Anda di halaman 1dari 16

KAMPANYE POLITIK

Diajukan Sebagai Syarat Mengikuti Ujian Tengah Semester

Dosen Pengampu :

Raja Abumanshur Matridi, MPM

Disusun Oleh:

Agus Abdulah

22101002

22103035201002

SISTEM POLITIK INDONESIA

ADMINISTRASI PUBLIK

SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK RAJA HAJI


TANJUNGPINANG
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Sistem Politik Indonesia yang berjudul
Kampanye Politik. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan
besar Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukan kita jalan yang lurus. Penulis sangat
bersyukur karena telah menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah diberikan.

Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Raja Abumanshur


Matridi, MPM selaku dosen pembimbing dalam mata kuliah Sistem Politik Indonesia.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Penulis juga mengharapkan saran dan kritik yang membangun terhadap makalah ini
agar kedepannya penulis dapat perbaiki, karena penulis sadar makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan

Tanjung Pinang, 21 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Kerangka Teori ............................................................................................................ 2
BAB 2 PEMBAHASAN ............................................................................................................ 3
2.1 DEFINISI KAMPANYE POLITIK ............................................................................ 3
2.2 SEJARAH PERKEMBANGAN KAMPANYE ......................................................... 4
2.3 TUJUAN DAN MODEL KAMPANYE ..................................................................... 5
2.4 PERAN MEDIA DALAM KAMPANYE .................................................................. 6
2.5 STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK ...................................................................... 7
2.6 KAMPANYE HITAM .............................................................................................. 10
BAB 3 PENUTUP ................................................................................................................... 12
3.1 KESIMPULAN ......................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. iii

ii
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia saat ini tengah menyambut tahun politik. Kita tahu bahwa tahun 2024
adalah pesta demokrasi besar, yaitu penentuan atau pemilihan Presiden dan Wakilnya.
Dalam Negara demokrasi seperti Indonesia ini, pemilihan umum (pemilu) pemimpin
di tiap tingkatan pemerintahan merupakan hal yang wajib, terutama sejak reformasi.
Artinya demokrasi di Negara kepulauan ini telah berjalan dengan berbagai dinamika
yang mewarnainya. Dalam mempersiapkan pemilihan seperti itu, sangat umum kita
ketahui masing-masing kandidat mempersiapkan ‘pertandingan politik’ mengingat
calon pemimpin biasanya lebih dari satu. Masing-masing berlomba-lomba untuk
memenangkan pemilu. Mereka berusaha untuk menarik perhatian pemilih untuk
memilih mereka. Sebagai bentuk atau praktek demokrasi, suara pemilih tentu
menentukan kemenangan. Singkatnya, semakin banyak suara atau dukungan yang
didapat, maka ia akan memenangkan pemilu. Dengan demikian, selanjutnya si
pemenang akan mendapatkan kursi kekuasaan dalam pemerintahan.

Sejak reformasi 1998, dinamika sosial politik di Negara ini cukup berwarna. Ketika
dihubungkan dengan proses pemilu, maka setiap kandidat atau calon akan melakukan
kampanye politiknya dengan tujuan sebagaimana telah disebutkan di atas. Dalam
beberapa kasus memang kadang kita melihat adanya proses kampanye yang tidak
sehat. Penggunaan cara-cara radikal yang barangkali karena adanya salah paham atau
sebab lain kadang terjadi. Meski demikian, jumlahnya relatif kecil. Proses kampanye
politik di Indonesia sejauh ini masih dapat dibilang wajar dan sejalan sebagaimana
mestinya. Meski sekali lagi, kadang juga kita temui adanya kampanye hitam. Dalam
kampanye politik, hal yang paling signifikan adalah tentang pesan-pesan yang
disampaikan oleh kandidat. Masing-masing berusaha membawa tema atau topik
tertentu untuk ditawarkan pada masyarakat. Sebagian dari kita mungkin lebih familiar
dengan janji-janji politik. Hal ini bisa jadi benar, karena itu merupakan bagian dari
pesan dalam kampanye politik, meski tidak selalu bermakna demikian. Dengan realita
yang sering kita jumpai di dalam perkembangan sosial seperti itu, kita perlu tahu apa
sebenarnya esensi dari kampanye politik. Sebagai pelajar politik, kita perlu
mengetahui dari sudut pandang teori dan praktek. Dalam makalah ini, akan dijelaskan
tentang kampanye politik dan hal-hal yang berkaitan dengan tema tersebut.

