Anda di halaman 1dari 5

PANDANGAN PANCASILA TERHADAP PRAKTEK

POLITIK UANG DI INDONESIA


Rivi Hamdani
Pendidikan Teknologi Informasi, Teknik, Universitas Negeri Surabaya
Email: shine.ofdani@gmail.com

Nur Hayati NLR


Pendidikan Teknologi Informasi, Teknik, Universitas Negeri Surabaya
Email: nainggolan.nurhayati@gmail.com

Nur Afni Syarifah


Pendidikan Teknologi Informasi, Teknik, Universitas Negeri Surabaya
Email: nafnisyarifah@yahoo.com

Syarif Hidayatullah
Pendidikan Teknologi Informasi, Teknik, Universitas Negeri Surabaya.
Email: re.syahid@gmail.com

Ristyawan Kautsar
Pendidikan Teknologi Informasi, Teknik, Universitas Negeri Surabaya
Email: ristyawan_k@rocketmail.com

Febrian Edi T
Pendidikan Teknologi Informasi, Teknik, Universitas Negeri Surabaya
Email: luckyrian@ymail.com

Abstrak
Artkel ini memuat tentang bagaimana praktek Politik Uang yang terjadi di Indonesia yang sekarang sudah
sangat marak terjadi. Praktek politik uang ini tidak hanya merugikan negara tapi juga mencemarkan proses
Pemilihan Umum atau Pemilu dan juga sarana pembodohan masyarakat secara besar-besaran. Dalam
kaitannya dengan Pancasila sebagai Etika Politik, praktek Politik Uang ini sudah bertentangan nilai-nilai
Pancasila yang terkandung dalam sila keempat. Tingkat kemiskinan yang tinggi, kesadaran dan
kesejahteraan yang rendah dari masyarakat Indonesia dalam memilih calon Politikus inilah yang menjadi
latar belakang terjadinya Politik Uang, dan lemahnya hukum tentang Politik Uang yang menjadikan
praktek Politik Uang semakin marak terjadi.
Kata Kunci: Politik Uang, Etika Pancasila, Hukum.

Abstract
This artkel containing about how the practice of money politics which occurred in Indonesia are now so
rife. The practice of money politics is not only detrimental to the country but also pollute the General
Election process or Election and also a means of duping the public on a large scale. In relation to the
Pancasila, this practice of Money Politics it is contrary to the values contained in Pancasila fourth
principle. High levels of poverty, low awareness and well-being of the people of Indonesia in selecting
candidates politician that is the background of Money Politics, and the weakness of the law that makes the
practice of Political Money Money Politics increasingly rife.
Keywords: Money Politics, Ethics Pancasila, Law.
PENDAHULUAN
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang terdiri dari
berbagai suku, ras, agama, dan budaya dengan luas
daratan yang dipisahkan oleh lautan, inilah yang
menjadikan bangsa Indonesai sebagai bangsa yang besar.
Seiring dengan bertambahnya usia bangsa ini, makin

bertambah pula masalah yang harus dihadapi, salah satu


tantangan yang harus dihadapi yaitu dibidang politik.
Reformasi telah mengubah wajah dunia perpolitikan
Indonesia, yang dulunya otoriter dan canggung kini telah

