Anda di halaman 1dari 31

1

UPAYA DAN STRATEGI DALAM PENCEGAHAN TINDAK PIDANA


POLITIK UANG PRA KAMPANYE PADA
PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA

Alfindo Andry Saputra1), Elshirah Triani Cory1), Rahel K. Sianturi2), Kiki Amaliah 2)*
1
Fakultas Hukum, Universitas Bengkulu, Kota Bengkulu
2
Fakultas Hukum, Universitas Bengkulu, Kota Bengkulu
*
Penulis korespondensi: alfindoandry03@gmail.com

ABSTRAK
Pemilihan Umum merupakan salah satu bentuk dan cara yang paling nyata untuk
melaksanakan demokrasi. Namun, dalam praktekya timbul permasalahan berupa tindak
pidana pemilu salah satunya politik uang. Politik uang ini telah dimuat dalam peraturan
perundang-undangan yang telah dibuat sedemikian rupa. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui upaya dan strategi pencegahan pelanggaran politik uang pada pemilu
2024. Bagaimana dengan kebijakan yang telah dibuat dan diterapkan setiap lima tahun
sekali itu dapat menyelesaikan masalah politik uang. Adapun metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah yuridis normatif dengan pendekatan Undang–Undang (statute
Approach). Bahan hukum yang digunakan adalah bahan hukum primer, bahan hukum
sekunder dan bahan hukum tersier. Hasil penelitian menunjukkan adanya celah yang
terdapat dalam regulasi yang ada, serta kekosongan hukum yang mengakibatkan Badan
Pengawas Pemilu (Bawaslu) tidak dapat menindaklanjuti perbuatan pidana pada masa pra
kampanye dan kekaburan mengenai siapa saja yang dapat menjadi subjek pelaku tindak
pidana politik uang. Maka dari itu, diperlukan rekontruksi hukum pada Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum yaitu dengan memperluas kewenangan
bawaslu dalam hal menindaklanjuti pelanggaran tindak pidana pemilu pada masa pra
kampanye dan memperluas siapa saja yang dapat dikategorikan sebagai pelaku tindak
pidana politik uang, bukan hanya pada pelaksana kampanye, peserta, tim kampanye
namun diperluas menjadi “setiap orang”.

Kata Kunci : pemilu, tindak pidana politik uang, pra kampanye

ABSTRACT
General elections are one of the most tangible forms and ways to implement democracy.
However, in practice, problems arise in the form of election crimes, one of which is
money politics. This money politics has been contained in the laws and regulations that
have been made in such a way. The purpose of this research is to find out the efforts and
strategies to prevent money politics violations in the 2024 elections. How the policies
that have been made and implemented every five years can solve the problem of money
politics. The method used in this research is normative juridical with a statute approach.
The legal materials used are primary legal materials, secondary legal materials and
tertiary legal materials. The results of the study show that there are gaps in existing
regulations, as well as a legal vacuum that results in the Election Supervisory Agency
(Bawaslu) not being able to follow up on criminal acts during the pre-campaign period
and vagueness regarding who can be the subject of criminal acts of money politics.
Therefore, legal reconstruction is needed in Law Number 7 of 2017 concerning General
Elections, namely by expanding Bawaslu's authority in terms of following up violations of
election crimes during the pre-campaign period and expanding who can be categorized
as perpetrators of criminal acts of money politics, not only to campaign implementers,
participants, campaign teams but expanded to "everyone".

Keywords: election, criminal acts of money politics, pre-campaign


2

1. Pendahuluan
Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang mengutamakan kesejahteraan
rakyat.1 Ketika berbicara tentang rakyat, mereka dianggap sebagai sumber
kekuasaan utama, sehingga kedaulatan rakyat dapat dimaknai sebagai puncak
kekuasaan yang berada di tangan mereka.2 Hal ini sesuai dengan konstitusi pada
Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yang menyatakan bahwa rakyat mempunyai kedaulatan, tanggung jawab, hak
serta tanggung jawab melalui proses demokrasi untuk memilih pemimpin yang
nantinya akan melayani seluruh elemen masyarakat.3
Pemilihan Umum saat ini adalah salah satu mekanisme yang paling nyata
ketika melaksanakan demokrasi.4 Berdasarkan Pasal 1 angka (1) Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 2017, Pemilu merupakan instrumen di mana rakyat dapat
mengekspresikan kedaulatan mereka dengan memilih Presiden dan Wakil
Presiden, anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, serta
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota. Proses ini
dilakukan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang didasarkan pada Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.5
Efektivitas demokrasi di negara-negara besar dapat disiasati dengan
pengaturan tentang pemilihan umum maka dari itu pemilihan umum merupakan
bagian dari prosedural pelaksanaan demokrasi yang harus disiasati sedemikian
rupa sehingga demokrasi dapat dilaksanakan secara efektif. 6 Pasal 22E Ayat (5)
UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945 telah menegaskan bahwa,
“Pemilu diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat
nasional, tetap dan mandiri”. Suksesnya pemilu sejatinya terletak pada kesiapan
dan profesionalitas dari penyelenggara pemilu. Namun tidak hanya itu, untuk
mengantisipasi malpraktik yang meliputi manipulasi peraturan dengan
menguntungkan kelompok tertentu, manipulasi suara, manipulasi pemilih melalui
kampanye, maka menginternalisasi prinsip-prinsip pemilu yang berkeadilan
menjadi salah satu bagian penting yang tidak dapat diabaikan.7
Kampanye merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam Pemilu
karena pada tahap ini para calon peserta pemilu memperkenalkan dirinya ke
1
Janedjri M. Gaffar, Politik Hukum Pemilu, Konstitusi Pers, Jakarta, 2012, hlm. 98.
2
Khairul Fahmi, Pemilihan Umum dan Kedaulatan Rakyat, PT RajaGrafindo Persada,
Jakarta, 2012, hlm. 19.
3
Azizs Setyagama, Hakikat dan Makna Pilkada Langsung di Indonesia, Jakad Media
Publishing, Surabaya, 2017, hlm. 109.
4
M. Nizar Kherid, Evaluasi Sistem Pemilu di Indonesia 1955-2019, Rayyana
Komunikasindo, Jakarta, 2021, hlm.111.
5
Ni’Matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2011,
hlm. 269.
6
Khairul Fahmi, Op.cit., hlm. 92.
7
Khairul Fahmi, Hak Pilih dalam Pemilihan Umum, PT Raja Grafindo Persada, Depok,
2021, hlm. 19.
3

masyarakat luas selama masa kampanye berlangsung. 8 Dalam Pasal 267 ayat (2)
UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu, disebutkan bahwa “ Kampanye Pemilu
dilaksanakan secara serentak antara kampanye Pemilu Presiden dan Wakil
Presiden dengan Kampanye Pemilu anggota DPR, DPD, dan DPRD.” Masa
Kampanye Pemilu dilaksanakan selama sepuluh minggu dan berakhir tiga hari
sebelum dilaksakannya pemungutan suara9. Kampanye dilakukan oleh peserta
pemilu dengan membuat tim kampanye, tim kampanye nantinya akan
bertanggung jawab mengenai pelaksanaan kegiatan selama kampanye
berlangsung.
Permasalahan yang timbul saat pemilu tidak dapat dihindari, salah satunya
adalah politik uang. Secara khusus Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 telah
mengatur mengenai sistem penegakan hukum terhadap pelanggaran politik uang
dalam penyelenggaraan pemilu yang diatur dalam Pasal 453 sampai Pasal 485.
Selanjutnya juga diejawantahkan dalam PKPU RI Nomor 3 Tahun 2022 tentang
Tahapan dan Jadwal penyelenggaraan Pemilihan Umum Tahun 2024, dan
Perbawaslu Nomor 33 Tahun 2018 Perubahan Atas Perbawaslu Nomor 28 Tahun
2018 tentang Pengawasan Kampanye Pemilihan Umum, yang mana telah
mengatur mengenai bagaimana semestisnya pengaturan politik uang, namun
masih saja banyak jumlah pelanggaran yang terjadi.

