Anda di halaman 1dari 20

PERAN SOSIALISASI VISI MISI CALON

ANGGOTA LEGISLATIF DALAM


MEMBANGUN KESADARAN POLITIK
CALON PEMILIH PEMULA

Dosen Pengampu : Pujiono S.P , S.A.P , M.A.P

Disusun oleh :
Nama : Aang krysdiantoro
NIM : 23OA0378
Mata kuliah : Pengantar Ilmu Poliik
Prodi : Administrasi Publik

STISIP BINA MARTA


TAHUN AKADEMIK
2023/2024
KATA PENGANTAR

Bissmilahirrahmanirrahim, Assalamualaikum. Wr. Wb.


Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah- Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas karya
ilmiah terkait pemilu ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
penulisan dari karya ilmiah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada
mata kuliah pengantar Ilmu Politik. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang bagaimana tanggapan dan
pemahaman calon pemilih pemula terhadap visi dan misi calon anggota
legislatif untuk para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Pujiono S.P ,
S.A.P , M.A.P selaku dosen Pengantar Ilmu Politik yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat
menyelesaikan karya ilmiah ini. kami menyadari, makalah yang saya tulis
ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

wassalamualaikum wr.wb.

Martapura, desember 2023

Penyusun

AANG KRYSDIANTORO

ii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul….………………………………………………………….……….i
Kata Pengantar..……………………………………………………..……....…...….ii
Daftar Isi ...…………………………………………………………………...….…... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang…………………………………….……..…….…….1
1.2. Rumusan Masalah ……………………………….……….…………2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Peran Sosialisasi (Pengertian , Manfaat, dan Tujuan)………..….…...3
1. Pengertian Sosialisasi …………………………………………………...3
2. Manfaat Sosialisasi Politik…………….……………………………..…..3
3. Tujuan Sosialisasi Politik …………………………………………….....4
B. Pengertian Visi Misi ……………………………………………………..….6
1. Pengertian Visi ………………………………………………………..…..6
2. Pengertian Misi ……………………………………………………………7
3. Perbedan Visi dan Misi ……………………………………..……………7
C. Lembaga Legislatif …………………………………………………..……..8
1. Pengertian Lembaga Legislatif …………………………………….……8
2. Tujuan Lembaga Legislatif ………………………………………….….. 8
3. Tugas Lembaga Legislatif ………………………………………….…...9
D. Pemilih Pemula ……………………………………………………..….…..10

BAB III PEMBAHASAN …………………………………………………………….12

A. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Politik ………...…… 13


B. Mementukan pilihan Sosok Caleg ………………...………………….…15

BAB IV KESIMPULAN …………………………………………..…….………….. 16

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………..….…………... 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pemilihan umum merupakan salah satu bentuk partisipasi politik sebagai
perwujudan dari kedaulatan rakyat, karena pada saat pemilu itulah, rakyat
menjadi pihak yang paling menentukan bagi proses politik di suatu wilayah
dengan memberikan suara secara langsung. Partisipasi merupakan salah satu
aspek penting dari demokrasi. Karena keputusan politik yang dibuat dan
dilaksanakan oleh pemerintah menyangkut dan mempengaruhi kehidupan
warga negara maka warga masyarakat berhak ikut serta menentukan isi
keputusan yang mempengaruhi hidupnya dalam keikutsertaan warga negara
dalam mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik.
Salah satu segmen dalam pemilu adalah pemilih pemula atau generasi
milenial, dikatakan pemilih pemula karena dalam pemilu 2024 mendatang kali
pertama menjadi pemilih dalam pemilu. Sehingga diharapkan para pemilih
pemula dapat menyerap pengetahuan terkait pemilu. Hal yang perlu diketahui
sebagai pemilih pemilu adalah minimal mengetahui visi misi para calon anggota
legislatif, selain itu para calon anggota legislatif harus memaparkan visi-
misinya kepada Masyarakat melalui proses sosialisasi agar saling mengetahui
dan tidak salah pilih.
Mengingat sebenarnya tidak banyak pemilih yang tahu benar akan sosok
caleg ataupun partai politik yang mengusung caleg tersebut. Hal ini tentunya
terjadi karena disebabkan oleh beberapa faktor. Apakah pilihan sosok oleh para
pemilih benar-benar karena pemilih telah mengetahui dan mempertimbangkan
secara matang mengenai kemampuan caleg yang ia pilih atau karena sebab
lain.
Tidak lepas dari faktor pemilih, para caleg pun gencar melakukan berbagai
macam langkah sosialisasi menjelang masa-masa pemilihan diantaranya
dengan sosialisasi media, kampanye tertutup, kampanye terbuka, atau mungkin
dengan „serangan fajar‟ yang sampai saat ini pun masih ditemukan di beberapa

