Disusun oleh :
Ferdya Rahman (2010113098)
Dosen Pembimbing:
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................2
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................3
BAB I................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................................4
A. Latar Belakang....................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................................7
C. Tujuan..................................................................................................................................................7
BAB II...............................................................................................................................................7
PEMBAHASAN...............................................................................................................................7
E. Dampak Yang Ditimbulkan Money Politics Dalam Pemilu Terhadap Masyarakat di Indonesia
15
F. Hal-hal Yang Perlu Kita Lakukan Untuk Memberantas Praktik Money Politics.......................18
BAB III...........................................................................................................................................19
PENUTUP......................................................................................................................................19
A. Kesimpulan........................................................................................................................................19
B. Saran..................................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................20
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, saya dapat
menyelesaikan tugas makalah yang bertema “Pemilu Indonesia Yang Bebas Dari Money
Politics”.
Laporan disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Hukum Pidana Khusus. Selain itu,
tugas ini bertujuan menambah wawasan tentang pemilu dan juga money politics bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Nani Mulyati, SH., MCL selaku dosen
mata kuliah Hukum Pidana Khusus 2.11. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua
pihak yang telah membantu diselesaikannya tugas makalah ini.
Saya menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Demokrasi sebagai dasar hidup bernegara memberi pengertian bahwa pada tingkat
terakhir rakyat memberikan ketentuan dalam masalah-masalah pokok mengenai kehidupannya,
termasuk dalam menilai kebijakan negara, karena kebijakan tersebut menentukan kehidupan
rakyat.
Sudah semestinya, bahwa insan akademis sangatlah wajib dan berhak ikut serta dalam
suksesnya kehidupan berdemokrasi dan berpolitik yang sehat demi terealisasinya tujuan
kehidupan berbangsa dan bernegara. Semisal dalam bentuk mencegah kebiasaan-kebiasaan
buruk yang notabenenya telah terlanjur dianggap baik oleh sebagian kalangan. Dengan
runtuhnya rezim orde baru Soeharto yang otoriter pada 21 Mei 1998, Indonesia bergerak menuju
sistem politik yang demokratis yang dicirikan dengan penyelenggaraan pemilihan umum yang
relatif adil, dan adanya ruang yang lebih terbuka bagi warga negara yang memiliki pandangan
politik yang berbeda.
Fenomena ini sangat berdampak terhadap perilaku masyarakat saat ini. Dampak yang
paling mononjol adalah ketergantungan masyarakat dalam memilih caleg berdasarkan uang yang
diberikan bukan visi misi, serta latar belakang para caleg.
Adapun bukti dari kasus slanjutnya akan kejadian Money Politics yang penulis temukan
dari media Tempo menunjukkan bahwa maraknya tindakan Money Politics yang terjadi dalam
berbagai jenjang pemilu dan hampir di semua daerah di Indonesia. Ada pun data lain yang
penulis temukan guna memperkuat bukti adanya kejadian Money politics dimana adanya temuan
dari kepolisian yang menyita barang bukti berupa uang ratusan juta rupiah, yang ditengarai
menjadi alat untuk memengaruhi warga dalam menggunakan hak pilihnya Seperti penyitaan
barang bukti terbesar dilakukan di wilayah Gunung Kidul, Yogyakarta. Barang-barang ini pun
diduga dipakai untuk menyuap calon pemilih.
