Alfindo Andry Saputra1), Elshirah Triani Cory1), Rahel K. Sianturi2), Kiki Amaliah 2)*
1
Fakultas Hukum, Universitas Bengkulu, Kota Bengkulu
2
Fakultas Hukum, Universitas Bengkulu, Kota Bengkulu
*
Penulis korespondensi: alfindoandry03@gmail.com
ABSTRAK
Pemilihan Umum merupakan salah satu bentuk dan cara yang paling nyata untuk
melaksanakan demokrasi. Namun, dalam praktekya timbul permasalahan berupa tindak
pidana pemilu salah satunya politik uang. Politik uang ini telah dimuat dalam peraturan
perundang-undangan yang telah dibuat sedemikian rupa. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui upaya dan strategi pencegahan pelanggaran politik uang pada pemilu
2024. Bagaimana dengan kebijakan yang telah dibuat dan diterapkan setiap lima tahun
sekali itu dapat menyelesaikan masalah politik uang. Adapun metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah yuridis normatif dengan pendekatan Undang–Undang (statute
Approach). Bahan hukum yang digunakan adalah bahan hukum primer, bahan hukum
sekunder dan bahan hukum tersier. Hasil penelitian menunjukkan adanya celah yang
terdapat dalam regulasi yang ada, serta kekosongan hukum yang mengakibatkan Badan
Pengawas Pemilu (Bawaslu) tidak dapat menindaklanjuti perbuatan pidana pada masa pra
kampanye dan kekaburan mengenai siapa saja yang dapat menjadi subjek pelaku tindak
pidana politik uang. Maka dari itu, diperlukan rekontruksi hukum pada Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum yaitu dengan memperluas kewenangan
bawaslu dalam hal menindaklanjuti pelanggaran tindak pidana pemilu pada masa pra
kampanye dan memperluas siapa saja yang dapat dikategorikan sebagai pelaku tindak
pidana politik uang, bukan hanya pada pelaksana kampanye, peserta, tim kampanye
namun diperluas menjadi “setiap orang”.
ABSTRACT
General elections are one of the most tangible forms and ways to implement democracy.
However, in practice, problems arise in the form of election crimes, one of which is
money politics. This money politics has been contained in the laws and regulations that
have been made in such a way. The purpose of this research is to find out the efforts and
strategies to prevent money politics violations in the 2024 elections. How the policies
that have been made and implemented every five years can solve the problem of money
politics. The method used in this research is normative juridical with a statute approach.
The legal materials used are primary legal materials, secondary legal materials and
tertiary legal materials. The results of the study show that there are gaps in existing
regulations, as well as a legal vacuum that results in the Election Supervisory Agency
(Bawaslu) not being able to follow up on criminal acts during the pre-campaign period
and vagueness regarding who can be the subject of criminal acts of money politics.
Therefore, legal reconstruction is needed in Law Number 7 of 2017 concerning General
Elections, namely by expanding Bawaslu's authority in terms of following up violations of
election crimes during the pre-campaign period and expanding who can be categorized
as perpetrators of criminal acts of money politics, not only to campaign implementers,
participants, campaign teams but expanded to "everyone".
