Anda di halaman 1dari 4

PROGRESS KELOMPOK 1 MARKETING SOSIAL:

NAMA & JOB DESC :


1. Akmal Maulana (220761611619) : Peran, Skrip, Koordinator
2. Calandra Razzan (220761611528) :Koordinator, Peran, Skrip
3. Darell Abhirama Abrar (220761611431) :Peran, Skrip, Kameramen
4. Muhammad Rafi Alifanda (220761610626) : Peran, Skrip, Perlengkapan
5. Salma Azizah Yahya (220761611227) :Peran, Skrip, Perlengkapan
6. Tarina Putri Dewita (220761611406) :Peran, Skrip, Editor

GAMBARAN UMUM
Kaum muda Indonesia adalah masa depan bangsa. Karena itu, setiap pemuda Indonesia, baik yang
masih berstatus sebagai pelajar, mahasiswa, ataupun yang sudah menyelesaikan pendidikannya
adalah aktor-aktor penting yang sangat diandalkan untuk mewujudkan cita-cita pencerahan
kehidupan bangsa kita di masa depan.r Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Kita mendirikan negara Republik Indonesia untuk maksud melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan untuk ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial. (Alinea keempat UUD 1945).Oleh karena itu Untuk mencapai cita-cita
tersebut, bangsa kita telah pula bersepakat membangun kemerdekaan kebangsaan dalam susunan
organisasi Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai Negara Hukum yang bersifat demokratis.

PENGUATAN PERMASALAHAN ISSUE


Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Antonius Benny
Susetyo menyesalkan aksi anarkistis oleh sejumlah pelajar saat demonstrasi Undang-Undang Cipta
Kerja (UU Ciptaker) pekan lalu. Demo yang mengakibatkan banyak fasilitas publik rusak itu,
membuat para pelajar dibekuk oleh polisi.

Menurut Benny, keterlibatan para pelajar dalam aksi unjuk rasa hingga terjadinya penrusakan
fasilitas publik adalah buah dari sistem pendidikan yang bermasalah.

"Jika pendidikan mereka terasupi dengan baik, tak akan ada perbuatan yang melanggar adab dan
etika meski mereka turun langsung dalam sebuah demo," kata Benny dalam keterangan persnya
kepada SINDOnews, Minggu (18/10).

Benny menjelaskan, ini salah satu bentuk kegagalan dalam pendidikan kritis untuk membangun
karakter pendidikan. Alhasil, anak-anak menjadi objek dari eksploitasi. Karena, anak-anak itu
sebetulnya kurang memahami masalah dan realita tapi lebih digerakkan oleh emosi dan solidaritas.
Tindakan anarkistis adalah pelanggaran terhadap hak publik yang mengancam rasa aman dan damai.
Hak ini yang justru bertentangan dengan perbuatan sejumlah pelajar pada aksi demo.

"Pelajar yang terdidik dengan baik tak akan mungkin berbuat anarkis. Jika hal itu ternyata terjadi
maka masalah yang sesungguhnya terjadi ada pada pendidikan yang mereka dapatkan," ujar Benny.

Rohaniawan ini menilai anak-anak pelajar sangat mudah terprovokasi hingga melakukan aksi
vandalisme ketika melihat atau terlibat sebuah peristiwa besar, seperti demonstrasi yang
memancing emosi mereka.
Meski begitu, dia mengingatkan aparat kepolisian agar tidak menggunakan cara-cara kekerasan
dalam menindak para pelajar. Peristiwa vandalisme dari aksi unjuk rasa kemarin hingga
penangkapan sejumlah pelajar STM dan SMK ini juga menjadi pekerjaan besar bagi Menteri
Pendidikan untuk berani mengoreksi sistem pendidikan yang ada saat ini.

"Pendidikan seharusnya menghasilkan transformasi sosial yang dapat memperkuat karakter anak-
anak dalam mengenal baik dan buruknya suatu perbuatan. Dampak besar pendidikan juga akan
menghasilkan tumbuh kembangnya kesadaran umat dalam suatu bangsa," tuturnya.

