Anda di halaman 1dari 13

KARYA ILMIAH

“Peran Sosialisasi Visi Misi Calon Anggota Legislatif Dalam Membangun


Kesadaran Politik Calon Pemilih Pemula”

D
I
S
U
S
U
N

OLEH:

DINDA KARLINA 23OA0391

DOSEN PEMBIMBING
Pujiono, S.P., S. A. P

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK


SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
BINA MARTA MARTAPURA
TAHUN AJARAN 2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya ingin mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan yang
Maha Esa, yang atas rahmat dan karunianya saya dapat menyelesaikan karya
ilmiah ini dengan baik walaupun jauh dari kesempurnaan.
Dengan terselesainya karya ilmiah ini, saya mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Selaku Dosen Pengantar Ilmu Politik yang telah memberikan tugas kepada
kami.
2. Kepada teman-teman yang telah memberikan bantuan dalam proses
pencarian bahan materi untuk karya ilmiah ini yang tidak dapat disebutkan
satu-persatu.
Mungkin dalam pembuatan karya ilmiah ini terdapat kesalahan dan
kekurangan yang belum saya ketahui. Maka dari itu apabila ada kritik dan saran
dari pembaca, saya bersedia menerima semua kritik dan saran tersebut. Karena
kritik dan saran ini sebagai batu loncatan yang dapat memperbaiki karya ilmiah
saya dimasa mendatang.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………. i

DAFTAR ISI ………………………………………………………………... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


1.1 Tinjauan Pustaka ……………………………………………………...... 3

BAB III PEMBAHASAN


1.1 Pengertian, Manfaat, dan Dampak Peran Sosialisasi …………………... 5
1.2 Pengertian Visi dan Misi ……………………………………………….. 6
1.3 Pengertian Legislatif …………………………………………………… 7
1.4 Pemilih Pemula ………………………………………………………… 8

BAB IV KESIMPULAN …………………………………………………… 9

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam pelaksaan pemilihan umum pada beberapa daerah di Indonesia
masih bermasalah terkait tingginya tingkat golongan putih (golput) akibat
ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja politik. Pelaksaan partai politik masih
terancam penggunaan politik uang dalam mempengaruhi proses pemilihan,
sehingga kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. Melihat hal tersebut perlu
adanya penangaan dalam menangani rendahnya pendidikan politik bagi pemilih
pemula.
Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 68 bahwa Calon
Pemilih Pemula adalah mereka yang berusia 17-21 tahun dan sudah terdaftar di
Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang untuk pertama kalinya akan berpartisipasi
dalam pemilu. Status mereka adalah pelajar, mahasiswa, atau pekerja muda.
Pemilih merupakan subjek dan objek dalam kegiatan politik yang didalamnya ada
kegiatan pemilihan umum. Pemilih sabagai objek dalam kegiatan politik, yaitu
mereka yang masih memerlukan pembinaan dalam orientasi kearah penumbuhan
potensi dan kemapuannya kedepan dapat berperan dalam bidang politik
(Hasibuan, 2009).
Individu dalam perannya sebagai pemilih, sebagaimana dikutip oleh
Liliweri (2008), menuliskan bahwa ketika seorang pemilih memilih seorang
kandidat, setiap individu mempunyai ekspetasi tertentu, dengan tujuan ekspetasi
tersebut dapat terpenuhi apabila memilih kandidat tersebut. Pemahaman tentang
perilaku pemilih, terutama faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pemilih
menjadi sangat penting. Karena dengan berbekal pemahaman yang cukup tentang
perilaku pemilih, maka seorang kandidat dan sebuah partai politik akan dengan
mudah dalam merumuskan, menetapkan, menerapkan, serta mengevaluasi strategi
dan metode pendekatan.
Pemilih pemula merupakan pemilih yang potensial, karena pemilih pemula
adalah subjek partisipasi. Jika kita sandingkan dengan hasil penelitian yang