1. Pendahuluan
Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang mengutamakan kesejahteraan
rakyat.1 Ketika berbicara tentang rakyat, mereka dianggap sebagai sumber
kekuasaan utama, sehingga kedaulatan rakyat dapat dimaknai sebagai puncak
kekuasaan yang berada di tangan mereka.2 Hal ini sesuai dengan konstitusi pada
Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yang menyatakan bahwa rakyat mempunyai kedaulatan, tanggung jawab, hak
serta tanggung jawab melalui proses demokrasi untuk memilih pemimpin yang
nantinya akan melayani seluruh elemen masyarakat.3
Pemilihan Umum saat ini adalah salah satu mekanisme yang paling nyata
ketika melaksanakan demokrasi.4 Berdasarkan Pasal 1 angka (1) Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 2017, Pemilu merupakan instrumen di mana rakyat dapat
mengekspresikan kedaulatan mereka dengan memilih Presiden dan Wakil
Presiden, anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, serta
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota. Proses ini
dilakukan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang didasarkan pada Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.5
Efektivitas demokrasi di negara-negara besar dapat disiasati dengan
pengaturan tentang pemilihan umum maka dari itu pemilihan umum merupakan
bagian dari prosedural pelaksanaan demokrasi yang harus disiasati sedemikian
rupa sehingga demokrasi dapat dilaksanakan secara efektif. 6 Pasal 22E Ayat (5)
UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945 telah menegaskan bahwa,
“Pemilu diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat
nasional, tetap dan mandiri”. Suksesnya pemilu sejatinya terletak pada kesiapan
dan profesionalitas dari penyelenggara pemilu. Namun tidak hanya itu, untuk
mengantisipasi malpraktik yang meliputi manipulasi peraturan dengan
menguntungkan kelompok tertentu, manipulasi suara, manipulasi pemilih melalui
kampanye, maka menginternalisasi prinsip-prinsip pemilu yang berkeadilan
menjadi salah satu bagian penting yang tidak dapat diabaikan.7
Kampanye merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam Pemilu
karena pada tahap ini para calon peserta pemilu memperkenalkan dirinya ke
1
Janedjri M. Gaffar, Politik Hukum Pemilu, Konstitusi Pers, Jakarta, 2012, hlm. 98.
2
Khairul Fahmi, Pemilihan Umum dan Kedaulatan Rakyat, PT RajaGrafindo Persada,
Jakarta, 2012, hlm. 19.
3
Azizs Setyagama, Hakikat dan Makna Pilkada Langsung di Indonesia, Jakad Media
Publishing, Surabaya, 2017, hlm. 109.
4
M. Nizar Kherid, Evaluasi Sistem Pemilu di Indonesia 1955-2019, Rayyana
Komunikasindo, Jakarta, 2021, hlm.111.
5
Ni’Matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2011,
hlm. 269.
6
Khairul Fahmi, Op.cit., hlm. 92.
7
Khairul Fahmi, Hak Pilih dalam Pemilihan Umum, PT Raja Grafindo Persada, Depok,
2021, hlm. 19.
3
masyarakat luas selama masa kampanye berlangsung. 8 Dalam Pasal 267 ayat (2)
UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu, disebutkan bahwa “ Kampanye Pemilu
dilaksanakan secara serentak antara kampanye Pemilu Presiden dan Wakil
Presiden dengan Kampanye Pemilu anggota DPR, DPD, dan DPRD.” Masa
Kampanye Pemilu dilaksanakan selama sepuluh minggu dan berakhir tiga hari
sebelum dilaksakannya pemungutan suara9. Kampanye dilakukan oleh peserta
pemilu dengan membuat tim kampanye, tim kampanye nantinya akan
bertanggung jawab mengenai pelaksanaan kegiatan selama kampanye
berlangsung.
Permasalahan yang timbul saat pemilu tidak dapat dihindari, salah satunya
adalah politik uang. Secara khusus Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 telah
mengatur mengenai sistem penegakan hukum terhadap pelanggaran politik uang
dalam penyelenggaraan pemilu yang diatur dalam Pasal 453 sampai Pasal 485.
Selanjutnya juga diejawantahkan dalam PKPU RI Nomor 3 Tahun 2022 tentang
Tahapan dan Jadwal penyelenggaraan Pemilihan Umum Tahun 2024, dan
Perbawaslu Nomor 33 Tahun 2018 Perubahan Atas Perbawaslu Nomor 28 Tahun
2018 tentang Pengawasan Kampanye Pemilihan Umum, yang mana telah
mengatur mengenai bagaimana semestisnya pengaturan politik uang, namun
masih saja banyak jumlah pelanggaran yang terjadi.