1
daerah terjadinya tindakan suap suara tersebut. Cara yang pertama dilakukan
yakni sosialisasi, gencar dilakukan oleh berbagai macam caleg baik melalui
media massa, elektronik, maupun media lainnya dengan mengusung visi misi
ataupun hanya dengan gambar dan foto caleg serta mungkin mendompleng
beberapa sosok ketokohan dibelakangnya. Cara kedua menarik perhatian
massa adalah kampanye tertutup dan terbuka misalnya dengan pemberian
bantuan yang tidak cuma-cuma, orasi dan „konvoi‟ massa yang juga tidak
sedikit yang mengganggu aktivitas masyarakat serta menimbulkan korban jiwa.
Selanjutnya cara ketiga adalah dengan politik uang dengan memberikan suap
berupa uang atau bentuk materi Lain. Meskipun telah diatur Secara jelas dalam
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, dan
DPRD Pasal 86 Ayat (1) huruf j telah disebutkan bahwa pelaksana, peserta,
dan petugas kampanye pemilu dilarang menjanjikan atau memberikan uang
atau materi lain kepada peserta kampanye pemilu.akan tetapi masih banyak
bukti ditemukannya kasus suap suara pemilih menjelang Pemilu Legislatif.
Dari berbagai permasalahan di atas, terlihat bahwa pesta demokrasi harus
dijadikan sebagai salah satu proses belajar bagi para pemilih pemula untuk
mampu mencermati, memahami apa yang yang disebut sebagai demokrasi dan
partisipasi politik. Sehingga tidak salah ketika ada sebuah pengharapan
bahwasanya masyarakat benar-benar memilih sosok caleg karena potensi dan
kemampuan yang memang berkualitas sehingga harapan besar masyarakat
Indonesia terhadap perubahan yang lebih baik dapat terwujud.
Karena dari partai demokrasi yang berkualitas yang akan dapat
melahirkan suatu pimpinan. Dari pimpinan yang berkualitas akan dapat
menghasilkan strategi dan kebijakan yang sangat punah akselerasi pencapaian
kemajuan yang lebih layak dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis merumuskan masalah
sebagai berikut:
 Bagaimana tingkat pemahaman calon pemilih pemula terhadap visi misi
calon anggota legislatif setelah melalui proses sosialisasi?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Peran Sosialisasi (Pengertian , Manfaat, dan Tujuan)

1. Pengertian Sosialisasi

Secara umum,pengertian Sosialisasi adalah proses memberitahukan


dan memberikan pemahaman pada masyarakat luas akan suatu hal yang
bersifat penting.

Dilansir dari University of Minnesota Libraries, sosialisasi politik adalah


pembelajaran politik agar masyarakat dapat mengembangkan sikap, nilai,
keyakinan, pendapat, dan perilaku yang kondusif untuk menjadi warga negara
yang baik di negaranya.

Sosialisasi politik adalah proses bagaimana memperkenalkan sistem


politik pada seseorang dan bagaimana orang tersebut menentukan tanggapan
serta reaksi-reaksinya terhadap gejala-gejala politik. Lebih lanjut dijelaskan
bahwa sosialisasi politik ditentukan oleh lingkungan sosial, ekonomi, dan
kebudayaan dimana individu berada,selain itu juga ditentukan oleh interaksi
pengalaman-pengalaman serta kepribadiannya (Rush, 2007: 25).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka yang dimaksud dengan


sosialisasi politik dalam penelitian ini adalah proses dimana seseorang dapat
mengetahui pengetahuan politik dari lingkungannya yang diperoleh dari individu
atau kelompok lain baik secara disadari ataupun tidak disadari terutama yang
terjadi saat seseorang tersebut belum dewasa sehingga menimbulkan sikap
dan orientasi politik tertentu dalam kaitannya dengan kehidupan politik yang
berlangsung

