D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
DOSEN PEMBIMBING
Pujiono, S.P., S. A. P
i
KATA PENGANTAR
Pertama-tama saya ingin mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan yang
Maha Esa, yang atas rahmat dan karunianya saya dapat menyelesaikan karya
ilmiah ini dengan baik walaupun jauh dari kesempurnaan.
Dengan terselesainya karya ilmiah ini, saya mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Selaku Dosen Pengantar Ilmu Politik yang telah memberikan tugas kepada
kami.
2. Kepada teman-teman yang telah memberikan bantuan dalam proses
pencarian bahan materi untuk karya ilmiah ini yang tidak dapat disebutkan
satu-persatu.
Mungkin dalam pembuatan karya ilmiah ini terdapat kesalahan dan
kekurangan yang belum saya ketahui. Maka dari itu apabila ada kritik dan saran
dari pembaca, saya bersedia menerima semua kritik dan saran tersebut. Karena
kritik dan saran ini sebagai batu loncatan yang dapat memperbaiki karya ilmiah
saya dimasa mendatang.
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………. 2
iii
BAB I
PENDAHULUAN
iv
dilakukan oleh lembaga riset pemasaran Frontiers atas 2.500 pemilih pemula di
lima kota besar di Indonesia mengungkapkan mereka condong memilih partai-
partai besar (Nimmo, 2001 dan Halim 2009).
Pemilih pemula khususnya mahasiswa adalah pemilih yang ikut andil
menentukan pemimpin didaerah tertentu. Perilaku pemilih pemula menjadi
indikator kualitas demokrasi secara substansial pada saaat ini dan masa yang
akan datang. Karena kondisinya masih labil dan mudah diberikan wawasan
politik dan demokrasi secara benar baik dari suprastruktur politik maupun
infrastruktur politik, maka pemilih pemula masih terbuka menjadi pemilih yang
cerdas dan kritis dalam menentukan pemimpin di Indonesia (Suryatna, 2011).
Mahasiswa dalam kasus pemilihan, sebagian besar hanya mengerti dan
memahami persoalan politik dengan setengah-setengah, apalagi memahami dan
mengerti. Mahasiswa sebagian besar tidak lebih hanya sekedar mengerti
bagaimana menggunakan hak suaranya untuk memilih (Ardianto, 2004).Kalau
fenomena yang demikian ini dibiarkan, tanpa ada proses pembelajaran politik
(political learning process), pemenuhan syarat-syarat yang cukup sebelum
didukung oleh masyarakat.
Dalam sistem politik yang demokratis, menggunakan hak pilih lebih efektif
untuk melakukan perubahan dibandingkan mengambil posisi Golput. Dengan
demikian, sikap sering kali berada dalam keserasian dalam hubungannya dengan
perilaku individu. Lebih dari itu dikatakan bahwa komponen efektif, kognitif dan
perilaku menetukan sikap dan sebaliknya sikap menetukan efektif, kognitif dan
perilaku.
Dalam masyarakat, cara, kesan dan penampilan luar adalah segalamya. Di
Indonesia tipe pemilih masih termasuk tradisional. Dalam politik tradisional,
politik ditandai oleh ketergantungan pada emosional partai serta charisma individu
pemimpinnya dan isu-isu yang berkembang diperoleh dari survei yang dilakukan.
v
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
vi
memahami dan mengerti. Mahasiswa sebagian besar tidak lebih hanya sekedar
mengerti bagaimana menggunakan hak suaranya untuk memilih.
vii
BAB III
PEMBAHASAN
viii
budaya, anggota masyarakat harus bisa mengaplikasikannya
sebagai perilaku dan kebiasaan.
3. Setiap individu dapat menyadari dan memahami peran dan
posisinya dalam masyarakat. Hal itu akan membuat individu
tersebut berperan aktif dan positif dalam kehidupan sehari-hari.
4. Setiap individu mampu menjadi anggota masyarakat yang baik
sesuai nialai dan norma dari masyarakat.
5. Keutuhan masyarakat bakal terwujud dan selalu terpelihara apabila
setiap anggota masyarakat memiliki interaksi yang baik. Interaksi
yang baik adalah interaksi yang berdasarkan pada pemenuhan peran
masing-masing sebagai sesame anggota masyarakat.
