Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MAKALAH

“PRO DAN KONTRA BALIHO TOKOH PARTAI POLITIK DITENGAH PANDEMI”

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Partai Politik dan Pemilu

Dosen Pengampu Hairil Anwar, SE,M.Si

Disusun Oleh:

Angelia Larisca (E1031201033)

Fernando Ady Pratama (E1031201022)

Juminta (E1031201016)

Paulina Maria Viani (E1031201009)


Reanayase Hiasinta Lienang Mure (E1031201014)

Sephana Suramaga Melati (E1031201040)


Windy Chrisilya Simanjuntak (E1031201037)

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT,Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
berkat dan rahmatnya kami bisa menyelesaikan tugas kelompok berkaitan dengan “partai politik
dan pemilu” ini dengan tepat pada waktunya.Meskipun kami menyadari bahwa penyelesaian
tugas ini masih jauh dari kesempurnaan.

Ucapan terimakasih kami ucapkan pada kepada bapak Hairil Anwar, SE,M.Si selaku dosen
pengampu mata kuliah Partai Politik dan Pemilu yang telah membimbing kami dalam
penyelesaian tugas ini.Tugas Makalah ini berisi tentang Partai politik dan Pemilu dengan
berbagai pembahasan di dalamnya yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada para
pembaca tentang berbagai pembahasan secara umum mengenai isu-isu Partai Politik dan Pemilu
yang akan dijadikan bahan untuk membuat makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyelesaian tugas ini masih terdapat kekurangan dan
kekeliruan yang tidak disengaja.Oleh karena itu,kritik dan saran yang membangun akan kami
terima sebagai acuan untuk penyempurnaan tugas berikutnya.Kami berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua,khususnya bagi sesama mahasiswa pada mata kuliah Partai Politik
dan Pemilu Prodi Ilmu Pemerintahan di Universitas Tanjungpura.

Pontianak,20 Oktober 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...........................................................................................................................1

1.2 Identifikasi Masalah...................................................................................................................1

1.3 Rumusan Masalah......................................................................................................................2

1.4 Tujuan................................................................................................................... .....................2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................3

2.1 Teori...........................................................................................................................................3

2.1.1Pengertian Politik Menurut Para Ahli..........................................................................3

2.1.2 Fungsi Partai Politik Menurut Para Ahli.....................................................................3

2.1.3 Pengertian Pemilu Menurut Para Ahli........................................................................4

2.1.4 Fungsi Pemilu Menurut Para Ahli..............................................................................5

2.1.5 Strategi Pemenangan Pemilu Menurut Ahli...............................................................6

2.2 Analisis................................................................................................................. .....................6

2.2.1 Partai Politik................................................................................................................6

2.2.2 Pemilu.........................................................................................................................9

2.2.3 Strategi Pemilu Di Masa Pandemi............................................................................10

2.2.4 Pro Dan Kontra Masyarakat Terhadap Pemasangan Baliho Dimasa Pandemi.........12

BAB III PENUTUP......................................................................................................................14

3.1 Kesimpulan..............................................................................................................................14

3.2 Saran........................................................................................................................................14

REFERENSI.................................................................................................................................iii
ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Strategi pemilu di masa pandemic ini banyak menggunakan media masa dan media cetak,
hal ini lah yang membuat pro dan kontra di tengah masyarakat di mana masyrakat mengangap
menggunakan strategi pemilu dengan menggunakan media cetak seperti pemasangan baliho di
masa ndustry di anggap kurang pas karena pemasangan baliho menghabiskan dana sampai
miliaran rupiah karena proyek diluncurkan saat masyarakat sedang terpuruk disebabkan oleh
pembatasan skala ndust yang berkepanjangan, tetapi dana tersebut lebih di alokasikan ke
pemasangan baliho yang biaya pemasangannya mencapai miliaran rupiah, hal ini lah yang di
kritik habis-habisan oleh masyarakat.tidak sedikit juga ada pihak yang mendukung strategi
pemasangan baliho ini karena di anggap sebagai salah satu strategi politik bukan masalah untuk
berpolitik ditengah pandemic, masyarakat terlalu berprasangka buruk terhadap tokoh politik
sehingga apa yang mereka buat menjadi tidak baik,Dengan adannya tren baliho ini ada lapangan
kerja baru dalam masa PPKM karena UMKM hidup, tapi karena masyarakat melihat aspek
kadangkala berpolitik semua itu dianggap sesuatu permasalahan yang di pertentangkan.