iv
dilakukan oleh lembaga riset pemasaran Frontiers atas 2.500 pemilih pemula di
lima kota besar di Indonesia mengungkapkan mereka condong memilih partai-
partai besar (Nimmo, 2001 dan Halim 2009).
Pemilih pemula khususnya mahasiswa adalah pemilih yang ikut andil
menentukan pemimpin didaerah tertentu. Perilaku pemilih pemula menjadi
indikator kualitas demokrasi secara substansial pada saaat ini dan masa yang
akan datang. Karena kondisinya masih labil dan mudah diberikan wawasan
politik dan demokrasi secara benar baik dari suprastruktur politik maupun
infrastruktur politik, maka pemilih pemula masih terbuka menjadi pemilih yang
cerdas dan kritis dalam menentukan pemimpin di Indonesia (Suryatna, 2011).
Mahasiswa dalam kasus pemilihan, sebagian besar hanya mengerti dan
memahami persoalan politik dengan setengah-setengah, apalagi memahami dan
mengerti. Mahasiswa sebagian besar tidak lebih hanya sekedar mengerti
bagaimana menggunakan hak suaranya untuk memilih (Ardianto, 2004).Kalau
fenomena yang demikian ini dibiarkan, tanpa ada proses pembelajaran politik
(political learning process), pemenuhan syarat-syarat yang cukup sebelum
didukung oleh masyarakat.
Dalam sistem politik yang demokratis, menggunakan hak pilih lebih efektif
untuk melakukan perubahan dibandingkan mengambil posisi Golput. Dengan
demikian, sikap sering kali berada dalam keserasian dalam hubungannya dengan
perilaku individu. Lebih dari itu dikatakan bahwa komponen efektif, kognitif dan
perilaku menetukan sikap dan sebaliknya sikap menetukan efektif, kognitif dan
perilaku.
Dalam masyarakat, cara, kesan dan penampilan luar adalah segalamya. Di
Indonesia tipe pemilih masih termasuk tradisional. Dalam politik tradisional,
politik ditandai oleh ketergantungan pada emosional partai serta charisma individu
pemimpinnya dan isu-isu yang berkembang diperoleh dari survei yang dilakukan.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana tingkat pemahaman calon pemilih pemula terhadap visi dan misi
calon anggota legislatif melalui proses sosialisasi?

v
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Tinjauan Pustaka


Sebelum melakukan penelitian, peneliti telah menelusuri beberapa
penelitian yang berkenaan dengan tema yang akan diteliti. Berikut beberapa
penelitian yang dapat terdokumentasi oleh peneliti:
Hasibuan, 2009, Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 68
bahwa Calon Pemilih Pemilu adalah mereka yang berusia 17-21 tahun dan sudah
terdaftar di Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang untuk pertama kalinya akan
berpartisipasi dalam pemilu. Status mereka adalah pelajar, mahasiswa, atau
pekerja muda. Pemilih merupakan subjek dan objek dalam kegiatan politik yang
didalamnya ada kegiatan pemilihan umum. Pemilih sebagai objek dalam kegiatan
politik, yaitu mereka yang masih memerlukan pembinaan dalam orientasi kearah
penumbuhan potensi dan kemapuannya ke depan dapat berperan dalam bidang
politik.
Nimmo, 2001 dan Halim 2009, Pemilih pemula merupakan pemilih yang
potensial, karena pemilih pemula adalah subjek partisipasi. Jika kita sandingkan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh lembaga riset pemasaran Frontiers
atas 2.500 pemilih pemula di lima kota besar di Indonesia mengungkapkan
mereka condong memilih partai-partai besar.
Suryatna, 2011, Pemilih pemula khusunya mahasiswa adalah pemilih yang
ikut andil menetukan pemimpin didaerah tertentu. Perilaku pemilih pemula
menjadi indikator kualitas demokrasi secara substansial pada saat ini dan masa
yang akan datang. Karena kondisinya masih labil dan mudah diberikan wawasan
politik dan demokrasi secara benar baik dari suprastruktur politik maupun
infrastruktur politik, maka pemilih pemula masih terbuka menjadi pemilih yang
cerdas dan kritis dalam menentukan pemimpin di Indonesia.
Ardianto, 2004, Mahasiswa dalam kasus pemilihan, sebagian besar hanya
mengerti dan memahami persoalan politik dengan setengah-setengah apalagi

vi
memahami dan mengerti. Mahasiswa sebagian besar tidak lebih hanya sekedar
mengerti bagaimana menggunakan hak suaranya untuk memilih.