Grafik 1.
Perbandingan Alasan dalam Menerima Uang

Sumber: Laporan hasil penelitian Pengaruh Money Politic terhadap Daya Pilih
Masyarakat Di Kabupaten Tabalog
Pelaksanaan kontestasi politik di Indonesia sampai saat ini masih diwarnai
berbagai pelanggaran salah satunya pelanggaran terbanyak didominasi oleh
praktik money politics (politik uang) dan terjadi hampir di seluruh provinsi di
Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian tersebut pemilih menerima uang dalam
pemilu paling banyak adalah 38% hanya ikut-ikutan, 28% karena sudah menjadi
8
Muhtar Haboddin, Pemilu dan Partai Politik di Indonesia, UB Press, Malang, 2016,
hlm.10.
9
PKPU Nomor 3 Tahun 2022 tentang Tahapan dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan
Umum 2024.
4

kebiasaan, 19% merupakan kebutuhan mendesak seperti yang terlihat pada


Grafik.1. Fenomana money politic ini seolah-olah sudah dianggap sebagai sesuatu
yang lumrah baik oleh para kandidat (pemberi) maupun oleh masyarakat
(penerima) karena hal ini dianggap sebagai sesuatu yang saling menguntungkan
(simbiosis mutualisme).
Keadaan ini tentu tidak sesuai dengan amanat Pasal 523 angka (1) Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum yang berbunyi:
“Setiap pelaksana, peserta, dan/atau tim Kampanye Pemilu yang dengan
sengaja menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya sebagai
imbalan kepada peserta Kampanye Pemilu secara langsung ataupun tidak
langsung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 280 ayat (1) huruf j dipidana
dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) ahun dan denda paling banyak
Rp24.OOO.OOO,OO.”
Dalam konteks ini menurut Ramlan Surbakti10, terdapat dua hal
mendesaknya pengaturan terkait ini, yaitu pertama hukum tindak pidana pemilu
gunakan unutk menjamin perlindungan terhadap peserta pemilu, lembaga
penyelenggara pemilu, pelaksana pemilu dan konstituen dari berbagai tindakan
pelanggaran pemilu yang dapat merugikan. Kedua,tindak pidana pemilu ditujukan
untuk menegakkan tertib hukum dalam penyelenggaraan pemilu. Pertanyaannya
kemudian, mengapa sampai saat ini proses penyelenggaraan pemilu yang telah
ditopang dengan instrument hukum pidana pemilu masih membuka ruang
terjadinya politik uang ?
Maka dari itu penulis akan membedah mengenai faktor-faktor apa saja yang
menyebabkan terjadinya Politik Uang (Money Politics) dan bagaimana Peranan
Hukum dalam Mencegah Praktik Politik Uang (Money Politics) dalam Pemilu
2024 di Indonesia yang akan dibahas dalam karya tulis ilmiah dengan berjudul
“Menilik Regulasi Politik Uang Pra Kampanye dalam Pemilihan Umum Tahun
2024 ”.

2. Metode
Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, penelitian ini merupakan
penelitian hukum (legal research), yaitu penelitian yang diterapkan dan
diberlakukan khusus pada ilmu hukum. Adapun metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah yuridis normatif. Metode penelitian normatif disebut juga
sebagai penelitian doktrinal (doctrinal research) yaitu suatu penelitian yang
menganalisis hukum baik yang tertulis di dalam buku (law as it is written in the
book), maupun hukum yang diputus oleh hakim melalui proses pengadilan (law it
is decided by the judge through judicial process). Teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan (library

10
Ramlan Surbakti, dkk, Penanganan Pelanggaran Pemilu, Kerjasama Kemitraan,
Kingdom of The Netherlands and Danish International Development Agency, Jakarta,
2011,hlm.16.
5

research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka
atau bahan yang disebut dengan data sekunder yaitu antara lain :

a. Bahan hukum primer, berupa peraturan perundang-undangan yang


mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang berwenang. Bahan hukum
primer dalam tulisan ini diantaranya Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017
tentang Pemilihan Umum serta Peraturan perundang-undangan lain.
b. Bahan hukum sekunder, dokumen yang merupakan informasi, atau kajian
yang berkaitan dengan politik uang seperti: jurnal-jurnal hukum, karya
tulis ilmiah, dan beberapa sumber dari internet yang berkaitan dengan
persoalan di atas.
c. Bahan hukum tersier, dokumen yang berisi konsep-konsep dan keterangan
yang mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder,
seperti: kamus, ensiklopedia dan lain-lain.

3. Hasil dan Pembahasan


a. Upaya dan Strategi dalam Pencegahan Pelanggaran Politik Uang Pada
Pemilu 2024
1) Regulasi Pelanggaran Tindak Pidana Politik Uang di Indonesia
Pelanggaran yang sering terjadi dalam pemilihan umum dari masa ke masa
adalah tindak pidana politik uang. Sejatinya jika membahas mengenai politik uang
di dalam UU No. 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum telah diatur mengenai
larangan memberikan atau menjanjikan uang ataupun materi lainnya kepada
peserta kampanye11.
Pasal 515 UU No. 7 Tahun 2017 menyatakan bahwa :
“Setiap orang yang dengan sengaja pada saat pemungutan suara
menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya kepada Pemilih
supaya tidak menggunakan hak pilihnya atau memilih Peserta Pemilu
tertentu atau menggunakan hak pilihnya dengan cara tertentu sehingga
surat suaranya tidak sah, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3
(tiga) tahun dan denda paling banyak Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam
juta rupiah).”
Pada pasal tersebut mengatur tentang :
a) Larangan pada saat pemungutan suara
b) Actus reus pada pasal tersebut berupa menjanjikan atau memberikan uang
atau materi lainnya kepada Pemilih supaya tidak menggunakan hak
pilihnya atau memilih Peserta Pemilu tertentu atau menggunakan hak
pilihnya dengan cara tertentu sehingga surat suaranya tidak sah, sedangkan
mens rea nya menggunakan frasa “kesengajaan”.
11
Pasal 280 ayat (1) huruf j Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan
Umum.
6

c) Subjek pada pasal tersebut adalah setiap orang yang berarti siapa saja yang
melakukan tindakan tersebut dapat dipidana.
d) Ancaman Pidana selama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak
Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah).
Kemudian pada Pasal 523 ayat (1), (2) dan (3) tersebut mengatur tentang tiga
elemen-elemen politik uang, antara lain :
a) Larangan dilakukannya Politik Uang pada masa kampanye, masa tenang,
dan saat masa pemungutan suara sedang berlangsung.
b) Actus reus pada ayat (1) yaitu; menjanjikan atau memberikan uang atau
materi lainnya sebagai imbalan kepada peserta Kampanye Pemilu secara
langsung ataupun tidak langsung, sedangkan mens rea-nya memakai frasa
kesengajaan.
c) Actus reus pada ayat (2) dilakukan pada masa tenang, memberikan atau
menjanjikan imbalan uang atau materi lainnya kepada pemilih, baik
langsung maupun tidak langsung, sedangkan mens rea-nya berupa frasa
kesengajaan.
d) Pada ayat (1) dan (2) subjek yang melakukan tindak pidana hanya terdiri
dari tiga golongan saja yakni pelaksana, peserta, dan atau tim kampanye
Pemilu, sedangkan elemen pada ayat (3) ditujukan kepada siapa saja atau
setiap orang.
e) Ancaman pidana penjara di masing – masing ayat berbeda, ayat (1)
ancaman pidana penjara 2 (dua) tahun, ayat (2) ancamannya 4 (empat)
tahun, sedangkan ayat (3) ancaman pidananya 3 (tiga) tahun. Hal ini
berarti bahwa ancaman pidana terberat dan besaran denda paling banyak
ditujukan kepada pelaku politik uang yang melakukan perbuatan
pidananya di masa tenang dibandingkan apabila dilakukan di masa
kampanye, dan masa pemungutan suara. Berdasarkan pada ketiga ayat
Pasal 523 yang dapat dipidana hanya yang kesalahannya berbentuk
kesengajaan, sedangkan tidak bagi yang berbentuk kealpaan.
Selain Pasal yang mengatur Tindak Pidana Politik Uang di atas , terdapat
pula pasal yang mengatur politik uang berupa mahar politik dan sumbangan dana
kampanye yang termuat dalam Pasal 228 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017
tentang Pemilihan Umum. Regulasi tersebut jelas melarang adanya pemberian dan
penerimaan mahar politik, namun demikian pasal tersebut tidak dapat
terefleksikan dengan baik, dikarenakan tidak adanya sanksi yang tegas bagi
pemberi dan partai politik yang menerima mahar politik, serta pengaturan yang
ada tidak lengkap (uncomplete law). 12
Mahar politik pada Pasal 228 dideskripsikan menggunakan frasa “imbalan”,
yang artinya upah sebagai pembalas jasa, atau dapat berupa balasan atas tindakan