2. Manfaat Sosialisasi Politik

Sosialisasi politik memiliki banyak manfaat bagi individu maupun


masyarakat. Berikut adalah beberapa manfaat sosialisasi politik:
3
A. Meningkatkan kesadaran dan partisipasi politik: Sosialisasi politik dapat
meningkatkan kesadaran individu tentang hak-hak dan kewajiban
mereka sebagai warga negara. Sosialisasi politik juga dapat
meningkatkan partisipasi individu dalam berbagai bentuk kegiatan
bermasyarakat yang berkaitan dengan isu-isu politik.
B. Meningkatkan kualitas demokratisi: Sosialisasi politik dapat
meningkatkan kualitas demokratisi dengan cara memperluas ruang
dialog dan diskusi antara berbagai pihak yang memiliki pandangan-
pandangan berbeda tentang isu-isu politik. Sosialisasi politik juga dapat
meningkatkan toleransi dan keragaman dalam masyarakat.
C. Meningkatkan kesejahteraan sosial: Sosialisasi politik dapat
meningkatkan kesejahteraan sosial dengan cara memberikan informasi-
informasi yang akurat dan relevan tentang kondisi-kondisi ekonomi,
sosial, dan budaya di masyarakat. Sosialisasi politik juga dapat
memberikan solusi-solusi yang efektif dan efisien untuk mengatasi
masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat.

3. Tujuan Sosialisasi Politik


menurut Richad E. Dawson (penulis buku sosialisasi politik), Sosialisasi
politik bertujuan untuk :
 Untuk memperluas pemahaman dan penghayatan serta wawasan
terhadap masalah-masalah politk yang berkembang.
 Mampu meningkatkan kualitas diri dalam berpolitik sesuai dengan aturan
hukum yang berlaku.
 Dapat meningkatkan kualitas kesadaran politik rakyat menuju peran aktif
dan partisipasinya terhadap pembangunan politik bangsa secara
keseluruhan.

Alat atau sarana agar tercapainya tujuan politik,antara lain :

A. Keluarga

Tujuan sosialisasi politik melalui keluarga adalah cara paling efisien.


Dimulai dari keluarga inilah antara orang tua dengan anak, sering terjadi

4
“perbincangan” politik ringan tentang segala hal. Dalam peristiwa
tersebut tanpa disadari terjadi transfer pengetahuan dan nilai-nilai politik
tertentu yang diserap oleh si anak.

B. Sekolah

Tujuan sosialisasi politik dengan sarana sekolah melalui pelajaran civics


education (pendidikan kewarganegaraan), peserta didik dan guru saling
bertukar informasi dan berinteraksi dalam membahas topik-topik tertentu
yang mengandung nilai-nilai politik teoritis maupun praktis. Dengan
demikian, peserta didik telah memperoleh pengetahuan awal tentang
kehidupan berpolitik secara dini dan nilai-nilai politik yang benar dari
sudut pandang akademis.

C. Kelompok pertemanan
Tujuan sosialisasi politik menggunakan Sarana sosialisasi politik lainnya
adalah kelompok pertemanan atau peer group. Peer group termasuk
kategori agen sosialisasi politik primary group. Peer group adalah teman-
teman sebaya yang mengelilingi seorang individu. Pengaruh pertemanan
dalam sosialisasi politik sudah berlangsung sejak masa pergerakan
nasional.

D. Media massa
Media massa merupakan agen sosialisasi politik secondary group.
Berita-berita yang dikemas dalam media audio visual (televisi), surat
kabar cetak, internet, ataupun radio, mengenai perilaku pemerintah
ataupun partai politik banyak memengaruhi masyarakat. Tujuan
sosialisasi politik melalu sarana ini adalah media massa mampu menyita
perhatian individu oleh sebab sifatnya yang terkadang menarik atau
cenderung berlebihan.

E. Pemerintah

5
Pemerintah merupakan agen sosialisasi politik secondary group.
Pemerintah merupakan agen yang punya kepentingan langsung atas
sosialisasi politik. Pemerintah yang menjalankan sistem politik dan
stabilitasnya. Pemerintah biasanya melibatkan diri dalam politik
pendidikan, melalui beberapa mata pelajaran yang ditujukan untuk
memperkenalkan peserta didik kepada sistem politik negara, pemimpin,
lagu kebangsaan, dan sejenisnya.