menjadi lebih demoktratis dan mendapat perhatian yang


vukup besar dari setiap lapisan masyarakat, hal ini dapat
dilihat dari banyaknya partai-partai politikbaru
bermunculan. Partai politik sejatinya menjadi penyalur
aspirasi rakyat, dan salah satu caranya yaitu dengan
diadakannya Pemilihan Umum atau Pemilu.
Pemilu merupakan suatau kegiatan politik yang
melibatkan semua lapisan masyarakat. Momen ini sangat
berarti bagi kelangsungan kehidupan berdemokrasi di
negara ini. Rakyat Indonesia sangat membutuhkan
pemimpin yang memahami masyarakat, bangsa, dan
negaranya.
Fungsi partai politik sebagai kendaraan politik yang
diatur undang-undang yang dapat mengantarkan seorang
politikus mendapatkan posisi di dewan legislatif. Seorang
politikus yang profesional adalah seorang yang cakap
membawa aspirasi masyarakat dengan isu-isu yang
mencuat ke permukaan yang perlu dipecahkan ke arena
politik dengan menggunakan Etika Politik.
Salah satu tantangan terbesar dalam sisitem pemilihan
umum di Indonesia saat ini adalah pada pencerdasan
rakyat untuk memilih para wakil rakyat dan kepala
pemerintahan, rakyat yang cerdas akan lebih selektif
memilih wakil-wakil mereka di lembaga legislatif.
Kecerdasan rakyat itu berkaitan erat dengan
kesejahteraan, kesehatan dan tingkat pendidikan rakyat itu
sendiri. Rakyat yang sejahtera, sehat dan memperoleh
pendidikan yang baik akan menjadi pemilih cerdas,
sementara rakyat yang rendah kesejahteraan dan
kesehatannya akan terisolasi dari informasi-informasi
yang valid tentang pembangunan. Mereka juga menjadi
tidak tahu secara mendalam siapa figur-figur yang tepat
untuk memimpin proses pembangunan yang berat dan
kompleks di negara ini.
Semua ini bisa dilatar belakangi oleh kurangnya minat
baca, apatisme dan ketiadaan harapan untuk masa depan
pasca pemilu. Hal ini menyebabkan rakyat yang rendah
kecerdasannya menjadi sasaran bagi para politisi untuk
membeli suara mereka dengan harga murah, sehingga
dikenal dengan Politik Uang /Money Politics.
Contoh kasus Politik Uang yang baru saja terjadi
adalah terjadinya Politik Uang saat Pemilu Legislatif 9
April 2014.
Maraknya praktik politik uang dalam Pemilihan
Umum Legislatif (Pileg) 2014 masih terus terjadi. Hal itu
membuktikan betapa masifnya pelanggaran pidana pemilu
yang berujung tercemarnya pemilu yang jujur dan adil.
Demikian disampaikan anggota Divisi Korupsi Politik
Indonesia Corruption Watch (ICW), Donal Fariz, dalam
paparan hasil pemantauan politik uang dalam Pemilu
Legislatif
2014
di
Jakarta,
Senin
(21/4).
Praktik politik uang masih masif terjadi dalam pemilu

legislatif tahun 2014 dengan modus pemberian secara


prabayar dan pasca bayar, ujarnya.
ICW bersama jaringan di daerah melakukan
pemantauan di 15 provinsi sejak masa kampanye, minggu
tenang, hingga hari pencoblosan. Hasil final pemantauan,
setidaknya mendapatkan 313 temuan pelanggaran. Mulai
pemberian uang sebanyak 104 kasus, pemberian barang
sebanyak 128 kasus, pemberian jasa 27 kasus, dan
penggunaan sumber daya negara 54 kasus.
Untuk politik uang berdasarkan latar belakang partai,
Golkar menduduki nomor urut pertama, dengan 57 kasus.
Sedangkan PPP 30 kasus, PAN 25 kasus, Demokrat 25
kasus, dan PDIP 24 kasus.
Demokrasi kita masih pada pemodal uang, bisa kita
bayangkan hasilnya nanti, ujarnya.
Lebih jauh Donal menuturkan, dari hasil temuan di
sejumlah provinsi itu, aktor pelaku politik uang lebih
didominasi oleh kandidat caleg sebanyak 170 kasus.
Sedangkan Tim Sukses (Timses) sebanyak 107 kasus,
aparat pemerintah 24 kasus.
Berdasarkan catatan ICW, tren politik uang dari
Pemilu pasca reformasi meningkat. Pemilu 1999 sebanyak
62 kasus. Sedangkan Pemilu 2004 sebanyak 113 kasus,
Pemilu 2009 sebanyak 150 kasus, dan Pemilu 2014
sebanyak 313 kasus. Ini membuktikan tren pelanggaran
pemilu politik uang meningkat dari pemilu ke pemilu,
ujarnya.
Dalam tujuan penulisan ini adalah untuk memahami
tentang Pancasila sebagai Etika Politik, prektek Politik
Uang yang terjadi di Indonesia, apa saja yang
menyebabkan Politik Uang itu terjadi, dasar hukum dari
Politik Uang, dampak, dan bagaimana pandangan
Pancasila, serta solusi untuk megatasi masalah Politik
Uang.
Rumusan masalah yang menjadi topik pembahsan ini
adalah: 1. Apa itu Politik Uang? 2. Apa saja penyebab
terjadinya Politik uang? 3. Apa dasar hukum dari Politik
Uang? 4. Dampak apa yang ditimbulkan dari Politik
Uang? 5. Bagaimana pandangan Pancasila terhadap
Politik Uang? dan 6. Bagaimana solusi mengatasi
masalah Politik Uang?
Manfaat yang diharapkan dari penulisan ini adalah
pembaca dapat mengetahui pengertian Politik Uang,
penyebab terjadinya Politik Uang, dasar hukum Politik
Uang, dampak yang ditimbulkan dari Politik uang,
pandangan Pancasila terhadap Politik Uang, dan solusi
untuk mengatasi masalah Politik Uang

