Kasus Pertama
Berbagai media massa sering memberitakan terjadinya tawuran, perkelahian yang berujung pada
kerugian fisik maupun material antar mahasiswa di perguruaan tinggi yang dilatarbelakangi
permasalahan yang sederhana. Memberikan gambaran bahwa masih ada kalangan terdidik yang
menggunakan cara kekerasan dalam menyelesaikan masalah.
1. Bagaimana pandangan Saudara mengenai persoalan mahasiswa di atas jika dilihat dari aspek
psikologi maupun aspek lainnya yang mendorong mahasiswa melakukan tindakan tersebut?
Jawab : Dari aspek psikologi masa remaja dasarnya adalah tahap pencarian jati diri. Dengan
kapasitas emosi yang masih labil dan cara berpikir terbatas, seringkali mereka mengambil
tindakan yang belum tepat tanpa pemikiran panjang. Sehingga seringkali melakukan tindakan
yang tidak dipikirkan konsukuensinya. Faktor lingkungan dan sekolah juga berpengaruh
terhadap siswa-siswa yang terlibat tawuran. Suasana sekolah yang tidak bisa memberi
kenyamanan pada siswa juga bisa berpengaruh. Hal itu akan menyebabkan siswa lebih senang
melakukan kegiatan di luar sekolah bersama teman-temannya. Dan, tentunya sekolah lebih sulit
mengontrol mereka ketika sudah di luar. Terkadang ada guru yang lebih memperhatikan siswa
yang berprestasi saja. Maka siswa yang kurang mampu akan merasakan iri dan kurang perhatian
untuk mencari perhatian biasanya mereka melakukan kegiatan yang melanggar peraturan
sekolah salah satunya adalah tawuran.
2. Bagaimana cara pencegahan agar tindakan serupa tidak terjadi kembali?
Jawab :
Menambah jam pelajaran keagamaan baik di sekolah ataupun di tempat kuliah. Dengan
penambahan jam pelajaran agama ini siswa atau mahasiswa diajak untuk lebih memahami
bahwa pertengkaran, perkelahian atau tawuran itu tidak ada manfaatnya, yang ada hanya
kerusakan dan bahkan kematian.
Menambah kegiatan keagamaan di sekolah ataupun di tempat kuliah. Misalnya di sekolahan
diadakan mengaji bersama, ceramah keagamaan, sholat dhuha, dan shalat wajib secara
berjamaah. Selain menunaikan kewajiban juga mengendalikan perbuatan yang
bertentangan dengan agama.
Mengisi waktu luang dengan kegiatan yang bermanfaat seperti olahraga, ekstrakurikuler
atau penelitian yang bermanfaat bagi mahasiswa. Sehingga tidak terpikirkan keinginan
untuk melakukan hal-hal yang tidak terpuji.
Patroli polisi dan satpol PP diintensifkan saat jam pulang sekolah, karena siswa atau
mahasiswa yang berbeda almamater biasanya akan cepat tersulut emosinya saat mereka
berpapasan dengan jumlah yang banyak.
Masyarakat berperan aktif jika ada tanda-tanda akan terjadi tawuran, atau sudah terjadi
tawuran dengan menelepon polisi atau melalui jejaring sosial facebook dan twitter melalui
akun @NTMCLantasPolri agar polisi segera datang dan mengendalikan suasana.
Orang tua harus mengawasi kegiatan anaknya. Apabila si anak belum pulang ke rumah
seperti biasanya, sebaiknya orang tua proaktif menanyakan ke anak melalui telepon seluler,
atau ke teman atau ke sekolahan.
Pihak sekolah atau kampus harus memberikan sangsi yang tegas jika ada siswa atau
mahasiswa yang melakukan tawuran. Dari member sangsi diskors sampai dikeluarkan.
3. Bagaimana cara menyelesaikan masalah di atas apabila menggunakan pendekatan nilai
Pancasila sila keempat?
Jawab : Pelajar atau peseta didik adalah tiap warga negara yang melakukan kegiatan belajar
mengajar dalam pendidikan formal maupun nonformal yang melalui proses sehingga menjadi
manusia cerdas secara akidah, moral dan intelektual. Menurut Pancasila cara menyelesaikan
masalah tersebut dengan pendekatan pendidikan yang dilakukan dapat dengan cara pendekatan
psikologis, pendekatan sosial dan pendekatan edukatif/pedagogis. Idealnya pendekatan
pendidikan yang dilakukan tidak hanya dalam tataran lingkungan sekolah saja, tetapi peran
keluarga, masyarakat dan segenap stakeholders harus ikut menunjang program tersebut demi
tercapainya tujuan pembentukan manusia yang ideal.
Kasus Kedua
Dapat diketahui bersama bahwa pelaksanaan PEMILU di Indonesia sering didapti tindak kecurangan
berupa penyuapan. Tindakan penyuapan ini dilakukan oleh. beberapa oknum demokrasi dengan cara
pemberian berupa uang atau barang tertentu kepada calon pemilih. Pemberian ini dilakukan agar calon
pemimpin tersebut memenangkan kompetisi pemilihan umum.
Kasus Ketiga
Akibat kegagalan mencapai hasil mufakat dalam suatu konggres atau musyawarah. Akhirnya, kelompok
yang menolak hasil keputusan musyawarah sering kali membentuk forum atau organisasi baru sebagai
bentuk protes terhadap hasil. keputusan yang telah disepakati. Permasalahan tersebut pernah terjadi di
Indonesia seperti pada bidang organisasi sepak bola Indonesia, partai politik, dan organisasi.
masyarakat.