1
1.2 Kerangka Teori

Dalam setiap penyambutan tahun pemilu akan banyak calon peserta pemilihan umum
yang melakukan kampanye politik ke masyarakat untuk meyakinkan pemilih dengan
menawarkan visi, misi, program, dan/atau citra diri Peserta Pemilu. Pentingnya
kampanye sebenarnya dapat diketahui manakala kita memahami pengertian kampanye
politik itu sendiri.
Kampanye adalah serangkaian upaya yang dilakukan oleh individu, kelompok, atau
organisasi untuk mempromosikan atau memperjuangkan suatu tujuan tertentu kepada
khalayak umum. Kampanye dapat dilakukan dalam berbagai konteks, termasuk
politik, sosial, lingkungan, kesehatan, atau bisnis.(fahum.umsu.ac.id)
Kampanye Politik adalah upaya terorganisir yang berusaha mempengaruhi proses
pengambilan keputusan dalam kelompok tertentu. (Fatimah, S. 2018)

2
BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI KAMPANYE POLITIK

Kampanye pemilu adalah bagian dari demokrasi. Meskipun kritik terhadap partai
yang disampaikan melalui karikatur sering memberikan kesan tidak baik, tetapi
kampanye pemilu tidak dapat dianggap sebagai tidak legitim ataupun tidak bermoral.
Kampanye pemilu merupakan instrumen yang sah di mana kelompok kepentingan
politik berupaya menjelaskan kebenaran tujuannya kepada masyarakat umum.
Kampanye politik mendapatkan legitimasi dari arti pemilu itu sendiri, karena pemilu
adalah fondasi kebebasan individu.
Pemilu adalah instrumen pembentukan kehendak masyarakat yang didasarkan pada
proses hukum. Pemilu akan merangkum pendapat dan menentukan kriteria
pengambilan keputusan untuk semua keputusan politik untuk negara. Hal ini khusus
untuk pemilu yang membentuk pemerintahan. Demokrasi berbeda dengan bentuk
pemerintahan apapun juga, seperti yang disebut pakar politik WILHEM HENNING,
karena dalam demokrasi, rakyat dapat menghentikan pemerintahan yang tidak disukai
dengan cara yang sama sekali tidak berdarah. Dengan pandangan lebih jauh,
metafor "militer" mengartikan pemilu adalah "pertempuran." Tetapi pertempuran
yang dimaksud hanyalah merupakan pertarungan kata-kata untuk menyampaikan isi
dan juga untuk mencapai tujuan. Penentuan menang dan kalah akan terjadi pada saat
pemilu. Tetapi yang juga menentukan hasil adalah strategi dan penyelenggaraan
kampanye. Dengan demikian kampanye pemilu merupakan "pertempuran demokrasi."
Hasil pemilu tanpa didahului oleh kampanye pemilu bukan sekedar merupakan alat
sah perdebatan, tetapi juga merupakan bagian dari elemen konstitusi demokrasi yang
bebas.
Dalam negara demokrasi, politik merupakan perebutan kekuasaan keputusan. Yaitu
tentang siapa memperoleh bagian apa, kapan dan berapa besar.
Menurut ARNOLD STEINBERG, kampanye politik modern adalah cara yang
digunakan para warga negara dalam demokrasi untuk menentukan siapa yang akan
memerintah mereka. Politik adalah "praktek atau pekerjaaan menjalankan urusan
politik,” yaitu “melak- sanakan atau mencari kekuasaan dalam urusan
pemerintahan..."