Selanjutnya data dari hasil survey yang dilakukan oleh LSN yang dimana dari hasil survei
Lembaga Survei Nasional (LSN), pemilihan umum 2014 rawan terjadi politik uang. Mayoritas
publik mengaku bersedia menerima pemberian uang dari para calon legislator atau partai politik
menjelang pelaksanaan pemilu legislatif 9 April 2014 nanti. Sebanyak 69,1 persen mengaku
bersedia menerima pemberian uang dari caleg atau partai, meskipun dengan alasan atau dalih
yang berbeda-beda. Smentara pada pemilu 2009, survei LSN mengenai politik uang
menunjukkan masih kurang dari 40 persen publik yang bersedia menerima pemberian uang dari
caleg atau partai. Dari 1.230 responden di 34 provinsi seIndonesia, hanya 30,9 persen responden
yang dengan tegas akan menolak pemberian uang dari caleg atau partai manapun. Besarnya
persentase responden yang bersedia menerima pemberian uang dari caleg atau partai merupakan
indikator nyata bahwa potensi politik uang dalam pemilu 2014 sangat tinggi. Sikap mayoritas
publik merupakan potensi bagi mudahnya terjadi politik uang sebagai instrumen untuk
mendulang suara. Dari hasil survey yang dilakukan oleh LSN menunjukkan bahwa sebagian
besar dari masyrakat sudah bersedia dan terbuka dalam menerima Money Politics baik dari calon
kandidat maupun partai politik dan peningkatan jumlah masyarakat yang bersedia menerima
Money Politics dari pemilu 2009 dan 2014.
Tindakan Money Politics memang sulit untuk diartikan secara pasti karena masing-
masing masyrakat mengartikan Money Politics dengan persepsi yang berbeda-beda sehingga
pengertian dari Money Politics masih belum di pastikan secara rinci dan M. Abdul Kholiq
mengartikan Money Politics adalah suatu tindakan membagi-bagikan uang atau materi lainnya
baik milik pribadi dari seorang politisi (calon legislatif/calon presiden dan wakil presiden, calon
kepala daerah) atau milik partai untuk mempengaruhi suara pemilu yang diselenggarakan. Jadi
money politic merupakan upaya mempengaruhi orang lain dengan menggunakan imbalan materi
pada proses politik dan kekuasaan bernama pemilihan umum. Lebih lanjut M. Abdul Kholiq
memberikan pengertian money politic adalah suatu bentuk pemberian berupa uang atau
barang/materi lainnya (seperti sembako) atau pemberian janji yang merupakan upaya untuk
mempengaruhi seseorang atau masyarakat pemilik suara baik supaya orang itu tidak menjalankan
haknya untuk memilih maupun supaya ia menjalankan haknya dengan cara tertentu pada saat
pemilihan umum. Tindakan pemberian uang maupun jasa guna mempegaruhi pilihan pemilih
memang kerap terjadi dalam pemilu karena dianggap sebagai strategi yang menjanjikan dalam
mempengaruhi pilihan msyrakat dan mudah untuk dilakukan karena sikap akan keterbukaan
masyarakat terhadap Money Politics semakin meningkat.
Peristiwa ini sangat bertolak belakang dengan undang-undang nomor 3 tahun 1999
tentang pemilihan umum, yang berbunyi :
Dampak perilaku yang materialis akibat money politics dimasyarakat adalah seseorang
memilih caleg bukan karena idealismenya tetapi berdasarkan lingkungan disekitarnya yang
memberikan uang dan pengaruh dari tetangganya. Dengan kata lain, masyarakat gampang ikut
ikutan dengan lingkungannya. Temannya ke barat dia ikut ke barat, temennya masuk sumur, dia
juga ikut masuk sumur. Hal ini terjadi karena fikiran itu terbentuk karena pengaruh lingkungan di
sekitarnya. Karena lingkungan tersebut juga dikategorikan materi. Jika terbentuk pola pola
seperti ini masyarakat indonesia yang tidak memiliki jati diri, sehingga mudah terombang
ambing oleh keadaan disekelilingnya. Jika masyarakat mudah dikendalikan maka tinggal kita
lihat siapa yang mengendalikan.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah :
1. Apa pengertian pemilu dan politik secara umum serta menurut para ahli dan pengertian money
politics?