Selain pemasangan baliho oleh tokoh politik,yang harus dilakukan tokoh politik untuk
mengatasi permasalahan kesulitan masyarakat pada masa ndustry juga harus di lakukan agar
masyarakat tidak mengkritik strategi pemilu pada masa pandemic seperti pemasangan baliho
tokoh politik.iklan politik mendapat perhatian utama karena realitas politikyang terjadi saat ini,
menuntut para politisi perseorangan atau pun partai untuk memiliki akses yang seluas-luasnya
terhadap mekanisme ndustry yakni ndustry komunikasi dan informasi yang akan memasarkan
ide,gagasan,pemikiran, dan tindakan politik.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang dari makalah ini maka identifikasi masalah yang dapat di ambil
adalah sebagai berikut :

1. Pandemic menyebabkan beberapa peraturan dlam pemilu harus diubah salah satunya
yaitu peraturan mengenai strategi promosi yang dapat dilakukan oleh partai politik
pemenang pemilu
2. Pendirian baliho para tokoh partai politik ditingah masa pandemic menimbulkan pro dan
kontra dari masyarakat.
1
1.3 Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan politik ?


2. Apa yang di maksud dengan pemilu ?
3. Bagaimana strategi pemilu di masa pandemi ?
4. Bagaimana pro dan kontra masyarakat mengenai pemasangan baliho di masa pandemi ?

1.4 Tujuan

1. Untuk Mengkaji isu-isu partai politik di masa pandemic


2. Untuk mengetahui strategi pemilu di masa pandemic
3. Untuk mengetahui tanggapan masyarakat terhadap pemasangan baliho yang dilakukan
oleh tokoh politik di masa pandemic

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori

2.1.1 Pengertian Partai Politik Menurut Para Ahli

Partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan
merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan
partainya dan berdasarkan penguasaan ini, memberikan kepada anggota partainya
kemanfaatan yang bersifat idiil serta materiil. (Miriam Budiardjo, 2008:404).

Partai politik adalah organisasi dari aktifitas-aktifitas politik yang berusaha untuk
menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat melalui persaingan
dengan suatu golongan atau golongan-golongan lain yang mempunyai pandangan yang
berbeda. (Miriam Budiardjo 2008:404).

Menurut Ramlan Surbakti (1992:116) menyatakan bahwa “partai politik merupakan


sekelompok orang yang terorganisir secara rapi yang dipersatukan oleh persamaan
ideologi yang bertujuan untuk mencari dan mempertahankan kekuasaan dalam pemilihan
umum guna melaksanakan alternative kebijakan yang telah mereka susun”.

2.1.2 Fungsi Partai Politik Menurut Para Ahli


Miriam Budiardjo dalam A. Rahman H. I (2007:103-104) terkait fungsi partai politik
yang melekat dalam suatu partai politik sebagai berikut.
a. Komunikasi Politik,Komunikasi politik merupakan fungsi menyalurkan berbagai
macam pendapat dan aspirasi masyarakat ditengah keberagaman pendapat
masyarakat modern yang terus berkembang. Pendapat atau aspirasi seseorang atau
suatu kelompok akan hilang tidak berbekas apabila tidak ditampung dan digabung
dengan pendapat dan aspirasi orang lain yang senada, proses tersebut dinamakan
(interest aggregation). Setelah penggabungan pendapat dan aspirasi tersebut
diolah dan dirumuskan sedemikian rupa sehingga kesimpangsiuran pendapat
dalam masyarakat berkurang (interest articulation). Jika peran utama ini tidak
dilakukan pasti akan terjadi kesimpang siuran isu dan saling berbenturan. Setelah
itu, partai politik merumuskannya menjadi usul kebijakan yang kemudian
dimasukan dalam program atau platform partai untuk diperjuangkan atau

3
disampaikan melalui parlemen kepada pemerintah agar dijadikan kebijakan umum
(public policy). Demikianlah tuntutan masyarakat disampaikan kepada
pemerintah melalui partai politik. Di sisi lain, partai politik juga berfungsi
memperbincangkan dan menyebarluaskan rencana-rencana dan kebijakan-
kebijakan pemerintah. Dengan demikian terjadi dua arus komunikasi dari atas ke
bawah maupun bawah ke atas informasi tersampaikan dengan baik. Peran partai
sebagai penghubungan sangat penting, karena disatu pihak kebijakan pemerintah
perlu perlu dijelaskan kepada seluruh masyarakat, dan dipihak lain juga
pemerintah harus tanggap terhadap tuntutan masyarakat.

