Oleh:
I GEDE SAYOGA ADI PRANATA
NPM. 202232122107
ii
RINGKASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fenomena politik uang yang terjadi di
masyarakat, sangat sulit untuk dihentikan dan justru menjadi kebiasaan atau tradisi
yang dilakukan oleh calon atau kontestan politik tertentu kepada masyarakat
menjelang pelaksanaan pemilu untuk mendapatkan dukungan dan perolehan suara
terbanyak dari masyarakat. Tujuan dilakukannya penelitian untuk mengetahui
faktor-faktor penyebab terjadinya politik uang, bagaimana proses terjadinya di
masyarakat dan dampak yang ditimbulkan dari praktik politik uang bagi
masyarakat. Penelitian ini menggunakan analisis paradigma perilaku sosial dengan
teori pertukaran untuk menggali fenomena politik uang yang sering terjadi di
masyarakat, dan didukung oleh beberapa teori dan konsep pendukung yaitu teori
kekuasaan, partisipasi politik dan politik uang. Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kualitatif.
iii
DAFTAR ISI
4.1 Kesimpulan.......................................................................................... 10
iv
1 BAB I
PENDAHULUAN
1
pelaksanaan pemilu. Masyarakat sebagai aktor sosial dapat mempertimbangan
keuntungan ataupun kerugian yang bisa didapatkannya dari praktek politik uang
yang terjadi dalam pemilu yang akhirnya menjadi pertimbangan masyarakat dalam
menentukan pereferensi mereka dalam memilih calon legilatif dalam pemilu. Oleh
karena itu, semakin tinggi ganjaran (reward) yang diperoleh dalam politik uang
maka akan semakin besar kemungkinan perilaku tersebut akan diulang. Sebaliknya
semakin tinggi biaya atau ancaman hukuman (punishment) yang akan diperoleh
maka makin kecil kemungkinan perilaku yang sama akan diulang. Charles F.
Andrain (1992) dalam Damsar (2015 : 72) mengungkapkan bahwa kekuasaan
dimengerti sebagai penggunaan sejumlah sumber daya (aset kemampuan) untuk
memperoleh kepatuhan (tingkah laku menyesuaikan) dari orang lain. Mendapatkan
kekuasaan, seseorang membutuhkan sumber daya yang bisa digunakan untuk
menunjang dan membantunya dalam mendapatkan kekuasaan tersebut, bahkan
dengan sumber daya yang dimiliki seseorang bisa medapatkan kekuasaan, dan
mampu membuat orang lain tunduk dan patuh terhadap apa yang diinginkannya.
Salah satu sumber daya yang bisa digunakan untuk memperoleh kekuasaan tersebut
adalah sumber daya ekonomi, sperti yang dikatakan Charles F. Andrain dalam
Damsar (2015 : 72) bahwa salah stau sumber daya kekuasaan adalah ekonomi,
sebab dengan ekonomi seseorang akan mampu untuk melakukan berbagai usaha
dengan sumber daya ekonomi yang dimiliki tersbeut untuk mendapatkan apa yang
menjadi tujuannya dalam hal ini adalah kekuasaan. Partisipasi politik menuurt
Ikhsan Dermawan (2014 : 32) merupakan suau tindakan yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi pembuatan kebijakan yang
dilakukan oleh pemerintah. Menggunakan hak pilih di dalam sebuah pemilu
hanyalah salah satu bentuk partisipasi politik. Partisipasi politik penting karena
warga negara telah menyerahkan hak berkuasa kepada lembaga politik melalui
pemilu dan tidak boleh kehilangan hak untuk membela diri dari kemungkinan
penyalahgunaan kekuasaan. Masyarakat sebenarnya tidak boleh ikut terpengaruh
dengan apapun yang bisa berdampak pada kehialngan hak mereka sebagai warga
negara, termasuk Ketika memberikan hak suara hingga melakukan pengawasan
terhadap pemerintahan yang selama ini telah mereka pilih dan percaya. Menurut M.
Abdul Kholiq dalam Gustia (2015 : 28) politik uang adalah suatu tindakan
2
membagi-bagikan uang atau materi lainnya baik milik pribadi dari seorang politisi
(calon Legislatif/calon presiden dan wakil presiden, calon kepala daerah) atau milik
partai untuk mempengaruhi suara pemilu yang diselenggarakan. Jadi politik uang
merupakan upaya mempengaruhi orang lain dengan menggunakan imbalan materi
pada proses politik dan kekuasaan bernama pemilihan umum. Bumke
mengategorikan politik uang dalam tiga dimensi yaitu vote buying, vote broker dan
korupsi politik. Vote buying merupakan pertukaran barang, jasa, atau uang dengan
suara dalam pemilu, vote broker adalah orang yang mewakili kandidat/partai untuk
membeli suara. Korupsi politik adalah segala bentuk suap kepada politisi dalam
rangka mendapatkan kebijakan yang menguntungkan atau keuntungan lainnya.