Grafik 1.
Perbandingan Alasan dalam Menerima Uang
Sumber: Laporan hasil penelitian Pengaruh Money Politic terhadap Daya Pilih
Masyarakat Di Kabupaten Tabalog
Pelaksanaan kontestasi politik di Indonesia sampai saat ini masih diwarnai
berbagai pelanggaran salah satunya pelanggaran terbanyak didominasi oleh
praktik money politics (politik uang) dan terjadi hampir di seluruh provinsi di
Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian tersebut pemilih menerima uang dalam
pemilu paling banyak adalah 38% hanya ikut-ikutan, 28% karena sudah menjadi
8
Muhtar Haboddin, Pemilu dan Partai Politik di Indonesia, UB Press, Malang, 2016,
hlm.10.
9
PKPU Nomor 3 Tahun 2022 tentang Tahapan dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan
Umum 2024.
4
2. Metode
Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, penelitian ini merupakan
penelitian hukum (legal research), yaitu penelitian yang diterapkan dan
diberlakukan khusus pada ilmu hukum. Adapun metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah yuridis normatif. Metode penelitian normatif disebut juga
sebagai penelitian doktrinal (doctrinal research) yaitu suatu penelitian yang
menganalisis hukum baik yang tertulis di dalam buku (law as it is written in the
book), maupun hukum yang diputus oleh hakim melalui proses pengadilan (law it
is decided by the judge through judicial process). Teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan (library
10
Ramlan Surbakti, dkk, Penanganan Pelanggaran Pemilu, Kerjasama Kemitraan,
Kingdom of The Netherlands and Danish International Development Agency, Jakarta,
2011,hlm.16.
5
research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka
atau bahan yang disebut dengan data sekunder yaitu antara lain :
c) Subjek pada pasal tersebut adalah setiap orang yang berarti siapa saja yang
melakukan tindakan tersebut dapat dipidana.
d) Ancaman Pidana selama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak
Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah).
Kemudian pada Pasal 523 ayat (1), (2) dan (3) tersebut mengatur tentang tiga
elemen-elemen politik uang, antara lain :
a) Larangan dilakukannya Politik Uang pada masa kampanye, masa tenang,
dan saat masa pemungutan suara sedang berlangsung.
b) Actus reus pada ayat (1) yaitu; menjanjikan atau memberikan uang atau
materi lainnya sebagai imbalan kepada peserta Kampanye Pemilu secara
langsung ataupun tidak langsung, sedangkan mens rea-nya memakai frasa
kesengajaan.
c) Actus reus pada ayat (2) dilakukan pada masa tenang, memberikan atau
menjanjikan imbalan uang atau materi lainnya kepada pemilih, baik
langsung maupun tidak langsung, sedangkan mens rea-nya berupa frasa
kesengajaan.
d) Pada ayat (1) dan (2) subjek yang melakukan tindak pidana hanya terdiri
dari tiga golongan saja yakni pelaksana, peserta, dan atau tim kampanye
Pemilu, sedangkan elemen pada ayat (3) ditujukan kepada siapa saja atau
setiap orang.
e) Ancaman pidana penjara di masing – masing ayat berbeda, ayat (1)
ancaman pidana penjara 2 (dua) tahun, ayat (2) ancamannya 4 (empat)
tahun, sedangkan ayat (3) ancaman pidananya 3 (tiga) tahun. Hal ini
berarti bahwa ancaman pidana terberat dan besaran denda paling banyak
ditujukan kepada pelaku politik uang yang melakukan perbuatan
pidananya di masa tenang dibandingkan apabila dilakukan di masa
kampanye, dan masa pemungutan suara. Berdasarkan pada ketiga ayat
Pasal 523 yang dapat dipidana hanya yang kesalahannya berbentuk
kesengajaan, sedangkan tidak bagi yang berbentuk kealpaan.