b. Sosialisasi Politik,Sosialisasi politik merupakan sebuah proses dimana seseorang


memperoleh sikap dan orientasi terhadap fenomena politik yang umumnya
berlaku dalam masyarakat dimana dia berada. Proses ini merupakan faktor
penting dalam terbentuknya budaya politik (political culture) suatu bangsa karena
proses penyampaiannya tersebut berupa norma-norma dan nilai-nilai dari suatu
generasi ke generasi berikutnya.
c. Rekrutmen Politik, Rekruitmen politik merupakan fungsi untuk mempersiapkan
kepemimpinan internal maupun nasional karena setiap partai membutuhkan
kader-kader yang berkualitas untuk dapat mengembangkan partainya. Rekrutmen
politik menjamin kontinuitas dan kelestarian partai, sekaligus merupakan salah
satu cara untuk menjaring dan melatih calon-calon pemimpin.
d. Pengatur Konflik Politik,Pendatur konflik politik merupakan fungsi untuk
membantu mengatasi konflik diantara masyarakat atau sekurang-kurangnya dapat
diatur sedemikian rupa sehingga akibat negatifnya dapat ditekan seminimal
mungkin. Pendapat lain menurut ahli Arend Lijphart (dalam A. Rahman H.I.,
2007:103-104) perbedaan– perbedaan atau perpecahan ditingkat massa bawah
dapat diatasi oleh kerja sama diantara elite-elite politik. Dalam konteks
kepartaian, para pemimpin partai adalah elite politik.

2.1.3 Pengertian Pemilu Menurut Para Ahli


4
Menurut Ali Moertopo, pemilihan umum adalah sarana yang tersedia bagi rakyat untuk
menjalankan kedaulatannya dan merupakan lembaga demokrasi. Manuel Kaisiepo
menyatakan tentang pemilu: Memang telah menjadi tradisi penting hampir-hampir
disakralkan dalam berbagai sistem politik di dunia. Lebih lanjut dikatakannya pemilihan
umum penting karena berfungsi memberi legitimasi atas kekuasaan yang ada dan bagi rezim
baru, dukungan dan legitimasi inilah yang dicari.Pemilihan umum yang berfungsi
mempertahankan status quo bagi rezim yang ingin terus bercokol dan bila pemilihan umum
dilaksanakan dalam konteks ini, maka legitimasi dan status quo inilah yang dipertaruhkan,
bukan soal demokrasi yang abstrak dan kabur ukuran-ukurannya itu.

Adam Pzeworski (1988) menulis, minimal ada dua alasan mengapa pemilu menjadi
variabel sangat penting dalam suatu negara demokrasi;

 Pertama, pemilu merupakan suatu mekanisme transfer kekuasaan politik secara


damai. Pengertiannya adalah, legitimasi kekuasaan seseorang atau partai politik
tertentu tidak diperoleh dengan menggunakan cara-cara kekerasan, tetapi karena
yang bersangkutan memenangkan suara mayoritas rakyat melalui pemilu yang
fair.
 Kedua, demokrasi yang memberikan ruang kebebasan bagi individu,
meniscayakan terjadinya konflik-konflik. Pemilu dalam konteks ini, hendaknya
melembagakannya – khususnya berkenaan dengan merebut dan mempertahankan
kekuasaan – agar konflik-konflik tersebut diselesaikan melalui lembaga-lembaga
demokrasi yang ada.
2.1.4 Fungsi pemilu Menurut Para Ahli

Arbi Sanit menyimpulkan bahwa “pemilu pada dasarnya memiliki empat fungsi utama
yakni: 1) pembentukan legitimasi penguasa dan pemerintah; 2) pembentukan perwakilan
politik rakyat; 3) sirkulasi elite penguasa; dan 4) pendidikan politik”.Oleh karena itu
pemilihan umum bertujuan untuk:

a. Memungkinkan terjadinya peralihan pemerintahan secara aman dan tertib


b. Melaksanakan kedaulatan rakyat;
c. Melaksanakan hak-hak asasi warga negara.

Arbit Sanit (Titik Triwaulan,2010:333) menyimpulkan bahwa pemilu pada dasarnya


memiliki 4 fungsi utama, yaitu:
a. Pembentukan legitimasi penguasa
b. Pembentukan perwakilan politik rakyat

5
c. Sirkulasi elit penguasa
d. Pendidikan politik

2.1.5 Strategi pemenangan pemilu Menurut Ahli

Stratagi adalah berasal dari bahasa yunani yaitu strategia yang artinya seni atau ilmu
menjadi seorang jendral.Starategi juga bisa diartikan suatu rencana untuk pembagian dan
penggunaan kekuatan militer pada daerah-daerah tertentu tersebut (menurut Tjiptono
2006:3).