2. Apa saja dasar larangan praktek money politic dalam pemilu?
3. Apa saja unsur-unsur praktek money politic dalam pemilu?
4. Apa penyebab terjadinya praktik money politics di Indonesia?
5. Bagaimana dampak yang ditimbulkan money politics terhadap masyarakat di Indonesia?
6. Apa saja hal-hal yang perlu kita lakukan untuk memberantas praktik money politics?
C. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah :
1. Melengkapi tugas yang diberikan;
2. Menganalisis pengertian Politik secara umum serta menurut para ahli dan pengertian money
politics;
3. Menganalisis dasar larangan praktek money politic dalam pemilu;
4. Menganalisis unsur-unsur praktek money politic dalam pemilu;
5. Menganalisis penyebab terjadinya praktik money politics di Indonesia;
6. Menganalisis dampak yang ditimbulkan money politics terhadap masyarakat di Indonesia; dan
7. Menganalisis hal-hal yang perlu kita lakukan untuk memberantas praktik money politics.
BAB II
PEMBAHASAN
Kata politik bersal dari bahasa Yunani yaitu Polis dan Teta. Arti dari kata Polis itu
sendiri yaitu kota/Negara sedangkan untuk kata Teta yaitu urusan. Pengertian atau denfenisi
makna politik secara umum yaitu sebuah tahapan dimana untuk membentuk atau membangun
posisi-posisi kekuasaan didalam masyarakat yang berguna sebagai pengambil keputusan-
keputusan yang terkait dengan kondisi msyarakat. Sehingga hakikat politik itu sendiri
merupakan sebuah usaha untuk mengelola dan menata sistem pemerintahan untuk mewujudkan
kepentingan atau cita-cita dari suatu Negara.
Pandangan dari para ahli terkait dengan politik :
1. Aristoteles, usaha yang ditempuh oleh warga Negara untuk mewujudkan kebaikan bersama.
2. Joice Mitchel, Politik adalah pengambilan keputusan kolektif atau pembuatan kebijakan
umum untuk masyarakat seluruhnya.
3. Johan Kaspar Bluntchi, ilmu politik memerhetikan masalah kenegaraan yang mencakup
paham, situasi, dan kondisi Negara yang bersifat penting.
Jika dilihat secara etimologi yaitu kata “Politik” ini masih memiliki keterkaitan dengan
kata-kata seperti “polis” dan “kebijakan” tadi maka ”politik” berhubungan erat dengan perilaku-
perilaku yang terkait dengan suatu pembuatan kebijakan sehingga “politisi” adalah orang yang
mempelajari, menekuni, mempraktekkan perilaku-perilaku didalam politik tersebut.
Kata politik mengacu pada segala sesutu yang berkaitan dengan kebijakan yang dibuat
oleh pemerintah. Karena politik uang cenderung terjadi pada saat-saat pemilu, maka pengertian
politik uang adalaa semua tindakan yang di sengaja oleh seseorang atau kelompok dengan
memberi atau menjanjikan uang atau materi lainnya kepada seseorang supaya menggunakan
hak pilihnya dngan cara tertentu atau tidak menggunakan hak pilihnya untuk memilih calon
tertentu atau dengan sengaja menerima atau memberi dana kampanye dari atau kepada pihak-
pihak tertentu.
Istilah money politic (politik uang) ialah menggunakan uang untuk memengaruhi
keputusan tertentu, dalam hal ini uang dijadikan alat untuk memengaruhi seseorang dalam
menentukan keputusan. Dengan adanya politik uang ini, maka putusan yang dihasilkan tidaklah
lagi berdasarkan idealita mengenai baik tidaknya keputusan tersebut, melainkan semata-mata
didasarkan oleh kehendak si pemberi uang, karena yang bersangkutan sudah merasa
teruntungkan.
Ada yang mengartikan money politic pengertiannya adalah suatu upaya mempengaruhi
orang lain dengan menggunakan imbalan materi atau dapat juga diartikan jual beli suara pada
proses politik dan kekuasaan dan tindakan membagi-bagikan uang baik milik pribadi atau partai
untuk mempengaruhi suara pemilih (voters).