Selain Pasal yang mengatur Tindak Pidana Politik Uang di atas , terdapat
pula pasal yang mengatur politik uang berupa mahar politik dan sumbangan dana
kampanye yang termuat dalam Pasal 228 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017
tentang Pemilihan Umum. Regulasi tersebut jelas melarang adanya pemberian dan
penerimaan mahar politik, namun demikian pasal tersebut tidak dapat
terefleksikan dengan baik, dikarenakan tidak adanya sanksi yang tegas bagi
pemberi dan partai politik yang menerima mahar politik, serta pengaturan yang
ada tidak lengkap (uncomplete law). 12
Mahar politik pada Pasal 228 dideskripsikan menggunakan frasa “imbalan”,
yang artinya upah sebagai pembalas jasa, atau dapat berupa balasan atas tindakan
12
Irwan Hafid & Dendy Prasetyo Nugroho, “Penegakan Hukum Mahar Politik dalam
Pilpres 2019 Ditinjau dari Politik Hukum Pidana,” dalam Jurnal Adhyasta Pemilu, Vol. 2, No. 2,
hlm. 135.
7
13
Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum.
8
dikarenakan tidak adanya pengaturan yang jelas terhadap tindak pidana, sehingga
tidak bisa ditindak lanjuti dengan Penanganan Tindak Pidana Pemilu.
Pemberi mahar politik tidak mendapatkan sanksi, sedangkan bagi Parpol
yang menerima mahar politik sanksi yang didapat adalah larangan mengajukan
calon presiden dan wakil presiden pada periode berikutnya 14, mahar politik tidak
disebut secara tegas sebagai sebuah tindak pidana, sehingga tidak adanya sanksi
pidana yang dapat diberikan pada praktik pelanggaran tersebut. Pembuktian
mahar politik yang diterima Parpol juga sangat sulit dibuktikan dan hampir
mustahil bisa dilakukan.
b. Efektivitas Regulasi dalam Penanggulangan Tindak Pidana Politik Uang
Efektivitas kebijakan merujuk pada sejauh mana sebuah kebijakan
pemerintah mencapai tujuan. Menurut Achmad, ketika ingin mengetahui sejauh
mana efektifitas dari hukum, maka pertama-tama harus dapat mengukur sejauh
mana aturan hukum itu ditaati atau tidak ditaati 15. Selain itu efektivitas kebijakan
juga dapat diukur dengan sejauh mana kebijakan tersebut dapat menjangkau
permasalahan yang sedang terjadi.
Berbicara tentang penanggulangan tindak pidana politik uang, bisa
dikatakan bahwa Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 ini tidak progresif. Jika
kita lihat pemilihan umum serentak tahun 2019 sebagai sarana perwujudan
demokrasi di Indonesia dinodai dengan pelanggaran yang terjadi pada setiap
tahapannya. Direktur Eksekutif ILR Firmansyah Arifin dalam diskusi tentang
penegakan hukum pidana pemilu mengungkapkan pada Pemilihan Umum 2019
terdapat 348 kasus pidana pemilihan umum yang telah berkekuatan hukum tetap.
Jika bandingkan dengan pemilihan umum 2014, ada semacam kenaikan yang
cukup signifikan terkait tindak pidana pemilu, yaitu hampir 60 persen.
Jenis pelanggaran pidana Pemilu 2019 terbanyak adalah tindak pidana
pemilu politik uang yaitu sebanyak 72 kasus. Banyaknya kasus money politik ini
dianggap belum seberapa yang dapat terjaring, artinya masih banyak lagi kasus
money politik diluar kasus yang berjumlah 72 tadi yang belum bisa dijamah oleh
penegak hukum. Hal itu terjadi karena aturan yang berlaku saat ini dianggap
kurang tegas dan cakupannya kurang luas mengenai kewenangan gakkumdu
dalam hal menindak lanjuti tindak pidana pemilu sehingga ini menjadi celah
untuk melakukan suatu tindakan yang diduga merupakan salah satu tindak pidana
pemilu. Kurang tegasnya hukum dianggap sebagai penghambat efektivitas
daripada hukum itu sendiri .
