Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

Pemilu Indonesia yang bebas dari money politics

Disusun oleh :
Ferdya Rahman (2010113098)

Dosen Pembimbing:

Dr. Nani Mulyati, SH., MCL

KELAS HUKUM PIDANA KHUSUS 2.11

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG
2022

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.....................................................................................................................................2

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................3

BAB I................................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.............................................................................................................................4

A. Latar Belakang....................................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah...............................................................................................................................7

C. Tujuan..................................................................................................................................................7

BAB II...............................................................................................................................................7

PEMBAHASAN...............................................................................................................................7

A. Pengertian Pemilu, Politik, dan Money Politics............................................................................7

B. Dasar Larangan Praktek Money Politic Dalam Pemilu..............................................................10

C. Unsur-Unsur Praktek Money Politic Dalam Pemilu...................................................................11

D. Penyebab Terjadinya Praktik Money Politics di Indonesia.........................................................12

E. Dampak Yang Ditimbulkan Money Politics Dalam Pemilu Terhadap Masyarakat di Indonesia
15

F. Hal-hal Yang Perlu Kita Lakukan Untuk Memberantas Praktik Money Politics.......................18

BAB III...........................................................................................................................................19

PENUTUP......................................................................................................................................19

A. Kesimpulan........................................................................................................................................19

B. Saran..................................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................20

KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, saya dapat
menyelesaikan tugas makalah yang bertema “Pemilu Indonesia Yang Bebas Dari Money
Politics”.

Laporan disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Hukum Pidana Khusus. Selain itu,
tugas ini bertujuan menambah wawasan tentang pemilu dan juga money politics bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Nani Mulyati, SH., MCL selaku dosen
mata kuliah Hukum Pidana Khusus 2.11. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua
pihak yang telah membantu diselesaikannya tugas makalah ini.
Saya menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 7 Juni 2022


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemilihan umum (pemilu) merupakan instrumen penting dalam demokrasi yang
menganut sistem perwakilan. Pemilu berfungsi sebagai alat penyaring bagi “politikus-politikus”
yang akan mewakili dan membawa suara rakyat di dalam lembaga perwakilan, mereka yang
terpilih dianggap sebagai orang atau kelompok yang mempunyai kemampuan atau kewajiban
untuk bicara dan bertindak atas nama suatu kelompok yang lebih besar melalui partai politik
(parpol). Oleh sebab itu adanya partai politik merupakan keharusan dalam kehidupan politik
modern yang demokratis. Hal itu dimaksudkan untuk mengaktifkan dan memobilisasi rakyat,
mewakili kepentingan tertentu, memberijalan kompromi bagi pendapat yang berlawanan, serta
menyediakan sarana suksesi kepemimpinan politik secara sah dan damai.

Demokrasi sebagai dasar hidup bernegara memberi pengertian bahwa pada tingkat
terakhir rakyat memberikan ketentuan dalam masalah-masalah pokok mengenai kehidupannya,
termasuk dalam menilai kebijakan negara, karena kebijakan tersebut menentukan kehidupan
rakyat.

Sudah semestinya, bahwa insan akademis sangatlah wajib dan berhak ikut serta dalam
suksesnya kehidupan berdemokrasi dan berpolitik yang sehat demi terealisasinya tujuan
kehidupan berbangsa dan bernegara. Semisal dalam bentuk mencegah kebiasaan-kebiasaan
buruk yang notabenenya telah terlanjur dianggap baik oleh sebagian kalangan. Dengan
runtuhnya rezim orde baru Soeharto yang otoriter pada 21 Mei 1998, Indonesia bergerak menuju
sistem politik yang demokratis yang dicirikan dengan penyelenggaraan pemilihan umum yang
relatif adil, dan adanya ruang yang lebih terbuka bagi warga negara yang memiliki pandangan
politik yang berbeda.

Istilah demokrasi merupakan istilah ambigouos, pengertiannya tidak tunggal sehingga


berbagai Negara mengklaim diri sebagai Negara demokratisi telah menempu rute-rute yang
berbeda. Kerap kali terjadi manupilasi terhadap konsep demokrasi sehingga pemaksaan,
penyiksaan, dan pelanggaran hak asasi manusia, seperti yang kerap kali terjadi pada saat
menjelang pemilihan umum adalah praktik money politics.
Money politics merupakan praktik kotor yang merusak pemilu, dan tentu saja merusak
demokrasi sebagai bangunan yang ditopang oleh pemilu itu sendiri. Money politics merupakan
kejahatan dalam kehidupan berdemokrasi. Kejahatan yang dampaknya sangat luas. Kejahatan
yang memicu mata rantai perilaku korup dan demoralisasi dalam kehidupan berpolitik. Politik
yang dibangun dengan praktik kotor Money politics akan selalu menghadirkan politikus-
politikus kotor.

Fenomena ini sangat berdampak terhadap perilaku masyarakat saat ini. Dampak yang
paling mononjol adalah ketergantungan masyarakat dalam memilih caleg berdasarkan uang yang
diberikan bukan visi misi, serta latar belakang para caleg.

Adapun bukti dari kasus slanjutnya akan kejadian Money Politics yang penulis temukan
dari media Tempo menunjukkan bahwa maraknya tindakan Money Politics yang terjadi dalam
berbagai jenjang pemilu dan hampir di semua daerah di Indonesia. Ada pun data lain yang
penulis temukan guna memperkuat bukti adanya kejadian Money politics dimana adanya temuan
dari kepolisian yang menyita barang bukti berupa uang ratusan juta rupiah, yang ditengarai
menjadi alat untuk memengaruhi warga dalam menggunakan hak pilihnya Seperti penyitaan
barang bukti terbesar dilakukan di wilayah Gunung Kidul, Yogyakarta. Barang-barang ini pun
diduga dipakai untuk menyuap calon pemilih.