Adapun yang dimaksud dengan Pemilihan umum adalah salah satu ciri yang harus ada
pada negara demokrasi. Dengan demikian pemilu merupakan sarana yang penting untuk rakyat
dalam kehidupan negara, yaitu dengan jalan memilih wakil-wakilnya yang pada gilirannya akan
mengendalikan roda pemerintahan.
Hasil pemilihan umum yang diselenggarakan dalam suasana keterbukaan dengan
kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap mencerminkan dengan agak akurat
mencerminkan aspirasi dan partisipasi masyarakat. Walaupun demikian pemilihan umum bukan
satu-satunya tolak ukur dan disamping itu harus dilengkapi juga dengan pengukuran kegiatan
lainnya yang lebih bersifat berkesinambungan, seperti kegiatan partai, lobbying dan sebagainya.
Tidak berbeda dengan apa yang disampaikan di atas, politik uang yang dilaksanakan
dalam pemilu juga merupakan upaya untuk memengaruhi putusan para pemilih agar
menentukan pilihannya pada kontestan tertentu dengan memberikan sesuatu dalam bentuk janji,
imbalan atau pemberian materi agar orang yang bersangkutan dalam pemilu untuk beberapa hal
yakni tidak menggunakan hak pilihnya, memilih peserta pemilu tertentu dengan cara tertentu,
memilih parpol peserta pemilu tertentu dan/atau memilih pasangan calon tertentu,
melaksanakan hak pilihnya dengan cara tertentu sehingga surat suaranya tidak sah. Politik uang
tergolong ke dalam modus korupsi pemilu. Ada empat model korupsi pemilu yang berhubungan
dengan politik uang, yaitu beli suara (vote buying), beli kandidat (candidacy buying),
manipulasi pendanaan kampanye dan manipulasi administrasi dan perolehan suara
(administrative electoral corruption).
Menurut pakar hukum tata tegara Universitas Indonesia, Yusril Ihza Mahendra, definisi
money politic atau risywah sangat jelas, yakni mempengaruhi massa pemilu dengan imbalan
materi. Yusril mengatakan, sebagaimana yang dikutip oleh Indra Ismawan kalau kasus money
politic bisa di buktikan, pelakunya dapat dijerat dengan pasal tindak pidana biasa, yakni
penyuapan. Tapi kalau penyambung adalah figur anonim (merahasiakan diri) sehingga
kasusnya sulit dilacak, ditindak lanjut secara hukum pun jadi kabur.
Pengertian ini secara umum ada kesamaan dengan pemberian uang atau barang kepada
seseorang karena memiliki maksud politik yang tersembunyi dibalik pemberian itu. Jika
maksud tersebut tidak ada, maka pemberian tidak akan dilakukan juga. Praktik semacam itu
jelas bersifat ilegal dan merupakan kejahatan.
Ada dua subjek yang menyebabkan terlaksananya praktik politik uang, yaitu peserta
pemilu (calon anggota legislatif) dan masyarakat sebagai pemilih. Salah satu alasan mengapa
para caleg melakukan politik uang adalah mereka takut kalah bersaing dengan caleg lain. Caleg
yang baru bersaing masih mencari bentuk serangan fajar. Mereka berpotensi melakukan politik
uang. Para caleg yang pernah mencalonkan diri pada pemilu sebelumnya tentu lebih ahli dalam
politik uang dan dipastikan akan mengulang hal yang sama.
Alasan lainnya adalah adanya ketidakpercayaan masyarakat terhadap para calon
pemimpin. Hal tersebut memberikan efek negatif bagi para elit dengan menghambur-
hamburkan uang dalam waktu sekejap, demi kekuasaan semata. Begitupun sebaliknya, adalah
sangat menggiurkan juga bagi masyarakat meskipun sesaat, karena itu juga masyarakat merasa
"berhutang budi” pada caleg yang memberikan uang tersebut. Biasanya peserta pemilu yang
tidak memiliki kedekatan emosional dengan masyarakat akan membuat program-program yang
didalamnya terindikasi politik uang.