Adapun mengenai tindak pidana pemilu sudah diatur dalam Undang-
Undang No. 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum mulai dari pasal Pasal 488
hingga Pasal 554. Pada Pasal 515 UU No. 7 Tahun 2017 menyatakan bahwa
tindak pidana politik uang yang dimaksud adalah pada saat pemungutan suara.
14
Pasal 228 ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum.
15
Achmad Ali, Menguak Teori Hukum dan Teori Peradilan, kencana, Jakarta, 2010, hlm.
375.
9
Kemudian pada Pasal 523 UU No 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum yang
menyatakan bahwa adapun tindak pidana politik uang yang dimaksud dibagi
menjadi tiga tahap yaitu, Pada ayat (1) tindak pidana politik uang dilakukan pada
saat kampanye. Pada ayat (2), dilakukan pada masa tenang. Sedangkan pada ayat
(3) dilakukan ada saat pemungutan suara berlangsung16
UU pemilu ini tidak mengatur mengenai tindak pidana yang dilakukan pada
saat sebelum masa kampanye bahwasanya pada masa sosialisasi pemilu dan masa
tunggu sebelum masa kampanye tidak memiliki aturan yang jelas mengenai
money politik ini. Masa sosialisasi politik hingga masa tunggu sebelum kampanye
untuk pemilu 2024 merupakan masa yang cukup lama. Masa kampanye Pemilu
2024 akan dimulai pada 28 November 2023 hingga 10 Februari 2024. Sementara
penetapan partai politik peserta pemilu sudah dilakukan pada 14 Desember 2022.
Artinya, ada jeda atau masa tunggu selama hampir satu tahun menuju kampanye.
Masa tunggu selama hampir satu tahun menuju kampanye Pemilu 2024
dapat menciptakan ruang gelap untuk melakukan tindak pidana money politik.
Disamping itu kekosongan hukum (rechts vacuum) yang mengatur mengenai
money politik pada masa ini dapat menyebabkan lolosnya pelaku tindak pidana
money politik dikarenakan pelaku politik uang tidak akan bisa diproses. Dalam
hal ini Bawaslu tidak dapat menindaklanjuti perbuatan pidana tersebut karena
tidak adanya hukum yang mengatur atau kekosongan hukum.
Hal ini sesuai dengan asas legalitas diatur dalam Pasal 1 ayat (1) Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang menentukan bahwa suatu
perbuatan tidak dapat dipidana, kecuali berdasarkan kekuatan ketentuan
perundang-undangan pidana yang telah ada. Kekosongan hukum ini dimanfaatkan
oleh oknum money politik untuk melakukan aksinya. Masalah kedua terkait
dengan efektifitas kebijakan ialah pencakupan pelaku tindak pidana politik uang
yang seharusnya tidak dibatasi orang tertentu. Berikut merupakan subjek tindak
pidana politik uang berdasarkan setiap tahapannya.
Tahapan pemilu Regulasi Subjek
Masa Kampanye - Pasal 280 UU No. - Pelaksana
7 tahun 2017 - Peserta
tentang Pemilu - Tim kampanye
- Pasal 523 Ayat (1)
UU No. 7 tahun
2017 tentang
Pemilu
16
Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum.
10
17
Nurnajmiati & Tarmizi, “Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Politik Uang (MONEY
POLITIC) di Pemilu menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012”, dalam JIM Bidang Hukum
Pidana, Vol. 2, No. 1, 2018, hlm. 23.
18
Diniyanto Ayon, “Politik Hukum Regulasi Pemilihan Umum di Indonesia: Problem dan
Tantanganya”, dalam Jurnal Legislasi Indonesia . Vol. 16 No. 2 , 2019, hlm. 160.
