A. Latar Belakang
pemerintahan dipimpin oleh Presiden dan Wakil Presiden melalui Pemilihan Umum yang
dilakukan oleh rakyat, setiap rakyat berhak menentukan pilihannya dan satu suara dipilih oleh
rakyat yang berharga. Rakyat mempunyai kesempatan dan kedaulatan untuk menentukan
dituangkan dalam Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pasal 1 ayat (2)
yang berbunyi, “Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-
Partisipasi politik masyarakat adalah kegiatan warga negara sebagai pribadi-pribadi, yang
menganut sistem perwakilan. Pemilu berfungsi sebagai alat penyaringan bagi “para calon
anggota legislatif maupun eksekutif” yang akan mewakili dan membawa suara rakyat di
dalam Lembaga perwakilan mereka yang terpilih dianggap sebagai orang atau kelompok
yang mempunyai kemampuan atau kewajiban untuk bicara dan bertindak atas nama suatu
kelompok yang lebih besar melalui partai politik. Hal ini dimaksudkan untuk mengaktifkan
dan memobilisasi rakyat mewakili kepentingan tertentu, memberi dalam kompromi bagi
Tindakan politik uang memang sulit untuk diartikan secara pasti karena masing-
masing masyarakat mengartikan politik uang dengan persepsi yang berbeda-beda sehingga
pengertian dari politik uang masih belum dipastikan secara rinci. Menurut M. Abdul Kholiq
politik uang adalah suatu Tindakan membagi-bagi uang atau materi lainnya, baik milik
pribadi dari seorang politisi (Calon Presiden dan Wakil Presiden, Calon Legislatif) atau milik
1
Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 1 ayat (2).
2
Moh. Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia (Jakarta: Rajawali Press, 2009), hlm. 60-61.
2
partai untuk mempengaruhi suara pemilu yang diselenggarakan. Jadi politik uang merupakan
upaya mempengaruhi orang lain dengan menggunakan imbalan materi pada proses politik
dan kekuasaan pada pemilihan umum. M. Abdul Kholiq memberikan pengertian politik uang
adalah suatu bentuk pemberian berupa uang barang/ materi lainnya atau pemberian janji yang
merupakan upaya untuk mempengaruhi seseorang atau masyarakat pemilik suara baik supaya
orang itu tidak menjalankan haknya untuk memilih maupun supaya ia menjalankan haknya
perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi. Semuanya merupakan bagian penting dan
tidak terpisahkan untuk menjamin terciptanya pemilu yang adil. Sementara itu, pengawasan
terhadap pelaksanaan pemilu menjadi tugas suatu instansi untuk menyukseskan pemilu ini,
yaitu: Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) mengawasi dan menegakan pelaksanaan tahapan
pidana pemilu, dan kode etik. Kehadiran Bawaslu dengan kelengkapannya dibebani dengan
Keterlibatan berbagai pihak dalam pengawasan sangat penting untuk pemilu yang
jujur dan adil. Bawaslu sebagai Lembaga yang bertanggung jawab mengawasi pemilu harus
pemilu, masyarakat tidak hanya melindungi hak pilih mereka tetapi juga mengawal atau
besar bagi Bawaslu melalui pelaksanaan pengawasan, ketertiban langsung masyarakat dalam
pengawasan pemilihan umum membuat hasil pemilu mudah diterima oleh masyarakat karena
rendah, bahkan orang-orang yang seharusnya melindungi hak suara mereka justru terlibat
3
M. Abdul Kholiq, Perspektif Hukum Pidana tentang Fenomena Money Politics dan Korupsi Politik
dalam Pemilu, (Jakarta: Maarif Institute, 2011), hlm. 92.
4
Sarwoto, Dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen, (Jakarta: Ghalia Indonesiaa, 1991), hlm. 94.
5
Muhammad Ja’far, Eksistensi dan Integritas Bawaslu dalam Penanganan Sengketa Pemilu, (Jurnal
Madani, Vol. 2, No. 1, 2018), hlm. 34.
3
dalam pelanggaran suara. Kesadaran pemilih adalah kunci pertama keberhasilan partisipasi.
Tanpa adanya kesadaran politik publik. Partisipasi di dalam pengawasan pemilu tidak akan
Pengawasan pemilu merupakan bagian dari upaya Bawaslu untuk mengawal proses
pemilu. Bawaslu memiliki fungsi yaitu mengawasi pemilu yang jujur dan adil. Saat ini,
kebutuhan pemilu yang jujur dan adil semakin meningkat, terbukti dengan semakin kuatnya
konstitusi hukum formal. Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dtingkat pusat dan dari tingkat
Berhasil tidaknya pemilihan umum, tergantung pada banyak faktor dan aktor. Oleh
karena itu, partisipasi pemilu seperti tertuang dalam Peraturan Badan Pengawas Pemilihan
Umum Republik Indonesia, Nomor 1 Tahun 2023 tentang Pemantauan Pemilu, yang bisa
Dari pasal di atas bahwasannya, yang termasuk dalam partisipatif pemilu adalah
organisasi kemasyarakat baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum.