F. Partai politik
Salah satu fungsi dari partai politik adalah memainkan peran dalam
sosialisasi politik. Ini berarti partai politik tersebut setelah merekrut
anggota kader maupun simpatisannya secara periodik maupun pada
saat kampanye, mampu menanamkan nilai-nilai dan norma-norma dari
satu generasi ke generasi berikutnya. Partai politik harus mampu
menciptakan kesan memperjuangkan kepentingan umum, sehingga
mendapat dukungan luas dari masyarakat dan senantiasa dapat
memenangkan pemilu.

B. Pengertian Visi Misi

1. Pengertian Visi
Visi adalah suatu rangkaian kata yang memuat impian, cita-cita, nilai,
masa depan dari suatu organisasi, baik di dalam sebuah lembaga hingga
perusahaan. Visi juga merupakan sebuah tujuan organisasi dalam bekerja. Visi
tercipta dari hasil pemikiran para pendirinya terkait gambaran masa depan
organisasi. Visi dapat memiliki fungsi untuk menentukan langkah ke depan,
menginspirasi anggota, memotivasi anggota agar memberikan kontribusi yang
maksimal. Oleh karena itu, rangkaian kata yang digunakan dalam sebuah visi
harus ringkas dan jelas, umumnya hanya satu kalimat atau tidak lebih dari satu
paragraf.
Terciptanya visi sangat berperan dalam melakukan langkah-langkah
selanjutnya, sebuah visi tidak dapat berdiri sendiri. Maka dari itu, visi atau

6
gambaran masa depan tersebut sangat perlu penjelasan terkait bagaimana
rencana untuk melangkah tersebut. Di situlah peran dari misi.

2. Pengertian Misi
Pengertian misi adalah bagaimana sebuah perusahaan dapat
mewujudkan cita-citanya tersebut di masa depan. Selain itu, misi juga akan
menjawab beberapa pertanyaan seperti bagaimana sikap perusahaan,
bagaimana upaya untuk menang, hingga bagaimana mengukur sebuah proses
kemajuan. Jadi, misi dapat disimpulkan sebagai sekumpulan rencana atau cara
yang ditentukan untuk mewujudkan visi yang sudah ditetapkan.
Bahasa visi dan misi harus saling mendukung, namun pernyataan misi
lebih spesifik daripada visi. Misi akan menentukan karakteristik organisasi
daripada organisasi lainnya. Hal yang disampaikan di misi bahkan biasanya
dapat memuat produk atau layanan yang akan diprioritaskan. Hal itulah yang
membuat misi menetapkan dalam visi sekaligus menggambarkan rencana
untuk membuat sebuah tindakan.

3. Perbedaan Visi dan Misi


Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa visi dan misi adalah satu
kesatuan, namun masing-masing dari keduanya memiliki perbedaan dalam
pengertian. Setelah memahami pengertian visi dan misi secara umum,
selanjutnya adalah penjelasan terkait perbedaan antara visi dengan misi secara
garis besar :
1. Visi adalah tujuan utama, gambaran secara garis besar, atau cita-cita
tertentu dari suatu perusahaan, organisasi, maupun lembaga di masa
yang akan datang atau masa depan. Sedangkan, misi sendiri adalah
gambaran dari cara atau langkah-langkah yang akan dilakukan untuk
melakukan atau mewujudkan tujuan utama tersebut
2. Visi adalah wujud dari cita-cita dalam jangka panjang atau mempunyai
orientasi kepada masa depan. Sedangkan, misi memiliki wujud sebagai
cita-cita yang lebih jangka pendek, di mana orientasi pada saat ini atau
masa kini.
7
3. Visi memiliki sifat yang lebih permanen. Sifat permanen dimaksudkan
bahwa setiap organisasi, perusahaan, atau lembaga misi untuk jangka
panjang dikarenakan menjadi tujuan dalam menentukan langkah-
langkah. Sedangkan, misi lebih memiliki sifat yang fleksibel. Sifat
fleksibel membuat misi dapat berubah sesuai kebutuhan bergantung
situasi dan kondisi yang ada. Bahkan, misi dapat diganti ketika misi
dianggap tidak memberikan perkembangan yang signifikan dalam
menuju visi tersebut.
4. Visi biasanya terdiri dari hanya satu kalimat, bahkan tidak lebih dari satu
paragraf. Oleh karena itu, visi cukup disusun oleh beberapa kata,
sederet kalimat saja, atau poin jelas, ringkas, dan dapat mewakili apa
yang diinginkan. Sedangkan, misi biasanya disusun oleh beberapa
kalimat sebagai penjabaran atau penurunan dari visi yang sudah
ditetapkan. Misi harus memuat berbagai poin yang dapat menjelaskan
secara operasional tujuan dari visi tersebut.