Selanjutnya data dari hasil survey yang dilakukan oleh LSN yang dimana dari hasil survei
Lembaga Survei Nasional (LSN), pemilihan umum 2014 rawan terjadi politik uang. Mayoritas
publik mengaku bersedia menerima pemberian uang dari para calon legislator atau partai politik
menjelang pelaksanaan pemilu legislatif 9 April 2014 nanti. Sebanyak 69,1 persen mengaku
bersedia menerima pemberian uang dari caleg atau partai, meskipun dengan alasan atau dalih
yang berbeda-beda. Smentara pada pemilu 2009, survei LSN mengenai politik uang
menunjukkan masih kurang dari 40 persen publik yang bersedia menerima pemberian uang dari
caleg atau partai. Dari 1.230 responden di 34 provinsi seIndonesia, hanya 30,9 persen responden
yang dengan tegas akan menolak pemberian uang dari caleg atau partai manapun. Besarnya
persentase responden yang bersedia menerima pemberian uang dari caleg atau partai merupakan
indikator nyata bahwa potensi politik uang dalam pemilu 2014 sangat tinggi. Sikap mayoritas
publik merupakan potensi bagi mudahnya terjadi politik uang sebagai instrumen untuk
mendulang suara. Dari hasil survey yang dilakukan oleh LSN menunjukkan bahwa sebagian
besar dari masyrakat sudah bersedia dan terbuka dalam menerima Money Politics baik dari calon
kandidat maupun partai politik dan peningkatan jumlah masyarakat yang bersedia menerima
Money Politics dari pemilu 2009 dan 2014.

Tindakan Money Politics memang sulit untuk diartikan secara pasti karena masing-
masing masyrakat mengartikan Money Politics dengan persepsi yang berbeda-beda sehingga
pengertian dari Money Politics masih belum di pastikan secara rinci dan M. Abdul Kholiq
mengartikan Money Politics adalah suatu tindakan membagi-bagikan uang atau materi lainnya
baik milik pribadi dari seorang politisi (calon legislatif/calon presiden dan wakil presiden, calon
kepala daerah) atau milik partai untuk mempengaruhi suara pemilu yang diselenggarakan. Jadi
money politic merupakan upaya mempengaruhi orang lain dengan menggunakan imbalan materi
pada proses politik dan kekuasaan bernama pemilihan umum. Lebih lanjut M. Abdul Kholiq
memberikan pengertian money politic adalah suatu bentuk pemberian berupa uang atau
barang/materi lainnya (seperti sembako) atau pemberian janji yang merupakan upaya untuk
mempengaruhi seseorang atau masyarakat pemilik suara baik supaya orang itu tidak menjalankan
haknya untuk memilih maupun supaya ia menjalankan haknya dengan cara tertentu pada saat
pemilihan umum. Tindakan pemberian uang maupun jasa guna mempegaruhi pilihan pemilih
memang kerap terjadi dalam pemilu karena dianggap sebagai strategi yang menjanjikan dalam
mempengaruhi pilihan msyrakat dan mudah untuk dilakukan karena sikap akan keterbukaan
masyarakat terhadap Money Politics semakin meningkat.

Peristiwa ini sangat bertolak belakang dengan undang-undang nomor 3 tahun 1999
tentang pemilihan umum, yang berbunyi :

“Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara


langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”

Dampak perilaku yang materialis akibat money politics dimasyarakat adalah seseorang
memilih caleg bukan karena idealismenya tetapi berdasarkan lingkungan disekitarnya yang
memberikan uang dan pengaruh dari tetangganya. Dengan kata lain, masyarakat gampang ikut
ikutan dengan lingkungannya. Temannya ke barat dia ikut ke barat, temennya masuk sumur, dia
juga ikut masuk sumur. Hal ini terjadi karena fikiran itu terbentuk karena pengaruh lingkungan di
sekitarnya. Karena lingkungan tersebut juga dikategorikan materi. Jika terbentuk pola pola
seperti ini masyarakat indonesia yang tidak memiliki jati diri, sehingga mudah terombang
ambing oleh keadaan disekelilingnya. Jika masyarakat mudah dikendalikan maka tinggal kita
lihat siapa yang mengendalikan.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah :
1. Apa pengertian pemilu dan politik secara umum serta menurut para ahli dan pengertian money
politics?
2. Apa saja dasar larangan praktek money politic dalam pemilu?
3. Apa saja unsur-unsur praktek money politic dalam pemilu?
4. Apa penyebab terjadinya praktik money politics di Indonesia?
5. Bagaimana dampak yang ditimbulkan money politics terhadap masyarakat di Indonesia?
6. Apa saja hal-hal yang perlu kita lakukan untuk memberantas praktik money politics?

C. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah :
1. Melengkapi tugas yang diberikan;
2. Menganalisis pengertian Politik secara umum serta menurut para ahli dan pengertian money
politics;
3. Menganalisis dasar larangan praktek money politic dalam pemilu;
4. Menganalisis unsur-unsur praktek money politic dalam pemilu;
5. Menganalisis penyebab terjadinya praktik money politics di Indonesia;
6. Menganalisis dampak yang ditimbulkan money politics terhadap masyarakat di Indonesia; dan
7. Menganalisis hal-hal yang perlu kita lakukan untuk memberantas praktik money politics.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pemilu, Politik, dan Money Politics

