Anda di halaman 1dari 6

Proposal Penelitian Skripsi

ANALISIS EFEKTIVITAS KEGIATAN PARLEMEN REMAJA


DALAM PENINGKATAN PEMAHAMAN DAN PENGETAHUAN SISWA
( Studi Kasus HUMAS SEKRETARIAT JENDERAL DPR RI )

Diajukan Untuk Skripsi (Tugas Akhir) Program Sarjana (S1) Pada Program Studi
Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Oleh :
Parlagutan
200106110027

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM JURUSAN


MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH
DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK
IBRAHIM MALANG
BAB I
PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian
Fase Remaja berpengaruh pada tingkat kematangan Individu. Pada
fase ini Individu mulai mencari jati diri dan lingkungan yang sesuai
dengannya. Lingkungan sosial terutama Keluarga berperan penting
menentukan bagaimana remaja tumbuh dan berkembang, jika lingkungan
itu dirasa acuh maka tidak heran jika sikap acuh yang ia rasakan akan
membuat remaja menjadi acuh pada orang lain. Itulah mengapa remaja
perlu diperhatikan dari segi pergaulan dan pendidikan yang baik.
Secara umum pendidikan memiliki arti sebagai sebuah usaha sadar,
real, dan direncanakan dalam proses belajar untuk mewujudkan kualitas,
mengembangkan potensi di dalam diri, hinga tercipta keterampilan hidup
berupa kepribadian baik, mental yang kuat, kecerdasan, mampu
mengendalikan diri, bertanggung jawab, memiliki pemikiran yang kritis
dan
dinamis, serta berguna bagi lingkungannya.1 Dalam arti sederhana
pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina
kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan
kebudayaan. Istilah pendidikan atau bimbingan diartikan sebagai
pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia
(remaja) menjadi dewasa. Selanjutnya, pendidikan diartikan sebagai usaha
yang dijalankan oleh seorang atau kelompok orang lain agar menjadi
dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi
dalam arti mental.2
Ibarat bibit dan buah. Pendidik adalah petani yang akan merawat
bibit dengan cara menyiangi hulma disekitarnya, memberi air, memberi
pupuk agar kelak berbuah lebih baik dan lebih banyak, namun petani tidak
mungkin mengubah bibit mangga menjadi berbuah anggur. Itulah kodrat
alam atau dasar yang harus diperhatikan dalam Pendidikan dan itu diluar
kecakapan dan kehendak kaum pendidik. Sedang Pengajaran adalah
Pendidikan dengan cara memberi ilmu atau pengetahuan agar bermanfaat
bagi kehidupan lahir dan batin.3
Tidak dipungkiri bahwa banyak pandangan sikap yang negatif
tentang politik di Negeri ini disebabkan oleh banyaknya kecurangan yang
dilakukan oknum DPR RI hingga terjerat kasus hukum belum lagi dengan
pemberitaan di media yang tak jarang dibesar besarkan hingga
memperkuat stigma buruk terhadap perpolitikan di Negeri ini, bagi remaja
yang masih duduk dibangku SMA tentu saja kondisi tersebut bukan hal
baik yang mampu mendorong mereka untuk peduli pada situasi politik
bahkan ketertarikan untuk belajar pun menjadi kendor. Permaslahan