C. Lembaga Legislatif
1. Pengertian Lembaga Legislatif
Lembaga legislatif adalah lembaga pemerintahan yang bertugas
membuat undang-undang dan mengawasi pelaksanaan undang-undang yang
telah disetujui. Lembaga legislatif di Indonesia terdiri dari Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). DPR sebagai lembaga
legislatif yang terdiri dari wakil-wakil rakyat yang dipilih melalui pemilihan
umum. Sedangkan DPD adalah lembaga legislatif yang terdiri dari wakil-wakil
daerah yang dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dari setiap
provinsi di Indonesia.

2. Tujuan Lembaga Legislatif


Tujuan utama lembaga legislatif adalah untuk menjalankan
fungsi legislasi yang meliputi pembentukan undang-undang dan
pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang. Selain itu, lembaga
legislatif juga bertujuan untuk memperkuat dan mempertahankan

8
demokrasi,mewakili suara rakyat, serta menjadi wadah untuk menyalurkan
aspirasi masyarakat. Selain itu, tujuan lembaga legislatif juga meliputi:
1. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembentukan undang-
undang yang berpihak kepada kepentingan rakyat.
2. Menjaga keseimbangan kekuasaan antara lembaga pemerintahan dalam
sistem checks and balances.
3. Memperkuat hubungan antara pemerintah dan rakyat melalui jalur
legislatif.

3. Tugas Lembaga Legislatif


Tugas utama lembaga legislatif adalah membuat undang-undang yang
berlaku di Indonesia. Namun, selain tugas utama tersebut, lembaga legislatif
juga mempunyai tugas-tugas lain yang tidak kalah pentingnya. Beberapa tugas
lembaga legislatif meliputi:
1. Menyusun rencana pembangunan nasional dan anggaran negara.
2. Menetapkan kebijakan-kebijakan yang akan dijalankan oleh pemerintah
dalam rangka pembangunan nasional.
3. Menetapkan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pemerintahan
dan hukum.
4. Menjaga hubungan antara Indonesia dengan negara lain melalui
hubungan parlemen.
5. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang dan
kebijakan pemerintah.
6. Memberikan persetujuan atas kebijakan dan pengangkatan pejabat
negara seperti hakim, jaksa, dan pejabat lainnya.

4. Kesimpulan
Dalam sistem pemerintahan, lembaga legislatif memiliki peran yang
sangat penting dalam pembentukan undang-undang dan pengawasan terhadap
pelaksanaan undang-undang. Selain itu, lembaga legislatif juga bertujuan untuk
memperkuat dan mempertahankan demokrasi serta mewakili suara rakyat.
Tugas utama lembaga legislatif adalah membuat undang-undang, namun
9
lembaga legislatif juga memiliki tugas-tugas lain seperti menyusun rencana
pembangunan nasional, menetapkan kebijakan, menetapkan peraturan-
peraturan yang berkaitan dengan pemerintahan dan hukum, dan melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang dan kebijakan pemerintah.
Dengan menjalankan tugas-tugas tersebut, lembaga legislatif diharapkan dapat
memperkuat hubungan antara pemerintah dan rakyat serta meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.