3
Kampanye politik, adalah suatu usaha yang terkelola, terorganisir untuk
mengikhtiarkan orang dicalonkan, dipilih, atau dipilih kembali dalam suatu jabatan
resmi.
Setiap kampanye politik adalah suatu usaha hubungan masyarakat. Tugas itu pada
abad 19 pada hakikatnya sama yakni membujuk sejumlah pemberi suara yang sudah
terdaftar untuk mendukung calon. Kampanye yang berorientasi pada hubungan
masyarakat, berusaha merangsang perhatian orang kepada sang calon. Ia mencoba
meningkatkan identifikasi dan citra sang calon di antara kelompok pemberi suara,
menyebarluaskan pandangan sang calon tentang berbagai masalah penting, dan
mendorong para pemberi suara menuju ke tempat pemilihan untuk memberikan suara
kepada sang calon. Ia juga berikhtiar membujuk orang-orang yang masing bimbang
dan kadang bahkan menjurusbalikkan orang- orang yang cenderung untuk
mendukung calon dari pihak penentang. Pendekatan berdasarkan humas berbeda
sekali dari kampanye yang mengandalkan pada kontak pribadi, perlindungan, dan
umpan balik langsung untuk menjamin hasil pemilihan yang dikehendaki. Pendekatan
humas bertumpu, baik pada berita yang dapat dihasilkan kampanye, maupun pada
waktu dan tempat yang dapat dibeli (untuk iklan).

Bagi PFAU dan PARROT, kampanye adalah suatu proses yang dirancang secara
sadar, bertahap dan berkelanjutan yang dilaksanakan pada rentang waktu tentu dengan
tujuan mem- pengaruhi khalayak sasaran yang telah ditetapkan

2.2 SEJARAH PERKEMBANGAN KAMPANYE

Sejarah kampanye dapat ditelusuri sejauh sejarah komunikasi dan interaksi


manusia. Kampanye telah menjadi alat yang digunakan untuk mempengaruhi dan
memobilisasi orang-orang dalam berbagai konteks. Berikut adalah beberapa poin
penting dalam sejarah kampanye:

1. Kampanye Politik Kuno

Kampanye politik dapat ditemukan dalam sejarah kuno. Contohnya adalah kampanye
politik dalam sistem demokrasi kuno di Yunani kuno, seperti di Athena, di mana
calon-calon politik berpidato di hadapan warga untuk memperoleh dukungan mereka.

2. Revolusi Amerika

4
Kampanye politik modern mulai berkembang selama Revolusi Amerika pada abad ke-
18. Pada masa ini, kampanye politik dilakukan melalui surat kabar, pamflet, dan
pidato untuk menggerakkan warga untuk mendukung kemerdekaan.

3. Kampanye Pemilihan Presiden AS

Kampanye politik modern di Amerika Serikat berkembang pesat selama abad ke-19
dengan munculnya pemilihan presiden. Kampanye presiden menjadi ajang yang
melibatkan perjalanan kampanye, pidato publik, dan penggunaan media massa seperti
surat kabar dan poster.

4. Revolusi Industri dan Iklan

Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, kampanye komersial menjadi lebih
terkait dengan pemasaran dan iklan. Perkembangan teknologi seperti surat kabar,
radio, dan televisi memungkinkan kampanye iklan untuk mencapai audiens yang lebih
luas.

5. Perubahan Media Digital

Dalam beberapa dekade terakhir, perkembangan internet dan media sosial telah
membawa perubahan signifikan dalam kampanye. Kandidat politik dan organisasi
sekarang dapat menggunakan platform digital untuk mencapai dan berinteraksi
dengan pemilih secara langsung.

Seiring waktu, kampanye telah mengalami perubahan dalam hal strategi, teknik
komunikasi, dan penggunaan media. Kemajuan teknologi telah memberikan alat yang
lebih canggih untuk mencapai audiens yang lebih luas, sementara masyarakat yang
semakin terhubung secara global telah memungkinkan kampanye menjadi lebih luas
dalam cakupan dan dampaknya.

2.3 TUJUAN DAN MODEL KAMPANYE

Apapun ragam dan tujuannya, Upaya perubahan yang dilakukan kampanye selalu
terkait dengan aspek pengetahuan (knowlwdge), sikap (attitude) dan perilaku
(behavioral), yaitu:
1). Kegiatan kampanye biasanya diarahkan untuk menciptakan perubahan pada
tataran pengetahuan atau kognitif. Pada tahap ini pengaruh yang diharapkan adalah
munculnya kesadaran, berubahnya keyakinan atau meningkatnya pengetahuan
khalayak terhadap isu tertentu.

2)Pada tahap berikutnya diarahkan pada perubahan sikapSasarannya adalah untuk


memunculkan simpati, rasa suka, kepedulian atau keberpihakan khalayak pada isu-isu
yang menjadi tema kampanye.