1
Undang-undang Republik Indononesia Nomor 20 Tahun 2023 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional,BAB I Ketentuan Umum, Pasal 1.
2
Hasbullah Hasbullah, ‘Lingkungan Pendidikan Dalam Al-Qur’an Dan Hadis’, Tarbawi: Jurnal
Keilmuan Manajemen Pendidikan, 4.01 (2018), 13–26.
3
Ki Hadjar Dewantara, ‘Bagian Pertama Pendidikan’, Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman
Siswa, 1 (1977), 215.
tersebut yang kemudian tertanam pada diri remaja hingga membentuk
sikap mereka.
Sikap pada dasarnya adalah tendensi kita terhadap sesuatu. Sikap
rasa suka/tidak suka kita atas sesuatu berupa kecenderungan untuk
berperilaku dengan cara tertentu. sikap adalah suatu kecenderungan
memberi reaksi yang menyenangkan, tidak menyenangkan, atau netral
terhadap suatu objek atau sebuah kumpulan objek. La Pierre
mendefinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi, atau kesiapan
antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau
secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah
terkondisikan. Definisi Petty & Cacioppo secara lengkap mengatakan
sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri,
orang lain, objek atau isu-isu.4
Indonesia sebagai negara demokrasi terbesar ke-3 di dunia, perlu
memberikan pendidikan politik dan demokrasi kepada para generasi muda
sedini mungkin. Di sisi lain, harus diakui bahwa pendidikan politik di
kalangan remaja saat ini masih terbatas, ditambah dengan adanya
ketidakberimbangan informasi politik yang beredar di masyarakat
terutama yang disampaikan oleh media merupakan urgensi perlunya
diadakan kegiatan yang dapat memberikan gambaran nyata kepada
generasi muda tentang tugas dan fungsi parlemen. Urgensi lain
diadakannya kegiatan parlemen remaja adalah adanya amanat dari
Asosiasi Parlemen Dunia (IPU) yang menetapkan tanggal 15 September
sebagai “International Day Of Democracy”. Indonesia sebagai bagian dari
keanggotaan IPU diamanatkan untuk menyelenggarakan kegiatan
Parlemen Remaja sebagai wahana pendidikan Demokrasi.5
Pemilih pemula (first time voter )adalah mereka yang berusia 17
tahun pada hari pencoblosan atau yangsudah menikah dan tercatat dalam
daftar pemilih tetap. Pemilih pemula dalam setiap even pilmilunasional
ataupun pemilukada selalu didominasi kalangan pelajar/siswa dan jumlah
mereka relatif besar. Jumlah mereka yang besar membuat mereka sering
menjadi rebutan partai politik maupun para politisiuntuk mendongkrak
perolehan suara. Potensi pemilih pemula dalam setiap momen pemilu
sangatlah besar sekitar 20-30% dari keseluruhan jumlah pemilih dalam
pemilu. Pada Pemilu2004, jumlah pemilih pemula sekitar 27 juta dari 147
juta pemilih. Pada Pemilu 2009 sekitar 36 jutapemilih dari 171 juta
pemilih. Data BPS 2010: Penduduk usia 15-19 tahun: 20.871.086 orang,
usia 20-24tahun: 19.878.417 orang. Dengan demikian, jumlah pemilih
muda sebanyak 40.749.503 5 orang. Dalam pemilu, jumlah itu sangat
besar dan bisa menentukan kemenangan partai politik atau kandidat
tertentuyang berkompetisi dalam pemilihan umum.Para pemilih pemula
biasanya antusias untuk datang ke tempat pemungutan suara (TPS) karena
untukpertama kali menggunakan hak pilih mereka. Jiwa muda dan coba-
coba masih mewarnai alur berpikirpara pemilih pemula. Sebagian besar
dari mereka hanya melihat momen pemilu sebagai ajangpartisipasi dengan
4
Saifuddin Azwar, ‘Sikap Manusia: Teori Dan Pengukurannya’, 2007.
5
Pusat Teknologi Informasi, ‘Tentang Parlemen Remaja’, Parlemenremajadpr.Co.Id, 2023
(https://parlemenremaja.dpr.go.id/)[accessed 12 July 2023].
memberikan hak suara mereka kepada partai dan tokoh yang
merekasukai/gandrungi.6
Biro Humas dan Layanan Informasi Publik Sekretariat Jendral
DPR RI adalah satu-satunya lembaga yang menyelenggarakan kegiatan
kehumasan Parlemen Remaja untuk Siswa dan Siswi se-Indonesia.
Parlemen Remaja pertama kali diselenggarakan oleh DPR RI tahun 2008.
Kegiatan ini ditunjukan untuk lebih mengenalkan kinerja anggota dewan
dan pada kaum muda, khususnya siswa-siswi SMA/MA/SMK. Acara ini
merupakan acara simulasi persidangan DPR yang disimulasikan oleh 136
perwakilan siswa-siswi SMA/MA/SMK terpilih 34 provinsi di Indonesia.
Acara yang berlangsung selama lima hari itu menjadi bukti bahwa
pentingnya Pendidikan politik dan demokrasi sehat kepada rakyatnya
sendiri, mungkin sebab kurangnya edukasi dan terbatasnya Pendidikan
politik di kalangan remaja saat ini serta ketidaseimbangan informasi politi
yang disampaikan oleh media menyebabkan terjadinya disorientasi
pemahaman politik. Kegiatan ini diharapkan dapat lebih mengenalkan
bahkan mengajarkan serta dapat mengedukasi generasi muda mengenai
tugas dan peran DPR RI dalam perwujudan demokrasi Indonesia.
Memberikan pemahaman kepada remaja tentang proses pembuatan
kebijakan publik serta institusi-institusi pendukungnya, melembagakan,