Menurut Firmanzah strategi pertama adalah pengelanan atau sosialiasi bakal calon.
Perlu ditekankan untuk menggaet pemilih adalah dengan problemsolving, memberikan
solusi-solusi nyata terhadap permasalahan di suatu daerah. Masyarakat akan melihat
suatu gagasan, track record yang dimiliki oleh calon. Kedua adalah pendekatan, untuk
mendapatkan dukungan partai politik. Menyamakan ideologi terhadap beberapa partai,
atau mendekati pemilih yang partai berideologi sama, seperti kesamaan agama,
organisasi, ataupun suku dan ras. Ketiga adalah Komunikasi, menanamkan keyakinan
terhadap pemilih (kampanye). Kontestan politik perlu melihat karakteristik pemilihnya,
apa bila pemilih lebih melihat aspek rasional, proses peyakinan dilakukan secara
argumentatif dan dilandaskan pada penyediaan data dan informasi yang dipercaya.
Keempat adalah Penguatan atau komitmen, dibutuhkan dalam hubungan antara
pendukung kontestan. Hal ini perlu dilakukan agar ikatan baik diantara mereka yang
bersifat rasional maupun emosional tetap dijaga. Sangat diharapkan ikatan antara partai
politik dengan konstituen menjadi semakin tinggi. Strategi penguatan ini dilakukan agar
ikatan diantara pendukung tidak lemah dan untuk menghindari pengaruh asing yang bisa
menarik perhatian mereka. Juga menyiapkan perencaan yang matang sebagai konstentan.
Mulai dari awal hingga akhir, termasuk penyedian badan hukum untuk antisipasi
kecurangan ataupun sengketa pemilihan.

2.2 Analisis

2.2.1 PARTAI POLITIK

1. Pengertian partai politik


Partai politik adalah sebuah organisasi untuk memperjuangkan nilai atau
ideologi tertentu melalui penguasaan struktur kekuasaan dan kekuasaan itu di
peroleh melalui keikutsertaan dalam pemilihan umum.

6
Menurut max weber partai politik sebagai organisasi public yang bertujuan
untuk membawa pemimpinya berkuasa dan memungkinkan para pendukungnya
(politis) untuk mendapat keuntungan dari dukungan tersebut.
2. Tujuan Partai Politik
a. Mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945
b. Menjaga dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
c. Mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan pancasila dengan
menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan
d. Mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Selain itu, tujuan partai politik secara khusus menurut Undang-Undang


Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 juga telah dicantumkan sebagai berikut
:
a. Meningkatkan partisipasi politik anggota dan masyarakat dalam rangka
penyelenggaraan kegiatan politik dan pemerintahan.
b. Memperjuangkan cita-cita partai politik dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
c. Membangun etika dan budaya politik dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.

3. Fungsi partai politik


a. Sarana Komunitas Politik
Dalam sistem demokrasi yang dimiliki seperti Indonesia ini, fungsi partai
politik adalah untuk menyalurkan berbagai macam suara maupun aspirasi
masyarakat agar sampai ke pemerintah. Selain itu, partai politik juga berfungsi
untuk menyebarluaskan keputusan dan kebijakan-kebijakan pemerintah. Maka
dalam hal ini fungsi partai politik berperan sebagai perantara antara
pemerintah dan masyarakat.Jika partai politik tidak berfungsi demikian, maka
akan terjadi ketimpangan dan penyalahgunaan partai politik untuk kepentingan
kelompok maupun golongan.
b. Sarana Sosialisasi Politik
Partai politik juga berperan sebagai sarana sosialisasi politik. Di dalam ilmu
politik, sosialisasi politik diartikan sebagai proses dimana seseorang