11
Das Sein
Terbatasnya sumber daya mineral yang ada saat ini dan yang tidak dapat
diperbarui mengharuskan perhatian untuk mengatur semua aktivitas pemanfaatan
oleh negara-negara di dunia. Fenomena ini sangat krusial karena krisis
lingkungan saat ini yang terjadi di kawasan laut diluar yurisdiksi nasional,
19
Bayu Dwi Anggono, Pokok-pokok pemikiran penataan peraturan perundang-undangan
di Indonesia, Konstitusi Press, Jakarta, 2020, hlm. 227.
12
utamanya kawasan dasar laut internasional dan juga laut lepas. Hasil penelitian
menunjukan bahwa beberapa dekade akhir ini lingkungan sekitar laut mengalami
krisis penurunan kualitas yang cukup signifikan, khususnya yang disebabkan oleh
berbagai kegiatan manusia. Permasalahan ini dapat meluas dan manjadi lebih
serius lagi dikarenakan terbatasnya ilmu pengetahun dan teknologi dalam
meredam fenomena tersebut. Sehingga penting untuk menjaga kelestarian
keanekaragaman hayati laut.
Gap
Instrumen hukum internasional sampai saat ini telah diadopsi oleh
komunitas internasional baik yang bersifat sektoral atau regional yang bertujuan
untuk berkontribusi dalam mitigasi dan menghentikan degradasi lingkungan akan
punahnya keanekaragaman hayati di laut dalam. Namun kerangka hukum untuk
perlindungan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati laut yang berkelanjutan
masih sangat fragmentasi dan belum memadai.
penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penelitian ini akan fokus
mengkaji lebih komprehensif lagi bagaimana pengaturan akses dalam melakukan
penelitian terhadap sumber daya genetik laut diluar yurisdiksi nasional
berdasarkan perspektif common hartage of mankind principle. note (ref jurnal
inter)
Oleh karena itu, berdasarkan uraian latar belakang tersebut Dalam tulisan
Ini penulis akan mengkaji pentingnya analisis dampak lingkungan terhadap
keanekaragaman hayati laut di luar yurisdiksi nasional.
Pembahasan
Perkembangan Pengaturan Amdal di Wilayah Laut di Luar Yurisdiksi
Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS), yang mula diberlakukan
pada tanggal 16 November 1994, telah menetapkan hak dan kewajiban negara
mengenai pemanfaatan Laut, sumber dayanya, dan perlindungan lingkungan laut
dan pesisir. Meskipun UNCLOS tidak secara tegas mengacu pada
keanekaragaman hayati laut, UNCLOS umumnya dianggap sebagai kerangka
hukum untuk semua aktivitas di laut.
Konvensi Keanekaragaman Hayati (CBD), yang mulai diberlakukan pada
tanggal 29 Desember 1993, mendefinisikan keanekaragaman hayati dan bertujuan
untuk mendorong konservasi, pemanfaatan komponen-komponennya secara
berkelanjutan, dan pembagian keuntungan yang diperoleh dari penggunaan
sumber daya genetik secara adil dan merata. Untuk wilayah di luar yurisdiksi
nasional (ABNJ), Konvensi ini berlaku untuk proses dan aktivitas yang dilakukan
di bawah yurisdiksi atau kendali para pihak.
Pada tahun 2004 majelis umum PBB mendirikan kelompok kerja
berdasarkan resolusi majelis umum 59/24 dan disebut dengan kelompok kerja
informal terbuka Ad Hoc yang mempelajari isu-isu yang berkaitan dengan
konservasi dan pengelolaan sumber daya hayati di luar yurisdiksi nasional. Dalam
pembahasan lebih lanjut mengenai koordinasi kelembagaan, dibutuhkannya
tindakan jangka pendek untuk mengatasi penangkapan ikan ilegal, MGR,
penelitian ilmiah kelautan tentang keanekaragaman hayati laut, kawasan
perlindungan laut (MPA), dan penilaian dampak lingkungan.