3). Sementara pada tahap terakhir kegiatan kampanye ditujukan untuk mengubah
perilaku khalayak secara kongkrit dan terukur. Tahap ini menghendaki adanya
tindakan tertentu yang dilakukan oleh sasaran kampanye. Sementara pada tahap

5
terakhir kegiatan kampanye ditujukan untuk mengubah perilaku khalayak secara
kongkret dan terukur. Tahap ini menghendaki adanya tindakan tertentu yang
dilakukan oleh sasaran kampanye."

2.4 PERAN MEDIA DALAM KAMPANYE

Penggunaan tekhnologi, dalam hal ini pelibatan media dalam kampanye diera
keterbukaan informasi saat ini memiliki peranan signi- fikan. Peran media adalah
memperluas pesan berupa materi kampanye, profil kandidat serta gambaran partai
yang lebih luas kepada khalayak ramai. Presiden Amerika Abrahamn Lincoln
memenangkan pemilu de- ngan memanfaatkan maraknya peredaran media cetak
berupa koran pada masa itu. Penyebaran koran yang luas dan pemuatan profil dirinya
oleh koran secara terus menerus, telah meningkatkan popularitas diri dan kepercayaan
publik terhadap Lincoln.

Sebelum televisi ada, pemanfaatan radio juga telah digunakan da- lam kampanye. Hal
ini berdasarkan penelitian bahwa masyarakat Ame- rika mendengarkan radio selama
21 jam selama seminggu ketika bekerja, dan lebih banyak lagi ketika ketika
berkumpul bersama keluarga". Infor- masi yang ditampilkan radio lebih lengkap serta
atraktif dibandingkan membaca profil kandidat di koran.

Era presiden Nixon serta Kennedy juga memanfaatkan media te- levisi dalam
program-program kampanye mereka. Sikap politik, mimik wajah, gambaran akan
profil diri akan dapat dengan mudah ditangkap pemirsa televisi untuk memberikan
gambaran kognitif tentang seorang kandidat dalam media televisiPerilaku kandidat,
yang terintrepretasi melalui senyuman, jabatan tangan, menggendong seorang anak,
mengun- jungi panti asuhan/ jompo, menanam pohon misalnya, merupakan sedi- kit
dari gambaran yang dapat dilihat dari televisi yang dapat merespon sikap dari pemilih.

Kampanye pemilihan kandidat presiden dari partai demokrat Amerika antara Obama
dan Clinton juga kental dalam nuansa penggu- naan tekhnologi. Barack Obama
tercatat sebagai calon kandidat yang pa- ling banyak menggunakan media internet
dalam kampanyeTim kampa- nye Obama rupanya menyadari bahwa internet sudah
mejadi bagian dari gaya hidup masyarakat Amerika saat ini.
Hasilnya, Obama memenangkan pemilihan calon presiden dari demokrat dengan
mengalahkan Hil- lary Clinton. Di Indonesia misalnya, presiden SBY menggunakan
media musik untuk menarik simpati publik

Tak dapat dipungkiri bahwa media juga dipengaruhi oleh faktor industrial (industri
media), sehingga faktor pemilik media dan juga fak- tor isu yang diusung berbeda-
bedaPerbedaaan serta pertarungan isu yang terjadi di media ikut menentukan opini
yang diciptakan untuk di- konsumsi oleh publikSehingga setiap media mengusung
ideologi yang berbeda-beda. Perbedaan ini sah saja dan menjadi tempat untuk mem-

6
peroleh informasi sebanyak-banyaknya bagi pemilih, sehingga pemilih dapat
menentukan pilihan terbaiknya

Hill & Sen menyatakan dalam perkembangannya dewasa ini, media berupa koran,
radio, televisi sebagai bentuk revolusi komunikasi pada masanya masing-masing.
Media juga dapat berbentuk buku, sinema nasional, industri musik bahkan internet.
Mereka menamakan internet sebagai virtual politicsMedia menggambarkan budaya
sebuah komunitas tertentu yang mendiami sebuah wilayah, sehingga media dapat
mem- pengaruhi politik dari komunitas tersebut.