12
Irwan Hafid & Dendy Prasetyo Nugroho, “Penegakan Hukum Mahar Politik dalam
Pilpres 2019 Ditinjau dari Politik Hukum Pidana,” dalam Jurnal Adhyasta Pemilu, Vol. 2, No. 2,
hlm. 135.
7

yang telah dilakukan. Sedangkan pasal 325 jo 327 menggunakan istilah


“sumbangan”, yang artinya memberikan bantuan atau sokongan dan biasanya
bersifat secara fisik oleh perorangan atau badan hukum, serta bersifat sukarela
tanpa adanya harapan mendapatkan sebuah “imbalan” yang menguntungkan bagi
pihak tertentu.
Dalam Pasal 325 hingga pasal 327 Undang Undang No. 7 Tahun 2007
Tentang Pemilu, mengatur bahwa sumbangan dana kampanye merupakan
sumbangan yang diberikan khusus untuk membiayai kampanye, dan bisa didapat
dari capres maupun cawapres itu sendiri, parpol, gabungan parpol maupun
sumbangan lain. Kemudian bentuk sumbangan dana kampanye juga ditentukan
berupa uang yang tidak boleh besarannya melebihi Rp.2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah), barang, ataupun jasa, yang harus dilaporkan ke
KPU dengan mencantumkan identitas yang jelas. 13
Sedangkan terkait sanksi bagi perseorangan atau lembaga yang memberikan
sumbangan dana kampanye yang melebihi batas yang ditentukan. Diatur di dalam
Pasal 525 ayat (1) yang berbunyi :
“Setiap orang, kelompok, perusahaan, dan/ atau badan usaha
nonpemerintah yang memberikan dana kampanye Pemilu melebihi batas
yang ditentukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 327 ayat (1) dan
Pasal 331 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua)
tahun dan denda paling banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah);”
Pasal 525 ayat (2) yang berbunyi:
“Setiap peserta Pemilu yang menggunakan kelebihan sumbangan, tidak
melaporkan kelebihan sumbangan tersebut kepada KPU, dan/ atau tidak
menyerahkan kelebihan sumbangan kepada kas Negara paling lama 14
(empat belas) hari setelah masa kampanye Pemilu berakhir dipidana
dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak
Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)”
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa sumbangan untuk dana kampanye
menurut UU Pemilu Pasal 325 jo 327 diperbolehkan selama tidak melampaui
batas maksimal yang ditetapkan menurut undang- undang, dan apabila dilanggar
maka dikenai sanksi berupa pidana penjara maupun pidana denda sebagaimana
diatur dalam Pasal 525 UU Pemilu.
Dalam Undang - Undang Pemilu dibedakan antara sumbangan dana
kampanye dan mahar politik, namun pada pasal tersebut sanksi yang termaktub di
dalamnya dengan jelas ditujukan bukan kepada pelaku mahar politik, melainkan
secara tegas ditujukan kepada pelanggar Pasal 327 ayat (1) dan Pasal 331 ayat (1)
UU Pemilu. Maka dapat kita simpulkan bahwa pemberi dan penerima mahar
politik terhadap capres dan cawapres, tidak dapat dijatuhi sanksi pidana,

13
Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum.
8

dikarenakan tidak adanya pengaturan yang jelas terhadap tindak pidana, sehingga
tidak bisa ditindak lanjuti dengan Penanganan Tindak Pidana Pemilu.
Pemberi mahar politik tidak mendapatkan sanksi, sedangkan bagi Parpol
yang menerima mahar politik sanksi yang didapat adalah larangan mengajukan
calon presiden dan wakil presiden pada periode berikutnya 14, mahar politik tidak
disebut secara tegas sebagai sebuah tindak pidana, sehingga tidak adanya sanksi
pidana yang dapat diberikan pada praktik pelanggaran tersebut. Pembuktian
mahar politik yang diterima Parpol juga sangat sulit dibuktikan dan hampir
mustahil bisa dilakukan.
b. Efektivitas Regulasi dalam Penanggulangan Tindak Pidana Politik Uang
Efektivitas kebijakan merujuk pada sejauh mana sebuah kebijakan
pemerintah mencapai tujuan. Menurut Achmad, ketika ingin mengetahui sejauh
mana efektifitas dari hukum, maka pertama-tama harus dapat mengukur sejauh
mana aturan hukum itu ditaati atau tidak ditaati 15. Selain itu efektivitas kebijakan
juga dapat diukur dengan sejauh mana kebijakan tersebut dapat menjangkau
permasalahan yang sedang terjadi.
Berbicara tentang penanggulangan tindak pidana politik uang, bisa
dikatakan bahwa Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 ini tidak progresif. Jika
kita lihat pemilihan umum serentak tahun 2019 sebagai sarana perwujudan
demokrasi di Indonesia dinodai dengan pelanggaran yang terjadi pada setiap
tahapannya. Direktur Eksekutif ILR Firmansyah Arifin dalam diskusi tentang
penegakan hukum pidana pemilu mengungkapkan pada Pemilihan Umum 2019
terdapat 348 kasus pidana pemilihan umum yang telah berkekuatan hukum tetap.
Jika bandingkan dengan pemilihan umum 2014, ada semacam kenaikan yang
cukup signifikan terkait tindak pidana pemilu, yaitu hampir 60 persen.
Jenis pelanggaran pidana Pemilu 2019 terbanyak adalah tindak pidana
pemilu politik uang yaitu sebanyak 72 kasus. Banyaknya kasus money politik ini
dianggap belum seberapa yang dapat terjaring, artinya masih banyak lagi kasus
money politik diluar kasus yang berjumlah 72 tadi yang belum bisa dijamah oleh
penegak hukum. Hal itu terjadi karena aturan yang berlaku saat ini dianggap
kurang tegas dan cakupannya kurang luas mengenai kewenangan gakkumdu
dalam hal menindak lanjuti tindak pidana pemilu sehingga ini menjadi celah
untuk melakukan suatu tindakan yang diduga merupakan salah satu tindak pidana
pemilu. Kurang tegasnya hukum dianggap sebagai penghambat efektivitas
daripada hukum itu sendiri .
Adapun mengenai tindak pidana pemilu sudah diatur dalam Undang-
Undang No. 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum mulai dari pasal Pasal 488
hingga Pasal 554. Pada Pasal 515 UU No. 7 Tahun 2017 menyatakan bahwa
tindak pidana politik uang yang dimaksud adalah pada saat pemungutan suara.