Jika dilihat dari masyarakatnya, ada beberapa faktor mengapa banyak rakyat yang
terlibat dalam politik uang, antara lain:
a. Masyarakat miskin.
Sebagai mana yang kita telah ketahui, angka kemiskinan di Indonesia ini sudah
sangat tinggi.. Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk
memenuhi memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung,
pendidikan, dan kesehatan.Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh
kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan.
Kondisi miskin tersebut seperti memaksa dan menekan sebagian masyarakat untuk
segera mendapat uang. Money politics pun menjadi ajang para rakyat untuk berebut uang.
Mereka yang menerima uang terkadang tidak memikirkan konsekuensi yang akan diterima
yaitu, tindakan suap dan jual beli suara yang jelas melanggar hukum. Yang terpenting
adalah mereka mendapat uang dan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
b. Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang politik.
Tidak semua orang tahu apa itu politik, bagaimana bentuknya, serta apa yang
ditimbulkan dari politik. Itu semua bias disebabkan karena tidak ada pembelajaran tentang
politik di sekolah-sekolah atau masyarakatnya sendiri yang memang acuh terhadap politik
di Indonesia. Sehingga ketika ada pesta politik, seperti pemilu, masyarakat tersebut akan
bersikap acuh dengan pemilu. Tidak mengenal partai, tidak masalah. Tidak tahu calon
anggota legislatif, tidak masalah. Bahkan mungkin, tidak ikut pemilu pun tidak masalah.
Kondisi seperti ini menyebabkan maraknya politik uang. Rakyat yang acuh dengan
pemilu dengan mudah menerima pemberian dari para peserta pemilu.Politik uang pun
dianggap tidak masalah bagi mereka. Mereka tidak akan berpikir jauh ke depan bahwa uang
yang diberikan itu suatu saat akan 'ditarik' kembali oleh para caleg yang nantinya terpilih
menjadi anggota legislatif. Mereka tidak menyadari adanya permainan politik yang
sebenarnya justru merugikan diri mereka sendiri.
c. Kebudayaan.
Saling memberi dan jika mendapat rejeki, tidak boleh ditolak. Begitulah ungkapan
yang nampaknya telah melekat dalam diri bangsa Indonesia.Uang dan segala bentuk politik
uang dari peserta pemilu dianggap sebagai rejeki bagi masyarakat yang tidak boleh ditolak.
Dan karena sudah diberi, secara otomatis masyarakat harus memberi sesuatu pula untuk
peserta pemilu, yaitu dengan memilih, menjadi tim sukses, bahkan ikut menyukseskan
politik uang demi memenangkan peserta pemilu tersebut. Hal itu semata-mata dilakukan
sebagai ungkapan terimakasih dan rasa balas budi masyarakat terhadap caleg yang memberi
uang.
Dalam hal ini kebudayaan yang sejatinya bersifat benar dan baik, telah melenceng
dan disalahartikan oleh masyarakat. Saling memberi tidak lagi dalam hal kebenaran
melainkan untuk suatu kecurangan. Masyarakat tradisional yang masih menjunjung tinggi
budaya ini menjadi sasaran empuk bagi para caleg untuk melakukan politik uang tanpa
dicurigai.
d. Haus kejayaan
Manusia bisa saja silau dengan kejayaan mulai dari kekayaan, kekuasaan bahkan
jabatan. Demi mendapatkannya orang-orang rela melakukan apa saja bahkan menempuh
jalan “belakang” jika perlu, yaitu dengan memberikan sesuatu bisa berupa uang atau benda-
benda lain agar niatnya dapat dilaksanakan. Hal paling sepele dan sering kita temui adalah
praktik suap dilakukan oleh para pelanggar lalu lintas pada polisi yang menangkapnya agar
kasusnya tak jatuh ke meja pengadilan. Contoh lainnya adalah soal mendapatkan
kedudukan. Tak jarang para calon kepala daerah sampai rela mengeluarkan uang banyak
untuk membeli suara rakyat. Lalu jika terus-terusan seperti ini bagaimana demokrasi di
Indonesia akan ditegakkan.