7
memperoleh sikap dan orientasi terhadap fenomena politik, yang umumnya
berlaku dalam masyarakat di mana ia berada. Sosialisasi politik dapat
membentuk budaya politik suatu negara.
c. Sarana Rekrutmen Politik
Fungsi partai politik lainnya adalah sebagai wadah untuk menampung dan
penyeleksian kader-kader politik yang nantinya akan meneruskan
kepemimpinan suatu pemerintahan dengan jabatan tertentu.
Partai politik memperluas perannya dalam membuka kesempatan bagi warga
negara untuk turut serta berpartisipasi politik dalam suatu negara. Partai politik
senantiasa melahirkan kader-kader yang potensial dalam setiap
perkembangannya dalam persaingan perpolitikan. Hal itu dilakukan dengan
merekrut anggota-anggota muda yang berbakat dan memberikan pembekalan
kader-kader muda.
d. Sarana Pengatur Konflik
Dalam suatu negara demokrasi seperti Indonesia, perbedaan pendapat
tentunya menjadi hal yang wajar. Ragam suku, etnis, budaya, status sosial, dan
lain-lain tentunya tidak jarang menimbulkan berbagai permasalahan yang
dapat mengancam persatuan bangsa, maka dari itu partai politik dituntut untuk
dapat mengatasi masalah-masalah tersebut, minimal dapat meredakan dan
menjadi penengah antara pihak yang bertikai.
Perbedaan dan persaingan ini selalu menjadi hal yang harus ditangani partai
politik sebagai wujud perdamaian politik suatu negara. Fungsi partai politik
harus mampu menciptakan suasana harmonis diantara kalangan masyarakat
serta mencontohkan persaingan-persaingan sehat dalam mencapai tujuan.
e. Sarana Kontrol Politik
Fungsi partai politik di Negara demokrasi seperti ini adalah untuk
membantu mengingatkan dan meluruskan kebijakan-kebijakan pemerintah.
Karena dalam menetapkan keputusan-keputusan maupun kebijakam terkadang
terjadi kesalahan maupun kekeliruan yang tidak sesuai dengan kepentingan
masyarakat.
Disinilah fungsi partai politik sangat dibutuhkan. Kontrol kebijakan dilakukan
untuk membatasi kesewenang-wenangan pemerintah yang dapat merugikan
rakyat. Selain itu, partai politik juga melakukan pengawasan serta pertinjauan
terhadap pelaksanaan jalannya kepemerintahan agar dapat berjalan baik
sebagaimana mestinya.
f. Sarana Pertisipasi Politik
Partai politik berfungsi untuk mempengaruhi kebijakan-kebijakan
pemerintah. Hal tersebut dikarenakan partai politik menerima dan menampung
aspirasi masyarakat dalam melaksanakan pembangunan nasional.
8
Negara dengan sistem demokrasi tentunya membutuhkan peran partai politik
sebagai penampung suara masyarakat untuk disalurkan kepada pemerintah.
Tanpa adanya partisipasi ataupun keterlibatan partai poltik, kebijakan-kebijakn
yang dibuat pemerintah tentunya tidak dapat di ubah jika tidak sesuai dengan
kondisi masyarakat.

2.2.2 PEMILU
1. Pengertian Pemilu
Sesuai Undang-undang Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah pengertian pemilihan umum diuraikan secara detail.

Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan


secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan
Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945.
Dengan kata lain, pemilu merupakan sarana bagi rakyat untuk menjalankan
kedaulatan dan merupakan lembaga demokrasi.
2. Fungsi pemilu
Pemilu sebenarnya memiliki empat fungsi utama, yaitu:
a. Pembentukan legitimasi penguasa dan pemerintah
b. Pembentukan perwakilan politik rakyat
c. Sirkulasi elite penguasa
d. Pendidikan politik
3. Tujuan pemilu
Alam pelaksanaannya pemilu memiliki lima tujuan, yaitu:
a. Pemilu sebagai implementasi kedaulatan rakyat Kedaulatan terletak di tangan
rakyat. Hal ini karena rakyat yang berdaulat tidak bisa memerintah secara
langsung. Dengan pemilu, rakyat dapat menentukan wakil-wakilnya. Para
wakil terpilih juga akan menentukan siapa yang akan memegang tampuk
pemerintahan.
b. Pemilu sebagai sarana membentuk perwakilan politik Melalui pemilu, rakyat
dapat memilih wakil-wakil yang dipercaya untuk menyalurkan aspirasi dan
kepentingannya. Semakin tinggi kualitas pemilu, semakin baik pula kualitas
para wakil rakyat yang bisa terpilih dalam lembaga perwakilan rakyat.
c. Pemilu sebagai sarana penggantian pemimpin secara konstitusional Pemilu
bisa mengukuhkan pemerintahan yang sedang berjalan atau untuk
mewujudkan reformasi pemerintahan. Melalui pemilu, pemerintahan yang