14
Pasal 228 ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum.
15
Achmad Ali, Menguak Teori Hukum dan Teori Peradilan, kencana, Jakarta, 2010, hlm.
375.
9

Kemudian pada Pasal 523 UU No 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum yang
menyatakan bahwa adapun tindak pidana politik uang yang dimaksud dibagi
menjadi tiga tahap yaitu, Pada ayat (1) tindak pidana politik uang dilakukan pada
saat kampanye. Pada ayat (2), dilakukan pada masa tenang. Sedangkan pada ayat
(3) dilakukan ada saat pemungutan suara berlangsung16
UU pemilu ini tidak mengatur mengenai tindak pidana yang dilakukan pada
saat sebelum masa kampanye bahwasanya pada masa sosialisasi pemilu dan masa
tunggu sebelum masa kampanye tidak memiliki aturan yang jelas mengenai
money politik ini. Masa sosialisasi politik hingga masa tunggu sebelum kampanye
untuk pemilu 2024 merupakan masa yang cukup lama. Masa kampanye Pemilu
2024 akan dimulai pada 28 November 2023 hingga 10 Februari 2024. Sementara
penetapan partai politik peserta pemilu sudah dilakukan pada 14 Desember 2022.
Artinya, ada jeda atau masa tunggu selama hampir satu tahun menuju kampanye.
Masa tunggu selama hampir satu tahun menuju kampanye Pemilu 2024
dapat menciptakan ruang gelap untuk melakukan tindak pidana money politik.
Disamping itu kekosongan hukum (rechts vacuum) yang mengatur mengenai
money politik pada masa ini dapat menyebabkan lolosnya pelaku tindak pidana
money politik dikarenakan pelaku politik uang tidak akan bisa diproses. Dalam
hal ini Bawaslu tidak dapat menindaklanjuti perbuatan pidana tersebut karena
tidak adanya hukum yang mengatur atau kekosongan hukum.
Hal ini sesuai dengan asas legalitas diatur dalam Pasal 1 ayat (1) Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang menentukan bahwa suatu
perbuatan tidak dapat dipidana, kecuali berdasarkan kekuatan ketentuan
perundang-undangan pidana yang telah ada. Kekosongan hukum ini dimanfaatkan
oleh oknum money politik untuk melakukan aksinya. Masalah kedua terkait
dengan efektifitas kebijakan ialah pencakupan pelaku tindak pidana politik uang
yang seharusnya tidak dibatasi orang tertentu. Berikut merupakan subjek tindak
pidana politik uang berdasarkan setiap tahapannya.
Tahapan pemilu Regulasi Subjek
Masa Kampanye - Pasal 280 UU No. - Pelaksana
7 tahun 2017 - Peserta
tentang Pemilu - Tim kampanye
- Pasal 523 Ayat (1)
UU No. 7 tahun
2017 tentang
Pemilu

16
Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum.
10

Masa Tenang - Pasal 278 UU No. 7 - Pelaksana


tahun 2017 tentang - Peserta
Pemilihan Umum - Tim kampanye
- Pasal 523 Ayat (2)
UU No. 7 tahun
2017 tentang
Pemilu
Tahapan pemungutan suara - Pasal 515 UU No. 7 “setiap orang” tanpa dibatasi
tahun 2017 tentang kualitas atau latar belakang
Pemilu pelaku politik uang.
- Pasal 523 Ayat (2)
UU No. 7 tahun
2017 tentang
Pemilu
Pasal 149 KUHP “Barang Siapa” ini sama
artinya dengan setiap orang
njerat pelaku politik uang.17
c. Rekonstruksi Hukum sebagai Upaya dan Strategi dalam Penanganan
Tindak Pidana Politik Uang Pada Pemilu 2024
Pemilihan umum merupakan perwujutan dari demokrasi yang dilakukan
setiap lima tahun sekali. Pelaksanaan Pemilu di Indonesia selalu diikuti dengan
pembuatan instrumen hukum tentang Pemilu. Hal ini bertujuan mewujudkan
pemilu yang berintegritas dan update sesai dengan kebutuhan saat ini. 18 Adanya
masalah seperti kekosongan hukum yang telah dibahas sebelumnya harus segera
diperhatikan. Kekosongan hukum dapat menciptakan kesempatan bagi pihak-
pihak yang berbeda untuk menginterpretasikan situasi dan bertindak sesuka hati.
Ini bisa menyebabkan konflik antara individu, kelompok, atau bahkan negara.
Dalam beberapa kasus, orang-orang mungkin mencoba memanfaatkan
kekosongan hukum untuk melakukan tindakan yang sebenarnya melanggar
hukum. Ini dapat merugikan individu atau masyarakat secara keseluruhan.
Mengingat betapa berbahayanya kekosongan hukum ini maka dari itu perlu
sekali dilakukan rekonstruksi hukum. Rekonstruksi hukum yang dimaksud ialah
dengan cara membentuk hukum yang tanggap terhadap masalah yang terjadi. Hal
ini sejalan dengan pendapat Bayu Dwi Anggono yang menyatakan bahwa politik
hukum pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik setidaknya harus
mencerminkan politik hukum yang responsif, partisipatif dan populis. Peraturan
perundang-undangan yang responsif menjadi suatu kebutuhan mengingat setiap
norma hukum yang dituangkan dalam peraturan perundang-undangan haruslah

17
Nurnajmiati & Tarmizi, “Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Politik Uang (MONEY
POLITIC) di Pemilu menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012”, dalam JIM Bidang Hukum
Pidana, Vol. 2, No. 1, 2018, hlm. 23.
18
Diniyanto Ayon, “Politik Hukum Regulasi Pemilihan Umum di Indonesia: Problem dan
Tantanganya”, dalam Jurnal Legislasi Indonesia . Vol. 16 No. 2 , 2019, hlm. 160.
11

mencerminkan tuntutan kebutuhan masyarakat akan norma hukum yang sesuai


dengan realitas kesadaran hukum masyarakat. 19
UU No. 7 tahun 2017 tentang pemilu yang hanya mengatur tentang tindak
pidana money politik pada masa kampanye hingga rekapitulasi, sedangkan pada
masa sebelum kampanye atau masa tunggu sebelum kampanye belum ada
kepastian hukum. Berdasarkan masalah yang telah dibahas di atas maka
diperlukan rekonstruksi hukum yang responsive melalui Undang Undang No. 7
Tahun 2017 pada bagian Bab V yang membahas tentang tindak pidana pemilu.
Yang pertama ialah dengan memperluas wewenang bawaslu dalam hal
menindaklanjuti tindakan yang dianggap merupakan tindak pidana pemilu
utamanya tahapan sebelum masa kampanye, karena berdasarkan fakta dilapangan
didapati bahwa politik uang nyatanya sudah berjalan bahkan sebelum masa
kampanye. kemudian yang kedua ialah dengan memperluas siapa saja yang dapat
dikatakan sebagai pelaku tindak pidana politik uang, bukan hanya pelaksana
kampanye, peserta, tim kampanye namun diperluas menjadi “setiap orang”.
Dalam hal ini kita tidak bisa menutup mata bahwa kekosongan hukum ini
dijadikan sebagai permainan dalam kontestasi politik. Maka dari itu mekanisme
tersebut merupakan langkah kongkrit yang harus dilaksanakan melalui penormaan
atau rekontruksi hukum dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang
Pemilihan Umum.
Lautan merupakan bagian dari bumi yang menutupi 71% permukaan bumi,
dengan komposisi dasar laut di luar yurisdiksi nasional sebesar 54% dan
permukaan laut sebesar 64%. Oleh karena, itu bioma terbesar di bumi berada di
lautan. Walaupun organisme laut menunjukkan bahwa tingkat keanekaragaman
hayati yang lebih tinggi dibandingkan dengan keanekaragaman hayati di terestrial,
namun organisme laut diketahui bahwa hanya mewakili dua persen dari total
jumlah spesies hewan. Sebagai bagian dari keanekaragaman hayati laut, maka
pengelolaan sumber daya genetik laut mempunyai posisi yang sangat strategis
dalam menjamin keberlanjutan ketersediannya.
Perhatian terhadap pembangunan laut sebagai suatu mekanisme dalam
memanfaatkan dan pengelolaan sumber daya untuk mencapai kemakmuran lahir
maupun mencapai kemakmuran batin. Oleh Karena itu, sumber daya harus
digunakan secara seimbang dan Selaras dengan fungsi lingkungan hidup.