mendidik, dan meningkatkan kemampuan remaja tentang betapa
pentingnya demokrasi melalui pelaksanaan simulasi.
Tujuan diadakan sebuah kegiatan kehumasan ini adalah untuk
mengedukasi remaja-remaja parlemen agar mempunya dedikasi yang
tinggi dan mengetahui bagaimana masalah parlemen sehingga bisa
memberikan kontribusi besar mengestafetkan perwakilan remajaremaja
disekolahnya mengenai Pendidikan parlemen. Pendidikan parlemen juga
berpengaruh untuk system ekonomi dan system kenegaraan karena sangat
berguna untuk bangsa dan negara, khususnya untuk remaja parlemen yang
nantinya akan menjadi anggota DPR. Manfaat dari penyelenggaraan
parlemen remaja juga untuk membangun citra positif tentang parlemen
dengan mendekatkan parlemen dengan siswa. Biro Humas dan Layanan
Informasi Publik DPR berusaha menyampaikan kepada publik hal-hal
yang tidak tersampaikan ke media. Citra buruk yang melekat pada DPR
bukan karena DPR yang tidak bisa bekerja, tidak bisa membuat Undang-
Undang atau Struktur organisasinya tidak berkomunikasi, melainkan
karena masalah peorangan anggota DPR. DPR menjalankan tugas dan
fungsinya dengan baik dan tidak bermasalah secara kelembagaan.
Namun karena ada pihak-pihak tertentu yang mencoreng nama
DPR, maka lembaga DPR pun ikut terseret negative oleh masyarakat. DPR
RI merupakan lembaga negarayang sangat membutuhkan citra positif di
mata masyrakat. Hal ini disebabkan karena lembaga ini merupakan
lembaga yang memiliki tiga fungsi penting dalam kenegaraan, yaitu fungsi
legislasi (pembuat undang-undang), fungsi pengawasan, dan fungsi
anggaran. DPR sebagai Lembaga politik memiliki karakteristik yang
6
Ahmad Aprillah, ‘Menimbang Partisipasi Pemilu Pemula’, Artikel, 2014
<https://www.academia.edu/3854099/Menimbang_Partisipasi_Pemilih_Pemula> [accessed 12
July 2023].
berbeda dengan lembaga Negara lainnya. Hal ini antara lain disebabkan
karena anggota DPR RI berhak mengeluarkan pendapat, sehingga banyak
sumber infotmasi yang beragam. Di era reformasi hampir semua media
massa memberitakan tentang DPR secara kelembagaan maupun anggota
DPR RI secara individu. Melalui citra postitf, DPR akan mendapatkan
trust dari masyarakat dapat mempercayai seluruh hasil kinerja DPR. Hal
ini menuntut para anggota DPR dapat mempertanggungjawabkan
kinerjanya kepada masyarakat melalui reputasi kinerja baik. Ada kalanya
berita atau informasi kerap mencampuradukan citra pribadi dengan citra
kelembagaan DPR RI. Selama ini pemberitaan tentang DPR RI cenderung
mengarah kearah yang buruk/ tidak baik, yang berdampak pada citra
negatif DPR RI. Banyak permasalaha pro kontra, dan kritikan yang
dihadapi anggota DPR dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Mulai dari
sebutan calo anggaran, banyaknya anggota DPR yang terlibat kasus
korupsi, pro kontra studi banding ke luar negeri, dan permasalahan
legislasi yang tak kunjung selesai. Pentingnya meningkatkan citra bagi
DPR RI sebagai Lembaga negara mengharuskan DPR berperan aktif
dalam mempublikasikan kinerja organisasi demi menjaga reputasi kinerja
anggota dewan tersebut. Reputasi adalah gabungan dari citra, dan
bagaimana organisasi mengkomunikasikan kinerjanya kepada public. Citra
negatif DPR saat ini sangat disorot oleh media karena berbagai kasus yang
menimpa anggota DPR. Masyarakat memandang negatif citra DPR karena
berita-berita yang mereka lihat di media saat ini, kurangnya edukasi
mengenai kinerja DPR menyebabkan para remaja cenderung bertambah
sinis terhadap politik dan proses demokrasi di diakomodirnya partisipasi
publik membuat remaja tidak mengetahui politik.7
Pada penelitian yang dialakukan oleh Eda Ginanjar mengenai
efektvitas kegiatan parlemen remaja terhadap perubahan sikap politik
pesertanya menunjukkan bahwa efektivitas kegiatan Parlemen Remaja
memiliki pengaruh yang kuat, searah, dan signifikan terhadap Perubahan
Sikap.8 Itu menunjukkkan pentingnya pendididkan politik dilakukan di
kalangan pemuda demi mewujudkan pemilih yang cerdas dan cinta
terhadap bangsa dan negara.
Berdasarkan pra riset yang dilakukan oleh peneliti langsung kepada
bagian humas Ibu Indah yang membidangi langsung parlemen remaja ada
beberapa indikator yang perlu dibahas dalam masalah efektivitas parlemen
remaja tidak terlepas dari konsep manajemen yaitu dimulai dari tahap
perencanaan, pengorganisasian, pelaksaaan, dan pengontrolan/evaluasi.9

7
Fajri Dwiyama and others, ‘Manajemen Humas: Membangun Peran Masyarakat Pada Lembaga
Pendidikan’, Adaara: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 10.1 (2020), 63–71
8
Eda Ginanjar, ‘Efektivitas Kegiatan Parlemen Remaja Terhadap Perubahan Sikap Politik
Pesertanya (Studi Survey Mengenai Pengaruh Efektivitas Kegiatan Perlemen Remaja Terhadap
Perubahan Sikap Politik Pesertanya)’ (Universitas Komputer Indonesia, 2018).
9
Parlagutan, Wawancara Pra Riset Parja, 2023.

Anda mungkin juga menyukai