Dampak Peran Sosialisasi
Sosialisasi merupakan hal yang sangat penting bagi semua orang dalam
kehidupan bermasyarakat. Karena dengan sosialisasi kita dapat mengenal satu
sama lain. Sosialisasi dapat diartikan sebagai sebuah proses penanaman atau
transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya
dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Dalam melakukan sosialisasi kita harus
bisa menempatkan diri kita dalam lingkungan masyarakat. Karena manusia
merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Di
dalam bersosialisasi, kita dapat membentuk kepribadian kita. Karena lingkungan
masyarakat merupakan salah satu tempat untuk melakukan sosialisasi. Jika
lingkungan baik secara otomatis berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian.
ix
karena itu, rangkaian kata yang digunakan dalam sebuah visi harus ringkas dan
jelas, umumnya hanya satu kalimat atau tidak lebih dari satu paragraf.
Visi akan sangat berpengaruh ketika organisasi tersebut hendak
melakukan perubahann. Visi membuat organisasi tersebut tetap berjalan sesuai
dengan apa yang pendiri cita-citakan, sehingga visi akan mencegah sebuah
organisasi untuk membentuk arah baru atau melenceng dari tujuan visi.
Terciptanya visi sangat berperan dalam melakukan langkah-langkah
selanjutnya, sebuah visi tidak dapat berdiri sendiri. Maka dari itu, visi atau
gambaran masa depan tersebut sangat perlu penjelasan terkait bagaimana rencana
untuk melangkah. Di situlah peran dari misi.
Pengertian Misi
Setelah memahami penegrtian dari visi, selanjutnya merupakan
pengertaian misi. Secara sederhana, visi adalah keinginan atau cita-cita
perusahaan di masa depan. Sementara, misi adalah bagaimana sebuah perusahaan
mewujudkan cita-citanya tersebut di masa depan. Selain itu, misi juga akan
menjawab beberapa pertanyaan bagaimana sikap perusahaan, bagaimana upaya
untuk menang, hingga bagaimana mengukur sebuah proses kemajuan. Jadi, misi
dapat disimpulkan sebagai sekumpulan rencana atau cara yang di tentukan untuk
meweujudkan visi yang sudah ditetapkan. Bahasa visi dan misi harus saling
mendukung, namun pernyataan misi lebih spesifik dari pada visi. Misi akan
menetukan karakteristik organisasi dari pada organisasi lainnya. Hal yang
disampaikan misi bahkan biasanya dapat memuat produk atau layanan yang akan
diprioritaskan. Hal itulah yang membuat misi menetapkan dalam visi sekaligus
menggambarakan rencana untuk membuat sebuah tindakan.
x
adalah lembaga legislatif yang terdiri dari wakil-wakil daerah yang dipilih oleh
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dari setiap provinsi di Indonesia.
xi
BAB IV
KESIMPULAN
Pemilih pemula adalah mereka yang berusia 17-21 tahun yang pertama
kalinya akan berpartisipasi dalam pemilu. Status mereka adalah pelajar,
mahasiswa atau pekerja muda. Pemilih pemula merupakan pemilih yang potensial,
dan pemilih pemula di lima kota besar di Indonesia mengungkapkan mereka
condong memilih partai-partai besar.
Ketika seorang pemilih memilih seorang kandidat, setiap individu
mempunyai ekspetasi tertentu, dengan tujuan ekpetasi tersebut dapat terpenuhi
apabila memilih kandidat tersebut.
Dari berbagai tanggapan tentang pemilu serentak, sebagai pemilih pemula
masih banyak yang tidak tahu mereka harus memilih kandidat yang mana menurut
mereka yang akan benar-benar menjalankan visi dam misinya.
Dalam sistem politik demokratis, menggunakan hak pilih lebih efektif
untuk melakukan perubahan dibandingkan mengambil posisi Golput. Dalam
masyarakat, cara, kesan, dan penampilan luar adalah segalanya.
xii
DAFTAR PUSTAKA
xiii