Dalam konteks inilah perundingan dilakukan berdasarkan Konvensi PBB
tentang hukum laut (UNCLOS) mengenai perjanjian baru tentang konservasi dan
pemanfaatan keanekaragaman hayati laut secara berkelanjutan pada wilayah di
luar yurisdiksi nasional (BBNJ).
Biodiversity beyond national jurisdiction (BBNJ) merupakan
4. Kesimpulan
Politik Uang merupakan permasalahan yang sangat sulit dihindari dalam
kontestassi politik. Praktik Politik Uang merupakan salah satu jalan pintas bagi
peserta pemilu untuk meraih kekuasaan dan kemenangan dalam pemilihan pemilu.
Fenomena tersebut terjadi bukan hanya alasan sosiologis semata ataupun takut
akan sanksi yang ada. Namun, lemahnya regulasi juga menjadi bagian dalam
membuka ruang terjadinya tindak pidana politik uang. Dari uraian di atas dapat
dilihat bahwa masih banyak celah pada regulasi yang akan bermuara pada
terjadinya pelanggaran hukum. Regulasi mengenai politik uang hanya diatur pada
tiga masa saja, yakni masa kampanye, masa tenang, dan pada masa pemungutan
suara. Hal ini berimplikasi terjadinya politik uang pada masa pra kampanye.
Selain itu, subjek yang diatur selain pada masa pemungutan suara di dalam
regulasi pun hanya terbatas pada tiga golongan saja. Tidak hanya itu, politik uang
yang berupa mahar politik pun tidak memiliki pengaturan yang tegas. Tidak ada
kejelasan bahwa mahar politik termasuk tindak pidana politik uang. Regulasi pun
tidak memberikan sanksi yang tegas bagi pemberi mahar politik hanya pihak yang
menerima mahar politik yang mendapatkan sanksi. Maka dari itu, untuk
mewujudkan pemilu yang berintegritas maka diperlukan rekontruksi hukum pada
UU No 7 Tahun 2017 yang tegas dan jelas terutama yang berakitan dengan sanksi
yang diberikan. Grand Disign tersebut melalui Undang Undang No. 7 Tahun 2017
pada bagian Bab V yang membahas tentang tindak pidana pemilu. Yang pertama
ialah dengan memperluas wewenang bawaslu dalam hal menindaklanjuti
pelanggaran tindak pidana pemilu pada masa pra kampanye. Yang kedua ialah
dengan memperluas siapa saja yang dapat dikategorikan sebagai pelaku tindak
pidana politik uang, bukan hanya pelaksana kampanye, peserta, tim kampanye
namun diperluas menjadi “setiap orang”. Disamping itu, diperlukan langkah
kongkrit dalam melakukan sosialisasi dan penyuluhan terutama terkait tindak
pidana politik uang karena masyarakat merupakan aktor utama yang secara
langsung dapat mengawasi pelanggaran dalam pemilu.
6. Kontribusi Penulis
17
Daftar Pustaka
Ali, A. 2010. Menguak Teori Hukum dan Teori Peradilan. Jakarta: Kencana.
Azra, A. .2000. Demokrasi dan Hak Asasi Manusia. Jakarta: ICCE UIN
Jakarta.
Hafid, I., dan Nugroho, D. P. 2020. Penegakan Hukum Mahar Politik dalam
Pilpres 2019 Ditinjau dari Politik Hukum Pidana. Jurnal Adhyasta
Pemilu, hlm. 135.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota serta Dosen Pendamping
Biodata Ketua
A. Identitas Diri Ketua
1 Nama Lengkap Alfindo Andry saputra
.
2 Jenis Kelami Laki-Laki
.
3 Program Studi Hukum
.