Seperti yang dikemukakan Syarif Hidayat dalam Gustia (2015 : 30) praktik politik
uang dimulai dari proses nominasi kandidat, selama masa kampanye, hingga hari-
H pemilihan ketika suara dihitung. Ada dua jenis politik uang yaitu pertama, secara
langsung dengan memberikan uang kepada pemilih. Kedua, secara tidak langsung
dengan memberikan berbagai barang yang memiliki nilai guna dan nilai tukar yang
tinggi.
3
2 BAB II
LANDASAN KONSEP DAN TINJAUAN TEORI
4
maupun Presiden dan Kepala Daerah karena telah dipilih secara langsung, maka
semuanya merupakan wakil-wakil rakyat yang menjalankan fungsi kekuasaan
masing-masing. Kedudukan dan fungsi wakil rakyat dalam siklus ketatanegaraan
yang begitu penting dan agar wakil-wakil rakyat benarbenar bertindak atas nama
rakyat, maka wakil rakyat tersebut harus ditentukan sendiri oleh rakyat, yaitu
melalui pemilihan umum.
2.1.2 Asas Pemilu
Asas pemilu menurut UU No.23 tahun 2003, tentang Pemilihan Presiden dan
WakilPresiden meliputi:
a. Langsung
Artinya rakyat pemilih mempunyai hak untuk secara langsung
memberikansuaranya sesuai dengan kehendak hati nuraninya tanpa
perantara.
b. Umum
Artinya semua warga negara yang telah berusia 17 tahun atau telah menikah
berhak untuk ikut memilih dan telah berusia 21 tahun berhak dipilih dengan
tanpa ada diskriminasi.
c. Bebas
Artinya rakyat pemilih berhak memilih menurut hati nuraninya tanpa ada
pengaruh, tekanan, atau paksaan dari siapa pun/dengan apa pun.
d. Rahasia
Artinya rakyat pemilih dijamin oleh peraturan tidak akan diketahui oleh
pihak siapa pun dan dengan jalan apa pun siapa yang dipilihnya atau kepada
siapa suaranya diberikan.
e. Jujur
Dalam penyelenggaraan pemilu, penyelenggara pelaksana, perintah dan
partai politik peserta pemilu, pengawas dan pemantau pemilu, termasuk
pemilih, serta semua pihak yang terlibat secara tidak langsung, harus
bersikap jujur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
f. Adil Dalam penyelenggaraan pemilu setiap pemilihan dan partai politik
peserta pemilu mendapat perlakuan yang sama serta bebas dari kecurangan
pihak manapun.
5
2.2 Money politic
2.2.1 Pengertian money politic
adalah suatu bentuk pemberian atau janji menyuap seseorang baik supaya
orang itu tidak menjalankan haknya untuk memilih maupun supaya ia
menjalankan haknya dengan cara tertentu pada saat pemilihan umum.
Pembelian bisa dilakukan menggunakan uang atau barang. Politik uang
adalah sebuah bentuk pelanggaran kampanye Politik uang umumnya
dilakukan simpatisan, kader atau bahkan pengurus partai politik menjelang
hari H pemilihan umum. Praktik politik uang dilakukan dengan cara
pemberian berbentuk uang, sembako antara lain beras, minyak dan gula
kepada masyarakat dengan tujuan untuk menarik simpati masyarakat agar
mereka memberikan suaranya untuk partai yang bersangkutan
6
masyarakat membuat mereka semakin memiliki ketidakpedulian terhadap
pelanggaran yang terjadi, dan akhirnya berdampak pada rendahnya kesadran politik
hingga partisipasi politik yang masih sangat rendah. Faktor Lemahnya Pengawasan
Praktek politik uang juga akan sulit untuk dihentikan jika kerja sama antara
masyarakat dengan pihak-pihak terkait masih kurang dalam melakukan
pengawasan dari praktek politik uang, terutama mendekati hari pemilihan.
Lemahnya pengawasan ini lebih menitikberatkan kepada adaptasi individu terhadap
peraturan yang mengawasi praktek politik uang itu sedniri, dimana karena faktor
rendahnya pendidikan juga berpengaruh kepada pla fikir masyarakat, sehingga
belum mampu memahami dan menginternalisasi dengan baik terkait peraturan
pengawasan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya praktek politik uang di
masyarakat.