Das Sein
Terbatasnya sumber daya mineral yang ada saat ini dan yang tidak dapat
diperbarui mengharuskan perhatian untuk mengatur semua aktivitas pemanfaatan
oleh negara-negara di dunia. Fenomena ini sangat krusial karena krisis
lingkungan saat ini yang terjadi di kawasan laut diluar yurisdiksi nasional,
19
Bayu Dwi Anggono, Pokok-pokok pemikiran penataan peraturan perundang-undangan
di Indonesia, Konstitusi Press, Jakarta, 2020, hlm. 227.
12

utamanya kawasan dasar laut internasional dan juga laut lepas. Hasil penelitian
menunjukan bahwa beberapa dekade akhir ini lingkungan sekitar laut mengalami
krisis penurunan kualitas yang cukup signifikan, khususnya yang disebabkan oleh
berbagai kegiatan manusia. Permasalahan ini dapat meluas dan manjadi lebih
serius lagi dikarenakan terbatasnya ilmu pengetahun dan teknologi dalam
meredam fenomena tersebut. Sehingga penting untuk menjaga kelestarian
keanekaragaman hayati laut.

Pengetahuan terhadap keanekaragaman hayati di laut di luar yurisdiksi


nasional sangatlah terbatas sehingga sangat sulit untuk melakukan penilaian dan
penelitian terhadap status keanekaragaman hayati. Ancaman terhadap
keanekaragaman hayati mulai terlihat di semua aspek termasuk kepunahan
spesies, berkurangnya populasi dan homogenisasi habitat yang diakibatkan oleh
penangkapan ikan yang berlebihan, masuknya spesies asing, perubahan iklim
hingga polusi. Dalam laporan Second World Ocean Assessment pada tahun 2021
lalu, Keanekaragaman hayati telah disuarakan oleh 300 ilmuwan terkait dengan
risiko utama punahnya keanekaragaman hayati, khususnya pada wilayah di luar
yurisdiksi nasional yaitu laut lepas dan dasar laut serta tanah di bawahnya.
Laporan terkait dengan keanekaragaman hayati juga terjadi pada State of World
Fisheries and Aquaculture tahun 2020, dimana organisasi pangan dan pertanian
PBB (FOA) Itu melaporkan terdapat eksploitasi yang berlebihan terhadap sumber
daya ikan yang tidak memperhatikan keberlanjutan.

Aktivitas manusia seperti pengasaman laut, adanya gelombang panas juga


akan berdampak pada laut yang belum pernah terjadi sebelumnya. Oleh karena
itu, hal ini menunjukkan kondisi yang kritis dalam hal kemampuan laut
mempertahankan tekanan dari dampak antropogenik yang sangat kumulatif dan
intensif yang berasal dari kelengkapan ikan, pelayaran, bahkan penambangan
dasar laut.

Gap
Instrumen hukum internasional sampai saat ini telah diadopsi oleh
komunitas internasional baik yang bersifat sektoral atau regional yang bertujuan
untuk berkontribusi dalam mitigasi dan menghentikan degradasi lingkungan akan
punahnya keanekaragaman hayati di laut dalam. Namun kerangka hukum untuk
perlindungan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati laut yang berkelanjutan
masih sangat fragmentasi dan belum memadai.

Dalam penelitian terdahulu telah mengulas mengenai pemanfaatan dan


pelestarian kawasan dasar laut dalam sebagai common haritage of mankind.
Penelitian tersebut menemukan bahwa masalah terbesar ada pada kurangnya data
dan adanya kekosongan hukum di berbagai aspek. Maka yang membedakan
13

penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penelitian ini akan fokus
mengkaji lebih komprehensif lagi bagaimana pengaturan akses dalam melakukan
penelitian terhadap sumber daya genetik laut diluar yurisdiksi nasional
berdasarkan perspektif common hartage of mankind principle. note (ref jurnal
inter)

Oleh karena itu, berdasarkan uraian latar belakang tersebut Dalam tulisan
Ini penulis akan mengkaji pentingnya analisis dampak lingkungan terhadap
keanekaragaman hayati laut di luar yurisdiksi nasional.
Pembahasan
Perkembangan Pengaturan Amdal di Wilayah Laut di Luar Yurisdiksi
Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS), yang mula diberlakukan
pada tanggal 16 November 1994, telah menetapkan hak dan kewajiban negara
mengenai pemanfaatan Laut, sumber dayanya, dan perlindungan lingkungan laut
dan pesisir. Meskipun UNCLOS tidak secara tegas mengacu pada
keanekaragaman hayati laut, UNCLOS umumnya dianggap sebagai kerangka
hukum untuk semua aktivitas di laut.
Konvensi Keanekaragaman Hayati (CBD), yang mulai diberlakukan pada
tanggal 29 Desember 1993, mendefinisikan keanekaragaman hayati dan bertujuan
untuk mendorong konservasi, pemanfaatan komponen-komponennya secara
berkelanjutan, dan pembagian keuntungan yang diperoleh dari penggunaan
sumber daya genetik secara adil dan merata. Untuk wilayah di luar yurisdiksi
nasional (ABNJ), Konvensi ini berlaku untuk proses dan aktivitas yang dilakukan
di bawah yurisdiksi atau kendali para pihak.
Pada tahun 2004 majelis umum PBB mendirikan kelompok kerja
berdasarkan resolusi majelis umum 59/24 dan disebut dengan kelompok kerja
informal terbuka Ad Hoc yang mempelajari isu-isu yang berkaitan dengan
konservasi dan pengelolaan sumber daya hayati di luar yurisdiksi nasional. Dalam
pembahasan lebih lanjut mengenai koordinasi kelembagaan, dibutuhkannya
tindakan jangka pendek untuk mengatasi penangkapan ikan ilegal, MGR,
penelitian ilmiah kelautan tentang keanekaragaman hayati laut, kawasan
perlindungan laut (MPA), dan penilaian dampak lingkungan.
Dalam konteks inilah perundingan dilakukan berdasarkan Konvensi PBB
tentang hukum laut (UNCLOS) mengenai perjanjian baru tentang konservasi dan
pemanfaatan keanekaragaman hayati laut secara berkelanjutan pada wilayah di
luar yurisdiksi nasional (BBNJ).
Biodiversity beyond national jurisdiction (BBNJ) merupakan

Mekanisme Amdal dalam perjanjian BBNJ


Indonesia ikut dalam perjanjian Biodiversity Beyond National Jurisdiction
(BBNJ) yang dilakukan pada 20 September 2023, bertempat di Gedung Majelis
Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Markas Besar PBB di New York.
14