9
aspiratif akan dipercaya rakyat untuk memimpin kembali. Sebaliknya, jika
rakyat tidak percaya maka pemerintahan tersebut harus berakhir dan berganti.
d. Pemilu sebagai sarana pemimpin politik memperoleh legitimasi Pemberian
suara para pemilih dalam pemilu pada dasarnya merupakan pemberian mandat
rakyat kepada pemimpin yang dipilih untuk menjalankan roda pemerintahan.
e. Pemilu sebagai sarana partisipasi politik masyarakat Melalui pemilu rakyat
secara langsung dapat menetapkan kebijakan publik melalui dukungannya
kepada kontestan yang memiliki program aspiratif. Kontestan yang menang
karena didukung rakyat harus merealisasikan janji-janji ketika memegang
tampuk pemerintahan. Secara singkat, tujuan pemilu adalah untuk menyeleksi
para pemimpin pemerintahan baik eskekutif maupun legislatif. Serta untuk
membentuk pemerintahan yang demokratis, kuat dan memperoleh dukungan
rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan nasional sesuai UUD 1945.

2.2.3 Strategi Pemilu di Masa Pandemi


1. Menggunakan media online / media sosial
Data penggunaan media sosial di Indonesia Dalam hal ekspresi sentimen
politik, platform milik Facebook mendominasi lanskap media sosial di Indonesia.
Indonesia memiliki sekitar 130 juta pengguna Facebook dan lebih dari 60 juta
pengguna Instagram, yang mengerdilkan 20 juta pengguna Twitter di negara ini.
Twitter lebih populer di kalangan pengguna pria (sekitar 65% pengguna Twitter
Indonesia adalah pria). Sebaliknya, 51 persen pria dan 49 persen wanita adalah
pengguna Instagram. Indonesia juga merupakan pasar Instagram terbesar di Asia
Pasifik, dengan 70 persen penggunanya berusia 18 hingga 34 tahun. Singkatnya,
jumlah pengguna Instagram yang tinggi dan distribusi jender mereka yang
seimbang membuat platform ini berguna dalam mempelajari bagaimana anak
muda Indonesia memahami situasi sosial dan politik saat ini

Dalam kondisi politik di tengah pandemic, gambaran data di atas bisa


menjadi pertimbangan untuk mengalihkan model kampanye kepala daerah 2020
ke dunia digital dengan memanfaatkan platform media sosial yang kini tersebar
hampir merata di seluruh wilayah. Persoalannya, apakah tim Kampanye cukup
kreatif dan inovatif dalam meramu materi-materi politik yang menarik agar bisa
dengan mudah diakses oleh pengguna.

Kampanye melalui media sosial dan internet menjadi satu-satunya pilihan


bagi kandidat dalam meyakinkan pemilih bahkan mengarahkan preferensi politik

10
pemilih. di tengah pembatasan sosial dan penerapan protokol covid-19,
penggunaan media daring memungkinkan kandidat atau pun tim kampanye
menjangkau lebih banyak orang dan menawarkan visi, misi dan program tanpa
harus terbatasi oleh model kampanye konvensional berupa pertemuan terbuka.

Berbeda dengan pola kampanye konvensional yang mengandalkan


komunikasi tatap muka yang interaktif, model kampanye lewat media sosial
memberikan ruang lebih luas bagi tim kampanye untuk menyampaikan pesan
politik yang singkat dan mudah dimengerti. Penggunaan grafik, gambar dan
materi-materi kampanye yang didesain semenarik mungkin, menuntut kreativitas
tim kampanye agar program kandidat dapat disampaikan dengan efektif. Ada 2
keuntungan penggunaan media sosial dalam kampanye di masa pandemi.
Pertama, dari segi biaya kandidat atau pun tim kampanye dapat menekan
anggaran kampanye yang biasanya membludak dalam kampanye tatap muka.
Kedua, media sosial memungkinkan setiap tim kampanye membuat puluhan
bahkan ratusan akun tak terbatas demi menjangkau pemilih dari berbagai
segemen.

Disinilah KPU sebagai penyelenggara perlu menetapkan batas-batas kampanye


media sosial. Mengingat jangkauan media sosial yang luas serta penggunaan akun
dalam jumlah yang besar, menyulitkan untuk memantau batas-batas materi
kampanye media sosial. Membludaknya informasi dan akses informasi yang lebih
terbuka, menciptakan arus informasi yang tak terbendung antara penyampaian
visi, misi dan program di satu sisi, serta kampanya hitam, hoax dan propaganda di
sisi yang lain.