Media berfungsi menciptakan persuasi politik, yakni transaksi kreatif kepada


komunikan (penerima pesan) yang menyusun tanggapan terhadap lambang-lambang
atau simbol yang diberikan oleh persuader (pemberi/penyampai). Media berperan
untuk membentuk citra berupa image politik tertentu dari kandidat, menyebarluaskan
pembicaraan poli- tik untuk menggiring opini publik yang akan meningkatkan
popularitas dari kandidat

2.5 STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK

Strategi komunikasi dalam politik merupakan salah satu kunci keberhasilan sebuah
Partai politik dalam memenangkan pemilu. Kampanye politik adalah bentuk aplikasi
komunikasi politik yang dilakukan seseorang, sekelompok orang atau organisasi
politik untuk membentuk dan membina citra dan opini publik yang positif, agar
terpilih dalam suatu pemilihan pemilu, pemilukada dan pilpres

Beberapa bentuk atau jenis seni dan bentuk aplikasi (penerapan) komunikasi politik
yang sudah lama dikenal dan dilakukan oleh para politikus atau aktivis politik, antara
lain retorika politik, agitasi politik, propaganda politik, lobi politik, dan tindakan
politik yang dapat dilakukan dalam kegiatan politik yang terorganisasi seperti: public
relation post politic, pemasaran politik dan kampanye politik. Semua bentuk
komunikasi politik itu berkaitan dengan pembentukan citra dan opini publik yang
positif. Hal itu dapat berkaitan dengan upaya memenangkan pemilu agar dapat meraih
kekuasaan dan kedudukan politik di lembaga legislatif atau eksekutif sehingga dapat
membuat kebijakan politik yang sesuai dengan visi misi dan program politik para
komunikator politik terutama para politikus dan partai politiknya.
1. Retorika Politik
Retorika pada dasarnya menggunakan lambang untuk mengidentifikasikan pembicara
dengan pendengar melalui pidato sedang pidato merupakan konsep yang sama
7
pentingnya dengan retorika sebagai simbolisme. Dengan berpidato kepada khalayak
secara terbuka akan berkembang wacana publik dan berlangsung proses persuasi.
Itulah sebabnya Dan Nimmo menyebutkan pidato adalah negoisasi dengan retorika
politik akan tercipta masyarakat dengan negoisasi (konflik dan konsensus) yang terus
berlangsung. Aristoteles dalam karyanya retorica membagi retorika politik dalam 3
jenis yaitu: retorika diliberitif, retorika forensik, retorika demonstratif.
2. Agitasi politik
Agitasi menurut Blumer dimulai dengan cara membuat kontradiksi dalam masyarakat
dan menggerakkan khalayak untuk menentang kenyataan hidup yang dialami selama
ini (penuh ketidakpastian dan penuh penderitaan) dengan tujuan menimbulkan
kegelisahanikalangan massa. Kemudian rakyat digerakkan untuk mendukung gagasan
baru atau ideologi baru dengan menciptakan keadaan yang baru. Agitasi sering
berkonotasi negatif karena sifatnya yang menghasut, mengancam, menggelisahkan
membangkitkan rasa tidak puas dikalangan khalayak dan mendorong adanya
pemberontakan.
3. Propaganda politik
Propaganda merupakan yang sudah lama dikenal penggunaannya dalam bidang
politik, meskipun pada awalnya digunakan sebagai bentuk kegiatan keagamaan
(agama katolik). Propaganda politik dapat merupakan kegiatan komunikasi politik
yang dilakukan secara terencana dan sistematik, menggunakan sugesti untuk tujuan
mempengaruhi seseorang atau kelompok orang, khalayak atau komunitas yang lebih
besar agar melaksanakan atau menganut suatu ide, atau kegiatan tertentu dengan
kesadarannya sendiri tanpa merasa dipaksa atau terpaksa. Selanjutnya, ada beberapa
tipe propaganda diantaranya seperti propaganda terang terangan, propaganda
disengaja, dan propaganda yang tidak disengaja. Di negara demokrasi kegiatan
propaganda politik sangat tidak disukai, bahkan ditolak dengan cara mengembangkan
kegiatan yang lain seperti public relation politik dan penerangan politik.
4. Lobi politik
Lobi merupakan salah satu bentuk seni dan teknik berkomunikasi yang banyak sekali
diaplikasikan dalam kegiatan politik. Lobi politik dan partai politik, merupakan forum
pembicaraan politik dalam persfektif atau paradigma interaksional dalam komunikasi
politik diterapkan dalam bentuk komunikasi antar personal atau tatap muka yang
bersifat dialogis. Jika lobi politik bersifat informal (tidak ada tata tertib) maka rapat
politik, persidangan politik, atau forum musyawarah politik justru bersifat sangat
8
formal atau resmi. Dalam lobi politik pengaruh pribadi sangat penting. Dalam hal itu
kompetensi, penguasaan masalah, jabatan dan kepribadian politikus sangat
berpengaruh.
5. Tindakan politik
Tindakan yang dapat dipandang sebagai komunikasi dalam paradigma pragmatis
merupakan juga bentuk seni dan teknik dalam berkomunikasi yang selalu digunakan
dalam kegiatan politik. Dengan demikian, lobi politik, retorika politik dan kampanye
politik dapat juga disebut. sebagai tindakan politik yang merupakan salah satu bentuk
tindakan politik. Tindakan politik dalam peristiwa komunikasi politik bertujuan untuk
membangun citra politik bagi khalayak, yaitu gambaran mengenai realitas politik
yang memiliki makna. Strategi dan komunikasi politik adalah suatu keseluruhan
keputusan kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan saat ini, guna mencapai
tujuan politik pada masa depan. Keputusan strategis yang tepat bagi komunikator
politik adalah (1) Merawat ketokohan, (2) Memantapkan kelembagaan politik, (3)
Menciptakan kebersamaan dan (4) Membangun konsensus.
1. Ketokohan dan kelembagaan
Ketika komunikasi politik berlangsung yang berpengaruh bukan hanya pesan politik
saja melainkan siapa tokoh politik atau tokoh aktivis dan profesional dari lembaga
mana yang menyampaikan pesan politik tersebut. Dengan kata lain, ketokohan
seseorang merupakan komunikator politik dan lembaga politik yang mendukungnya
sangat menentukan berhasil atau tidaknya komunikasi politik dalam menentukan
sasaran dan tujuannya, dalam hal ini merawat ketokohan dan memantapkan
kelembagaan.
2. Menciptakan kebersamaan
Langkah strategis kedua yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan komunikasi
politik adalah menciptakan kebersamaan antara politikus dan rakyat dengan cara
mengenal khalayak dan menyusun pesan yang homofili. Hal itu diperlukan agar
komunikator politik dapat melakukan empati.