Perjanjian ini bertujuan untuk melindungi, merawat dan memastikan penggunaan


lingkungan laut secara bertanggung jawab, menjaga integritas ekosistem laut dan
melestarikan nilai yang melekat pada keanekaragaman hayati wilayah di luar
yurisdiksi nasional. Salah satu yang disepakati dalam perjanjian ini ialah
mengenai AMDAL. Hal ini bertujuan agar setiap kegiatan yang dilakukan dilaut
yurisdiksi maupun diluar yurisdiksi harus memiliki AMDAL yang disusun dalam
proposal
Wajib Amdal
Kewajiban membuat AMDAL ini bertujuan untuk mencegah, memitigasi
dan mengelola dampak-dampak merugikan yang signifikan atas kegiatan yang
akan dilakukan serta untuk tujuan melindungi dan melestarikan lingkungan laut.
Wajib AMDAL ini tertera dalam Agreement under the United Nations
Convention on the Law of the Sea on the conservation and sustainable use of
marine biological diversity of areas beyond national jurisdiction. Dimana dalam
Article 28 section 1 dikatakan :
“ Parties shall ensure that the potential impacts on the marine environment
of planned activities under their jurisdiction or control that take place in areas
beyond national jurisdiction are assessed as set out in this Part before they are
authorized.”
Pasal tersebut menyebutkan bahwasanya para pihak wajib dalam hal ini
ialah pemangku kegiatan, negara yang berdekatan dengan kegitan yang dilakukan
juga memiliki tanggung jawab dalam hal memastikan kegiatan yang dilakukan
tersebut tidak akan merugikan wilayah di yurisdiksinya, (siapa aja para pihak
tersebut). Oleh karena itu para pihak harus memastikan bahwa potensi dampak
terhadap lingkungan laut dari kegiatan-kegiatan yang direncanakan di bawah
yurisdiksi serta yang terjadi di wilayah di luar yurisdiksi nasional harus dinilai
apakah sudah sesuai dengan perjanjian internasional sebelum kegiatan tersebut
diizinkan.
Isi Amdal
Adapun laporan analisis mengenai dampak lingkungan hidup paling sedikit
memuat informasi sebagai berikut:
1. Uraian mengenai rencana kegiatan, termasuk lokasinya;
2. Uraian hasil pelaksanaan pelingkupan;
3. Penilaian dasar terhadap lingkungan laut yang mungkin terkena
dampak;
4. Uraian mengenai potensi dampak, termasuk potensi dampak
kumulatif dan dampak apa pun di wilayah yurisdiksi nasional;
5. Uraian mengenai potensi upaya pencegahan, mitigasi dan
pengelolaan; gambaran ketidakpastian dan kesenjangan pengetahuan; informasi
mengenai proses konsultasi publik;
6. Uraian tentang pertimbangan alternatif yang masuk akal terhadap
kegiatan yang direncanakan;
15

7. Uraian mengenai tindakan tindak lanjut, termasuk rencana


pengelolaan lingkungan hidup;
8. Uraian ringkasan non-teknis.
Penilaian Amdal
Pihak yang melakukan penilaian wajib Menyediakan informasi yang relevan
melalui Mekanisme Lembaga Kliring, secara tepat waktu, selama proses nasional.
Badan Ilmiah dan Teknis dapat memberikan komentar kepada Pihak yang
mempunyai yurisdiksi atau kendali atas kegiatan yang direncanakan.
Pihak yang memiliki yurisdiksi atau kendali suatu kegiatan yang
direncanakan, bertanggung jawab untuk menentukan apakah kegiatan tersebut
dapat dilanjutkan.
Jika Pihak yang memiliki yurisdiksi atau kendali atas kegiatan tersebut
mengidentifikasi dampak merugikan yang signifikan yang tidak diperkirakan
dalam analisis dampak lingkungan, baik dalam sifat atau tingkat keparahannya,
atau yang timbul dari pelanggaran terhadap kondisi mana pun yang ditetapkan
dalam persetujuan dari Pihak tersebut. kegiatan, Pihak tersebut wajib meninjau
kembali keputusannya yang mengesahkan kegiatan tersebut, memberitahukan
Konferensi Para Pihak, Pihak lain dan masyarakat, termasuk melalui Mekanisme
Lembaga Kliring,
Apabila analisis dampak lingkungan untuk suatu kegiatan yang
direncanakan di wilayah di luar yurisdiksi nasional telah dilakukan berdasarkan
instrumen atau kerangka hukum yang relevan atau badan global, regional,
subregional atau sektoral yang relevan, Pihak yang bersangkutan harus
memastikan bahwa laporan analisis dampak lingkungan tersebut benar dan
diterbitkan melalui Mekanisme Clearing House.
Peran Clearing House
mekanisme clearing house adalah untuk memfasilitasi peningkatan kapasitas
dalam AMDAL/KLHS dapat mencakup hal-hal berikut:
1. Berfungsi sebagai portal pusat untuk memfasilitasi peningkatan kapasitas
AMDAL/KLHS termasuk:
●Informasi terkait AMDAL/ Peluang peningkatan kapasitas di Asia
Tenggara
●Akses ke webinar, online kursus pelatihan dan sumber daya kapasitas
online lainnya
●Informasi tentang pendanaan peluang o Panel ahli AMDAL/ LAUT
●Akses ke jaringan rekan dan papan diskusi
●Informasi tentang mantan mengubah program dan lainnya mengenai
peluang kerja terkait AMDAL/KLHS
●Akses terhadap data, informasi tion dan praktek terkait dengan
AMDAL/KLHS
●Akses terhadap hukum, kebijakan dan data dan informasi sosial ekonomi
terkait AMDAL/LAUT
16

4. Kesimpulan
Politik Uang merupakan permasalahan yang sangat sulit dihindari dalam
kontestassi politik. Praktik Politik Uang merupakan salah satu jalan pintas bagi
peserta pemilu untuk meraih kekuasaan dan kemenangan dalam pemilihan pemilu.
Fenomena tersebut terjadi bukan hanya alasan sosiologis semata ataupun takut
akan sanksi yang ada. Namun, lemahnya regulasi juga menjadi bagian dalam
membuka ruang terjadinya tindak pidana politik uang. Dari uraian di atas dapat
dilihat bahwa masih banyak celah pada regulasi yang akan bermuara pada
terjadinya pelanggaran hukum. Regulasi mengenai politik uang hanya diatur pada
tiga masa saja, yakni masa kampanye, masa tenang, dan pada masa pemungutan
suara. Hal ini berimplikasi terjadinya politik uang pada masa pra kampanye.
Selain itu, subjek yang diatur selain pada masa pemungutan suara di dalam
regulasi pun hanya terbatas pada tiga golongan saja. Tidak hanya itu, politik uang
yang berupa mahar politik pun tidak memiliki pengaturan yang tegas. Tidak ada
kejelasan bahwa mahar politik termasuk tindak pidana politik uang. Regulasi pun
tidak memberikan sanksi yang tegas bagi pemberi mahar politik hanya pihak yang
menerima mahar politik yang mendapatkan sanksi. Maka dari itu, untuk
mewujudkan pemilu yang berintegritas maka diperlukan rekontruksi hukum pada
UU No 7 Tahun 2017 yang tegas dan jelas terutama yang berakitan dengan sanksi
yang diberikan. Grand Disign tersebut melalui Undang Undang No. 7 Tahun 2017
pada bagian Bab V yang membahas tentang tindak pidana pemilu. Yang pertama
ialah dengan memperluas wewenang bawaslu dalam hal menindaklanjuti
pelanggaran tindak pidana pemilu pada masa pra kampanye. Yang kedua ialah
dengan memperluas siapa saja yang dapat dikategorikan sebagai pelaku tindak
pidana politik uang, bukan hanya pelaksana kampanye, peserta, tim kampanye
namun diperluas menjadi “setiap orang”. Disamping itu, diperlukan langkah
kongkrit dalam melakukan sosialisasi dan penyuluhan terutama terkait tindak
pidana politik uang karena masyarakat merupakan aktor utama yang secara
langsung dapat mengawasi pelanggaran dalam pemilu.

5. Ucapan Terima Kasih

6. Kontribusi Penulis
17

Daftar Pustaka
Ali, A. 2010. Menguak Teori Hukum dan Teori Peradilan. Jakarta: Kencana.

Anggono, B. D. 2020. Pokok-Pokok Pemikiran Penataan Peraturan


Perundang-Undangan di Indonesia. Jakarta: Konstitusi Press.

Ayon, D. 2019. Politik Hukum Regulasi Pemilihan Umum di Indonesia:


Problem dan Tantanganya. Jurnal Legislasi Indonesia , hlm. 160.

Azra, A. .2000. Demokrasi dan Hak Asasi Manusia. Jakarta: ICCE UIN
Jakarta.

Fahmi, K. 2012. Pemilihan Umum & Kedaulatan Rakyat. Jakarta: PT


RajaGrafindo Persada.

Fahmi, K. 2021. Hak Pilih dalam Pemilihan Umum. Depok: PT Rajagrafindo


Persada.

Gaffar, J. M. 2012. Politik Hukum Pemilu. Jakarta: Konstitusi Pers.

Haboddin, M. 2016. Pemilu dan Partai Politik di Indonesia. Malang: UB


Press.

