Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 1

Nama : Aqshal Algifari Upuolat


NIM : 041928008
Mata Kuliah : Karya Tulis Ilmiah

Politik Uang Pada Pemilihan Calon Anggota Legislatif di Desa Pasartua


Kecamatan Maesa Kota Bitung
Aqshal Algifari Upuolat
Mahasiswa Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Pemerintahan
Program studi Ilmu Hukum

Abstrak

Pemilihan Umum adalah proses memilih orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu.Jabatan
– Jabatan tersebut beraneka ragam, mulai dari Presiden,wakil rakyat di berbagai tingkatan pemerintah
an sampai kepala desa (Jurdi, F. 2018). Penelitian ini bertujuan untuk megetahui informasi terkait
politik uang yang terjadi pada masyarakat, terlebih khusus di desa Pasartua Kecamatan Maesa Kota
Bitung yang saat ini sangat sulit dihentikan dan justru sudah menjadi kebiasaan bagi para kontestan
atau calon politik kepada masyarakat menjelang waktu Pemilihan umum (PEMILU) untuk mendapat
dukungan atau suara terbanyak dari masyarakat.Dalam sistem pemilu seperti ini, para kandidat
dipaksa bersaing dengan rekan-rekannya untuk mendapatkan suara pribadi. Dan karena, menurut
sistem daftar terbuka, suatu kursi (atau kursi) yang diperoleh suatu partai harus dialokasikan kepada
calon dari partai tersebut yang memperoleh suara individu terbanyak, maka para calon hanya perlu
memperoleh sebagian kecil suara untuk dapat memperoleh suara individu terbanyak. mengalahkan
rekan-rekan mereka. Untuk melakukan hal ini, mereka perlu membedakan diri mereka dari rekan-
rekan partainya, termasuk dengan membeli suara (Muhtadi, B. 2019).

Pendahuluan

Indonesia merupakan negara yang menganut sistem demokrasi dimana kebebasan dalam hak
sosial dan politik menjadi sebuah jaminan yang sangat diperlukan untuk dapat mencapai sebuah
negara yang menjunjung tinggi demokrasi sehingga aspirasi yang ada dapat tersalurkan dengan baik.
Permasalahan yang muncul yaitu Bagaimana Prinsip Dan Jaminan Hak Warga Negara Menurut UUD
1945 dan Bagaimana Dinamika Sosial Politik Dalam Sistem Demokrasi di Indonesia. Indonesia
merupakan salah satu Negara yang menganut sistem demokrasi dalam menjalankan pemerintahannya.
Dalam sejarah perkembangan penyelenggaraan pemilu di Indonesia, sejak tahun 1955 Indonesia
menerapkan sistem pemilu representasi proporsional (perwakilan berimbang) dan sistem multipartai
sebagai sistem kepartaiannya. Hasil pemilu 1955 menunjukkan bahwa sistem multi partai yang
berlaku pada saat itu menghasilkan empat kekuatan utama, yaitu PNI, Masyumi, NU dan PKI dari 170
partai politik (parpol) yang ikut dalam pemilu. Pada masa Orde Baru, pemilu dimulai tahun 1971
diikuti oleh 10 kontestan (PNI, NU, Parmusi, Parkindo, Murba, PSII, Perti, Katolik, IPKI, dan
Golkar). Pada tahun 19971 diawali perdebatan mengenai kemungkinan perpindahan ke sistem yang
memungkinkan para anggota parlemen dapat dipilih secara langsung dengan menggunakan sistem
pluralitas/mayoritas (sistem distrik). Namun, pada Pemilu Tahun 1977, 1982, 1987,1992, dan 1997
sistem yang diterapkan tetap menggunakan sistem representasi proporsional dengan daftar calon
tertutup (Pratiwi, D. A. 2018).Pelaksanaan pemilihan umum termasuk didalamnya pemilihan umum
kepala daerah secara procedural sudah mengalami banyak kemajuan, namun dari sudut hakikat
demokrasi masih menyisakan berbagai persoalan yang menodai makna dan hakikat demokrasi
tersebut, salah satunya adalah politik uang. Politik uang yang terjadi saangat didominasi oleh masih
rendahnya kedewasaan berpolitik baik oleh kandidat maupun pemilihnya, sehingga melahirkan
budaya permissive terhadap praktik politik uang. Upaya yang harus dilakukan untuk meminimalisir
praktik uang, pertama; perbaikan aturan yang dapat segera menindak perilaku politik uang serta
menimbulkan efek jera bagi pelakunya. Kedua; konsistensi pelaksanaan edukasi politik bagi seluruh
rakyat Indonesia secara terintegrasi sehingga bisa melahirkan kedewasaan berpolitik (Syarifudin, A.
2020). Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Husni Mubarak (2021) yaitu Tindak Pidana
Politik Uang di Indonesia Pada Saat Pemilu Perspektif Fiqh Jinayah dan Hukum Positif dimana dalam
penelitian tersebut dilakukan perbandingan tentang politik uang menurut hokum islam dan hokum
positif Indionesia (Istiqomah,2020). Dalam penelitian tersebut dijelaskan pengaturan tindak pidana
pencucian uang dalam sudut pandang hokum Indonesia termasuk pengaturan akibat hukum dari
money politik tersebut, dan juga dari sudut hokum islam. Perbedaannya adalah pada penelitian yang
akan penulis lakukan adalah membahas upaya pencegahan dan penanggulangan money politik
dipemilu 2024. Sehingga keaslian penelitian ini dapat dibedakan dan belum pernah dilakukan
sebelumya. Pencegahan money politik tahun 2024 kuncinya adalah penegakan aturan yang menjadi
dasar hukum praktik suap dalam pemilu, aturan main demokrasi yang sudah ada saat ini sebenarnya
sudah mempersempit peluang terjadinya praktik politik uang akan tetapi harus adanya penegakan
aturan yang lebih maksimal.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan merupakan metode penelitian kualitatif.Penelitian