Hemofili dan empati adalah salah satu syarat untuk membangun dan merawat
ketokohan bagi politikus, aktivis, dan profesional sebagai komunikator politik. Untuk
menciptakan hemofili dan melakukan empati melalui persamaan kepentingan
tersebut, komunikator politik harus terlebih dahulu mengenal, mengerti dan
memahami daya tangkal serta daya serap khalayak, baik yang bersifat pisikologis
9
maupun yang bersifat sosiokultural. Hal itu memerlukan berbagai aktifitas seperti
penjajakan dan survey atau pembuktian. Dengan cara memahami khalayak, menyusun
pesan persuasi,menetapkan metode, dan memilah milih media.
3. Membangun konsensus
Langkah strategi ketiga yang harus dilakukan untuk mencapai komunikasi politik
yaitu membangun konsensus baik antara para politikus dalam salah satu partai politik
maupun perantara politikus dari partai yang berbeda. Hal itu pada umumnya terjadi
baik pada rapat dan persidangan maupun dalam lobi, dengan menggunakan model
komunikasi interaktif sesuai dengan paradigma interaksional. Dalam paradigma
internasional tersebut semua pihak yang berkomunikasi atau berinteraksi memiliki
posisi yang sama dan sederajat, sehingga tercipta suasana yang dialogis. Komunikasi
interaksional dikenal sebagai komunikasi yang manusiawi karena semua pihak
diangkat derajatnya ke posisi yang mulia. Suasana dialogis harus dibangun melalui
penciptaan kebersamaan atau hemofili dengan melakukan empati. Hal itu
dimaksudkan agar semua pihak memiliki rasa saling memiliki sehingga dapat
berpartisipasi aktif. Dalam membangun konsensus tersebut seni berkompromi, dan
bersedia membuka diri merupakan salah satu strategi yang harus dipahami oleh
seorang politikus dalam melakukan komunikasi politik.