D. PEMILIH PEMULA
Undang-Undang No. l0 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Bab IV
pasal 198 (Ayat 1), disebutkan Pemilih Pemula adalah Warga Negara Indonesia
yang pada hari pemungutan suara sudah genap berusia 17 tahun atau lebih,
atau sudah/pernah menikah, yang mempunyai hak memilih dan sebelumnya
belum termasuk pemilih karena ketentuan Undang-Undang Pemilu. Pemilih
pemula yang terdiri atas pelajar, mahasiswa atau pemilih dengan rentang usia
17 sampai 21 tahun menjadi segmen yang memang unik, seringkali
memunculkan kejutan dan tentu menjanjikan secara kuantitas.
Disebut unik, sebab perilaku pemilih pemula dengan antusiasme tinggi,
relatif lebih rasional, haus akan perubahan dan tipis akan kadar polusi
pragmatisme. Kesadaran politik menjadi faktor determinan dalam partisipasi
pemilu atau sebagai hal yang berhubungan pengetahuan dan kesadaran akan
hak dan kewajiban yang berkaitan dengan lingkungan menjadi ukuran dan
kadar seseorang terlibat dalam proses partisipasi pemilu. Namun yang
membedakan pemilih pemula dan kelompok lainnya adalah soal pengalaman
politik dalam menghadapi pemilu sehingga apa yang dijadikan sandaran ketika
menentukan pilihan cenderung gamang, tidak stabil atau mudah berubah-ubah
sesuai dengan informasi atau preferensi yang melingkarinya.
Pemilih pemula memiliki antusiasme yang tinggi sementara keputusan
pilihan yang belum bulat, sebenarnya menempatkan pemilih pemula
sebagai swing vooters yang sesungguhnya. Pilihan politik mereka belum
dipengaruhi motivasi ideologis tertentu dan lebih didorong oleh konteks
dinamika lingkungan politik lokal. Pemilih pemula mudah dipengaruhi
10
kepentingan-kepentingan tertentu, terutama oleh orang terdekat seperti
anggota keluarga, mulai dari orang tua hingga kerabat dan teman. Selain itu,
media massa juga lkut berpengaruh terhadap pilihan pemilih pemula. Hal ini
dapat berupa berita di televisi, spanduk, brosur, poster, dan lain-lain. Pemilih
pemula khususnya remaja (berusia 17 tahun) mempunyai nilai kebudayaan
yang santai, bebas, dan cenderung pada hal-hal yang informal dan mencari
kesenangan, oleh karena itu semua hal yang kurang menyenangkan akan
dihindari.
Memahami pemilih pemula dan perangkat yang dapat menjangkaunya
adalah sebuah keuntungan terutama dengan keberadaan media digital seperti
media sosial saat ini. Media sosial menjadi senjata yang ampuh untuk
menggaet pemilih pemula. Strategi sosialisasi dengan menggunakan media
sosial seperti facebook, instagram, twitter, telegram dan sejenisnya diharapkan
bisa menjadi jembatan penghubung.
Perilaku pemilih pemula yang cenderung tidak peduli dan labil terhadap
dunia politik menyebabkan kesadaran dalam berpolitik kurang yang berdampak
pada partisipasi pada. Dengan adanya pendidikan pemilih ataupun sosialisasi
diharapkan pemilih pemula berperan aktif dalam menggunakan hak pilihnya
karena pemilu dan pemilihan adalah sarana perwujudan kedaulatan rakyat
yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil untuk
mengahasilkan pemimpin atau wakil rakyat yang aspiratif, berkualitas dan
bertanggung jawab dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.

11
BAB III
PEMBAHASAN

Pemilih pemula di Indonesia di bagiatas tiga kategori. Pertama, pemilih


yang rasional, yakni pemilih yang benar-benar memilih partai berdasarkan
penilaian dan analisis mendalam.Kedua, pemilih kritis emosional, yakni pemilih
yang masih idealis dan tidak kenal kompromi. Ketiga, pemilih pemula, yakni
pemilih yang baru pertama kali memilih karena usia mereka baru memasuki
usia pemilih.
Kelompok pemilih pemula ini biasanya mereka yang berstatus
mahasiswa serta pekerja muda. Pemilih pemula dalam ritual demokrasi
(pilkada) selama ini sebagai objek dalam kegiatan politik, yaitu mereka yang
masih memerlukan pembinaan dan pengembangan kearah pertumbuhan
potensi dan kemampuannya ke tingkat yang lebih optimal agar dapat berperan
dalam bidang politik. Kelompok pemilih pemula ini biasanya mereka yang
berstatus mahasiswa serta pekerja muda.Pemilih pemula. dalam ritual
demokrasi (pilkada) selama ini sebagai objek dalam kegiatan politik, yaitu
mereka yang masih memerlukan pembinaan dan pengembangan kearah
pertumbuhan potensi dan kemampuannya ke tingkat yang lebih optimal agar
dapat berperan dalam bidang politik.
Pemilih pemula dalam hal ini mahasiswa/ pelajar dan mengikuti
organisasi kampus/ sekolah memiliki ruang diskusi dan sosialisasi politik di
lingkungan sekolah, masyarakat dan organisasi yang diikutinya. Menjadi
menarik juga bahwa ternyata diskusi politik juga dilakukan di keluarga. Karena
informan dalam hal ini adalah pemilih pemula yang masih banyak
mendiskusikan tentang pilihan bersama keluarga serta kebiasaan