Hafid, I., dan Nugroho, D. P. 2020. Penegakan Hukum Mahar Politik dalam
Pilpres 2019 Ditinjau dari Politik Hukum Pidana. Jurnal Adhyasta
Pemilu, hlm. 135.

Huda, N. 2011. Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta: PT RajaGrafindo


Persada.

Kherid , M. N. 2021. Evaluasi Sistem Pemilu di Indonesia 1955-2019. Jakarta:


Rayyana Komunikasindo.

Komisi Pemilihan Umum. 2022. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 3


Tahun 2022 tentang Tahapan dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan
Umum Tahun 2024. Jakarta.

Nurnajmiati, dan Tarmizi. 2018. Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Politik


Uang (MONEY POLITIC) di Pemilu menurut Undang-Undang Nomor
8 Tahun 2012. JIM Bidang Hukum Pidana, hlm. 23.

Setyagama, A. 2017. Hakikat dan Makna Pilkada Langsung di Indonesia.


Surabaya: Jakad Media Publishing.

Umar, H. 2008. Paradigma Baru Demorkasi di Indonesia: Pendekatan terhadap


Pemilu DPR/DPRD. Jurnal Innovatio, hlm. 315.
18

Pemerintah Indonesia. 2017. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang


Pemilihan Umum. Lembaran Negara RI Tahun 2017, No 60. Sekretariat
Negara. Jakarta.
19

LAMPIRAN
Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota serta Dosen Pendamping
Biodata Ketua
A. Identitas Diri Ketua
1 Nama Lengkap Alfindo Andry saputra
.
2 Jenis Kelami Laki-Laki
.
3 Program Studi Hukum
.
4 NIM B1A022242
.
5 Tempat dan Tanggal Lahir Kepala Curup, 18 Maret 2004
.
6 E-mail alfindoandry03@gmail.com
.
7 Nomor Telepon/HP 0853-5251-8107
.
B. Kegiatan Kemahasiswaan yang Sedang/Pernah Diikuti
No Jenis Kegiatan Status dalam Waktu dan
Kegiatan Tempat
1. Komunitas Radelrs FH Ketua Umum 2023, FH
UNIB UNIB

2. Ormawa Wami FH UNIB Sekretaris Umum 2023, FH


UNIB
3. Ormawa Paralegal FH Staff 2023, FH
UNIB UNIB
4. UKM DEBAT KBM Staff 2023, UNIB
UNIB
5. UKM Kerohanian KBM Staff Dana dan 2023, UNIB
UNIB Usaha

6. UKM P3M KBM UNIB Staff 2023, UNIB

7. Lomba Debat Tingkat Ketua Panitia 2023, UNIB


Nasional (KDMI UNIB)

8. Van De Wet Debate Ketua Panitia 2023, FH


Competition UNIB
20

9. Seminar Nasional Hukum Ketua Panitia 2023, FH


Islam UNIB

1 Workshop KTI FH UNIB Ketua Panitia 2022, FH


0. UNIB

1 Yasa Estungkara Festival Panitia Danus 2022, FH


1. UNIB

1 Satgas PPKS PKKMB Anggota 2023, UNIB


2. Universitas Bengkulu
C. Penghargaan yang Pernah Diterima

No Jenis Penghargaan Pihak Pemberi Tahun


Penghargaan

1. Mahasiswa Berprestasi FH Universitas Bengkulu 2023


UNIB

2. Juara 1 LKTI Tingkat Nasional Universitas Bengkulu 2023

3. Juara 2 LKTI Tingkat Nasional Universitas 2023


Mulawarman

4. Juara 1 LKTA Tingkat Universitas Bengkulu 2023


Nasional

5. Finalis LKTI CLE Universitas Negeri 2023


Semarang

6. Juara 3 PKM PIM UNIB Universitas Bengkulu 2023

7. Juara Harapan 1 Bisnis Plan Universitas Darusalam 2023


Gontor
21

8. Penerima Bantuan Universitas Bengkulu 2023


Wirausaha Mahasiswa
(BMW)

9. Delegasi Lomba Dabat Prof. Universitas Indonesia 2023


Jimly Asshiddiqie

10. Delegasi Lomba Essay Prof. Universitas Negeri 2023


Puad Bufada Jambi

11. Delegasi Lomba Debat Badan Pengawas 2023


Bawaslu Pemilu RI

12. Juara 2 Cipta Puisi Tingkat Kejaksaan Tinggi 2022


Provinsi Bengkulu

13. Finalis LKTI Tingkat Nasional Universitas Sriwijaya 2022

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan PKM-AI

Bengkulu, 29 Januari 2024


Ketua
22

(Alfindo Andry Saputra)

A. Identitas Diri (Anggota 1)

1 Nama Lengkap Elshirah Triani Cory


.
2 Jenis Kelami Perempuan
.
3 Program Studi Hukum
.
4 NIM B1A022137
.
5 Tempat dan Tanggal Lahir Sumatera Selatan, 24 Desember 2004
.
6 E-mail elshirahcory@gmal.com
.
7 Nomor Telepon/HP 0822-6902-4924
.

B. Kegiatan Kemahasiswaan yang Sedang/Pernah Diikuti


N Jenis Kegiatan Status dalam Tah
o Kegiatan un
1. PKKMB FH Panitia Acara 2023

2. Bakti Sosial Mahasiswa Panitia Acara 2023


Fakultas Hukum
3. Komunitas Rafflesia Debate Sekretaris Umum 2023
and Law Research Society
4 Ormawa Paralegal FH Anggota 2023
.
5 Bencoolen Lomba Debat Panitia 2023
. Mahasiswa

6 Van De Wet Debate Sekretaris Panitia 2023


. Competition
23

7 BEM FH KBM Universitas Sosmas 2023


. Bengkulu
8 Workshop KTI Nasional Panitia 2023
.

9 Aksi Peduli Kemanusiaan Panitia 2023


. BEM FH
1 BEM FH Goes To Desa Koordinator Acara 2023
0
.
1 UKM Teater Basurek Pengurus 2023
1
.
1 Festival Van De Wet Panitia Pubdekdok 2023
2
.
1 Pemira FH UNIB Panitia Pengawas Pemira FH 2024
3 UNIB
.
1 UKM P3M KBM UNIB Anggota Pengurus Diklat 2024
4.
1 Pertukaran Mahasiswa Mahasiswa PMM 4 Inbound 2024
5 Merdeka 4 Universitas Gadjah Mada
.

C. Penghargaan yang Pernah Diterima

N Jenis Penghargaan Pihak Pemberi Penghargaan Tahun


o
1. Juara 2 LKTI Tingkat Universitas Mulawarman 2023
Nasional
2. Mahasiswa Berprestasi Universitas Bengkulu 2023

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan PKM-AI
24

Bengkulu, 29 Januari 2024


Ketua

(Elshirah Triani Cory)

A. Identitas Diri (Anggota 2)

1 Nama Lengkap Rahel K. Sianturi


2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Program Studi Ilmu Hukum
4 NIM B1A021198
5 Tempat Dan Tanggal Lahir Hutasihilap, 7 Juli 2003
6 Alamat Email rahelkesyanisianturi@gmail.com
7 Nomor Telefon/HP 085280186382

B. Kegiatan Kemahasiswaan Yang Sedang/ Pernah Diikuti

No Jenis kegiatan Status kegiatan Waktu dan tempat


1 Anggota Organisasi Mahasiswa Peserta 2023, FH UNIB
Paralegal fakultas Hukum
UNIB

2 Anggota Komunitas Debat Dan Peserta 2023, FH UNIB


Karya Tulis FH UNIB
(RADELS FH UNIB)

3 Persekutuan Mahasiswa Kristen Pengurus 2023, Bengkulu


Bengkulu ( PERKANTAS
Bengkulu)
25

C. Penghargaan Yang Pernah Diterima

No Jenis Penghargaan Pihak pemberi penghargaan Tahun


1 Juara II lomba Karya Tulis Universitas Mulawarman 2023
Ilmiah Nasional

2 Mahasiswa Berprestasi Universitas Bengkulu 2023

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ditemukan
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan PKM-AI