Faktor Kebiasaan dan Tradisi Praktek politik uang yang sering terjadi di tengah
masyarakat, jika terus dibiarkan akan menjadi kebiasaan terus menerus. Dampak
ini diakibatkan karena praktek politik uang yang terjadi selama ini, karena
rendahnya pengawasan yang dilakukan dan kurnangnya pengetahuan serta
kesdaran dari masyarakat yang tidak mengetahui praktek politik uang yang terjadi
dalam pemilu. Keteidaktahuan masyarakat akan hal itu, membuat praktek politik
uang ini menjadi terus berulangulang, bahkan menjadi kebiasaan dalam pemilu, dan
membuat masyarakat berfikir bahwa hal tersebut merupakan hal yang biasa terjadi.
Pola fikir masyarakat akan hal itu, menyebabkan praktek politik uang mnejadi
tsering dialakukan terutama saat masa pemilu
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
7
13 BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
13.1 Hasil
8
untuk mempengaruhi pembuatan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah.
Menggunakan hak pilih di dalam sebuah pemilu hanyalah salah satu bentuk
partisipasi politik. Partisipasi politik penting karena warga negara telah
menyerahkan hak berkuasa kepada lembaga politik melalui pemilu dan tidak boleh
kehilangan hak untuk membela diri dari kemungkinan penyalahgunaan kekuasaan.
Masyarakat sebenarnya tidak boleh ikut terpengaruh dengan apapun yang bisa
berdampak pada kehialngan hak mereka sebagai warga negara, termasuk Ketika
memberikan hak suara hingga melakukan pengawasan terhadap pemerintahan yang
selama ini telah mereka pilih dan percaya. Menurut M. Abdul Kholiq dalam Gustia
(2015 : 28) politik uang adalah suatu tindakan
membagi-bagikan uang atau materi lainnya baik milik pribadi dari seorang
politisi (calon Legislatif/calon presiden dan wakil presiden, calon kepala daerah)
atau milik partai untuk mempengaruhi suara pemilu yang diselenggarakan. Jadi
politik uang merupakan upaya mempengaruhi orang lain dengan menggunakan
imbalan materi pada proses politik dan kekuasaan bernama pemilihan umum
9
14 BAB IV
PENUTUP
14.1 Kesimpulan
Kemurnian hasil pemilu adalah suatu hal yang tidak bisa dipisahkan
dari suatu negara demokrasi, oleh karena itu untuk menjamin pemilihan umum
yang jujur dan adil sangatlah diperlukan perlindungan bagi para pihak yang
mengikuti pemilu maupun bagi rakyat umumnya dari segala intimidasi,
penyuapan, penipuan, dan berbagai praktik kecurangan lainnya yang akan
mempengaruhi kemurnian hasil pemilihan umum. Beberapa faktor terjadinya
election fraud adalah pertama, kerangka hukum pemilu yang membuka ruang
terjadinya kegagalan pemilu, kedua, lemahnya pengawasan yang dilakukan oleh
badan Penyelenggara Pemilu, dan ketiga faktor ekonomi dan sumber daya manusia.
14.2 Saran
Kepada pemerintah hendaknya kecurangan ini menjadi perhatian khusus agar
tidak terulang kembali. Kepada masyarakat hendaknya lebih waspada dan peduli
agar tidak terlibat dengan fraud/kecurangan.
10
DAFTAR PUSTAKA
Afhita, Dias Rukmawati dan Anis, Chariri. 2011. Persepsi Manajer dan Auditor
Eksternal Mengenai Efektivitas Metode Pendeteksian dan Pencegahan
Tindakan Kecurangan Keuangan. Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas
Diponegoro. Semarang.
Norris, P. (2014). Why Electoral Integrity Matters. New York: University of
Cambridge.
Soedarsono, Mahkamah Konstitusi sebagai Pengawal Demokrasi, Penyelesaian
Sengketa Hasil Pemilu 2004 oleh Mahkamah Konstitusi, (Jakarta: Sekretariat
Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2006).
Sulistyoningsih, D. (2015). PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DALAM
TINDAK PIDANA PEMILU (Studi Terhadap Pelanggaran Pemilu Di
Indonesia). Mimbar Keadilan.
Tricahyo, Ibnu. (2009). Reformasi pemilu menuju pemisahan pemilu nasional dan
lokal. Malang: In Trans Publishing.
Tuanakotta, Theodorus M. (2014). Audit Berbasi ISA (International Standards on.
Auditing). Salemba Empat, Jakarta.
11