Anda di halaman 1dari 16

PERAN PEMERINTAH DAN

MASYARAKAT DALAM PENIDIKAN


POLITIK UNTUK MEWUJUDKAN
PEMILU YANG BERKUALITAS
Adi Wardoyo 362011076
Prastya Radya L 362011084
Yongki Urulamo 352013028
pemilu
Pemilu merupakan salah satu usaha untuk
memengaruhi rakyat secara persuasif (tidak
memaksa) dengan melakukan
kegiatan retorika, public relations, komunikasi
massa, lobby dan lain-lain kegiatan.Meskipun
agitasi dan propaganda di Negara demokrasi
sangat dikecam, namun dalam kampanye
pemilihan umum, teknik agitasi dan teknik
propaganda banyak juga dipakaioleh para
kandidat atau politikus selalu komunikator politik.
Asas pemilu
"Luber" yang merupakan singkatan dari "Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia".
Asal "Luber" sudah ada sejak zaman Orde Baru. Langsung berarti pemilih
diharuskan memberikan suaranya secara langsung dan tidak boleh diwakilkan.
Umum berarti pemilihan umum dapat diikuti seluruh warga negara yang sudah
memiliki hak menggunakan suara. Bebas berarti pemilih diharuskan memberikan
suaranya tanpa ada paksaan dari pihak manapun, kemudian Rahasia berarti suara
yang diberikan oleh pemilih bersifat rahasia hanya diketahui oleh si pemilih itu
sendiri.
Kemudian di era reformasi berkembang pula asas "Jurdil" yang merupakan
singkatan dari "Jujur dan Adil". Asas jujur mengandung arti bahwa pemilihan
umum harus dilaksanakan sesuai dengan aturan untuk memastikan bahwa setiap
warga negara yang memiliki hak dapat memilih sesuai dengan kehendaknya dan
setiap suara pemilih memiliki nilai yang sama untuk menentukan wakil rakyat yang
akan terpilih. Asas adil adalah perlakuan yang sama terhadap peserta pemilu dan
pemilih, tanpa ada pengistimewaan ataupun diskriminasi terhadap peserta atau
pemilih tertentu. Asas jujur dan adil mengikat tidak hanya kepada pemilih ataupun
peserta pemilu, tetapi juga penyelenggara pemilu.
ada 5 (lima) parameter universal dalam menentukan kadar demokratis atau tidaknya pemilu tersebut, yakni (Modul Pengawasan, Bawaslu, 2009 : 7-8):