Kata politik bersal dari bahasa Yunani yaitu Polis dan Teta. Arti dari kata Polis itu
sendiri yaitu kota/Negara sedangkan untuk kata Teta yaitu urusan. Pengertian atau denfenisi
makna politik secara umum yaitu sebuah tahapan dimana untuk membentuk atau membangun
posisi-posisi kekuasaan didalam masyarakat yang berguna sebagai pengambil keputusan-
keputusan yang terkait dengan kondisi msyarakat. Sehingga hakikat politik itu sendiri
merupakan sebuah usaha untuk mengelola dan menata sistem pemerintahan untuk mewujudkan
kepentingan atau cita-cita dari suatu Negara.
Pandangan dari para ahli terkait dengan politik :
1. Aristoteles, usaha yang ditempuh oleh warga Negara untuk mewujudkan kebaikan bersama.
2. Joice Mitchel, Politik adalah pengambilan keputusan kolektif atau pembuatan kebijakan
umum untuk masyarakat seluruhnya.
3. Johan Kaspar Bluntchi, ilmu politik memerhetikan masalah kenegaraan yang mencakup
paham, situasi, dan kondisi Negara yang bersifat penting.
Jika dilihat secara etimologi yaitu kata “Politik” ini masih memiliki keterkaitan dengan
kata-kata seperti “polis” dan “kebijakan” tadi maka ”politik” berhubungan erat dengan perilaku-
perilaku yang terkait dengan suatu pembuatan kebijakan sehingga “politisi” adalah orang yang
mempelajari, menekuni, mempraktekkan perilaku-perilaku didalam politik tersebut.
Kata politik mengacu pada segala sesutu yang berkaitan dengan kebijakan yang dibuat
oleh pemerintah. Karena politik uang cenderung terjadi pada saat-saat pemilu, maka pengertian
politik uang adalaa semua tindakan yang di sengaja oleh seseorang atau kelompok dengan
memberi atau menjanjikan uang atau materi lainnya kepada seseorang supaya menggunakan
hak pilihnya dngan cara tertentu atau tidak menggunakan hak pilihnya untuk memilih calon
tertentu atau dengan sengaja menerima atau memberi dana kampanye dari atau kepada pihak-
pihak tertentu.
Istilah money politic (politik uang) ialah menggunakan uang untuk memengaruhi
keputusan tertentu, dalam hal ini uang dijadikan alat untuk memengaruhi seseorang dalam
menentukan keputusan. Dengan adanya politik uang ini, maka putusan yang dihasilkan tidaklah
lagi berdasarkan idealita mengenai baik tidaknya keputusan tersebut, melainkan semata-mata
didasarkan oleh kehendak si pemberi uang, karena yang bersangkutan sudah merasa
teruntungkan.
Ada yang mengartikan money politic pengertiannya adalah suatu upaya mempengaruhi
orang lain dengan menggunakan imbalan materi atau dapat juga diartikan jual beli suara pada
proses politik dan kekuasaan dan tindakan membagi-bagikan uang baik milik pribadi atau partai
untuk mempengaruhi suara pemilih (voters).
Adapun yang dimaksud dengan Pemilihan umum adalah salah satu ciri yang harus ada
pada negara demokrasi. Dengan demikian pemilu merupakan sarana yang penting untuk rakyat
dalam kehidupan negara, yaitu dengan jalan memilih wakil-wakilnya yang pada gilirannya akan
mengendalikan roda pemerintahan.
Hasil pemilihan umum yang diselenggarakan dalam suasana keterbukaan dengan
kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap mencerminkan dengan agak akurat
mencerminkan aspirasi dan partisipasi masyarakat. Walaupun demikian pemilihan umum bukan
satu-satunya tolak ukur dan disamping itu harus dilengkapi juga dengan pengukuran kegiatan
lainnya yang lebih bersifat berkesinambungan, seperti kegiatan partai, lobbying dan sebagainya.
Tidak berbeda dengan apa yang disampaikan di atas, politik uang yang dilaksanakan
dalam pemilu juga merupakan upaya untuk memengaruhi putusan para pemilih agar
menentukan pilihannya pada kontestan tertentu dengan memberikan sesuatu dalam bentuk janji,
imbalan atau pemberian materi agar orang yang bersangkutan dalam pemilu untuk beberapa hal
yakni tidak menggunakan hak pilihnya, memilih peserta pemilu tertentu dengan cara tertentu,
memilih parpol peserta pemilu tertentu dan/atau memilih pasangan calon tertentu,
melaksanakan hak pilihnya dengan cara tertentu sehingga surat suaranya tidak sah. Politik uang
tergolong ke dalam modus korupsi pemilu. Ada empat model korupsi pemilu yang berhubungan
dengan politik uang, yaitu beli suara (vote buying), beli kandidat (candidacy buying),
manipulasi pendanaan kampanye dan manipulasi administrasi dan perolehan suara
(administrative electoral corruption).
Menurut pakar hukum tata tegara Universitas Indonesia, Yusril Ihza Mahendra, definisi
money politic atau risywah sangat jelas, yakni mempengaruhi massa pemilu dengan imbalan
materi. Yusril mengatakan, sebagaimana yang dikutip oleh Indra Ismawan kalau kasus money
politic bisa di buktikan, pelakunya dapat dijerat dengan pasal tindak pidana biasa, yakni
penyuapan. Tapi kalau penyambung adalah figur anonim (merahasiakan diri) sehingga
kasusnya sulit dilacak, ditindak lanjut secara hukum pun jadi kabur.
Pengertian ini secara umum ada kesamaan dengan pemberian uang atau barang kepada
seseorang karena memiliki maksud politik yang tersembunyi dibalik pemberian itu. Jika
maksud tersebut tidak ada, maka pemberian tidak akan dilakukan juga. Praktik semacam itu
jelas bersifat ilegal dan merupakan kejahatan.