e. Lingkungan yang mendukung
Bukan sebuah rahasia lagi jika praktik money politic atau risywah (suap-menyuap)
mulai dari institusi kecil sampai ke kalangan pejabatpejabat tinggi negara adalah sebuah
jaringan yang terorganisir. Lingkungan yang paling rentan terhadap kasus suap adalah
pengadilan, tentu saja yang menjadi target suap adalah para hakim. Terkadang jika terdakwa
tidak ada inisiatif untuk memberi suap, justru oknum-oknum hakim yang tidak “bersih”
malah menawari si terdakwa. Bahkan tak jarang ada terdakwa yang justru takut
hukumannya akan tambah berat jika tidak menerima tawaran tersebut.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Money politic atau politik uang itu merupakan tindakan penyimpangan dari kampanye
yang bentuknya dengan cara memberikan uang kepada simpatisan ataupun masyarakat lainnya
agar mereka yang telah mendapatkan uang itu agar mengikuti keinginan orang yang memliki
kepentingan tersebut. Selain itu juga money politic bukan hanya uang, namun juga bisa
berbentuk bahan-bahan sembako.
Banyak sekali penyebab terjadinya Money politic diantaranya disebabkan karena
masyarakat masih belum siap untuk hidup berdemokrasi secara utuh. Selain itu money politic
bisa terjadi karena masih kurang di tegakkannya hukum di Indonesia.. Tetapi dari alasan
penyebab terjadinya money politic yang terpenting yaitu karena masih kurang iman dan
taqwanya para politisi maupunn masyarakatnya itu sendiri.
Dampak dari adanya money politic tentunya banyak sekali. Dampak bagi para caleg
yang lolos maupun para caleg yang tidak berhasil lolos. Dampak bagi caleg yang berhasil lolos
tentunya akan berdampak juga terhadap pemerintahan karena yang berhasil menduduki kursi
legisatif tidak bisa dipungkiri masih banyak yang tidak kompeten, “Jika urusan diserahkan
kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya”. Itulah yang tidak di
inginkan oleh kita sebagai warga negara Indonesia, selain itu dampak bagi masyarakatnya
sendiri akan timbul perpecahan, karena saking fanatiknya dan merasa harus balas budi karena
mereka telah di beri bentuk penyuapan oleh para caleg, sehingga menganggap caleg yang
lainnyna rendah dibandingkan yang mereka dukung. Namun yang tidak di inginkan apabila
para pendukung melakukan cara apapun agar yang mereka dukung lolos.
Money politik juga dapat berpengaruh pada suara masyarakat pada saat pemilu.
masyarakat tentunya akan bimbang apabila telah mendapatkan money politic karena mereka
berhutang budi kepada mereka, padahal dalam lubuk hatinya mereka tidak mau memilih caleg
tersebut.