kualitatif merupakan metode penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan secara yerperinci tentang
fenomena sosial tertentu.Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan dengan metode kualitatif deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah
yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan subjek atau objek penelitian
seseorang.lembaga,masyarakat dan lain-lain pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak
atau sebagaimana adanya. Penelitian ini mengambil lokasi penelitian di daerah Kota Bitung,tepatnya
di Desa Pasartua,Kecamatan Maesa,Kota Bitung.Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu
didalam masyarakat atau pihak terkait yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam
praktek politik uang yang dilakukan,baik sebagai pelaku yang melakukan praktek politik uang
maupun masyarakat yang menjadi sasaran praktek politik uang yang dilakukan di Desa
Pasartua,Kecamatan Maesa Kota Bitung menggunakan metode wawancara dan observasi langsung
serta menggunakan data pendukung seperti buku dan literatur.

Hasil Dan Pembahasan

Dalam hal ini penyebab terjadinya politik uang bukan hanya dari faktor ekonomi,politik uang
bisa terjadi karena faktor lainya:

a.Faktor Politik:Politik uang terjadi karena calon legislatif (caleg) tidak memiliki program tetapi ingin
menang. Sementara,partai politik yang mmengusung tidak berperan banyak selain membantu
pencalonan.
b.Faktor Hukum : Menurut Mada, Lemahnya regulasi tentang politik uang pada pemilu tahun inni
menjaadi sebuah kemunduran jika dibandingkan dengan pilkada.

c.Faktor Budaya : Ada kebiasaan yang sudah membudaya di Indonesia, yakni tidak pantas jika
menolak pemberian dan terbiasa membalas pemberian.Intrumen kultural ini dimanfaatkan oleh
politisi untuk menjalankan politik uang.