2. Menggunakan Media cetak


Strategi yang dapat digunakan pada masa pandemi salah satunya menggunakan
strategi seperti pemasangan baliho dan spanduk di pinggir-pinggir jalan raya.
Strategi ini merupakan strategi yang sangat umum digunakan oleh partai politik
dengan tujuan agar masyarakat atau pemilih dapat mengenali siapa calon legislatif
yang akan dipilihnya dalam pemilihan nanti. Strategi ini bertujuan untuk
mempengaruhi dan mencari simpati para masyarakat atau pemilih agar memilih
calon legislatif yang diusung oleh partai politik.

11
2.2.4 Pro dan Kontra Masyarakat Terhadap Pemasangan Baliho di Masa Pandemic

Seperti yang kita lihat kasus baru-baru ini, masyarakat di sejumlah daerah pro dan
kontra terhadap pemasangan baliho di tengah pandemic, Pemasangan baliho
merupakan salah satu upaya parpol mengenalkan calonnya kepada masyarakat.
Baliho memang salah satu media yang cukup efektif untuk mendongkrak popularitas
dan elektabilitas tokoh parpol. Namun, di tengah pembatasan aktivitas masyarakat di
ruang publik pemasangan baliho bagi para tokoh parpol tentu kurang efektif. Pasalnya
baliho berkuran besar yang menghiasi berbagai suduk kota hingga desa di seantero
negeri terpasang saat mobilitas masyarakat dibatasi.

Tudingan keras dari masyarakat yang kontra pun sempat muncul saat pemasangan
baliho tokoh politik di tengah pandemi Covid-19 dianggap melukai hati nurani
masyarakat. Karena menurut pandangan masyarakat biaya pemasangan baliho yang
cukup besar hingga miliaran rupiah, Contoh kasus yang menuai kontra pada
masyarakat seperti pemasangan baliho puan maharani dan airlangga Hartato yang
menuai kritik dari masyarakat mengingat di tengah pandemic ini masyarakat sangat
membutuhkan bantuan baik dari segi materil maupun sembako dan untuk
pemasangan baliho menghabiskan dana sampai miliaran rupiah karena proyek
diluncurkan saat masyarakat sedang terpuruk karena pembatasan skala sosial yang
berkepanjangan, tetapi dana tersebut lebih di alokasikan ke pemasangan baliho yang
biaya pemasangannya mencapai miliaran rupiah, hal ini lah yang di kritik oleh
masyarakat. Dilihat dari banyak nya pemasangan baliho yang membuat masyarakat
marah sampai menuai kasus vandalisme berupa coretan kritikan pada baliho yang
dipasang.

Sedangkan menurut pihak masyarakat yang pro metode kampanye dengan


memakai baliho sejatinya sah-sah saja jika baliho itu di desain lebih edukatif dan
inovatif sehingga yang ditayangkan itu tidak monoton. Masyarakat juga beranggapan
bahwa kampanye politik menjelang pilkada 2024 adalah popularitas, pemasangan
baliho merupakan strategi untuk merebut kemenangan pilkada 2024. Menurut salah
satu tokoh politik persoalan tentang baliho tersebut dibesar-besarkan oleh beberapa
pihak, menurut di aini adalah inisiatif kader untuk berbuat sesuatu terhadap kader lain
yang punya potensi untuk membangun republic ini. Bukan masalah untuk berpolitik
ditengah pandemic masyarakat terlalu berprasangka buruk terhadap tokoh politik
sehingga apa yang mereka buat menjadi tidak baik, apakah dengan pandemic semua

12
hak politik manusia dirampas ? pandemic sudah di atasi oleh eksekutif,dan legislative
bekerja mengawasi eksekutif bagaimana pandemic di atasi, tapia da hak-hak yang
melekat yang juga tidak boleh dirampas. Dengan adannya tren baliho ini adannya
lapangan kerja baru dalam masa PPKM karena UMKM hidup, tapi karena kita
melihat aspek kadangkala berpolitik semua itu dianggap sesuatu permasalahan yang
di pertentangkan. Alasan pemasangan baliho ketua, pemasangan baliho itu sudah di
direncanakan jauh-jauh hari sebelum Covid-19, pemasangan baliho dengan bentuk
kepedulian kepada masyarakat adalah dua hal yang tidak bisa dikaitkan. Pemasangan
baliho boleh dilakukan tetapi juga memberikan solusi atas kesulitan masyarakat, bila
tak demikian akan ragu pemasangan baliho secara massif bakal berdampak positif
bagi si politikus.

