Kelompok 5 :
1. Eis Thiara Nepa (19/441972/KU/21518)
2. Faiz Indra Musyafa' (19/441975/KU/21521)
3. Farah Alifa Putri (19/441976/KU/21522)
4. Fatyannisa Gita Nurul Ihsanti (19/441977/KU/21523)
5. Hanifayanti Luthfi Harjanto (19/441979/KU/21525)
6. Hasna Nur Nabila (19/441980/KU/21526)
Dosen Pengampu
Dr. Supartiningsih
PENDAHULUAN
Pemilihan umum merupakan suatu wujud nyata dari demokrasi yang menjadi
sarana bagi rakyat dalam menyatakan kedaulatannya terhadap negara dan pemerintah.
Pemilihan umum di Indonesia merupakan suatu cara untuk memilih presiden dan wakil
presiden, anggota DPR, DPD, DPRD secara langsung oleh rakyat. Oleh karena itu, dalam
hal ini partisipasi rakyat sangat penting. Berdasarkan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum pasal 1 ayat 1, pemilu adalah
sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Salah satu contoh pelanggaran yang masih saja terjadi dari pemilu ke pemilu
adalah money politic. Money politic ini dilakukan secara sengaja oleh seseorang atau
kelompok dengan cara memberikan sejumlah uang atau materi lain dengan tujuan untuk
memperoleh suara dari rakyat agar mereka memilih calon yang bersangkutan. Di
Indonesia, money politic telah terjadi berulang kali dan membudaya dalam setiap periode
pemilu. Apabila kasus seperti ini terus dibiarkan, maka cita - cita untuk mendapatkan
pemimpin yang amanah, adil, berintegritas akan sulit dicapai. Hal ini tentu berdampak
pada tatanan demokrasi yang sedang dibangun oleh pemerintah. Tindakan money politic
selalu mendapatkan rintangan dalam penegakan aturan hukum, salah satu penyebabnya
masyarakat sudah menganggap tindakan money politic adalah tindakan yang wajar
dilakukan dalam pemilihan umum. Berdasarkan Survei Charta Politika tahun 2019,
ditemukan sebanyak 45,6 persen responden menyatakan memaklumi praktik politik uang.
Kondisi yang seperti inilah yang akan menghambat pengembangan nilai demokrasi, azas
jujur dan adil serta melunturkan nilai demokrasi bagi masyarakat (Muchtar, 1999).
Selain itu, salah satu penyelewengan demokrasi yang marak terjadi di Negara
Indonesia ialah vote buying atau pembelian suara. Istilah tersebut sering digunakan dan
berakibat pada penyalahgunaan praktik demokrasi politik. Beberapa partai politik atau
orang yang berkepentingan melakukan strategi “kotor” tersebut untuk memenangkan
kontestasi politik. Biasanya masyarakat awam, penduduk, dan warga biasa akan diiming
imingi atau dibujuk untuk memberikan hak suaranya untuk orang berkepentingan
tersebut. Untuk memobilisasi proses vote buying dan memudahkan praktik pembelian
hak suara seringkali kandidat atau partai menggunakan jasa broker yang berperan sebagai
penengah antara kandidat dan pemilih dalam melakukan distribusi pembayaran terhadap
target sasaran yakni masyarakat luas.
PEMBAHASAN
1. Pertama, dominasi pemilik modal dan uang. Kursi-kursi para pembuat kebijakan
dan keputusan publik yang dihasilkan melalui pemilu akan diduduki oleh
orang-orang kaya, atau orang-orang yang dibiayai oleh kelompok-kelompok kaya
atau kelompok-kelompok yang menguasai asset ekonomi berskala besar.
2. Pada tingkat internal partai politik, adanya money politic membuat partai menjadi
milik beberapa orang saja yang memperoleh sejumlah keistimewaan dalam proses
pengambilan keputusan yang bentuknya tentu saja memiliki kesenjangan dengan
aspirasi rakyat yang diwakilinya. Keputusan partai yang penting akan
mencerminkan kepentingan para penyuplai dana, hal ini sangat rentan terhadap
terputusnya keterkaitan antara apa yang dikehendaki oleh rakyat yang menjadi
pendukungnya, dengan apa yang dikehendaki elit partai yang memakai uang
untuk mendesakkan kepentingan - kepentingannya. Dalam jangka panjang seiring
dengan kesadaran politik konstituen yang semakin cerdas praktik politik uang
mendorong mereka untuk meninggalkan partai yang sebelumnya telah
didukungnya. Akibat lain yang ditimbulkan money politic ialah, tubuh partai akan
rentan terhadap penyakit konflik internal antar elit akibat persaingan yang tidak
sehat diantara pengurus yang sangat mungkin terbagi dalam beberapa faksi jika
partai yang demikian adalah partai yang besar.