B. Saran
Perlu dilakukan pendidikan politik secara terus menerus terutama sebelum pemilu di
dalam masyarakat tentang akibat atau dampak negatif dari Money Politics, kegiatan ini dimulai
dengan sosialisasi yang dilakukan para tim sukses masing-masing kandidat atau bisa juga
melalui kader-kader partai politik dan diawasi dengan badan pemilu setempat mengenai
bahaya Money Politics. Hal ini dilakukan untuk membentuk pandangan masyarakat bahwa
Money Politics memiliki dampak-dampak yang merugikan dalam jangka panjang apabila salah
dalam menentukan pilihan calon pemimpin. Perlu juga menekankan kepada pemilih agar lebih
mengutamakan memilih berdasarkan rekam jejak atau track record calon kepala daerah. Selain
itu diharapkan dapat mengontrol tindakan timses kandidat maupun kader-kader partai politik
agar bersama-sama berjuang secara fair. Pemikiran calon kandidat dimana money Politic
sebanarnya tidak terlalu menjami kepastian akan jumlah suara yang yang didapat sesuai
dengan dana yang telah dikelurkan dan perlunya Ada aturan yang jelas dan tegas untuk
diberlakukan kepada masyarakat melalui pendekatan secara personal apabila masih ada oknum
simpatisan atau tim sukses yang melakukan politik uang untuk menolak pemberian atau
menerima pemberiannya tetapi jangan memilih pasangan kandidat yang mereka usung, karena
jelas mereka sudah melakukan tindakan yang salah yakni tindakan yang termasuk ke kategori
korupsi dengan memberikan sogokan. Hal ini diharapkan agar dapat memberikan efek jera
kepada baik tim sukses maupun pasangan kandidat yang melakukan praktik politik uang di
masyarakat. Diharapkan pada akhirnya dapat membentuk penyadaran kepada simpatisan atau
kandidat bahwa melakukan strategi politik uang adalah hal yang sia-sia.
DAFTAR PUSTAKA
Amanu, Mohamad. “ Politik Uang dalam Pemilihan Kepala Desa (Studi Kasus di Desa Jatirejo
Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri)”. Skripsi .universitas . Fakultas Ilmu Sosial Dan
Politik Universitas Brawijaya
Asfar, M. Pemilu dan Perilaku Memilih 1955-2004. Surabaya: Pustaka Utama. 2004.
Aspinall, Edward, dan Mada Sukamajati. Politik uang di Indonesia (patronase dan klientalisme
pada pemilu legeslatif 2014).Yogyakarta: Polgov, 2015.
Bungin, Burhan. Metodelogi Penelitian Sosial: Format-format kuantitatif dan kualitatif. Surabaya:
Airlangga University Press. 2001.
Bungin, Burhan. Metodologi Penulisan Kualitatif. Jakarta: Kencana, 2009.
Departemen Agama RI, 2006. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Bandung: PT Syamsil Cipta.
Effendy, Onong Uchajana. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung : Remaja Rosdakarya.
2007.
Halili. “Praktik Politik Uang Dalam Pemilihan Kepala Desa (Studi di Desa Pakandangan Barat
Bluto Sumenep Madura)”, Jurnal Humaniora 14, no 2 (2009).
Hasan Abdillah.” Money Politic Dalam Pilkades Di Desa desa Tegal Ampel Kecamatan Tegal”.
Skripsi. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2008.
Ismawan, Indra. Money politik (pengaruh uang dalam pemilu). Yogyakarta : Media Pressindo.
1999.
Budiardjo, Miriam, Dasar-dasar Ilmu Politik. (Jakarta: PT Gramedia, 1997), hlm. 50
M. Amien Rais, Pengantar dalam Demokrasi dan Proses Politik, LP3ES, Jakarta, 1986
Agustino, Leo, Pilkada dan Dinamika Politik Lokal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
Arifin, Anwar, Pencitraan dalam politik. Jakarta: Pusaka Indonesia, 2006.
Sabilal, Rosyad. “Praktek Money Politics Dalam Pemilu Legislative di Kabupaten Pekalongan
tahun”, thesis, UIN Sunan Kalijaga, 2009.
Soerjono, dan Abdurrahman, Bentuk Penelitian Suatu Pemikiran dan Penerapan, Jakarta: Rineka
Cipta, 1991.
Sugiono. Metode Penelitian Administrasi, Cet. XIV; Jakarta: CV. Alfabeta, 2006.
Ramlan, Surbakti. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo, 1999
Suhelmi,Ahmad. Pemikiran Politik Barat : Kajian Sejarah Perkembangan Pemikiran Negara,
Masyarakat, dan Kekuasaan. Jakarta : Gramedia, 2007.
Topatimasang, Roem. Menutup Pintu Masuk Politik Uang .Jakarta; Maarif Institute, 2011.