Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

IMPLEMENTASI BERDASAR PADA ASAS LUBERJURDIL


PENDIDIKAN HUKUM TATA NEGARA
DOSEN : ASEP SUYADI, SH

SEBAGAI SYARAT DALAM PEMENUHAN TUGAS HUKUM TATA


NEGARA
KELOMPOK 5
1. REIZHA HANAFI (201010201116)
2. REESA NURSYAHBANI (201010250007)
3. PUTRI WULANDARI (201010250043)
ILMU HUKUM
UNIVERSITAS PAMILANG
JALAN RAYA PUSPIPTEK NO 48, BUARAN SERPONG KOTA
TANGERANG SELATAN BANTEN , INDONESIA
1. PENGERTIAN TENTANG ASAS LUBER JURDIL

Demokrasi ialah tujuan negara yang dicita-citakan bersama yang mana dalam
mencapai tujuan tersebut terdapat instrument sebagai pokok daripada berdirinya
paham demokrasi dalam pelaksanannya. Fapat kita jumpai pada Pemilihan
Umum yang di laksanakan oleh suatu negara di Indonesia pemilihan umum dapat
di artikan sebagai suatu proses untuk memilih orang-orang yang akan menduduki
kursi pemerintahan. Pemilihan umum ini diadakan untuk mewujudkan negara
yang demokrasi, di mana para pemimpinnya dipilih berdasarkan suara mayoritas
terbanyak. Menurut Ali Moertopo pengertian Pemilu yaitu “Pada hakekatnya,
pemilu adalah sarana yang tersedia bagi rakyat untuk menjalankan kedaulatannya
sesuai dengan pembukaan UUD 1945. Pemilu itu sendiri pada dasarnya adalah
suatu Lembaga Demokrasi yang memilih anggota-anggota perwakilan rakyat
dalam MPR, DPR, DPRD, yang pada gilirannya bertugas untuk bersama-sama
dengan pemerintah, menetapkan politik dan jalannya pemerintahan negara”.
Walaupun setiap warga negara Indonesia mempunyai hak untuk memilih, namun
Undang-Undang Pemilu mengadakan pembatasan umur untuk dapat ikut serta di
dalam pemilihan umum. Batas waktu untuk menetapkan batas umum ialah waktu
pendaftaran pemilih untuk pemilihan umum, yaitu : Sudah genap berumur 17
tahun dana atau sudah kawin. Adapun ketetapan batas umur 17 tahun yaitu
berdasarkan perkembangan kehidupan politik di Indonesia, bahwa warga negara
Republik Indonesia yang telah mencapai umur 17 tahun sudah mempunyai
pertanggung jawaban politik terhadap negara dan masyarakat, sehingga
sewajarnya diberikan hak untuk memilih wakil-wakilnya dalam pemilihan
anggota badan-badan perwakilan rakyat. Pemilihan umum yang dilaksanakan
secara langsung oleh rakyat merupakan salah satu sarana utama perwujudan
kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis.
UUD 1945 secara jelas telah menegaskan, pemilihan umum diselenggarakan oleh
suatu komisi pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap dan mandiri yang
didasari atas pemilihan: langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil (pasal 22E
ayat (1) UUD 1945). Pemilu dianggap lambang, sekaligus tolak ukur dari
demokrasi. Hasil Pemilu yang diselenggarakan dalam suasana keterbukaan
dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap mencerminan
partisipasi serta aspirasi masyarakat. Dengan adanya Pemilu diharapkan dapat
menghasilkan wakil-wakil rakyat yang mampu mengerti mengenai aspirasi dari
rakyat terutama dalam proses perumusan kebijakan publik dengan adanya sistem
pergiliran kekuasaan. Pemilu juga memberikan peluang bagi terpentalnya
sejumlah partai politik dari parlemen pada setiap Pemilu berikutnya. Sehingga
kekuasaan dalam membentuk UndangUndang tidak serta merta menjadikan
partai politik yang berada di parlemen lupa sehingga setiap partai politik tidak
dapat mempertahankan kekuasaannya. Pemilu dapat dikatakan demokratis jika
memenuhi beberapa prasyarat dasar. Tidak seperti pada masa rezim orde baru
dimana pemilu seringkali disebut sebagai ‘demokrasi seolah-olah’, pemilu yang
sedang berlangsung sekarang sebagai pemilu reformasi harus mampu menjamin
tegaknya prinsip-prinsip pemilu yang demokratis. Setidak-tidaknya, ada 5 (lima)
parameter universal dalam menentukan kadar demokratis atau tidaknya pemilu
tersebut, yakni (Modul Pengawasan, Bawaslu, 2009 : 7-8):

o Universalitas (universality)