3. Pada tingkat makro politik pemakaian money politic dalam proses politik akan
mengakibatkan, semakin suburnya praktik korupsi dalam penyelenggaraan
pemerintahan. Para penyandang dana politik yang bertujuan jangka pendek
memandang bahwa aliran dana yang mereka berikan kepada suatu partai
merupakan investasi yang akan dipetik buahnya, ketika partai yang mereka
dukung menggenggam kekuasaan. Proses balas jasa seperti ini akan
mengakibatkan terpuruknya agenda agenda partai yang berkenaan dengan
kepentingan konstituennya dan rakyat pada umumnya. Akibat lainnya ialah,
hilangnya legitimasi pemerintahan secara berangsur-angsur seiring dengan
merajalelanya korupsi yang melibatkan dua aktor yakni pihak pemerintah dan
kalangan penyandang dana.
Desa anti money politic adalah sebuah wilayah selanjutnya disebut desa yang
berkomitmen meneguhkan dirinya menjadi Kawasan wilayah yang siap untuk
menolak dan melawan segala praktek politik uang dalam penyelenggaraan sebuah
pemilihan umum, pemilihan presiden, pemilihan kepala daerah, dan pemilihan
kepala desa. Adanya pembentukan desa Murtigading sebagai desa anti politik
uang merujuk kepada konsep politic participation yang dilakukan oleh masyarakat
desa Murtigading guna mewujudkan proses politik yang sehat. Berdasarkan hal
tersebut tentunya dengan mengorganisasikan sumber daya yang ada dengan
dilandasi oleh pemahaman serta kesadaran bahwa adanya politik uang adalah
merusak demokrasi. Badan Pengawas Pemilu Daerah Istimewa Yogyakarta
mendorong masyarakat di setiap desa untuk ikut serta berpartisipasi mengawasi,
menolak dan melawan praktek politik uang dalam setiap hajatan berdemokrasi
seperti pemilihan umum, pemilihan presiden dan pemilihan kepala daerah.
Adanya desa tersebut membuat masyarakat semakin paham dan mengerti
mengenai kepemiluan secara umum, pengawasan terhadap praktek politik uang
serta sanksi-sanksinya.
Diperlukan adanya model sistem pemilu yang murah, efektif dan efesien
sehingga mendorong demokrasi kian produktif. Pilihan yang tersedia
kelak adalah merevisi UU Kepartaian dan UU Pemilu: merubah sistem
distrik dengan winner’s takes all atau kembali ke sistem proporsional
dengan nomor urut melalui rekayasa perbaikan sistem kepartian yang
kompetitif, mengakar dan terlembagakan. Tentu dengan merancang model
seleksi Caleg di internal parpol secara terbuka, demokratis dan akuntabel.
Sehingga dapat memotong sistem oligarki dan patron-klien saat perekrutan
Caleg. (Agus Riwamto dalam Riewanto, 2019)
Guna mencegah praktik politik uang dalam pemilu salah satu cara
progresif yang patut diupayakan adalah perlunya pengaturan transaksi
elektronik bagi Capres/cawapres, caleg dan organisasi parpol sebelum
kampanye hingga berakhirnya masa kampanye. Gagasan progresif ini
untuk memudahkan PPATK untuk mengendus sumber dana kampanye,
alirannya dan penggunaanya selama kampanye. memangkas penggunaan
uang tunai dalam pemerintahan mendatang
a. Deklarasi.
c. Aksi Bersama.
d. Workshop.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan diatas yaitu, money politic dan vote
buying merupakan pelanggaran yang sering dilakukan menjelang dilaksanakannya
pemilu, money politic sekarang ini sudah dianggap sebagai hal yang wajib dilakukan bagi
sekelompok orang pendukung calon pemimpin dan dianggap oleh masyarakat sebagai hal
yang wajar untuk dilakukan, sehingga cita-cita Indonesia untuk memiliki pemimpin yang
amanah, adil, dan berintegrasi akan sulit untuk dicapai. Peraturan perundang-undangan
mengenai larangan melakukan money politic dan vote buying yang telah dibuat belum
ditegakkan. Upaya dan strategi pemerintah guna mencegah terjadinya kembali fenomena
money politic masih belum terlihat.