METODE

Dalam penelitian ini, menggunakan metode penelitian


kualitatif deskriptif yaitup enelitian yang berisi tentang
gambaran atau melukis keadaan yang sedang diteliti dan
berusaha memberikan gambaran yang jelas secara
mendalam tentang apa yang sedang di teliti dan menjadi
pokok permasalahan. Teknik pengambilan data
menggunakan data sekunder yaitu pengumpulan data
dengan merujuk sumber tertulis sebagai data pendukung.
Survei persepsi masyarakat terhadap integritas Pemilu
yang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK
pada 2013 yang dikutip dalam Tempo.co.id menyebutkan
71 persen responden paham bahwa praktek Politik Uang
dalam Pemilu merupakan hal yang umum terjadi di
Indonesia. Bahkan menurut hasil survei itu, hampir
seluruh responden (92 persen) menyatakan tersangkutnya
pejabat dan politikus dalam kasus korupsi merupakan hal
yang galib terjadi di Indonesia. Adapun data dari Global
Corruption Barometer 2013 yang dikeluarkan oleh
Transparency International menyebut partai politik dan
parlemen sebagai salah satu institusi yang sarat dengan
korupsi. Budaya politik uang tidak lepas dari faktor
kemiskinan, mentalitas, dan kultur yang melihat politik
sebagai sarana untuk hal-hal yang sifatnya materialistik.
Hal ini menunjukan bahwa peran Politik Pang di Pemilu
berpengaruh terhadap partisipasi pemilih dalam Pemilu.

Politik uang atau politik perut adalah suatu bentuk


pemberian atau janji menyuap seseorang baik supaya
orang itu tidak menjalankan haknya untuk memilih
maupun supaya ia menjalankan haknya dengan cara
tertentu pada saat pemilihan umum. Pembelian bisa
dilakukan menggunakan uang atau barang. Politik uang
adalah sebuah bentuk pelanggaran kampanye. Politik
uang umumnya dilakukan simpatisan, kader atau bahkan
penguruspartai politik menjelang hari H pemilihan umum.
Praktik politik uang dilakukan dengan cara pemberian
berbentuk uang, sembako antara lain beras, minyak dan
gula kepada masyarakat dengan tujuan untuk menarik
simpati masyarakat agar mereka memberikan suaranya
untuk partai yang bersangkutan.
Dijelaskan Sudjito (2009), filosofi manusia modern
mempunyai beberapa ciri. Di antaranya, pertama,
manusia modern hidup berdasarkan rasionalitas yang
tinggi. Kedua, kebutuhan manusia terfokus pada materi
kebendaan. Di antara materi kebendaan yang dipandang
memiliki nilai tertinggi adalah uang.
Dalam realitas masih sangat besar jumlah orang
miskin di Indonesia, maka dalam setiap pemilihan umum
telah dijadikan oleh masyarakat sebagai sarana untuk
mendapatkan uang dan sembako.
Edy Suandi Hamid (2009) yang melihat dari
kacamata ekonomi, menilai money politic muncul karena
adanya hubungan mutualisme antara pelaku (partai,
politisi, atau perantara) dan korban (rakyat). Keduanya
saling mendapatkan keuntungan dengan mekanisme
money politic. Bagi politisi, money politic merupakan
media instan yang dengan cara itu suara konstituen dapat
dibeli. Sebaliknya, bagi rakyat, money politic ibarat
bonus rutin di masa Pemilu yang lebih riil dibandingan
dengan program-program yang dijanjikan.
Modusnya:
Pertama : para calon yang bertanding dalam pemilu,
pemilukada
dan
pilkades,
menjadikan
masyarakat sebagai obyek dalam politik uang
dengan membagi uang dan sembako kepada
mereka pada minggu tenang kampanye yang
sering disebut serangan fajar.
Kedua : masyarakat secara langsung ataupun melalui
tim sukses menjadikan pula para calon
sebagai obyek untuk mendapatkan uang dan
sembako.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Sebelum membahas Pancasila sebagai Etika Politik
dan praktek Politik uang, terlebih dahulu kita membahas
pengertian Etika, Politik, dan Politik Uang.
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang
berarti watak, adat, atau kesusialaan. Dalam konteks
filsafat, etika membahas tentang tingkah laku manusia
dipandang dari segi baik dan buruk.
Politik berasal dari bahasa Yunani yaitu politikos
yang berarti dari,untuk, atau yang berkaitan dengan warga
negara. Politik adalah proses pembentukan dan
pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain
berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam
negara. Pada pengertian lain, Politik adalah usaha yang
ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan
bersama (Aristoteles, ).
Dari sini dapat disimpulkan bahwa Etika Politik
adalah nilai-nilai azas moral yang disepakati bersama baik
pemerintah dan/atau masyarakat untuk dijalankan dalam
proses pembagian kekuasaan dan pelaksanaan keputusan
yang mengikat untuk kebaikan bersama. Etika Politik
adalah filsafat moral tentang dimensi politik kehidupan
manusia. Karena itu, Etika Politik mempertanyakan
tanggung jawab dan kewajiban manuisia sebagai manusia
dan sebagai warga negara terhadap negara, hukum dan
sebagainya (Suseno, 1988).