o Universalitas (Universality)
Karena nilai-nilai demokrasi merupakan nilai universal, maka pemilu yang demokratis juga harus dapat diukur secara universal. Artinya konsep,
system, prosedur, perangkat dan pelaksanaan pemilu harus mengikuti kaedah-kaedah demokrasi universal itu sendiri.
o Kesetaraan (Equality)
Pemilu yang demokratis harus mampu menjamin kesetaraan antara masing-masing kontestan untuk berkompetisi. Salah satu unsur penting yang
akan mengganjal prinsip kesetaraan ini adalah timpangnya kekuasaan dan kekuatan sumberdya yang dimiliki kontestan pemilu. Secara sederhana,
antara partai politik besar dengan partai politik kecil yang baru lahir tentunya memiliki kesejnjangan sumberdaya yang lebar. Oleh karena itu, regulasi
pemilu seharusnya dapat meminimalisir terjadinya political inequality.
o Kebebasan (Freedom)
Dalam pemilu yang demokratis, para pemilih harus bebas menentukan sikap politiknya tanpa adanya tekanan, intimidasi, iming-iming pemberian
hadiah tertentu yang akan mempengaruhi pilihan mereka. Jika hal demikian terjadi dalam pelaksanaan pemilu, maka perlakunya harus diancam
dengan sanksi pidana pemilu yang berat.
o Kerahasiaan (Secrecy)
Apapun pilihan politik yang diambil oleh pemilih, tidak boleh diketahui oleh pihak manapun, bahkan oleh panitia pemilihan. Kerahasiaan sebagai
suatu prinsip sangat terkait dengan kebebasan seseorang dalam memilih.
o Transparansi (Transparency)
Segala hal yang terkait dengan aktivitas pemilu harus berlandaskan prinsip transparansi, baik KPU, peserta pemilu maupun Pengawas Pemilu.
Transparansi ini terkait dengan dua hal, yakni kinerja dan penggunaan sumberdaya. KPU harus dapat meyakinkan public dan peserta pemilu bahwa
mereka adalah lembaga independen yang kan menjadi pelaksana pemilu yang adil dan tidak berpihak (imparsial). Pengawas dan pemantau pemilu
juga harus mampu menempatkan diti pada posisi yang netral dan tidak memihak pada salah satu peserta pemilu. Sementara peserta pemilu harus
dapat menjelaskan kepada public darimana, berapa dan siapa yang menjadi donator untuk membiayai aktifitas kampanye pemilu mereka. Bagaimana
system rekrutmen kandidat dan proses regenarasi politik yang ditempuh sehingga semua pihak memiliki peluang yang sama untuk dipilih sebagai
kandidat wakil rakyat.
Namun dalam pelaksanaannya dihadapkan pada
kendala antara lain adalah masih minimnya
tingkat pengetahuan dan keterampilan
masyarakat tentang pentingnya pemilu.
Sebuah demokrasi tidak akan terwujud tanpa
adanya sebuah kesadaran dari masyarakat
yang merupakan pelaku demokrasi.
Golput di indonesia
Kata golput adalah singkatan dari golongan
putih. Makna inti dari kata golput adalah tidak
menggunakan hak pilih dalam pemilu dengan
berbagai faktor dan alasan.Fenomena golput
sudah terjadi sejak diselenggarakan pemilu
pertama tahun 1955, akibat ketidaktahuan
atau kurangnya informasi tentang
penyelenggaraan pemilu.
Eep Saefulloh Fatah,
mengklasifikasikan golput atas empat
golongan.
Golput teknis, yakni mereka yang karena sebab-sebab teknis
tertentu (seperti keluarga meninggal, ketiduran, dan lain-lain)
berhalangan hadir ke tempat pemungutan suara, atau mereka yang
keliru mencoblos sehingga suaranya dinyatakan tidak sah.
Golput teknis-politis, seperti mereka yang tidak terdaftar sebagai
pemilih karena kesalahan dirinya atau pihak lain (lembaga statistik,
penyelenggara pemilu).
Golput politis, yakni mereka yang merasa tak punya pilihan dari
kandidat yang tersedia atau tak percaya bahwa pemilu
legislatif/pemilukada akan membawa perubahan dan perbaikan.
Golput ideologis, yakni mereka yang tak percaya pada mekanisme
demokrasi (liberal) dan tak mau terlibat di dalamnya entah karena
alasan fundamentalisme agama atau alasan politik-ideologi lain.
Sedangkan menurut Novel Ali
(1999;22) di Indonesia terdapat dua
kelompok golput.
Kelompok golput awam. Yaitu mereka yang tidak
mempergunakan hak pilihnya bukan karena alasan politik,
tetapi karena alasan ekonomi, kesibukan dan sebagainya.
Kemampuan politik kelompok ini tidak sampai ke tingkat
analisis, melainkan hanya sampai tingkat deskriptif saja.
Kelompok golput pilihan. Yaitu mereka yang tidak bersedia
menggunakan hak pilihnya dalam pemilu benar-benar
karena alasan politik. Misalnya tidak puas dengan kualitas
partai politik yang ada. Atau karena mereka menginginkan
adanya satu organisasi politik lain yang belum ada. dan
berbagai alasan lainnya. Kemampuan analisis politik
mereka jauh lebih tinggi dibandingkan golput awam.
Peran pemerintah
Regulasi dan sosialisasi
pelaksanaan
Cotroling (pengawasan)
Tugas dan wewenang kpu
Dalam Pasal 10 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum
dan Pasal 2 Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1999 tentang Pembentukan
Komisi Pemilihan Umum dan Penetapan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat
Umum Komisi Pemilihan Umum, dijelaskan bahwa untuk melaksanakan Pemilihan
Umum, KPU mempunyai tugas kewenangan sebagai berikut :
merencanakan dan mempersiapkan pelaksanaan Pemilihan Umum;
menerima, meneliti dan menetapkan Partai-partai Politik yang berhak sebagai
peserta Pemilihan Umum;
membentuk Panitia Pemilihan Indonesia yang selanjutnya disebut PPI dan
mengkoordinasikan kegiatan Pemilihan Umum mulai dari tingkat pusat sampai di
Tempat Pemungutan Suara yang selanjutnya disebut TPS;
menetapkan jumlah kursi anggota DPR, DPRD I dan DPRD II untuk setiap daerah
pemilihan;
menetapkan keseluruhan hasil Pemilihan Umum di semua daerah pemilihan untuk
DPR, DPRD I dan DPRD II;
mengumpulkan dan mensistemasikan bahan-bahan serta data hasil Pemilihan
Umum;
memimpin tahapan kegiatan Pemilihan Umum.
Tugas dan wewenang panwaslu
(1) Mengawasi tahapan penyelenggaraan pemilu;
(2) Menerima laporan dugaan pelanggaran perundang-undangan pemilu;
(3) Menyampaikan temuan dan laporan kepada KPU/KPU provinsi/KPU
kabupaten/kota atau kepolisian atau instansi lainnya untuk ditindaklanjuti;
(4) Mengawasi tindak lanjut rekomendasi;
(5) Mengawasi pelaksanaan sosialisasi penyelenggaraan Pemilu; dan
(6) Melaksanakan :
a) Tugas dan wewenang lain ditetapkan oleh undang-undang (untuk
Bawaslu, Panwaslu Provinsi, dan Panwaslu kabupaten/kota);
b) Melaksanakan tugas lain dari Panwaslu Kecamatan (untuk Pengawas
Pemilu lapangan); dan
c) Melaksanakan tugas lain dari Bawaslu (untuk Pengawas Pemilu Luar
Negeri).
Peran masyarakat
jujur dan adil, langsung, umum, bebas, dan
rahasia merupakan faktor penentu kualitas
pemilu, peingkatatan kualitas pemilu menjadi
kewajiban berbagai pihak sehingga pemilu
dapat benar-benar menjadi wadah yang
semakin mampu menampung, mewakili,
mencerminkan, dan menyalurkan aspirasi
rakyat

Anda mungkin juga menyukai