B. Saran
1. Pemerintah dapat menjalankan hukum yang ada untuk menangani kasus money
politic dan vote buying.
2. Pemerintah dapat melakukan upaya dan strategi untuk mencegah terjadinya
pelanggaran money politic dan vote buying.
3. Pemerintah perlu meningkatkan pengawasan saat pelaksanaan pemilu.
4. Masyarakat dapat meningkatkan pemahamannya mengenai tindakan pelanggaran
money politic dan vote buying.
DAFTAR PUSTAKA
Abhipraya, F. A., Sadayi, D. P., & Putri, F. A. (2020). Peran Komite Independen Sadar Pemilu
(KISP) sebagai LSM Kepemiluan dalam Melawan Praktik Politik Uang. Politicon : Jurnal Ilmu
Politik, 2(2), 165–190. https://doi.org/10.15575/politicon.v2i2.8556
Ermawati, I.S. (2020, Agustus 26). Pengaruh, Dampak, dan Cara Penyelesaian dari Money
Politic Terhadap Partisipasi Masyarakat dalam Pilkada Oleh Kaum Intelektual. KPU Kota
Tanjungpinang.https://kpu-tanjungpinangkota.com/2020/08/pengaruh-dampak-dan-cara-penyeles
aian-dari-money-politik-terhadap-partisipasi-masyarakat-dalam-pilkada-oleh-kaum-intelektual/
[Diakses pada 26 November 2021]
Fitriani, L. U., Karyadi, L. W., & Chaniago, D. S. (2019). Fenomena Politik Uang (Money
Politic) Pada Pemilihan Calon Anggota Legislatif di Desa Sandik Kecamatan Batu Layar
Kabupaten Lombok Barat. RESIPROKAL: Jurnal Riset Sosiologi Progresif Aktual, 1(1), 53-61.
Kurniawan, Roby. (2019). Strategi Sosial Pencegahan Politik Uang di Indonesia. Jurnal
Integritas KPK 2019, 5(1), 29–41.
Lati praja delmana. (2020). Problematika Dan Strategi Penanganan Politik Uang Pemilu
Serentak 2019 Di Indonesia. Electoral Governance Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia, 1(2),
1–20. https://doi.org/10.46874/tkp.v1i2.61
Marlinda, M., Tarifu, L., & Asriani, A. (2019). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya
Money Politic pada Pemilu Legislatif Kabupaten Muna Barat Tahun 2019. CALGOVS (Local
Politic and Government Issues), 1(02), 1-13.
Nugraheny, Dian. 2019. Cerita Caleg Terpilih Berjuang Melawan Politik Uang. URL:
https://nasional.republika.co.id/berita/pwzxbl428/cerita-caleg%02terpilih-berjuang-melawan-poli
tik-uang
Pahlevi, M. E. T. P., & Amrurobbi, A. A. (2020). Pendidikan Politik dalam Pencegahan Politik
Uang Melalui Gerakan Masyarakat Desa. Jurnal Antikorupsi Integritas, 6(1), 141–152.
Pranata, Nanang. (2019). STRATEGI MENCEGAH MONEY POLITIC MELALUI DESA
ANTI POLITIK UANG (Studi Kasus Pada Gerakan Desa Anti Politik Uang Murtigading
Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul).
Prasetyo, Mujiono. 2020. Kejahatan Politik Uang (Money Politics) Dalam Pemilihan Umum
Kepala Daerah Terhadap Konstruksi Pemerintahan. URL:
https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/alj/article/download/9533/4870.
Priestnall, S. L., Okumbe, N., Orengo, L., Okoth, R., Gupta, S., Gupta, N. N., Gupta, N. N.,
Hidrobo, M., Kumar, N., Palermo, T., Peterman, A., Roy, S., Konig, M. F., Powell, M., Staedtke,
V., Bai, R. Y., Thomas, D. L., Fischer, N., Huq, S., … Chatterjee, R. (2020). In Endocrine (Vol.
9, Issue May).
https://www.slideshare.net/maryamkazemi3/stability-of-colloids%0Ahttps://barnard.edu/sites/def
ault/files/inline/student_user_guide_for_spss.pdf%0Ahttp://www.ibm.com/support%0Ahttp://w
ww.spss.com/sites/dm-book/legacy/ProgDataMgmt_SPSS17.pdf%0Ahttps://www.nep
Riewanto, A. (2019). Strategi Hukum Tata Negara Progresif Mencegah Politik Uang Pemilu
Serentak. Integritas : Jurnal Antikorupsi, 5(1), 111–125.