12
mendiskusikan berbagai fenomena mempengaruhi kebiasaan di keluarga.
Sedangkan bagi yang tidak mengikuti organisasi mengatakan bahwa lebih
banyak mendapatkan sosialisasi politik melalui media massa dan masyarakat.
Sehingga nuansa diskusi lebih banyak diperoleh dengan pembelajaran melalui
media massa dan diskusi di Masyarakat.
Pada pemilih pemula yang tidak memiliki aktivitas sekolah atau
pekerjaan (pengangguran). Dapat diasumsikan bahwa lingkungan sosial yang
mewarnai kehidupannya adalah keluarga dan masyarakat. Menjadi berbeda
tatkala keikutsertaan dalam organisasi atau tidak. Pemilih pemula
pengangguran yang ikut organisasi tentunya memperoleh ruang sosialisasi dan
akses pendidikan politik selain masyarakat dan keluarga adalah melalui
organisasi. Keikutsertaan di organisasi ternyata lebih karena memang tidak ada
aktivitas lain sehingga bergabung dalam organisasi tertentu namun dalam
organisasi tersebut juga jarang untuk mendiskusikan berbagai dinamika politik.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perbedaan aktivitas/
partisipasi politik dan lingkungan sosial memberikan pengaruh terhadap
sosialisasi politik terhadap pemilih pemula yang berujung pada sebuah
keputusan politik. Sosialisasi menjadi hal yang sangat berpengaruh karena
pada tahap ini lebih menekankan pada pemilih pemula yang notabene secara
pengalaman politik masih terbilang baru dan pendidikan politik yang dilalui lebih
pada kerangka akademis dan teoritis. Ranah praksis yang dialmi oleh pemilih
pemula masih dalam tahap politik di lingkup organisasi ataupun ketika terjun di
parpol lebih pada simpatisan yang terbilang baru. Artinya bahwa proses
sosialisasi menjadi sangat penting dan berpengaruh. Berbagai hal yang
mempengaruhi sosialisasi politik bagi pemilih pemula diantaranya:
1) Kebiasan
2) Aktivitas sosial
3) Lingkungan sosial
4) Relasi sosial
5) Media sosiaL

A. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Politik


13
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi politik dalam
pemilu, terutama untuk pemilih pemula,diantaranya :
1) Sosialisasi

Sosialisasi adalah aspek yang sangat penting bagi partai politik terkait
dengan sosialisasi politik yang dilakukan untuk menarik simpatik dan
perolehan suara dari para pemilih pemula. Sosialisasi politik biasanya
dilakukan dengan 2 cara yakni :
 Kampanye langsung
Metode ini memang menjadi sebuah metode yang selalu digunakan
oleh partai politik untuk menarik simpatik masyarakat begitu juga
pemilih pemula. Kampanye langsung masih diminati karena dianggap
lebih dekat dengan masyarakat dan masyarakat dapat menilai secara
langsung
 Media sosial
Kedekatan masyarakat dengan media menjadi ruang yang
dimanfaatkan oleh partai politik untuk dapat melakukan sosialisasi.
Namun terdapat kelemahan pada metode ini, Media sosial tak
selamanya membawa dampak positif. Bias informasi dari media serta
adanya keberpihakan media menjadi berbagai hal yang
mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap media. Hal
ini menunjukkan bahwa meskipun secara akses memang mudah,
namun media sosial rentan terhadap kebenaran fakta dan data
terhadap informasi yang diterima Masyarakat.

2) Ideologi
Ideologi menjadi dasar pertimbangan pemilih pemula dalam menentukan
pilihan berdasarkan sosok caleg karena kesesuaian ideologi menjadi
dasar dalam kesamaan visi dalam membangun bangsa.
3) Prestasi
Prestasi kerja caleg yang ditunjukkan dengan bukti nyata dan hasil kerja
yang jelas sangat menarik simpati para pemilih pemula. Karena dengan

14
prestasi kerja maka ada motivasi yang tinggi dari para calon pemimpin
untuk mau bekerja dan memikirkan nasib rakyat menjadi lebih baik.
4) Track Record atau Latar belakang caleg
Ketika caleg memiliki catatan sejarah yang buruk maka pemilih kurang
begitu tertarik dan percaya terhadap kinerjanya ke depan. Dasar
pertimbangan ini diperoleh para pemilih pemula dari berita dan catatan
sejarah kiprah para caleg di setiap wilayah masing-masing.

