftar kandidat yang sama
jumlahnya dengan kursi yang tersedia di daerah
pemilihan
2. Para pemilih memilih untuk satu partai. Jumlah
kursi yang diperoleh tiap-tiap partai ditentukan
oleh dan secara langsung berkaitan dengan
proporsi jumlah suara yang diperolehnya di
daerah pemilihan yang bersangkutan.
Mixed Member Proportional (MMP)

• Diterapkan di Jerman, Selandia Baru, Mexico, Bolivia, Italia, dan lain-


lain.
• Pemilih mendapatkan dua surat suara yang berbeda, atau satu surat
suara yang terdiri dari dua sistem pemilihan: satu untuk pilihan
partai (biasanya secara nasional), yang lain untuk kandidat di daerah
pemilihan mereka (distrik lokal).
• Dimungkinkan adanya rasio yang berbeda-beda dari kursi
representasi proporsional terhadap kursi daerah pemilihan –
biasanya, antara 25 % - 50 % kursi merupakan kursi representasi
proporsional.
• Bagian tiap-tiap partai dari keseluruhan jumlah kursi dalam badan
legislatif secara langsung ditentukan berdasarkan proporsi suara
pemilihan RP.
• Ketentuan khusus mungkin dibutuhkan, termasuk jumlah parlemen
yang fleksibel, untuk menangani situasi dimana kursi yang
dimenangkan sebuah partai dari distrik melebihi jumlah kursi yang
diperolehnya dari persentase suara RP.
Sistem Semi-Proporsional

• Dalam sistem ini, partai politik yang tidak mendapat dukungan suara
terbanyak masih dapat memperoleh perwakilan. Namun sistem ini
tidak dirancang untuk memberikan alokasi perwakilan sesuai dengan
prosentase suara yang diperoleh partai politik seperti sistem RP.
Alasan pentingnya pembahasan sistem Pemilu dlm
Sistem Pemerintahan Demokratis

• Sistem pemilihan memiliki konsekuensi-


konsekuensi terhadap tingkat proporsionalitas
hasil pemilihan.
• Sistem pemilihan mempunyai pengaruh pada
jenis kabinet satu partai atau koalisi antar partai
• Sistem pemilihan mempunyai dampak pada
sistem kepartaian, khususnya berkaitan dengan
jumlah partai politik di dalam sistem kepartaian
• Sistem pemilu memiliki pengaruh pada
akuntabilitas pemerintahan, khususnya
akuntabilitas para wakil terhadap pemilihnya
• Sistem pemilu mempunyai dampak pada tingkat
kohesi partai politik.
• Sistem pemilihan berpengaruh pada bentuk dan
tingkat partisipasi politik warga.
• Sistem pemilihan adalah elemen demokrasi yang
lebih mudah untuk dimanipulasikan dibandingkan
dengan elemen demokrasi lainnya, oleh karena itu
untuk mengubah wajah demokrasi negaranya bisa
melalui sistem pemilihannya
• Sistem pemilihan dapat dimanipulasi yang tidak
demokratis dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu
pemilu yang dinilai oleh kebanyakan orang dinilai
sebagai tolok ukur demokrasi dalam banyak hal
tidak bisa menjadi parameter yang akurat.
Khususnya di negara berkembang.
Pemilu yang kompetitif bisa dibangun atas tiga
komponen Berikut
• Adanya hak pilih universal bagi orang dewasa tanpa
membedakan jenis kelamin, ras, suku, agama, etnis,
faham, keturunan, kekayaan dll.
• Adanya proses pemilihan yang adil. Seperti adanya
jaminan kerahasiaan, jaminan penghitungan suara yang
terbuka, tidak ada kecurangan dalam proses pemilihan,
tidak adanya kekerasan, tidak adanya intimidasi
khususnya pada proses pemilihan atau pencoblosan.
• Adanya hak – khususnya bagi partai politik – untuk
mengorganisasi dan mengajukan kandidat sehingga para
pemilih mempunyai banyak pilihan untuk memilih di
antara para calo yang berbeda secara kelompok maupun
programnya.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai