Anda di halaman 1dari 3

Bagaimana Cara Memperkenalkan Pendidikan

Politik di Sekolah?
 Sahabat Guru Quipperian, apa kabar? Tanpa terasa kita sudah berada di pengujung bulan April.
Seperti yang kita ketahui bersama, awal bulan kemarin rakyat Indonesia menjalani Pemilu atau
Pemilihan Umum untuk Presiden dan Caleg. Pemilu ini merupakan sebuah tanda pesta
demokrasi, bahwa setiap orang berhak memilih sesuai keinginannya masing-masing. Hanya
butuh kurang dari 1 jam untuk menunaikan hak pilih kita sebagai warga negara, namun efeknya
akan terasa secara nasional paling tidak selama 5 tahun ke depan. Krusial sekali, ya!

Berangkat dari kegiatan Pemilu kemarin, Quipper Blog menyadari betapa pentingnya pendidikan
politik sejak dini bagi generasi penerus bangsa ini. Mungkin tahun ini siswa-siswi didik Anda
belum ikut mencoblos. Tetapi, dasar pemikiran dan kepedulian mereka terhadap politik
Indonesia merupakan bekal yang wajib diberikan sehingga saat waktu mencoblos bagi mereka
tiba, mereka sudah tahu mau keputusan masing-masing.

Nah, Quipper Blog pun mulai menyadari, apakah selama ini sekolah sudah turut serta
memperkaya pemahaman murid-muridnya mengenai praktik politik dan efeknya dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara? Apakah cukup mata pelajaran Kewarganegaraan menjadi
wahana pendidikan politik di Sekolah Dasar – SMA? Mereka yang mengambil jurusan IPS
berkesempatan memahami lebih dalam lewat mata pelajaran lain semacam Sosiologi,
Antropologi, dan Tata Negara, namun partisipasi politik dialami oleh semua warga negara
terlepas apa yang mereka pelajari. Dengan demikian adalah kewajiban semua warga negara
untuk melek politik dan haknya untuk memperoleh tersebut dari sekolah.

Untuk itulah, di edisi kali ini Quipper Blog ingin mengundang sahabat Guru Quipperian untuk
menjelajah ragam pilihan aktivitas yang dapat digunakan dalam memberikan pengetahuan politik
tersebut. Tanpa tunggu panjang lagi, mari kita mulai!

Daftar Isi  Sembunyikan 
Dasar dan Tujuan Pengajaran Politik
Wahana Pendidikan Politik dan Metode Pengajaran
Wahana 1
Wahana 2

Dasar dan Tujuan Pengajaran Politik


Peneliti LIPI Anggi Firmansyah menuturkan bahwa ada dua faktor penting pendidikan politik
yang wajib mulai dipaparkan kepada pelajar.

1. Dalam perkembangan kognitif, anak-anak akan tumbuh menjadi generasi pemilih di masa
depan sehingga saat sekolah penting mereka diajar proses politik yang tepat.
2. Politik telah menjadi bagian hidup sehari-hari yang tidak terpisahkan bahkan dari dunia
pendidikan. Perkembangan teknologi informasi abad 21 melalui youtube, vlogging,
semakin mengencangkan beredarnya informasi politik kepada generasi pelajar.
Dengan keadaan seperti di atas, tujuan pengetahuan tentang politik adalah memberi panduan
yang sehat dan tepat terhadap generasi pelajar. Hal ini tidak berarti mengajak pelajar melakukan
aktivitas politik praktis yang partisan, yang terutama adalah memberikan pelajar ruang untuk
mendiskusikan fenomena politik.

Wahana Pendidikan Politik dan Metode Pengajaran

Di sekolah tersedia dua wahana bagi pendidikan politik, yaitu:

Wahana 1

Mata pembelajaran ilmu sosial dan kewarganegaraan yang mencakup pelajaran PPKn, sosiologi,
sejarah, dan pelajaran ilmu sosial lainnya. Mata pelajaran – mata pelajaran ini sangat
memungkinkan untuk menguatkan cara pandang mengenai politik yang demokratis. Untuk
metode pendidikannya sendiri, tidak dapat dilakukan melalui pembelajaran satu arah, di mana
guru berceramah dan siswa hanya menyimak sembari sesekali mencatat. Mengutip Freire (2008),
metode ini disebut pendidikan gaya bank atau transfer ilmu pengetahuan. Anak dianggap
rekening kosong yang hanya perlu diam mendengarkan siap menerima transfer pengetahuan dari
guru yang berceramah tentang ilmu politik negeri. Gaya pendidikan macam ini hanya akan
menumbuhkan mental kaku anti dialog dan rentan indoktrinasi, karena minimnya kesempatan
dialog antar guru dan murid yang berarti murid sedikit sekali kesempatan berbagi pandangan
pribadinya.

Proses pembelajaran politik yang lebih tepat guna adalah melalui paparan masalah (problem
exposure). Fenomena politik sehari-hari disajikan di kelas untuk kemudian diperdebatkan secara
kritis. Praktik semacam ini memungkinkan pertukaran gagasan di sini. Dalam proses ini, terdapat
ruang bagi siswa untuk mengkritisi pandangan gurunya (Freire, 2008). Syarat utamanya ialah
guru harus menggeser perannya, yang semula menjadi penceramah dan sumber pengetahuan
sekarang menjadi mediator dan fasilitator murid.

Efek dari metode ini adalah anak-anak muda akan lebih kritis dalam memandang setiap
persoalan. Pola pikir kritis memungkinkan generasi muda untuk menyaring dan mempertanyakan
kebenaran dari setiap informasi yang diterima, yang artinya berkaca dalam keadaan saat ini
generasi muda akan lebih kebal kabar palsu/sesat (hoax).

Wahana 2

Wahana pendidikan politik di sekolah yang kedua adalah OSIS atau organisasi pelajar lainnya.
Dengan aktif di kegiatan organisasi, pelajar berlatih menyampaikan argumentasi, berinteraksi
dengan pandangan dan paradigma yang berbeda, dan saling berlomba argumen yang kredibel
dan meyakinkan demi tujuan bersama.

Metode semacam ini jauh lebih tepat guna bagi kedewasaan berpolitik siswa. Mereka
berkesempatan untuk mengetahui, memetakan, dan memahami permasalahan nyata masyarakat.
Nah bagaimana sahabat Guru Quipperian, semoga semakin terasah kemampuan kita untuk  bisa
melibatkan politik di dalam pendidikan dan mulai menumbuhkembangkan generasi masa depan
yang peka keadaan sosial politis bangsanya. Salam!

Sumber:

 http://www.growingvoters.org/voting-election-lesson-plans-high-school.html
 https://www.edutopia.org/blog/interactive-learning-about-elections-paul-gigliotti
 http://mediaindonesia.com/read/detail/191817-sekolah-dan-pendidikan-politik-
kebangsaan
 https://www.scholastic.com/teachers/lesson-plans/teaching-content/winning-campaigns-
lesson/
 https://www.rubicon.com/teaching-election-process/
 https://ysa.org/vote/
 https://www.journals.uchicago.edu/doi/abs/10.1086/461512?journalCode=esj

Penulis: Jan Wiguna

Anda mungkin juga menyukai