4 NIM B1A022242
.
5 Tempat dan Tanggal Lahir Kepala Curup, 18 Maret 2004
.
6 E-mail alfindoandry03@gmail.com
.
7 Nomor Telepon/HP 0853-5251-8107
.
B. Kegiatan Kemahasiswaan yang Sedang/Pernah Diikuti
No Jenis Kegiatan Status dalam Waktu dan
Kegiatan Tempat
1. Komunitas Radelrs FH Ketua Umum 2023, FH
UNIB UNIB
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan PKM-AI
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan PKM-AI
24
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ditemukan
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan PKM-AI
(Rahel K. Sianturi)
B. Riwayat Pendidikan
N Jenjang Bidang Ilmu Institusi Tahun Lulus
o
1 S-1 Ilmu Hukum Universitas Bengkulu 2011
D. Riset
No Judul Riset Penyandang Dana Tahun
1 Efektivitas Program Coroprate Social PNBP Universitas
Responsibility (CSR) Dalam Bengkulu 2021
Penanggulangan Dampak Pandemu
Coronavirus Disease 19 (Covid-19)
Terhadap Masyarakat di Kabupaten
Bengkulu Tengah
2 Perlindungan Potensi Indikasi PNBP Fakultas 2022
Geografis Produk Lokal Bengkulu Hukum
sebagai Upaya Pencegahan Universitas
Penyalahgunaan Secara Tanpa Hak Bengkulu
oleh Pihak Lain
3 Model Pengelolaan Corporate Social PNBP Fakultas
Responsibility (CSR) Agar Berdampak Hukum 2022
Pada Peningkatan Kesejahteraan Universitas
Masyarakat di Kabupaten Bengkulu Bengkulu
Tengah
4 Analisis profil Pekerjaan dan PNBP Fakultas 2022
Kemampuan Kerja Lulusan UNIB Hukum
untuk Mendukung Akreditasi Universitas
Internasional ACQUIN (Studi Kasus: Bengkulu
FH dan FEB UNIB)
5 Implementasi Model Corporate Social PNBP Fakultas 2023
Responsibility (CSR) dalam Hukum
Pemberdayaan Masyarakat di Universitas
Kabupaten Bengkulu Tengah Bengkulu
27
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerimasanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan PKM-AI.
antara bahan
hukum dengan
fakta.
Dengan ini menyatakan bahwa PKM- AI. saya dengan judul Upaya dan Strategi
dalam Pencegahan Tindak Pidana Politik Uang Pra Kampanye Pada Pemilihan
Umum di Indonesia untuk tahun anggaran 2024 adalah:
1. Asli karya kami, belum pernah dibiayai oleh lembaga atau sumber dana lain.
2. Tidak dibuat dengan menggunakan kecerdasan buatan/artificial intelligence
(AI).
Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini,
maka saya bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku
dan mengembalikan seluruh biaya yang sudah diterima ke kas negara.
1. Menyatakan bahwa PKM-AI yang saya tuliskan bersama anggota tim lainnya
benar bersumber dari kegiatan yang telah dilakukan :
a. Sumber tuisan dari hasil kegiatan yang telah dilakukan berkelompok oleh
tim penulis, yaitu: Alfindo Andry Saputra, Elshirah Triany Cory dan Rahel
K. Sianturi.
b. Topik Kegiatan: Penelitian terkait dengan Politik Uang yang terjadi pada
masa pra kampanye.
c. Tahun dan Tempat Pelaksanaan: 2023, Fakultas Hukum Universitas
Bengkulu
2. Naskah ini belum pernah diterbitkan/dipublikasikan dalam bentuk prosiding
maupun jurnal sebelumnya maupun diikitkan dalam kompetisi.
3. Kami menyatakan kesediaan artikel ilmiah ini ditampilkan pada laman
simbelmawa.
Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran tanpa paksaan
pihak manapun juga untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.