B. Dasar Larangan Praktek Money Politic Dalam Pemilu


Ada beberapa penjelasan dasar larangan money politic, berikut penjelasan larangan money
politic dalam pemilu menurut undang-undang:
1. Dalam Undang-Undang No. 3 tahun 1999 Pasal 73 Ayat (3) Tentang Pemilihan Umum
berbunyi:
"Barang siapa pada waktu diselenggarakannya pemilihan umum menurut undang-
undang ini dengan pemberian atau janji menyuap seseorang, baik supaya orang itu tidak
menjalankan haknya untuk memilih maupun supaya ia menjalankan haknya dengan cara
tertentu, dipidana dengan pidana hukuman penjara paling lama tiga tahun. Pidana itu
dikenakan juga kepada pemilih yang menerima suap berupa pemberian atau janji berbuat
sesuatu."
Secara hukum praktek ini jelas dinyatakan ilegal namun dalam kenyataannya modus
money politic tetaplah menjamur, hal ini dikarenakan seseorang atau sekelompok
masyarakat yang sudah menerima uang atau barang tidak mungkin melaporkan adanya
sebuah upaya atau kegiatan money politic. Sebab secara moral ia telah berhutang budi pada
si pemberi dan secara hukum ia pasti kena jeratan hukum juga. Telah dijelaskan dalam
Undang-Undang No. 10 Tahun 2008 Pasal 84 Tentang Pemilu Anggota DPR, DPD dan
DPRD yang berisi bahwa dalam hal terbukti dalam pelaksanaan kampanye menjanjikan atau
memberikan uang atau materi lainnya sebagai imbalan kepada peserta kampanye secara
langsung agar memilih calon Anggota DPR, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/kota
tertentu atau memilih calon Anggota DPD tertentu (huruf d dan e), dikenai sanksi
sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.
2. Dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pilkada juga mengatur larangan
money politic, misalnya dipasal 117 ayat (2) yang berisi: “Setiap orang yang dengan
sengaja memberi atau menjanjikan uang atau materi lainnya kepada seseorang supaya tidak
menggunakan hak pilihnya, atau memilih pasangan calon tertentu, atau menggunakan hak
pilihnya dengan cara tertentu sehingga surat suaranya menjadi tidak sah, diancam dengan
pidana penjara paling singkat 2 (dua) bulan dan paling lama 12 (dua belas) bulan dan atau
denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah) dan paling banyak Rp.
10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).”

C. Unsur-Unsur Praktek Money Politic Dalam Pemilu


Adapun yang menjadi unsur-unsur dalam praktek money politic dalam pemilu adalah:
1. Penerima uang atau harta (suap) yaitu orang yang menerima sesuatu dari orang lain berupa
harta atau uang maupun jasa supaya mereka melaksanakan permintaan penyuap, padahal
tidak dibenarkan oleh syara’, baik berupa perbuatan atau justru tidak berbuat apa-apa. Pada
umumnya orang yang menerima suap adalah para pejabat yang memiliki keterkaitan
terhadap masalah yang dihadapi oleh pemberi suap. Akan tetapi juga tidak menutup
kemungkinan penerima suap adalah bukan para pejabat, seperti teman atau mungkin kepada
orang yang berstatus dibawahnya.
2. Pemberi uang atau harta (suap) yaitu orang yang menyerahkan harta atau uang atau jasa
untuk mencapai tujuannya. Pemberi suap ini pada umumnya adalah mereka yang memiliki
kepentingan terhadap penerima suap. Kepentingankepentingan tersebut bisa karena masalah
hukum, untuk pemenangan pemilu dan lain-lain. Pemberi suap ini melakukan suap
dikarenakan dia ingin menjadi pihak yang menang, sehingga cenderung melakukan segala
cara untuk dapat menang.
3. Suapan berupa uang atau harta yang diberikan. Harta yang dijadikan sebagai obyek suap
beranekaragam, mulai dari uang, mobil, rumah, motor dan lain-lain.
Setiap pelaksana kampanye pemilu yang dengan sengaja menjanjikan atau memberikan
uang atau materi lain untuk memengaruhi pilihan atau mempengaruhi masyarakat untuk
memilihnya.27 Perbuatan tersebut dilakukan oleh pelaksana, peserta dan/atau petugas
kampanye pemilu. Apabila dilihat secara substantif, regulasi tentang politik uang ini memang
sarat kelemahan baik dalam UU Parpol, UU Pemilu, UU Pilpres dan UU Pemda (Pilkada). Di
dalamnya masih terbuka celah untuk disiasati karena terkadang pemberian-pemberian tersebut
dikemas dalam bentuk sumbangan masjid, pesantren, dan bantuan infrastruktur pada
masyarakat, perlombaan olah raga seperti jalan santai dengan hadiah atau doorprize, serta pasar
murah dengan harga sembako yang sangat murah.
Apalagi menurut UU No. 8 Tahun 2012 Pasal 301 Tentang Pemilu mengisyaratkan tiga
hal tentang regulasi, yaitu masa kampanye, masa tenang dan hari pencoblosan. Tiga regulasi itu
mempunyai aturan berbeda. Di masa kampanye mengisyaratkan sanksi politik uang diberikan
bagi yang terdaftar di tim kampanye. Sementara memasuki masa tenang yang dikenai UU
adalah pemilih itu sendiri. padahal syarat pemilih harus terdaftar sebagai pemilih dalam Daftar
Pemilih Tetap (DPT). Maka terdapat celah jika pelaku itu tak terdaftar di DPT. Sedangkan
regulasi pada hari pencoblosan dalam UU tersebut adalah bagi siapa saja, namun yang diberi
sanksi adalah pemberi uang saja. Sedangkan dalam UU Pemerintahan Daerah maupun dalam
UU Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Pasal 42, hanya menjerat peserta pemilu dan tim
kampanye untuk pelanggaran politik uang, padahal belum tentu yang melakukan mereka,
melainkan dilakukan oleh orang lain sebagai suruhan dan/atau merupakan tim bayangan.