Kedua belah pihak secara langsung ataupun tidak


langsung menjalin kerjasama yang bersifat simbiotik
mutualistik yang saling menguntungan, yaitu para calon
sangat memerlukan dukungan suara masyarakat untuk
memenangkan pemilu, pemilukada atau pilkades.
Sebaliknya, masyarakat memerlukan uang dan sembako
untuk bertahan hidup.

Kedua belah pihak melakukan transaksi jual beli


suara dalam pemilu yang kemudian disebut Politik Uang.
Di dalam KUHP (Kitab Hukum Undang-Undang
Pidana) terdapat 5 pasal mengenai tindak pidana
Kejahatan Terhadap Pelaksanaan Kewajiban dan Hak
Kenegaraan yang ada hubungannya dengan pemilihan
umum. Di sini penulis akan mengutip 1 pasal terkait delik
Politik Uang yaitu pada Pasal 149 yang berbunyi;
..menyuap atau berjanji menyuap seseorang agar
jangan menggunakan haknnya untuk memilih; diancam
pidana penjara selama-lamanya 9 (sembilan) bulan atau
denda Rp. 4.500 (empat ribu lima ratus rupiah).
Kemudian dari KUHP tsb, delik dirumuskan dan
dikodifikasi ulang dalam undang undang khusus pemilu
(UU Pemilu) 1999, dan diperbaharui lagi dalam UU
Pemilu 2008 yang diterbitkan oleh Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono dalam lembar Negara Republik
Indonesia Nomor 10. Berikut bunyi lengkapnya;
Barang siapa pada waktu diselenggarakannya
pemilihan umum menurut undang-undang ini dengan
pemberian atau janji menyuap seseorang, baik supaya
orang itu tidak menjalankan haknya untuk memilih
maupun supaya ia menjalankan haknya dengan cara
tertentu, dipidana dengan pidana hukuman penjara
paling lama 3 (tiga) tahun. Pidana itu dikenakan juga
kepada pemilih yang menerima suap berupa pemberian
atau janji berbuat sesuatu. Pasal 73 ayat 3 UU
Pemilu No.3/1999.
Delik PolitikUang juga diatur dalam undang undang
Pilkada Tahun 2004 dengan bunyi;
Setiap orang yang dengan sengaja memberi atau
menjanjikan uang atau materi lainnya kepada seseorang
supaya tidak menggunakan hak pilihnya, atau memilih
pasangan calon tertentu, atau menggunakan hak pilihnya
dengan cara tertentu sehingga surat suaranya tidak sah,
diancam dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua)
bulan dan /atau denda paling sedikit Rp satu juta rupiah
(1.000.000) UU Pilkada No.32 Pasal 117 Tahun 2004.
Tak hanya berimbas buruk bagi masyarakat, pelaku,
dan pemerintah, praktik Politik Uang ini berakibat pada
pencitraan yang buruk serta terpuruknya partai politik.
Dengan adanya Politik Uang akan melatih masyarakat
untuk bertindak curang. Pelakunya pun bila terpilih,
mungkin sekali melakukan penyalahgunaan jabatan dan
terlibat kasus korupsi. Sementara mereka yang gagal
menjabat, bisa-bisa terganggu secara psikologis atau
depresi.
Dalam masyarakatpun kurang untuk peduli terhadap
Politik Uang bahkan terkesan mengharapkan sesuatu dari
seseorang yang sedang bertarung dalam proses pemilu
ataupun pilkada. Masyarakat menganggap bahwa saat