Bengkulu, 29 Januari 2024


Anggota 1

(Rahel K. Sianturi)

A. Identitas Diri (Dosen Pendamping)


1 Nama Lengkap(dengan gelar) Kiki Amaliah, S.H., M.H.
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Program Studi Hukum
4 NIP/NIDN 199004112020122011/0011049003
5 Tempat dan Tanggal Lahir Ketahun, 11 April 1990
6 Alamat E-mail kikiamaliah@unib.ac.id
7 Nomor Telepon/HP 081274813580

B. Riwayat Pendidikan
N Jenjang Bidang Ilmu Institusi Tahun Lulus
o
1 S-1 Ilmu Hukum Universitas Bengkulu 2011

2 S-2 Ilmu Hukum Universitas Bengkulu 2017


26

C. Rekam Jejak Tri Dharma PT


No Nama Mata Kuliah Wajib/Pilihan SKS
1 Hukum Agraria Wajib 3
2 Hukum Adat Wajib 3
3 Metode Penulisan dan Penelitian Wajib 3
Hukum (MPPH)
4 Hukum Acara Perdata Wajib 3
5 Hukum Kekayaan Intelektual (HKI) Wajib 3
6 Pendidikan Pancasila Wajib 2
7 Pendidikan Kewarganegaraan Wajib 2
8 Alternative Dispute Resolutin (ADR) Wajib 2
9 Hukum Islam Wajib 3
10 Pengantar Ilmu Hukum (PIH) Wajib 3

D. Riset
No Judul Riset Penyandang Dana Tahun
1 Efektivitas Program Coroprate Social PNBP Universitas
Responsibility (CSR) Dalam Bengkulu 2021
Penanggulangan Dampak Pandemu
Coronavirus Disease 19 (Covid-19)
Terhadap Masyarakat di Kabupaten
Bengkulu Tengah
2 Perlindungan Potensi Indikasi PNBP Fakultas 2022
Geografis Produk Lokal Bengkulu Hukum
sebagai Upaya Pencegahan Universitas
Penyalahgunaan Secara Tanpa Hak Bengkulu
oleh Pihak Lain
3 Model Pengelolaan Corporate Social PNBP Fakultas
Responsibility (CSR) Agar Berdampak Hukum 2022
Pada Peningkatan Kesejahteraan Universitas
Masyarakat di Kabupaten Bengkulu Bengkulu
Tengah
4 Analisis profil Pekerjaan dan PNBP Fakultas 2022
Kemampuan Kerja Lulusan UNIB Hukum
untuk Mendukung Akreditasi Universitas
Internasional ACQUIN (Studi Kasus: Bengkulu
FH dan FEB UNIB)
5 Implementasi Model Corporate Social PNBP Fakultas 2023
Responsibility (CSR) dalam Hukum
Pemberdayaan Masyarakat di Universitas
Kabupaten Bengkulu Tengah Bengkulu
27

E. Pengabdian Kepada Masyarakat


No Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Penyandang Dana Tahun
1 Peningkatan Pemahaman Masyarakat
terhadap Undang- Undang Perlindungan Mandiri 2021
Anak sebagai Upaya Mencegah Perkawinan
di Bawah Umur di Desa Padang Burnai Kab.
Bengkulu Tengah
2 Peningkatan Pemahaman Warga Desa 2021
Padang Burnai terhadap Urgensi Akta
Notaris dalam Perbuatan Hukum (Desa Mandiri
Padang Burnai Kecamatan Bang Haji
Kabupaten Bengkulu Tengah)
3 Penyuluhan Hukum Untuk Peningkatan 2022
Pemahaman Masyarakat terhadap UU ITE Mandiri

4 Penyuluhan Ruang Lingkup Tindak Pidana Mandiri 2022


Kekerasan Seksual

5 Sosialisasi Pencegahan Pernikahan Usia Dini Mandiri 2023

6 Sosialisasi Dispensasi Perkawinan di 2023


Kampung Bugis RT 24 Kelurahan Sukarami Mandiri
Kecamatan Selebar

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerimasanksi.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan PKM-AI.

Bengkulu, 29 Januari 2024


Dosen Pendamping

Kiki Amaliah, S.H., M.H.


28

Lampiran 2. Kontribusi Ketua, Anggota, dan Dosen Pendamping

No Nama Posisi Penulis Bidang Ilmu Kontribusi


.
1. Alfindo Andry Penulis Ilmu Hukum Pengumpulan data
Saputra pertama dan fakta

2. Elshirah Triany Penulis kedua Ilmu Hukum Analisis das sein


Cori dan das sollen
bahan hukum
primer, sekunder
dan menyiapkan
manuskrip.

3. Rahel K. Sianturi Penulis ketiga Ilmu Hukum Menyusun


manuskrip dan
menganalisa
29

antara bahan
hukum dengan
fakta.

4. Kiki Amaliah Penulis Ilmu Hukum Pengarah dan


terakhir desain kegiatan
serta penyesuaian
akhir manuskrip.

Lampiran 3. Surat Pernyataan Ketua Tim Pengusul

SURAT PERNYATAAN KETUA TIM PENGUSUL

Yang bertandatangan dibawah ini:

Nama Ketua Tim : Alfindo Andry Saputra


Nomor Induk Mahasiswa : B1A022242
Program Studi : Ilmu Hukum
Nama Dosen Pendamping : Kiki Amaliah, S.H.,M.H
30

Perguruan Tinggi : Universitas Bengkulu

Dengan ini menyatakan bahwa PKM- AI. saya dengan judul Upaya dan Strategi
dalam Pencegahan Tindak Pidana Politik Uang Pra Kampanye Pada Pemilihan
Umum di Indonesia untuk tahun anggaran 2024 adalah:
1. Asli karya kami, belum pernah dibiayai oleh lembaga atau sumber dana lain.
2. Tidak dibuat dengan menggunakan kecerdasan buatan/artificial intelligence
(AI).
Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini,
maka saya bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku
dan mengembalikan seluruh biaya yang sudah diterima ke kas negara.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-


benarnya.
Bengkulu, 29 Januari 2024
Yang
Menyatakan,

(Alfindo Andry Saputra)


NIM. B1A022242

Lampiran 4. Surat Pernyataan Sumber Tulisan

SURAT PERNYATAAN SUMBER TULISAN PKM-AI

Saya yang menandatangani Surat Pernyataan ini:

Nama Ketua Tim : Alfindo Andry Saputra


Nomor Induk Mahasiswa : B1A022242
Program Studi : Ilmu Hukum
Nama Dosen Pendamping : Kiki Amaliah, S.H.,M.H
Perguruan Tinggi : Universitas Bengkulu
31

1. Menyatakan bahwa PKM-AI yang saya tuliskan bersama anggota tim lainnya
benar bersumber dari kegiatan yang telah dilakukan :
a. Sumber tuisan dari hasil kegiatan yang telah dilakukan berkelompok oleh
tim penulis, yaitu: Alfindo Andry Saputra, Elshirah Triany Cory dan Rahel
K. Sianturi.
b. Topik Kegiatan: Penelitian terkait dengan Politik Uang yang terjadi pada
masa pra kampanye.
c. Tahun dan Tempat Pelaksanaan: 2023, Fakultas Hukum Universitas
Bengkulu
2. Naskah ini belum pernah diterbitkan/dipublikasikan dalam bentuk prosiding
maupun jurnal sebelumnya maupun diikitkan dalam kompetisi.
3. Kami menyatakan kesediaan artikel ilmiah ini ditampilkan pada laman
simbelmawa.

Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran tanpa paksaan
pihak manapun juga untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Bengkulu, 29 Januari 2024


Yang
Menyatakan,

(Alfindo Andry Saputra)


NIM. B1A022242

Anda mungkin juga menyukai