"Pendidikan seharusnya menghasilkan transformasi sosial yang dapat memperkuat karakter anak-
anak dalam mengenal baik dan buruknya suatu perbuatan. Dampak besar pendidikan juga akan
menghasilkan tumbuh kembangnya kesadaran umat dalam suatu bangsa," tuturnya. (dam/ER)

OPINI TERHADAP PERMASALAHAN ISSUE


Pemuda pada lintasan sejarah senantiasa merogoh peran strategis dalam
memilih nasib suatu bangsa. Hal ini sudah dibuktikan bangsa Indonesia dalam proses
menuju Kemerdekaan, saat memproklamirkan Kemerdekaan hingga hari ini dan masa yg
akan datang. Dimulai menggunakan peristiwa Sumpah Pemuda tahun 1928 yg tercetus pada
Kongres Pemuda II lepas 28 Oktober 1928. aneka macam insiden sehabis Sumpah Pemuda semakin
menguatkan basis-basis
perlawanan terhadap kekuatan bangsa kolonial. sampai, perjuangan tadi bermuara di
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia di 17 Agustus 1945 yg pula melibatkan
kiprah pemuda pada upaya meyakinkan ke 2 Proklamator, bung Karno dan bung Hatta
buat segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. hingga hari ini, para pemuda yg
mengisi Kemerdekaan telah melakukan donasi pada berbagai sektor, sampai menghasilkan
berbagai karya dan inovasi. Partisipasi politik adalah aspek penting pada sebuah tatanan negara
demokrasi
sekaligus adalah karakteristik khas adanya modernisasi politik. pada negara-negara yg proses
modernisasinya secara umum telah berjalan dengan baik, biasanya tingkat partisipasi politik
masyarakat negara semakin tinggi. Modernisasi politik bisa berkaitan dengan aspek politik serta
pemerintah. di perspektif pengertian yg generik Miriam Budiarjo menyatakan bahwa
partisipasi politik secara awam dapat didefinisikan menjadi aktivitas seorang atau gerombolan
orang buat ikut serta secara aktif pada kehidupan politik, diantaranya menggunakan jalan memilih
pemimpin negara serta, secara eksklusif atau tidak langsung, memengaruhi kebijakan
pemerintah (public policy).
aktivitas ini meliputi tindakan mirip memberikan bunyi pada pemilihan awam,
menghadiri kedap awam, mengadakan korelasi (contacting) atau lobbying menggunakan pejabat
pemerintah atau anggota parlemen, menjadi anggota partai atau salah satu gerakan sosial
menggunakan direct action-nya, serta sebagainya. sesuai beberapa pendapat yg dikemukankan sang
para pakar di atas dapat ditarik
konklusi bahwa partisipasi politik adalah hal-hal yg berkaitan menggunakan kegiatan
seseorang atau sekelompok orang secara sukarela dalam hal penentuan atau pengambilan
kebijakan pemerintah baik itu dalam hal pemilihan pemimpin ataupun penentuan sikap
terhadap kebijakan publik yang dirancang oleh pemerintah buat di jalankan, yang dilakukan
secara pribadi atau tidak pribadi dengan cara konvensional ataupun dengan cara non
konvensional atau bahkan dengan kekerasan (violence).
ARGUMEN JURNAL ILMIAH

Aksi demonstrasi yang dilakukan mahasiswa pada sebelum nya kemarin memunculkan berbagai
pertanyaan. Salah satu pertanyaan tersebut yaitu motif dari mahasiswa dalam mengikuti aksi
tersebut. Dalam mengikuti aksi demonstrasi, tentunya seseorang dapat dikategorikan menjadi dua
kelompok, yaitu friendship-driven dan interest-driven. Kelompok friendship-driven adalah kelompok
mahasiswa yang mengikuti demonstrasi semata-mata dikarenakan faktor lingkungan (ajakan teman,
propaganda, dan orang tua). Sedangkan, kelompok interest-driven adalah kelompok mahasiswa
yang mengikuti demonstrasi dikarenakan adanya kemauan pribadi dan adanya ketertarikan terhadap
isu yang dibawakan. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini tertarik untuk menggali lebih
dalam motif mahasiswa dalam mengikuti aksi demonstrasi lalu. Selain itu juga bertujuan untuk
mengetahui pengaruh sosial media pada ketertarikan politik mahasiswa yang tercermin dari tingkat
pengetahuan mahasiswa terhadap isu demonstrasi lalu.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ditemukan adanya hubungan antara tingkat
pengetahuan demonstran dan motif dalam mengikuti demonstrasi. Apabila tingkat pengetahuan
demonstran terhadap isu yang dibawakan tersebut rendah, maka peluang demonstran tersebut
mengikuti demonstrasi dikarenakan friendship-driven lebih besar. Selain itu, ditemukan bahwa aksi
demonstrasi yang dilakukan pada September lalu lebih dikendarai oleh adanya interest-driven.
Peneliti juga menemukan bahwa adanya peningkatan penggunaan Twitter dalam mengakses isu atau
berita politik mampu meningkatkan ketertarikan politik mahasiswa
Peneliti mengakui bahwa masih kurangnya jumlah responden dari jumlah ideal sehingga masih
belum cukup untuk merepresentasikan pandangan dari seluruh mahasiswa terkait aksi demonstrasi
kemarin. Adanya kesulitan dalam mengumpulkan responden menjadi permasalahan utama. Oleh
karena itu, peneliti menyarankan adanya peningkatan jumlah responden bagi penelitian selanjutnya
sehingga mampu lebih merepresentasikan pandangan mahasiswa.