itulah mereka bisa panen uang, karena suara mereka yang


dapat ditukar dengan uang
Di sisi lain, kerugian berjalannya Politik Uang bagi
pemerintah adalah terciptanya produk perundangan atau
kebijakan yang kolutif dan tidak tepat sasaran. Pasalnya
mereka yang menjabat tidak sesuai dengan kapasitas atau
bukan ahli di bidangnya.
Jika dikaitkan dengan Pancasila sebagai Etika Politik
dan berbicara mengenai pemimpin yang menghandalkan
uang dan kekuasaan sebagai dasar kepemimpinannya,
maka semua itu tentulah bersimpangan dengan etika
bangsa yang berlandasan padaPancasila yang termaktub
pada sila ke-4 yang berbunyi;
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan.
Jika seorang pemimpin yang berlatar belakang
demikian, tentulah pemikirannya hanya kecurangan
dalam menjalankan kepemimpinan. Musyawarah yang
telah dilaksanakan hanya akan menjadi sebuah sandiwara
panggung politik bagi pemimpin-pemimpin yang hanya
berlandaskan pada kekuasaan dan jabatan semata. Denga
demikian negara bukan semakin baik akan tetapi semakin
hancur akibat terpilihnya pemimpin yang tidak
berkualitas.
Jika demikian yang terjadi, lantas siapakah yang akan
bertanggung jawab?
Tentulah mereka yang memilih dan dipilih, karena
yang memilih hanya berdasarkan keuangan semata, dan
pemimipin juga menggunakan cara yang curang yang
melanggar pasal 73 ayat 3 undang-undang nomor 3 tahun
1999 yang di dalamnya berbunyi;
Barang siapa pada waktu dislenggarakannya pemilihan
umum menurut undang-undang ini dengan pemberian
atau janji menyuap seseorang, baik supaya orang itu
tidak menjalankan haknya untuk memilih maupun supaya
ia menjalankan haknya dengan cara tertentu, dipidana
dengan pidana hukuman penjara paling lama 3(tiga)
tahun. Pidana itu dikenakan juga kepada pemilih yang
menerima suap berupa pemberian atau janji berbuat
sesuatu.
Dengan melihat penyebab utama Politik Uang adalah
kemiskinan di masyarakat kita dan dampak yang
ditimbulkan pada masyarakat yang cukup banyak, maka
kami memiliki pendapat dalam mengatasi masalah Politik
Uang ini.
Pertama : memberntas kemiskinan, yang dimulai dengan
memtong lingkaran kemiskinan melalui
pemberian beasiswa penuh kepada anak-anak
miskin untuk belajar di daerah lain atau di luar
negeri. Ini sangat penting karena salah satu
penyebab
kemiskinan
adalah
faktor
budaya. Maka anak-anak miskin, harus

dirubah budaya mereka sehingga menjadi


dinamis dan progresisf dengan menyekolahkan
mereka ke daerah lain yang berarti
memisahkan kehidupan mereka dengan orang
tuanya dan lingkungannya.
Kedua : merubah budaya masyarakat miskin menjadi
budaya yang disiplin, kerja keras, optimis dan
tidak cepat menyerah terhadap nasib.
Ketiga : pemerintah
harus
memberi special
treatment (perlakuan khusus) kepada rakyat
miskin dengan memberi pelatihan kepakaran
secara gratis supaya setiap orang mempunyai
keahlian (kepakaran) kerja dan bisnis.
Keempat : beri tempat berusaha yang layak dan ramai
dikunjungi pembeli.