2.6 KAMPANYE HITAM

Dalam pertandingan politik seperti ini, kadang juga kita mengenal istilah kampanye
hitam. Kampanye hitam atau black campaign adalah sebuah upaya untuk merusak
atau mempertanyakan reputasi seseorang, dengan mengeluarkan propaganda negatif.
Hal ini dapat diterapkan kepada perorangan atau kelompok (Jay C, 2002). Orang-
orang yang menjadi target umumnya merupakan para politikus, jabatan publik, aktivis
dan tentunya kandidat politik lain. Istilah kampanye hitam ini juga sering digunakan
dalam hal lain yang lebih umum seperti dalam persaingan kerja.

Kampanye hitam muncul karena persaingan yang panas dalam kampanye. Istilah lain
menyatakan bahwa kampanye hitam merupakan penggunaan metode rayuan yang
merusak, sindiran atau rumor tentang seorang calon disebarkan kepada masyarakat/
calon pemilih. Hal ini dilancarkan agar menimbulkan persepsi negatif / yang dianggap
tidak etis terutama dalam hal kebijakan publik.

Contoh yang masih segar dapat kita ingat adalah rumor antek-antek China. Isu sara ini
sangat sensitif dalam masyarakat yang multi-kultur di Indonesia. Kandidat akan

10
mengatakan bahwa kandidat lawan membawa kepentingan golongan tertentu yang
dibenci masyarakat, dalam hal ini China. Isu lain misalnya adalah isu keturunan PKI.
Beberapa calon misalnya menuduhkah lawan mereka adalah anak turun dari tokoh
PKI. Isu lain yang juga sensitif adalah skandal perselingkuhan seorang kandidat.
Calon akan menjatuhkan lawan dengan mengusung isu asusila tersebut.

Pada intinya, kampanye hitam ditujukan untuk menjatuhkan lawan. Komunikasi


dalam kampanye hitam diusahakan agar menimbulkan fenomena sikap resistensi dari
para pemilih. Dengan seperti itu, masyarakat menjadi anti / tidak mau memilihnya
karena atau atas dasar persepsi buruk yang terbangun tersebut.

Kampanye hitam umumnya dapat dilakukan oleh kandidat atau calon karena
kekurangan sumber daya yang kuat untuk menyerang calon lain dengan bermain pada
permainan emosi para pemilih agar pada akhirnya dapat meninggalkan kandidat atau
calon pilihannya. Hal ini bisa dipahami karena si calon tersebut merasa terancam
kalah jika tidak melakukan cara-cara tertentu.

11
BAB 3 PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dalam Negara yang menganut sistem demokrasi, kampanye politik menjadi sangat
penting dalam memperkenalkan kandidat kepada masyarakat. Kita memahami
kampanye politik sebagai upaya terorganisir yang berusaha mempengaruhi proses
pengambilan keputusan dalam kelompok tertentu. Dengan tujuan untuk
memenangkan pemilu tertentu, maka setiap calon perlu mempertimbangkan strategi
dan planning yang matang. Strategi dan perencanaan ini sangat penting karena
menentukan kemenangan calon dalam proses pemilu. Meski demikian, kita juga
kadang melihat upaya-upaya yang mungkin kurang sehat dalam proses politik
tersebut. Kampanye yang dilakukan setiap calon sering diwarnai dengan upaya
menjatuhkan lawan, atau kampanye hitam. Barangkali kalimat yang dituturkan oleh
Ed Goeas dari lembaga The Tarrance Group di Amerika ini ada benarny

12
DAFTAR PUSTAKA

JURNAL

Fatimah, S. (2018). Kampanye sebagai Komunikasi Politik. Resolusi: Jurnal Sosial


Politik, 1(1), 5-16.

Kurniawan, R. C. (2009). Kampanye Politik: Idealitas dan Tantangan. Jurnal Ilmu Sosial Dan
Ilmu Politik, 12(3), 307-325.

Alfiyani, N. (2018). Media sosial sebagai strategi komunikasi politik. Potret


Pemikiran, 22(1).

BUKU

Pito, T, A. Efriza. Fasyah, K. 2013. MENGENAL TEORI TEORI POLITIK DARI SISTEM
POLITIK SAMPAI KORUPSI. Bandung: Nuansa Cendikia

WEBSITE

https://fahum.umsu.ac.id/apa-itu-kampanye-sejarah-perkembangan-dan-jenisnya/

iii

Anda mungkin juga menyukai