D. Penyebab Terjadinya Praktik Money Politics di Indonesia


Dalam pelaksaanya, pemilu di Indonesia sering terlihat tidak sehat. Pemilihan umum
yang dinilai sebagai pesta demokrasipun ternyata belum bisa mengimplementasikan sistem
demokrasi yang sesungguhnya. Karena didalam proses pelaksanaannya, pemilu masih disuguhi
kecurangan yang dilakukan oleh kandidat pemilu maupun partai nya sendiri. Salah satu
kecurangan pemilu adalah politik uang yang memaksa masayarakat untuk memilih peserta
pemilu yang melakukan politik uang tersebut.
Faktor penyebab politik uang

Ada dua subjek yang menyebabkan terlaksananya praktik politik uang, yaitu peserta
pemilu (calon anggota legislatif) dan masyarakat sebagai pemilih. Salah satu alasan mengapa
para caleg melakukan politik uang adalah mereka takut kalah bersaing dengan caleg lain. Caleg
yang baru bersaing masih mencari bentuk serangan fajar. Mereka berpotensi melakukan politik
uang. Para caleg yang pernah mencalonkan diri pada pemilu sebelumnya tentu lebih ahli dalam
politik uang dan dipastikan akan mengulang hal yang sama.
Alasan lainnya adalah adanya ketidakpercayaan masyarakat terhadap para calon
pemimpin. Hal tersebut memberikan efek negatif bagi para elit dengan menghambur-
hamburkan uang dalam waktu sekejap, demi kekuasaan semata. Begitupun sebaliknya, adalah
sangat menggiurkan juga bagi masyarakat meskipun sesaat, karena itu juga masyarakat merasa
"berhutang budi” pada caleg yang memberikan uang tersebut. Biasanya peserta pemilu yang
tidak memiliki kedekatan emosional dengan masyarakat akan membuat program-program yang
didalamnya terindikasi politik uang.
Jika dilihat dari masyarakatnya, ada beberapa faktor mengapa banyak rakyat yang
terlibat dalam politik uang, antara lain:
a. Masyarakat miskin.
Sebagai mana yang kita telah ketahui, angka kemiskinan di Indonesia ini sudah
sangat tinggi.. Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk
memenuhi memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung,
pendidikan, dan kesehatan.Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh
kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan.
Kondisi miskin tersebut seperti memaksa dan menekan sebagian masyarakat untuk
segera mendapat uang. Money politics pun menjadi ajang para rakyat untuk berebut uang.
Mereka yang menerima uang terkadang tidak memikirkan konsekuensi yang akan diterima
yaitu, tindakan suap dan jual beli suara yang jelas melanggar hukum. Yang terpenting
adalah mereka mendapat uang dan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
b. Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang politik.
Tidak semua orang tahu apa itu politik, bagaimana bentuknya, serta apa yang
ditimbulkan dari politik. Itu semua bias disebabkan karena tidak ada pembelajaran tentang
politik di sekolah-sekolah atau masyarakatnya sendiri yang memang acuh terhadap politik
di Indonesia. Sehingga ketika ada pesta politik, seperti pemilu, masyarakat tersebut akan
bersikap acuh dengan pemilu. Tidak mengenal partai, tidak masalah. Tidak tahu calon
anggota legislatif, tidak masalah. Bahkan mungkin, tidak ikut pemilu pun tidak masalah.
Kondisi seperti ini menyebabkan maraknya politik uang. Rakyat yang acuh dengan
pemilu dengan mudah menerima pemberian dari para peserta pemilu.Politik uang pun
dianggap tidak masalah bagi mereka. Mereka tidak akan berpikir jauh ke depan bahwa uang
yang diberikan itu suatu saat akan 'ditarik' kembali oleh para caleg yang nantinya terpilih
menjadi anggota legislatif. Mereka tidak menyadari adanya permainan politik yang
sebenarnya justru merugikan diri mereka sendiri.
c. Kebudayaan.
Saling memberi dan jika mendapat rejeki, tidak boleh ditolak. Begitulah ungkapan
yang nampaknya telah melekat dalam diri bangsa Indonesia.Uang dan segala bentuk politik
uang dari peserta pemilu dianggap sebagai rejeki bagi masyarakat yang tidak boleh ditolak.
Dan karena sudah diberi, secara otomatis masyarakat harus memberi sesuatu pula untuk
peserta pemilu, yaitu dengan memilih, menjadi tim sukses, bahkan ikut menyukseskan
politik uang demi memenangkan peserta pemilu tersebut. Hal itu semata-mata dilakukan
sebagai ungkapan terimakasih dan rasa balas budi masyarakat terhadap caleg yang memberi
uang.
Dalam hal ini kebudayaan yang sejatinya bersifat benar dan baik, telah melenceng
dan disalahartikan oleh masyarakat. Saling memberi tidak lagi dalam hal kebenaran
melainkan untuk suatu kecurangan. Masyarakat tradisional yang masih menjunjung tinggi
budaya ini menjadi sasaran empuk bagi para caleg untuk melakukan politik uang tanpa
dicurigai.
d. Haus kejayaan
Manusia bisa saja silau dengan kejayaan mulai dari kekayaan, kekuasaan bahkan
jabatan. Demi mendapatkannya orang-orang rela melakukan apa saja bahkan menempuh
jalan “belakang” jika perlu, yaitu dengan memberikan sesuatu bisa berupa uang atau benda-
benda lain agar niatnya dapat dilaksanakan. Hal paling sepele dan sering kita temui adalah
praktik suap dilakukan oleh para pelanggar lalu lintas pada polisi yang menangkapnya agar
kasusnya tak jatuh ke meja pengadilan. Contoh lainnya adalah soal mendapatkan
kedudukan. Tak jarang para calon kepala daerah sampai rela mengeluarkan uang banyak
untuk membeli suara rakyat. Lalu jika terus-terusan seperti ini bagaimana demokrasi di
Indonesia akan ditegakkan.
e. Lingkungan yang mendukung
Bukan sebuah rahasia lagi jika praktik money politic atau risywah (suap-menyuap)
mulai dari institusi kecil sampai ke kalangan pejabatpejabat tinggi negara adalah sebuah
jaringan yang terorganisir. Lingkungan yang paling rentan terhadap kasus suap adalah
pengadilan, tentu saja yang menjadi target suap adalah para hakim. Terkadang jika terdakwa
tidak ada inisiatif untuk memberi suap, justru oknum-oknum hakim yang tidak “bersih”
malah menawari si terdakwa. Bahkan tak jarang ada terdakwa yang justru takut
hukumannya akan tambah berat jika tidak menerima tawaran tersebut.

f. Hukum yang bisa dibeli


Hukum di Indonesia adalah hukum yang bisa dibeli dengan uang. Bukan berarti
hukumnya yang salah, tapi oknum-oknum penegaknya yang membuat hukum jadi tidak
mempan bagi orang-orang yang banyak uang. Dengan menyuap para hakim atau bahkan
para penjaga tentara dengan iming-iming sejumlah uang, maka para terdakwa bisa
menikmati hidup mewah bahkan dipenjara sekalipun. Lebih-lebih masa hukuman dapat
dipersingkat dan segera menghirup udara bebas.