Politik uang adalah suap, arti dari suap adalah uang sogok. 9 Politik uang adalah upaya
untuk memengaruhi orang lain untuk suatu keuntungan salah satu pasangan calon. Perilaku
6
Veri Junaidi, Perlibatan dan Partisipasi Masyarakat dalam Pengawasan Pemilu, (Jakarta: Perludem,
2013), hlm. 89.
7
Hidayatullah, “Pola Partisipasi Masyarakat dalam Mengawasi Pilkada di Kabupaten Lombok Timur
Kecamatan Sakra Barat Tahun 2018”, Jurnal Of Government and Politics, Vol. 2, No. 1, (2020), hlm. 75.-76.
8
Republik Indonesia, Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Republik Indonesia Nomor 1
Tahun 2023 tentang Pemantauan Pemilihan Umum, Pasal 2.
9
Kementerian Republik Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Badan Pengembangan
Bahasa dan Perbukuan, 2016).
4
politik uang ini akan menghasilkan sebuah fenomena klientalisme. Klientalisme merupakan
suatu bentuk pertukaran yang sifatnya personal dengan ciri-ciri adanya kewajiban dan
praktik politik uang. Dalam sistem pemilihan umum proporsional terbuka. Pemilih
dihadapkan langsung kepada kandidat, dengan begitu kandidat satu partai akan mencari
diferensiasi diri dengan kandidat, lain diinternal partai. Apalagi yang menjadi diferensia diri
kalua ideologi dan program sudah sama asumsinya dalam satu partai ideologi dan program
sama kalau bukan hal kongkret. Hal yang konkret itu adalah materi, uang, dan beragam
Politik uang adalah tindakan yang dilarang dalam konstitusi kita. Seperi tercantum
dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu pasal 280 huruf (J), yang
menyebutkan bahwa, “pelaksana, peserta, dan tim kampanye pemilu dilarang menjanjikan
atau memberikan uang, atau materi lainnya kepada peserta kampanye pemilu. 12 Apabila
melanggar ketentuan dari pasal 280 huruf (J) maka akan dikenakan pidana sebagaimana
disebutkan dalam pasal 523 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu.
Sanksi pidana pada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu, pasal 523
yakni:
1) setiap pelaksana, peserta, dan atau tim kampanye pemilu dilarang menjanjikan,
atau memberikan uang atau materi lainnya sebagai imbalan kepada peserta
kampanye pemilu secara langsung ataupun tidak langsung sebagaimana di
sebutkan dalam pasal 280 ayat (1) huruf J, di pidana dengan pidana penjara paling
lama 2 tahun dan denda paling banyak Rp 24.000.000.00 (dua puluh empat juta
rupiah).13
2) setiap pelaksana, peserta, dan atau tim kampanye pemilu yang dengan sengaja pada
masa tenang menjanjikan atau memberikan imbalan uang atau materi lainnya
kepada pemilih secara langsung ataupun tidak langsung sebagaimana di sebutkan
10
Burhanudin Muhtadi, Kuasa Uang; Politik Uang dalam Pemilu Pasca Orde Baru, (Jakarta:
Kepustakaan Populer Gramedia, 2020), hlm. 10.
11
A Mukthie Fadjar, SH.,MH., Pemilu Perselesihan Hasil Pemilu dan Demokrasi (Malang: Setara
Press, 2013), hlm. 22.
12
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Penetapan Peraturan Pengganti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang
Pemilihan Umum Menjadi Undang-Undang, pasal 280 huruf (J).
13
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Penetapan Peraturan Pengganti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang
Pemilihan Umum Menjadi Undang-Undang, Pasal 523 ayat 1.
5
dalam pasal 278 ayat (2) di pidana penjara paling lama 4 tahun dan denda paling
banyak Rp 48.000.000.00 (empat puluh delapan juta rupiah).14
3) Setiap orang dengan sengaja pada hari pemungutan suara menjanjikan atau
memberikan uang atau materi lainnya kepada pemilih untuk tidak menggunakan
hak pilihnya atau memilih peserta pemilu tertentu di pidana dengan pidana penjara
paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp 36.000.000.00 (tiga puluh
enam juta rupiah).15
Politik uang umumnya dilakukan oleh simpatisan, kader bahkan pengurus partai
menjelang hari pemungutan suara pada pemilihan umum. Politik uang dilakukan dengan cara
memberikan uang, sembako, antara lain beras, minyak, dan gula kepada masyarakat agar
mereka memberikan suaranya untuk partai atau calon Legislatif yang bersangkutan. Melihat
kenyataan bahwa politik uang telah melekat dalam kehidupan masyarakat, mulai dari tingkat
bawah sampai atas. Hal ini merupakan tanggung jawab bersama seperti tokoh agama dan
pemerintahan,
Dari latar belakang tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian tentang efektivitas
pengawasan partisipatif terhadap praktik politik uang pada pemilihan umum di Kabupaten
B Rumusan Masalah
2 Apa hambatan dan tantangan pengawas partisipatif terhadap praktik politik uang pada
pemilihan umum di Bolaang Mongondow Utara tahun 2019?
14
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilu pasal 523 ayat 2.
15
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilu pasal 523 ayat 3.