B. Menentukan Pilihan Sosok Caleg


Bukan hanya sosok individu caleg, Intergritas dan ideologi partai
politik yang kurang kuat atau berbagai permasalahan oknum anggota partai
politik yang menurunkan citra partai politik di masyarakat atau sebaliknya
yakni pengetahuan yang minim masyarakat tentang ideologi partai atau
semakin melemahnya tingkat pengetahuan masyarakat tentang dinamika
partai politik juga menjadi sebuah pertimbangan para pemilih untuk
menentukan pilihannya. Pemilih pemula memang belum mempunyai
pengalaman dalam pesta demokrasi, namun pengaruh lingkunga dan media
sosial terhadap partai tertentu yang diperoleh seseorang dari berbagai
sumber membuat pemilih pemula yang notabene Rasionalitas dan haus
akan perubahan membuat pemilih pemula lebih melihat pada track record
calon pemimpin dan melemahnya kepercayaan terhadap partai politik.
Idealisme pemilih pemula memang masih sangat tinggi. Terbukti dengan
tidak disepakatinya sistem money politic dengan dibuktikan terhadap
penolakan-penolakan konsep tersebut. Dari hasil penelitian dapat ditemukan
bahwa pertimbangan pemilih pemula dalam menentukan pilihan kepada
sosok caleg daripada partai politik diantaranya karena menempatkan
rasionalitas pemilih pemula yang lebih melihat pada track record calon
pemimpin, melemahnya kepercayaan terhadap partai politikdan tidak
disepakatinya sistem money politic.

15
BAB IV
KESIMPULAN

Adanya harapan pemimpin yang lebih baik pada pemerintahan menjadi


sebuah semangat bagi para pemilih pemula untuk benar-benar selekstif dalam
memilih. Dasar pertimbangan pemilih menentukan pilihan berdasarkan sosok
caleg disebabkan oleh beberapa hal yakni ideologi, prestasi, track record atau
latar belakang caleg,dan metode sosialisasi. melemahnya kepercayaan
terhadap partai politik menjadi sebuah indikasi bahwa partai tidak lagi memiliki
kekuasaan mengikat orientasi politik masyarakat, strategi money politic dalam
sosialisasi partai menjadi hal yang mempengaruhi pemilih pemula untuk tidak
memilih partai tersebut. Pertimbangan pemilih pemula dalam menentukan
pilihan kepada sosok caleg daripada partai politik diantaranya menempatkan
rasionalitas.

Proses sosialisasi dari kebiasaan, lingkungan sosial, aktivitas sosial, relasi


sosial dan media sosial. Hal ini membawa pengaruh yang cukup besar terkait
dengan pendidikan politik yang diterimanya. Hal ini mengindikasikan bahwa
adanya ketidakberhasilan partai politik dalam menumbuhkan kepercayaan dari
masyarakat, ideologi partai politik yang kurang kuat atau berbagai
permasalahan oknum anggota partai politik yang menurunkan citra partai politik
di masyarakat atau sebaliknya yakni pengetahuan yang minim masyarakat
tentang ideologi partai atau semakin melemahnya tingkat pengetahuan
masyarakat tentang dinamika politik partai. Dan dengan semakin mudahnya
diakses informasi tentang latar belakang seorang caleg atau sebuah partai
melalui media sosial menjadikan para pemilih pemula menjadi lebih selektif
dalam menentukan pilihannya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Hadari Nawawi. 1991. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah


Mada University Press.

Rush M.2007. Pengantar Sosiologi Politik. Gramedia Pustaka Utama.

Sahid, K. 2010. Memahami Sosiologi Politik. Ghalia Indonesia. Bogor.

Rosyda Nur Fauziyah, pengantar ilmu manajemen, Gramedia blog.

Maksum Rangkuti, 2023. Pengertian, Tujuan, dan Tugas Lembaga Legislatif


Indonesia, fakultas Hukum UMSU, Medan

I gede Suka Astreawan,2022. Peran Pemilih Pemula, Kpu.go.id

Jurnal llmu Pemer[ntahan Widyapraja, lbl XLll No. 2, Tahun 2016

https://www.kompas.com/skola/read/2021/04/06/160803369/sosialisasi-politik-
pengertian-fungsi-jenis-agen-dan-contohnya?page=all

https://www.liputan6.com/citizen6/read/3874343/tujuan-sosialisasi-politik-
makna-dan-sarana-dalam-kehidupan-kewarganegaraan?page=3

17

Anda mungkin juga menyukai