vii
BAB III
PEMBAHASAN

1.1 Pengertian, Manfaat dan Dampak Peran Sosialisasi


 Pengertian Sosialisasi
Secara luas, pengertian sosialisasi adalah suatu proses interaksi dan
pembelajaran yang dilakukan seorang manusia sejak lahir hingga akhir hayatnya
didalam suatu budaya masyarakat. Sedangkan, pengertian sosialisasi secara
sempit berarti sebuah proses pembelajaran dari manusia agar dapat mengenali
lingkungan yang kelak akan ia hidupi, baik lingkungan fisik maupun sosial.
Secara umum, pengertian sosialisasi adalah suatu proses belajar-
mengajar dalam berperilaku di masyarakat. Beberapa orang juga mengatakan
bahwa sosialisasi adalah proses penanaman nilai, kebiasaan, dan aturan dalam
bertingkah laku di masyarakat dari suatu generasi ke generasi lainnya. Dalam
proses sosialisasi sendiri, manusia disesuaikan dengan peran dan status masing-
masing di dalam kelompok masyarakat.
Dengan adanya proses sosialisasi, maka seseorang bisa mengetahui,
memahami sekaligus menjalankan hak dan kewajibannya berdasarkan peran status
masing-masing sesuai budaya masyarakat. Selanjutnya, dalam proses pengenalan
hak dan kewajiban seorang manusia dewasa, setiap individu atau manusia perlu
melakukan sosialisasi untuk mempelajari dan mengembangkan pola-pola perilaku
sosial bersama anggota masyarakat lainnya.
 Manfaat Peran Sosialisasi
1. Setiap individu mendapatkan hak hidup dengan baik di tengah-
tengah masyarakat, hal itu terjadi selama individu tersebut mampu
menhayati nilai dan norma dalam kehidupan.
2. Setiap individu dapat menyesuaikan tingkah lakunya dengan
budaya yang dimiliki oleh masyarakat, hal itu terjadi selama
individu tersebut berarti sudah bisa dikatakan memenuhi harapan
masyarakat. Dalam lingkup masyarakat yang terikat kuat dengan

viii
budaya, anggota masyarakat harus bisa mengaplikasikannya
sebagai perilaku dan kebiasaan.
3. Setiap individu dapat menyadari dan memahami peran dan
posisinya dalam masyarakat. Hal itu akan membuat individu
tersebut berperan aktif dan positif dalam kehidupan sehari-hari.
4. Setiap individu mampu menjadi anggota masyarakat yang baik
sesuai nialai dan norma dari masyarakat.
5. Keutuhan masyarakat bakal terwujud dan selalu terpelihara apabila
setiap anggota masyarakat memiliki interaksi yang baik. Interaksi
yang baik adalah interaksi yang berdasarkan pada pemenuhan peran
masing-masing sebagai sesame anggota masyarakat.
 Dampak Peran Sosialisasi
Sosialisasi merupakan hal yang sangat penting bagi semua orang dalam
kehidupan bermasyarakat. Karena dengan sosialisasi kita dapat mengenal satu
sama lain. Sosialisasi dapat diartikan sebagai sebuah proses penanaman atau
transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya
dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Dalam melakukan sosialisasi kita harus
bisa menempatkan diri kita dalam lingkungan masyarakat. Karena manusia
merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Di
dalam bersosialisasi, kita dapat membentuk kepribadian kita. Karena lingkungan
masyarakat merupakan salah satu tempat untuk melakukan sosialisasi. Jika
lingkungan baik secara otomatis berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian.

1.2 Pengertian Visi dan Misi


 Pengertian Visi
Visi adalah rangkaian kata yang memuat impian, cita-cita, nilai, masa
depan dari suatu organisasi, baik di dalam sebuah lembaga hingga perusahaan.
Visi juga merupakan sebuah tujuan organisasi dalam bekerja. Visi tercipta dari
hasil pemikiran para pendirinya terkait gambaran masa depan organisasi. Visi
dapat memiliki fungsi untuk menentukan langkah ke depan, menginspirasi
anggota, memotivasi anggota agar memberikan kontribusi yang maksimal. Oleh

ix
karena itu, rangkaian kata yang digunakan dalam sebuah visi harus ringkas dan
jelas, umumnya hanya satu kalimat atau tidak lebih dari satu paragraf.
Visi akan sangat berpengaruh ketika organisasi tersebut hendak
melakukan perubahann. Visi membuat organisasi tersebut tetap berjalan sesuai
dengan apa yang pendiri cita-citakan, sehingga visi akan mencegah sebuah
organisasi untuk membentuk arah baru atau melenceng dari tujuan visi.
Terciptanya visi sangat berperan dalam melakukan langkah-langkah
selanjutnya, sebuah visi tidak dapat berdiri sendiri. Maka dari itu, visi atau
gambaran masa depan tersebut sangat perlu penjelasan terkait bagaimana rencana
untuk melangkah. Di situlah peran dari misi.
 Pengertian Misi
Setelah memahami penegrtian dari visi, selanjutnya merupakan
pengertaian misi. Secara sederhana, visi adalah keinginan atau cita-cita
perusahaan di masa depan. Sementara, misi adalah bagaimana sebuah perusahaan
mewujudkan cita-citanya tersebut di masa depan. Selain itu, misi juga akan
menjawab beberapa pertanyaan bagaimana sikap perusahaan, bagaimana upaya
untuk menang, hingga bagaimana mengukur sebuah proses kemajuan. Jadi, misi
dapat disimpulkan sebagai sekumpulan rencana atau cara yang di tentukan untuk
meweujudkan visi yang sudah ditetapkan. Bahasa visi dan misi harus saling
mendukung, namun pernyataan misi lebih spesifik dari pada visi. Misi akan
menetukan karakteristik organisasi dari pada organisasi lainnya. Hal yang
disampaikan misi bahkan biasanya dapat memuat produk atau layanan yang akan
diprioritaskan. Hal itulah yang membuat misi menetapkan dalam visi sekaligus
menggambarakan rencana untuk membuat sebuah tindakan.