DAFTAR PUSTAKA
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. 2014,
Politik
Uang
(Online),
(http://id.wikipedia.org/wiki/Politik _Uang, diakses
07 Desember 2014)
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. 2014,
Politik (Online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Politik,
diakses 07 Desember 2014)
Umar,
Musni.
2014,
Kemiskinan
Penyebab
Merajalelanya Politik Uang dalam Pemilu (Online),
(http://politik.kompasiana.com/2014/04/18/musniumar-kemiskinan-penyebab-terjadinya-politik-uangdalam-pemilu-648851.html, diakses 07 Desember
2014)

Kelima : jadikan APBN dan APBD sebagai instrumen


untuk memajukan usaha kecil menengah dan
koperasi dengan memberi order kepada
mereka, modal kerja dan modal investasi, izin
usaha, promosi, dan pembinaan secara reguler.
Dengan
adanya
usaha
dari
setiap
lembagapemerintahan dan dari seluruh lapisan
masyarakat, diharapkan penyelesaian masalah tentang
praktek Politik Uang yang terjadi di Indonesia bisa
diminimalisir atau bahkan bisa diselesaikan dan
dihindari, dan mengembalikan nilai-nilai Pancasila
sebagai Etika Politik.

Mujab, Mohammad. 2013, Haram Hukum Money Politik


Karena
Melanggar
UU
Negara
(Online),
(http://samansamin.wordpress.com/2013/05/24/haram
-hukum-money-politik-karena-melanggar-uu-negara,
diakses 07 Desember 2014)
Wuryaning, Sri. __, Dampak Buruk Money Politics
(Online), (http://satelitnews.co/dampak-buruk-moneypolitics/, diakses 07 Desember 2014)
Rizqiyah, Mazidatur. 2014, PANDANGAN ETIKA
PANCASILA TERHADAP MONEY POLITIK DALAM
PEMILU
(Online),
(http://fie-kiecemungut.blogspot.com/2014/04/pandangan-etikapancasila-terhadap.html, diakses 07 Desember 2014)

PENUTUP
Simpulan
Perbuatan yang dianggap kriteria Politik Uang ialah
sengaja memberi uang atau materi laninnya kepada
pemilih atau sengaja menjanjikan uang atau materi
lainnya kepada pemilih denga tujuan supaya tidak
menggunakan hak pilihnya atau supaya memilih pasangan
calon tertentu. Perbuatan ini diharamkan bagi pemberi dan
penerima.

Koswara, Andi. 2012,Money Politik Menciderai NilaiNilai


Pancasila
(Online),
(http://andikoswara.blogspot.com/2012/07/money-politikmenciderai-nilai-nilai.html, diakses 07 Desember
2014)
Tim Tempo. 2014, Korupsi Politikus Pengaruhi
Pertumbuhan
Ekonomi
(Online),
(http://www.tempo.co/read/news/2014/12/04/0636263
28/Korupsi-Politikus-Pengaruhi-PertumbuhanEkonomi, diakses 07 Desember 2014)

Saran
Politik Uang adalah perbuatan yang dilarang oleh agama
dan nergara, sehingga sebaiknya perbuatan praktek
tersebut wajib dihindari. Bagi aparat hukum agar
senantiasa memberantas atau meminimalisir adanya
kecendrungan praktek Politik Uang dalam setiap
momentum Pemilu. Praktet Politik Uang merupaka
tanggung jawab bersama, sehingga peran pemerintah dan
masyarakat seluruhnya harus sesuai peraturan, norma,
undang-undang, dan hukum yang telah ada.

Tim Hukum Online. 2014, Praktik Politik Uang dalam


Pileg 2014 Masif - Tren praktik politik uang sejak
2009
hingga
2014
meningkat
(Online).
(http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5354fb00
73589/praktik-politik-uang-dalam-pileg-2014-masif,
diakses 07 Desember 2014)

Anda mungkin juga menyukai