Secara sosiologis baliho pada dasarnya merupakan seperangkat simbol atau


bahasa yang dipergunakan untuk mempengaruhi psikologis publik. Baliho sebagai
simbol digunakan parpol untuk mencitrakan elite politik yang akan dicalonkan pada
perhelatan Pilpres 2024 kepada masyarakat.

Menurut Jean Baudrillard, baliho sebagai simbol atau tanda disebutnya sebagai
simulacra politik. Ketika realitas yang sesungguhnya dimanipulasi sedemikan rupa
menjadi realitas simbolik, maka terjadilah hiperrealitas. Alih-alih mendapat simpati
dan dukungan publik, pemasangan baliho oleh beberapa elite politik justru gagal
mempengaruhi psikologis masyarakat.

Strategi parpol dalam mensosialisasikan kadernya menuju kontestasi Pilpres 2024


tentu harus memperhatikan waktu dan momentum yang tepat. Dalam situasi pandemi
yang mengakibatkan masyarakat kesulitan ekonomi, memasang baliho tentu strategi
yang kurang tepat. Alhasil kritik dan respons negatif bermunculan dari berbagai
pihak. Publik tentu akan terus menilai berbagai kandidat hingga pelaksanaan Pilpres
2024 berlangsung. Selain mencitrakan melalui medium komunikasi seperti baliho,
kerja-kerja yang bersentuhan langsung dengan masyarakat untuk mengatasi persoalan
yang sedang terjadi dan dirasakan dampaknya tentu lebih penting. Pada akhirnya
publik akan mengevaluasi dan menilai tokoh yang layak memimpin Bangsa Indonesia
mendatang.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan.

Kesimpulannya adalah pro kontra yang terjadi di dimasyarakat itu sebenarnya merupakan
komulasi emosi atau tumpukan perasaan yang dialami oleh masyarakat akibat status pandemi
yang belum terselesaikan.masyarakat kontra itu berfikir bahwa pemasangan baliho politisi itu
menandakan bahwa para politisi tidak mau tau tentang kondisi yang ada dimasyarakat bawah.
Memang Secara sosiologis baliho pada dasarnya merupakan seperangkat simbol atau bahasa
yang dipergunakan untuk mempengaruhi psikologis publik. Akan tetapi dirasa kurang tepat jika
dilaksanakan disaat masyarakatnya masih memikirkan masalah yang lain dikarenakan pandemi
yang masih belum mereda, memang tidak ada yang salah dari para politisi yang menggunakan
hak berpolitiknya, akan tetapi akan lebih manusiawi jika mereka menggunakan hak berpolitiknya
disaat wabah pandemi ini mereda.

3.2 Saran

Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang politik yang membuat masyarakat banyak


mengkritik apa pun yang di lakukan oleh tokoh politik masyarakat seharusnya membuka pikiran
mereka jangan selalu menyalahkan politik terhadap apa yang terjadi, oleh karena itu pihak tokoh
politik di harapkan selain menerapkan strategi untuk memenangkan pemilu di masa pendemi bisa
memberikan solusi atas permasalahan yang di timpa masyarakat pada masa pendemi saat ini.
seharusnya politisi itu peka dan juga memahami bagaimana situasi dimasyarakat. Tidak semua
masyarakat itu paham akan politik sehingga apa yang dilihatnya akan disimpulkan sendiri,
sebagai politisi seharusnya memahami akan hal itu dan juga pasti dapat menemukan cara
penyelesaikannya. Sebagai contoh seperti menunda berkampanye dulu hingga pandemi mereda,
hal ini tidak akan merugikan politisi malah jika para politisi terjun langsung untuk membantu
masyarakat malah akan berdampak baik pada perolehan suara untuk dirinya dalam
penyelenggaraan pemilu tahun 2024 mendatang . Sehingga dengan memahami situasi dimasa
pandemi ini baik masyarakat maupun politisinya tidak ada yang tersinggung maupun dirugikan.

14
REFERENSI

https://eprints.uny.ac.id/22291/4/4.%20BAB%20II.pdf

https://diy.kpu.go.id/web/pengertian-fungsi-dan-sistem-pemilihan-umum/

http://repository.uin-suska.ac.id/13025/7/7.%20BAB%20II_201815ADN.pdf

https://ejurnal.universitaskarimun.ac.id/index.php/ILKOM/article/download/25/24

https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/15/113000169/pemilu-pengertian-
alasan-fungsi-asas-dan-tujuan

iii

Anda mungkin juga menyukai