Karena nilai-nilai demokrasi merupakan nilai universal, maka pemilu yang


demokratis juga harus dapat diukur secara universal. Artinya konsep, system,
prosedur, perangkat dan pelaksanaan pemilu harus mengikuti kaedah-kaedah
demokrasi universal itu sendiri.

o Kesetaraan (equality)
Pemilu yang demokratis harus mampu menjamin kesetaraan antara masing-
masing kontestan untuk berkompetisi. Salah satu unsur penting yang akan
mengganjal prinsip kesetaraan ini adalah timpangnya kekuasaan dan kekuatan
sumberdya yang dimiliki kontestan pemilu. Secara sederhana, antara partai
politik besar dengan partai politik kecil yang baru lahir tentunya memiliki
kesejnjangan sumberdaya yang lebar. Oleh karena itu, regulasi pemilu seharusnya
dapat meminimalisir terjadinya political inequality.

o Kebebasan (freedom)

Dalam pemilu yang demokratis, para pemilih harus bebas menentukan sikap
politiknya tanpa adanya tekanan, intimidasi, iming-iming pemberian hadiah
tertentu yang akan mempengaruhi pilihan mereka. Jika hal demikian terjadi
dalam pelaksanaan pemilu, maka perlakunya harus diancam dengan sanksi
pidana pemilu yang berat.

o Kerahasiaan (secrecy)

Apapun pilihan politik yang diambil oleh pemilih, tidak boleh diketahui oleh
pihak manapun, bahkan oleh panitia pemilihan. Kerahasiaan sebagai suatu prinsip
sangat terkait dengan kebebasan seseorang dalam memilih.

o Transparansi (transparency)

Segala hal yang terkait dengan aktivitas pemilu harus berlandaskan prinsip
transparansi, baik KPU, peserta pemilu maupun Pengawas Pemilu. Transparansi
ini terkait dengan dua hal, yakni kinerja dan penggunaan sumberdaya.

2. ASAS-ASAS DALAM PEMILU

1. Asas Langsung
Asas Pemilu langsung dipahami dari dua makna yakni pertama, tindakan secara
teknis, dimaksudkan agar masyarakat sendiri yang menyatakan suaranya secara
langsung, tidak boleh diwakilkan. Hal ini untuk mencegah agar jangan sampai
terjadi kecurangan yang dilakukan pihak yang mewakili. Kedua, asas Pemilu
langsung memiliki arti yang sifatnya substantif. Pemilihan secara langsung
sebagai bentuk implementasi ketentuan konstitusi bahwa kedaulatan berada di
tangan rakyat.

2. Asas Umum

Asas umum juga mengandung tiga makna berbeda. Pertama, Pemilu itu harus
diikuti oleh semua warga negara yang telah diberikan kesempatan oleh UU
sebagai pengguna hak pilih. Semua warga negara yang telah memenuhi syarat
harus didaftarkan dan semua masyarakat yang telah didaftarkan harus diberikan
kemudahan akses untuk memberikan suaranya dan suara yang diberikan tidak
boleh hilang atau berpindah pilihan. Kedua, makna umum memiliki arti bahwa
Pemilu dilaksanakan secara bersama-sama di seluruh wilayah Indonesia. Pemilu
dilaksanakan pada hari yang sama, jam yang sama, dan di lokasi-lokasi
pemungutan suara yang sama yakni di tempat pemungutan suara (TPS). Ketiga,
makna umum memiliki arti juga bahwa Pemilu diselenggarankan oleh organisasi
penyelenggara yang sama, pemilih yang sama serta diikuti oleh peserta Pemilu
yang sama.

3. Asas Bebas

Asas Pemilu bebas mengandung makna bahwa pemilih dalam menentukan sikap
politik dilakukan tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Kebebasan menyatakan
sikap atau keyakinan politik adalah hak asasi manusia. Menurut ketentuan Pasal
23 ayat (1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 menyatakan bahwa setiap
orang bebas untuk memilih dan mempunyai keyakinan politiknya. Pemilih tidak
boleh diintervensi, diintimidasi ataupun dimobilisasi untuk mendukung calon
tertentu. Asas bebas dan adil ini memberikan kesempatan kepada setiap warga
negara untuk memilih calon pemimpin sesuai dengan keyakinannya. Bebas juga
memutuskan untuk tidak lagi memilih pemimpin yang tidak amanah berkuasa
kembali. Menurut Gaffar (2006), salah satu syarat mutlak pelaksanaan demokrasi
secara empirik di suatu negara adalah Pemilu. Pemilu dilaksanakan secara teratur.
Setiap warga negara yang sudah dewasa mempunyai hak untuk memilih dan
dipilih dan bebas menggunakan haknya tersebut sesuai dengan kehendak hati
nuraninya. Dia bebas untuk menentukan partai atau calon mana yang akan
didukungnya, tanpa ada rasa takut atau paksaan dari orang lain. Pemilih juga
bebas mengikuti segala macam aktivitas pemilihan, termasuk di dalamnya
kegiatan kampanye dan menyaksikan penghitungan suara.