LANGKAH STRATEGIS UNTUK PERMASALAHAN ISSUE (solusi)

Pertama, bagi partai politik, seleksi kandidat di internal merupakan perwujudan dari demokrasi
internal di partai. Untuk itu, perlu melibatkan kader atau anggota partai dan dilakukan dengan
transparan, sehingga kandidat yang muncul tidak ditentukan hanya oleh elit politik dan bisa dilihat
rekam jejaknya. Partai juga bisa melakukan semacam pemilihan pendahuluan di internal. Selain itu,
sudah semestinya partai mengoptimalkan kaderisasi sehingga partai akan lebih siap menyiapkan
kader mereka dalam menghadapi Pilkada.

Kedua, untuk penyelenggara pilkada, harus memperkuat independensi dan netralitas sesuai dengan
aturan yang berlaku. Oleh karenanya, Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum (DKPP)
harus lebih aktif memantau kinerja penyelenggara. Penyelenggara pemilu dan DKPP harus
mengedukasi masyarakat secara aktif untuk memanfaatkan mekanisme komplain yang ada, sehingga
menumbuhkan kesadaran publik terhadap potensi pelanggaran dan kecurangan dalam pilkada.
Penyelenggara pemilu dan DKPP memanfaatkan seluruh aduan yang diberikan masyarakat sebagai
feed back atas kinerja mereka.

Ketiga, terkait penyelenggaraan survei pilkada, maka terdapat dua hal yang direkomendasikan, yakni
lembaga survei diharapkan dapat memberikan fokus riset yang imbang antara isu elektabilitas
dengan isu-isu yang nonelektabilitas. Kemudian, adanya optimalisasi fungsi pengawasan KPU
dan/atau asosiasi lembaga riset untuk melakukan pengawasan secara serius dan berkala, khususnya
audit etik dan metodologi.
Keempat, untuk mencegah politisasi aktor-aktor keamanan dalam pilkada, maka Surat Edaran
Peraturan Kapolri No. SE/7/VI/2014 yang menunda segala proses hukum terhadap kandidat perlu
diberlakukan hingga pemilu selesai. Kedepan, persoalan tersebut perlu diatur secara khusus dalam
UU Pilkada.

Kelima, agar menjaga netralitas, pencalonan anggota Polri/TNI dalam pilkada atau kontestasi jabatan
sipil lainnya paling cepat dilakukan dalam satu periode Pemilu (5 tahun) setelah yang bersangkutan
mengundurkan diri dari jabatannya di TNI/Polri.

Keenam, supaya menghindari politisasi massa dalam Pilkada, maka perlu aturan yang lebih tegas
berkaitan dengan gerakan mobilisasi massa yang besar diluar masa kampanye.

Ketujuh, terkait dengan media sosial, diperlukan regulasi yang jelas dan tegas dalam penyampaian
informasi di media sosial, apalagi terkait dengan maraknya berita-berita hoax. Regulasi ini
dimaksudkan untuk menindak tegas para pembuat atau penyebar hoax sehingga ke depan Pilkada
atau Pemilu tidak terganggu oleh hal seperti hoax yang menjadi sarana menyebar kebencian atau
intoleransi.

Kedelapan, adalah berkaitan dengan media mainstream, perlu mengedepankan independensi dan
aspek jurnalisme damai dalam proses pembuatan dan pemuatan berita berdasarkan etika jurnalisme
yang berlaku. Perlu adanya kerja sama antara penyelenggara Pemilu dengan dewan pers terkait
dengan penegakan etika jurnalis dan korporasi media.

Dan terakhir alias kesembilan adalah berkaitan dengan persoalan maraknya penggunaan politik
identitas pada Pilkada 2017, maka tokoh agama, tokoh masyarakat, dan elit-elit politik perlu
berperan aktif untuk menjaga harmonisasi antar umat beragama dan kelompok etnis dalam konteks
pilkada. Selain itu, negara perlu mengelola penggunaan simbol-simbol identitas, seperti primordial,
religiusitas, dan etnisitas dalam ruang publik maupun ruang privat.

Sumber Jurnal:

https://osf.io/preprints/inarxiv/y8srh/download
(pemuda, politik, dan masa depan Indonesia)
https://bpip.go.id/berita/1035/259/pelajar-terlibat-demo-anarkistis-pendidikan-karakter-dinilai-
gagal.html
https://ksm.ui.ac.id/wp-content/uploads/2019/12/PENELITIAN-CR-KANOPI-X-KSM.pdf

Anda mungkin juga menyukai