Proses pemberian politik uang pada masyarakat, dilakukan dengan berbagai macam cara, baik secara
langsung hingga secara tidak langsung yang dilakukan oleh pihak-pihak lainnya yang terlibat dalam
memberikan praktek poltik uang di masyarakat. Proses pemberian politik uang selama ini
menggunakan strategi untuk mempengaruhi dan memobilisasi masyarakat dengan berbagai
macam modus, kemudian bentuk imbalan yang diberikan, hingga lokasi dan waktu pemberian
politik uang, dipertimbangkan secara matang dan dilakukan bertahap dalam jnagka wkatu tertentu,
sehingga membuka pleuang keberhasilan lebih besar bagi calon atau kontestan politik tertentu dalam
memenangkan pemilu.Politik uang tidak hanya merusak integritas pemilu tetapi juga berdampak
panjang pada lahirnya korupsi politik. Kritik utama terhadap politik uang adalah dampaknya
terhadap kedaulatan dalam pengambilan keputusan. Dimanaseharusnya sesuai penilaian dalam
kriteria, menjadi tergadaikan karena ada imbalan uang atau materi lainnya. Contohnya, politik uang
berupa jual beli suara dapat membuat pemilih menggunakan hak suaranya bukan karena
keyakinannya, tapi karena suaranya telah dibeli.Masalah lainnya, politik uang dapat membuat
kontestasi pemilu menjadi ajang persaingan yang tidak setara dan tidak adil. Praktik suap ini pasti
berbiaya tingga dan harus dijalankan dengan modal besar. Sedangkan tidak semua orang
mempunyai modal yang besar. Persoalan ini berkaitan dengan persoalan selanjutnya, yaitu
membuat ongkos kontestasi pemilu semakin mahal. Pada titik inilah politik uang dan korupsi
politik menemukan benang merahnya.

Simpulan

Selain penegakkan aturan yang menjadi dasar hukum politik uang pada pemilu, itu karena aturan main
demokraso yang sudah ada saat ini mempersempit peluang terjadinya praktik politik uang.Maka dari
itu, langkah pertama yang harus dilakukan pada pemilu mendatang adalah penegakkan aturannya
harus dimaksimalkan, Kunci kedua strategi pencegahanpraktik politik uang adalah pengetahuan dan
kemampuan pengawas pemilu juga harus dikuatkan.Dengan demikkian pencegahan dan penegakkan
hukum terhadap politik uang berjalan optimal.Strategi ketiga adalah Bawaslu harus memperkuat
upaya pencegahan terjadinya politik uang, salah satunya melalui kampanye dan sosialisasi yang kuat
tentang bahaya pelanggaran politik uang , tidak saja memperkuat kesadaran masyarakat soal sanksi
hukumnya,namun dampaknya yang bisa menggerus kualitas demokrasi dan legitimasi kontestasi
pemilu. Selain money politik, modus operasi yang kerap terjadi dalam politik uang harus di waspadai
oleh masyarakat.

Daftar Pustaka

Jurdi, F. (2018). Pengantar Hukum Pemilihan Umum. Kencana.

Muhtadi, B. (2019). Politik uang dan new normal dalam pemilu paska-orde baru. Integritas: Jurnal
Antikorupsi, 5(1), 55-74

Nuna, M., & Moonti, R. M. (2019). Kebebasan Hak Sosial-Politik Dan Partisipasi Warga Negara
Dalam Sistem Demokrasi Di Indonesia. Jurnal Ius Constituendum, 4(2), 110-127.
Pratiwi, D. A. (2018). Sistem Pemilu Proporsional Daftar Terbuka di Indonesia: Melahirkan Korupsi
Politik?. Jurnal Trias Politika, 2(1), 13-28.

Syarifudin, A. (2020). Pilkada Dan Fenomena Politik Uang: Analisa Penyebab Dan Tantangan
Penanganannya. Jurnal Keadilan Pemilu, 1(2), 25-34.

Padilah, K., & Irwansyah, I. (2023). Solusi terhadap money politik pemilu serentak tahun 2024:
mengidentifikasi tantangan dan strategi penanggulangannya.

Istiqomah, N. F. (2020). Penggunaan Money Politik dalam Pemilu di Indonesia Perspektif Fiqh
Siyasah dan Hukum Positif. Jember : IAIN JEMBER

Fitriani, L. U., Karyadi, L. W., & Chaniago, D. S. (2019). Fenomena Politik Uang (Money Politic)
Pada Pemilihan Calon Anggota Legislatif di Desa Sandik Kecamatan Batu Layar Kabupaten Lombok
Barat. RESIPROKAL: Jurnal Riset Sosiologi Progresif Aktual, 1(1), 53-61.

Lampus, C. M., Lapian, M. T., & Sondakh, E. (2022). Fenomena Politik Uang Dalam Pemilihan
Umum Legislatif Tahun 2019 Di Kecamatan Wanea. Jurnal Eksekutif, 2(3).

Sjafrina, A. G. P. (2019). Dampak politik uang terhadap mahalnya biaya pemenangan pemilu dan
korupsi politik. Integritas: Jurnal Antikorupsi, 5(1), 43-53.

Anda mungkin juga menyukai