E. Dampak Yang Ditimbulkan Money Politics Dalam Pemilu Terhadap


Masyarakat di Indonesia
Dalam konsep demokrasi kita kenal istilah dari rakyat, oleh rakyat,dan ntuk rakyat.Ini
berarti rakyat berhak menentukan pilihannya kepada calon yang di khendakinya tanpa ada
intervensi dari pihak lain.
Namun dengan adanya praktek pplitik uang maka semua itu solah dalam teori
belaka.Karena masyarakat terikat oleh sebuah parpol yang memeberinya uang dan semisalnya.
Karena sudah diberi uang masyarakat merasa berhutang budi kepada parpol yang memberinya
uang tersebut, dan satu-satunya cara untuk membalas jasa tersebut adalah dengan
memilih/mencoblos parpol tersebut.Sehingga motto pemilu yang bebas, jujur, dan adil hanya
sebuah kata-kata yang terpampang di tepi-tepi jalan tanpa pernah di realisasikan.
Pemilihan umum (pemilu) merupakan wujud dari pesta demokrasi, di mana saat itu
rakyat terlibat langsung dalam kehidupan demokrasi di Indonesia. Dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia pasal 22 E ayat (2) dikatakan bahwa pemilihan umum
diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,
Presiden dan Wakil Presiden, serta Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Dari penjelasan di atas
kita bisa tafsirkan bahwa dalam Pemilhan Umum kita akan memilih wakil wakil rakyat yang
akan menyelenggarakan pemerintahan.
Namun penerapan demokrasi itu sendiri seringkali dinodai dengan penyimpangan-
penyimpangan seperti praktik money politics. Satu usaha yang dilakukan oleh para kandidat
maupun partai politik agar memenangkan perolehan suara yakni dengan transaksi jual beli suara
atau dikenal dengan istilah money politics. Praktik semacam itu jelas bersifat ilegal dan
merupakan kejahatan.
Kita sebagai bagian dari masyarakat juga harus cerdas dalam memilih para calon
pemimpin kita. Maka kita harus bersikap tegas dan menolak upaya-upaya money politics.
Melalui pemilu, sebenarnya rakyat telah belajar dari pengalaman dan dituntut menjadi cerdas
dalam memilih pemimpin dan wakil rakyat berdasarkan pengalaman-pengalaman pemilu
terdahulu. Sebenarnya, ada beberapa tipe pemilih. Pertama, pemilih cerdas yang memilih
berdasar hati nurani dan tak mau menerima suap. Kedua, pemilih yang hanya mengambil
money politics tapi belum tentu memilih dan ketiga, pemilih yang memilih berdasarkan
kandidat yang telah memberinya uang atau imbalan. Tipe pemilih yang terbaik adalah tipe
pemilih murni dan cerdas yang memilih berdasarkan hati nurani dan anti menerima suap. Tipe
pemilih murni ini sadar bahwa suara rakyat sangat menentukan nasib negara. Oleh sebab itu,
tipe ini hanya memberikan suaranya kepada para calon pemimpin atau wakil rakyat yang benar-
benar memperjuangkan nasib rakyat kecil dan kebutuhan masyarakat. Mereka juga akan
memilih calon pemimpin yang mengedepankan moral dan kualitas.
Dampak money politics adalah melatih masyarakat untuk bertindak curang. Pelakunya
pun bila terpilih, mungkin sekali melakukan penyalahgunaan jabatan dan terlibat kasus korupsi.
Sementara mereka yang gagal menjabat, bisa-bisa terganggu secara psikologis atau depresi. Di
sisi lain, kerugian berjalannya money politics bagi pemerintah adalah terciptanya produk
perundangan atau kebijakan yang kolutif dan tidak tepat sasaran. Pasalnya mereka yang
menjabat tidak sesuai dengan kapasitas atau bukan ahli di bidangnya. Tak hanya berimbas
buruk bagi masyarakat, pelaku, dan pemerintah, praktik money politics ini berakibat pada
pencitraan yang buruk serta terpuruknya partai politik. Melalui pendidikan dan sosialiasi
politik, lama-kelamaan masyarakat akan sadar mana parpol yang bersih dan santun. Sosialisasi
politik adalah suatu proses agar setiap individu atau kelompok dapat mengenali sistem politik
dan menentukan sifat persepsi-persepsinya mengenai politik serta reaksi-reaksinya terhadap
fenomena-fenomena politik.
Untuk mengatasi politik uang “money politics” ini dibutuhkan penanganan yang serius.
Kita harus berfikir jauh ke depan untuk menanganinya.
Ada beberapa dampak money politic dalam pemilu antara lain:
a. Dampak Terhadap Pribadi
Tidak dapat dipungkiri bahwa money politic atau risywah merupakan penyakit
kronis yang dapat meruntuhkan jati diri seseorang. Demikian itu, karena tindakan money
politic atau risywah (sogok/suap), baik pemberi atau penerimanya dapat menciderai pondasi
akhlak yang paling tinggi, yaitu al-'Adl (keadilan) dan seseorang. Sementara baik dan
buruknya akhlak seseorang menjadi ukuran keimanannya ihsan (berbuat baik).
b. Dampak Terhadap Ekonomi
Di dalam konteks ekonomi, perilaku memberikan dan menerima suap yang
merupakan bagian dari tindakan korupsi ini dapat menghambat pertumbuhan ekonomi suatu
negara. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Paolo Mauro, Secara ekonomi keberadaan
money politic akan menganggu mekanisme transmisi pendapatan dan kekayaan sehingga
timbulnya korupsi akan menyebabkan timbulnya kesenjangan pendapatan. Dengan
menggunakan studi lintas negara Mauro (1995, 1997, 2004) menunjukkan bahwa risywah
atau money politic berhubungan negatif dengan pertumbuhan ekonomi dan merusak
investasi yang ada. Artinya, jika korupsi meningkat maka investasi domestik akan
terganggu dan pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan. Mauro (1997)
menunjukkan juga bahwa tingginya tingkat suap-menyuap akan menurunkan besarnya
pengeluaran pemerintah, terutama di bidang jaminan sosial dan pembayaran kesejahteraan
publik. Hal ini akan berdampak terhadap semakin tidak baiknya penyediaan barang dan jasa
publik (baik kualitas maupun kuantitas).
c. Dampak Terhadap Masyarakat
Tentunya tindakan money politic yang dilakukan oleh banyak pihak akan
menyebabkan kekacauan dalam tatanan hidup bermasyarakat dan bernegara. Tidaklah
mengherankan jika Islam mengharamkan suap dan bersikap keras terhadap semua pihak
yang terlibat di dalam praktik itu. Demikian itu, karena tersebarnya praktik suap di tengah
masyarakat berarti merajalelanya kerusakan dan kezhaliman, berupa hukum tanpa asas
kebenaran atau ketidakpedulian untuk berhukum dengan kebenaran, mendahulukan yang
seharusnya diakhirkan dan mengakhirkan yang seharusnya didahulukan, juga merajalelanya
mental oportunisme dalam masyarakat, bukan mental tanggung jawab melaksanakan
kewajiban. Disamping itu, money politic juga berpotensi memunculkan konflik kebencian
dan permusuhan di antara anggota masyarakat. Karena pada hakikatnya, money politic
hanya merupakan alat orang-orang yang memegang kebijakan untuk menindas kaum yang
lemah. Di lain pihak, mereka yang menyerahkan hartanya kepada para penerima suap ini,
memberikan harta mereka dengan sangat terpaksa.