4. Asas Rahasia

Asas Pemilu rahasia bermakna bahwa pilihan seseorang tidak boleh diketahui
oleh orang lain. Sehingga tidak boleh satupun pemilih memberitahukan
pilihannya kepada orang lain. Asas rahasia juga bermakna bahwa kelompok atau
seseorang tidak diperbolehkan memaksakan pilihannya itu kepada kelompok atau
orang lain. Asas rahasia menjadi salah satu permasalahan dalam proses Pemilu
saat ini. Makin menguatnya politik aliran, politik uang serta mobilisasi aparat
menyebabkan asas kerahasiaan tidak lagi bermakna.

5. Asas Jujur

Asas Pemilu jujur dimaksudkan agar tidak terjadi kecurangan oleh siapapun
dalam setiap kegiatan yang berkaitan dengan Pemilu. Mulai dari proses
rekrutmen calon, pernyataan janji-janji kampanye, mempengaruhi masyarakat
tidak dengan imbalan atau paksaan, tidak menambahkan atau mengurangi suara
dalam proses penghitungan suara. Pemilu adalah kompetisi merebut
kemenangan, namun kompetisi yang dimaksud adalah tindakan mempengaruhi
pemilih dengan cara-cara yang lebih beradab. Tidak dapat dikatakan sebagai
Pemilu yang berhasil, jika mereka terpilih melalui cara-cara yang penuh dengan
pelanggaran dan kecurangan yang

bertentangan dengan asas Luber dan Jurdil. (Santoso 2004) Asas jujur tidak hanya
menyasar peserta atau penyelenggara Pemilu. Asas ini mencakup semua
stakeholder Pemilu seperti kejujuran pemilih dengan keyakinan politiknya, tidak
karena imbalan atau tekanan. Kejujuran pemerintah dalam memfasilitasi data
awal pemilih, kejujuran media dalam pemberitaan, kejujuran lembaga survei
dalam mempublikasi hasil serta kejujuran para ilmuwan kampus dalam
mewartakan gagasannya.

6. Asas Adil

Asas Pemilu adil dimaksudkan agar setiap pemilih, penyelenggara dan peserta
Pemilu diperlakukan secara adil. Keadilan Pemilu berkaitan langsung dengan
integritas Pemilu. Pasal 4 UU Pemilu menyebutkan bahwa Pengaturan
Penyelenggaraan Pemilu bertujuan untuk memperkuat sistem ketatanegaraan
yang demokratis, mewujudkan Pemilu yang adil dan berintegritas, menjamin
konsistensi pengaturan sistem Pemilu, memberikan kepastian hukum dan
mencegah duplikasi dalam pengaturan Pemilu serta mewujudkan Pemilu yang
efektif dan efisien. Asas adil mengandung tiga aspek. Pertama, segala bentuk
regulasi Pemilu (mulai dari UU dan turunannya) harus memberikan rasa keadilan
bagi setiap warga negara. Kedua, setiap penyelenggara Pemilu harus memberikan
pelayanan yang adil tanpa membeda-bedakan perlakuan, baik terhadap peserta
Pemilu maupun pemilih. Ketiga, setiap putusan lembaga peradilan Pemilu harus
memutus perkara seadil-adilnya.

3. TUJUAN PEMILU

Maksud dari pada pemilu adalah agar wakil-wakil rakyat benar-benar dipilih oleh
rakyat, berasal dari rakyat dan akan bekerja untuk kepentingan rakyat. Demikian
juga presiden dan wakil presiden. Sedangkan tujuan pemilu adalah membentuk
pemerintahan baru dan perwakilan rakyat yang benar benar bekerja untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Tujuan pemilu yang harus dicapai
diantaranya

1. Tujuan pemilu untuk melaksanakan kedaulatan rakyat

2. Tujuan pemilu sebagai perwujudan hak asasi politik rakyat

3. Tujuan Pemilu untuk memilih wakil-wakil rakyat yang duduk di DPR, DPD
dan DPRD, serta memilih Presiden dan Wakil Presiden

4. Tujuan Pemilu untuk melaksanakan pergantian personal pemerintahan secara


damai, aman, dan tertib (secara konstitusional).

5. Tujuan pemilu untuk menjamin kesinambungan pembangunan nasional.

Anda mungkin juga menyukai