1.3 Pengertian Legislatif


Lembaga legislatif adalah lembaga pemerintahan yang bertugas membuat
undang-undang dan mengawasi pelaksaan undang-undang yang telah disetujui.
Lembaga legislatif di Indonesia terdiri dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan
Dewan Perwakilan Daerah (DPD). DPR sebagai lembaga legislatif yang terdiri
dari wakil-wakil rakyat yang dipilih melalui pemilihan umum. Sedangkan DPD

x
adalah lembaga legislatif yang terdiri dari wakil-wakil daerah yang dipilih oleh
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dari setiap provinsi di Indonesia.

1.4 Pemilih Pemula


Pemilih pemula adalah Warga Negara Indonesia yang pada hari
pemungutan suara sudah genap berusia 17 tahun atau lebih, yang mempunyai hak
memilih dan sebelumnya belum termasul pemilih karena ketentuan Undang-
Undang Pemilu.
Dari informasi yang saya dapat dari pemilih pemula di sekitar saya, ada
berbagai macam tanggapan mereka untuk menyuarakan hak mereka di pemilu
serentak 2024. Berikut beberapa tanggapan dari mereka:
 Intan Widya Savidri, 17 tahun (Pelajar), Saya sebagai pemilih pemula
yang masih belum menetukan pilihan, karena saya melihat di sosial media
banyak sekali berita-berita yang beredar baik berita buruk ataupun berita
benar. Maka dari itu, saya sebagai pemilih pemula masih belum
menentukan pilihan.
 Atiyah Talita Azaria, 18 tahun (Pekerja Muda), Saya sebagai pemilih
pemula sudah menentukan pilihan tetapi saya masih ragu, karena saya
melihat debat capres maupun cawapres yang saling menunjukkan
keunggulan mereka dan saling menunjukkan keburukan mereka juga. Saya
juga menelusuri rekam jejak mereka satu-persatu. Sama halnya dalam
memilih caleg saya pun ragu karena masih banyak sekali yang
menggunakan politik uang untuk bisa memilih mereka.
Dari berbargai tanggapan di atas dapat di simpulkan bahwa pemilih pemula
masih banyak yang tidak tahu untuk menetukan pilihan. Karena mereka
menginginkan pemimpin yang adil dan amanah terhadap visi dan misi yang
mereka janjikan kepada kita.

xi
BAB IV
KESIMPULAN

Pemilih pemula adalah mereka yang berusia 17-21 tahun yang pertama
kalinya akan berpartisipasi dalam pemilu. Status mereka adalah pelajar,
mahasiswa atau pekerja muda. Pemilih pemula merupakan pemilih yang potensial,
dan pemilih pemula di lima kota besar di Indonesia mengungkapkan mereka
condong memilih partai-partai besar.
Ketika seorang pemilih memilih seorang kandidat, setiap individu
mempunyai ekspetasi tertentu, dengan tujuan ekpetasi tersebut dapat terpenuhi
apabila memilih kandidat tersebut.
Dari berbagai tanggapan tentang pemilu serentak, sebagai pemilih pemula
masih banyak yang tidak tahu mereka harus memilih kandidat yang mana menurut
mereka yang akan benar-benar menjalankan visi dam misinya.
Dalam sistem politik demokratis, menggunakan hak pilih lebih efektif
untuk melakukan perubahan dibandingkan mengambil posisi Golput. Dalam
masyarakat, cara, kesan, dan penampilan luar adalah segalanya.

xii
DAFTAR PUSTAKA

WARDHANI, Primadha Sukma Nur, Partisipasi Politik Pemilih Pemula dalam


Pemilihan Umum. Jupiis: Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 2018, 10, 1: 57-62.
HUSNA, Asmaul, FAHRIMAL, Yudhi, Pendidikan politik : Upaya Peningkatan
Partisipasi Pemilih Pemula Dalam Menggunakan Hak Pilihnya. Jurnal
Pengabdian Masyarakat: Darma Bakti Teuku Umar, 2021, 3. 1: 85-100.
Eta Yuni Lestari, N. A. (2018). PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEMULA

xiii

Anda mungkin juga menyukai