d. Dampak Terhadap Para Calon Legislatif


Dampak bagi para calon legislatif sendiri, apabila mereka berhasil terpilih karena
suksesnya money poltic yang mereka lakukan, maupun dampak dari kekalahan para calon
legislatif yang gagal dalam money politic yang mereka lakukan. Bagi para calon legislatif
yang gagal dampaknya ialah bila mereka imannya kurang, mereka bisa saja menjadi gila,
atau psikologi nya terganggu, karena kita bisa banyak temukan para calon legislatif yang
gila karena mereka gagal menduduki kursi legislatif. Selain karena kurang suara, tidak
sedikit para calon legislatif yang gagal karena terbukti melakukan pelanggaran, ibarat
pepatah sudah jatuh tertimpa tangga pula, sudah keluar uang banyak tapi tidak terpilih dan
akhirnya tertangkap pula, akibatnya rumah sakit lah yang menjadi ujung perjuangan
mereka.

F. Hal-hal Yang Perlu Kita Lakukan Untuk Memberantas Praktik Money


Politics
Terdapat beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk memberantas praktik money politics,
yaitu:
1. Menanamkan niali-nilai keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa sejak dini
Dengan semakin kuatnya keimanan kita bahwa Tuhan akan membalas setiap amal
perbuatan yang berbuat baik akan dibalas dengan kebaikan dan yang berbuat jahat akan
dibalas dengan azab atau siksa, maka akan semakin besar pula rasa takut kita untuk berbuat
tidak baik seperti menyuap, tidak jujur, dan sebagainya.
2. Hukuman yang tegas bagi oknum-oknum yang menyuap dan koruptor.
Tidak dipungkiri lagi bahwa hokum di Indonesia ini sangat lemah bagi mereka yang
berkedudukan dan sangat tegas bagi masyarakat lemah, berapa banyak sudah koruptor yang
hukumannya lebih ringan daripada pencuri ayam. Oleh karena itu jika kita hendak
memberantas korupsi di negeri ini maka cara yang sangat efektif di antaranya adalah dengan
memebrikan hukuman yang berat dan tegas tanpa pandang bulu kepada para koruptor .agar
merek yang sudah melakuakan korupsi bias jera dan bagi mereka yang belum tidak berani
melakukan korupsi.
3. Transparansi
Ini merupakan salah satu penopang terwujudnya pemerintahan yang bersih, menurut para
ahli akibat dari tidak adanya transparansi Indonesia telah terjamab kedalam kubangan
korupsi yang berkepanjangan. Maka untuk keluar dari kubangan korupsi transparansi
mutlak harus dilakukan baik pemerintah pusat maupun di bawahnya.
4. Dukungan dari semua pihak
Karena praktek politik uang dan korupsi merupakan masalah yang sangat besar, akar-
akarnya telah menjalar keseluruh lapisan masyarakat, maka untuk memberantasnya
diprlukan kerjasama,usaha,dan dukungan dari semua pihak baik pemerintah, penegak
hokum, dan masyarakat. Jika salah satu dari komponen tersebut tidak mendukung, maka
pemerintahan yang bersih dari politik uang dan korupsi akan sulit terwujud.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Money politic atau politik uang itu merupakan tindakan penyimpangan dari kampanye
yang bentuknya dengan cara memberikan uang kepada simpatisan ataupun masyarakat lainnya
agar mereka yang telah mendapatkan uang itu agar mengikuti keinginan orang yang memliki
kepentingan tersebut. Selain itu juga money politic bukan hanya uang, namun juga bisa
berbentuk bahan-bahan sembako.
Banyak sekali penyebab terjadinya Money politic diantaranya disebabkan karena
masyarakat masih belum siap untuk hidup berdemokrasi secara utuh. Selain itu money politic
bisa terjadi karena masih kurang di tegakkannya hukum di Indonesia.. Tetapi dari alasan
penyebab terjadinya money politic yang terpenting yaitu karena masih kurang iman dan
taqwanya para politisi maupunn masyarakatnya itu sendiri.
Dampak dari adanya money politic tentunya banyak sekali. Dampak bagi para caleg
yang lolos maupun para caleg yang tidak berhasil lolos. Dampak bagi caleg yang berhasil lolos
tentunya akan berdampak juga terhadap pemerintahan karena yang berhasil menduduki kursi
legisatif tidak bisa dipungkiri masih banyak yang tidak kompeten, “Jika urusan diserahkan
kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya”. Itulah yang tidak di
inginkan oleh kita sebagai warga negara Indonesia, selain itu dampak bagi masyarakatnya
sendiri akan timbul perpecahan, karena saking fanatiknya dan merasa harus balas budi karena
mereka telah di beri bentuk penyuapan oleh para caleg, sehingga menganggap caleg yang
lainnyna rendah dibandingkan yang mereka dukung. Namun yang tidak di inginkan apabila
para pendukung melakukan cara apapun agar yang mereka dukung lolos.
Money politik juga dapat berpengaruh pada suara masyarakat pada saat pemilu.
masyarakat tentunya akan bimbang apabila telah mendapatkan money politic karena mereka
berhutang budi kepada mereka, padahal dalam lubuk hatinya mereka tidak mau memilih caleg
tersebut.
B. Saran
Perlu dilakukan pendidikan politik secara terus menerus terutama sebelum pemilu di
dalam masyarakat tentang akibat atau dampak negatif dari Money Politics, kegiatan ini dimulai
dengan sosialisasi yang dilakukan para tim sukses masing-masing kandidat atau bisa juga
melalui kader-kader partai politik dan diawasi dengan badan pemilu setempat mengenai
bahaya Money Politics. Hal ini dilakukan untuk membentuk pandangan masyarakat bahwa
Money Politics memiliki dampak-dampak yang merugikan dalam jangka panjang apabila salah
dalam menentukan pilihan calon pemimpin. Perlu juga menekankan kepada pemilih agar lebih
mengutamakan memilih berdasarkan rekam jejak atau track record calon kepala daerah. Selain
itu diharapkan dapat mengontrol tindakan timses kandidat maupun kader-kader partai politik
agar bersama-sama berjuang secara fair. Pemikiran calon kandidat dimana money Politic
sebanarnya tidak terlalu menjami kepastian akan jumlah suara yang yang didapat sesuai
dengan dana yang telah dikelurkan dan perlunya Ada aturan yang jelas dan tegas untuk
diberlakukan kepada masyarakat melalui pendekatan secara personal apabila masih ada oknum
simpatisan atau tim sukses yang melakukan politik uang untuk menolak pemberian atau
menerima pemberiannya tetapi jangan memilih pasangan kandidat yang mereka usung, karena
jelas mereka sudah melakukan tindakan yang salah yakni tindakan yang termasuk ke kategori
korupsi dengan memberikan sogokan. Hal ini diharapkan agar dapat memberikan efek jera
kepada baik tim sukses maupun pasangan kandidat yang melakukan praktik politik uang di
masyarakat. Diharapkan pada akhirnya dapat membentuk penyadaran kepada simpatisan atau
kandidat bahwa melakukan strategi politik uang adalah hal yang sia-sia.
DAFTAR PUSTAKA
Amanu, Mohamad. “ Politik Uang dalam Pemilihan Kepala Desa (Studi Kasus di Desa Jatirejo
Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri)”. Skripsi .universitas . Fakultas Ilmu Sosial Dan
Politik Universitas Brawijaya
Asfar, M. Pemilu dan Perilaku Memilih 1955-2004. Surabaya: Pustaka Utama. 2004.
Aspinall, Edward, dan Mada Sukamajati. Politik uang di Indonesia (patronase dan klientalisme
pada pemilu legeslatif 2014).Yogyakarta: Polgov, 2015.
Bungin, Burhan. Metodelogi Penelitian Sosial: Format-format kuantitatif dan kualitatif. Surabaya:
Airlangga University Press. 2001.
Bungin, Burhan. Metodologi Penulisan Kualitatif. Jakarta: Kencana, 2009.
Departemen Agama RI, 2006. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Bandung: PT Syamsil Cipta.
Effendy, Onong Uchajana. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung : Remaja Rosdakarya.
2007.
Halili. “Praktik Politik Uang Dalam Pemilihan Kepala Desa (Studi di Desa Pakandangan Barat
Bluto Sumenep Madura)”, Jurnal Humaniora 14, no 2 (2009).
Hasan Abdillah.” Money Politic Dalam Pilkades Di Desa desa Tegal Ampel Kecamatan Tegal”.
Skripsi. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2008.
Ismawan, Indra. Money politik (pengaruh uang dalam pemilu). Yogyakarta : Media Pressindo.
1999.
Budiardjo, Miriam, Dasar-dasar Ilmu Politik. (Jakarta: PT Gramedia, 1997), hlm. 50
M. Amien Rais, Pengantar dalam Demokrasi dan Proses Politik, LP3ES, Jakarta, 1986
Agustino, Leo, Pilkada dan Dinamika Politik Lokal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
Arifin, Anwar, Pencitraan dalam politik. Jakarta: Pusaka Indonesia, 2006.
Sabilal, Rosyad. “Praktek Money Politics Dalam Pemilu Legislative di Kabupaten Pekalongan
tahun”, thesis, UIN Sunan Kalijaga, 2009.
Soerjono, dan Abdurrahman, Bentuk Penelitian Suatu Pemikiran dan Penerapan, Jakarta: Rineka
Cipta, 1991.
Sugiono. Metode Penelitian Administrasi, Cet. XIV; Jakarta: CV. Alfabeta, 2006.
Ramlan, Surbakti. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo, 1999
Suhelmi,Ahmad. Pemikiran Politik Barat : Kajian Sejarah Perkembangan Pemikiran Negara,
Masyarakat, dan Kekuasaan. Jakarta : Gramedia, 2007.
Topatimasang, Roem. Menutup Pintu Masuk Politik Uang .Jakarta; Maarif Institute, 2011.

Anda mungkin juga menyukai