A. Latar Belakang
Demokrasi secara Bahasa atau etimologis yaitu terdapat dua suku kata
yang berasal dari Bahasa Yunani “demos” yang berarti rakyat atau
dalam suatu negara dimana warga negara secara memiliki hak, kewajiban,
1
Bernard L. Tanya, Op Cit, hlm. 13
2
Winarno, Op Cit, hlm.100
2
public maupun melalui wakil-wakilnya yang telah dipilih secara adil dan
berasal dari rakyat, dijalankan rakyat, untuk kepentingan rakyat (from the
3
Munir Fuady, Konsep Negara Demokrasi, PT Refika Aditama, Bandung, 2010, hlm.2
4
Bagir Manan, 2003, Teori dan Politik Konstitusi, FH UII Press, Jogjakarta, hlm. 11.
5
https://www.ugm.ac.id/id/berita/1514-batas-kritis-demokrasi-indonesia-diukur-dari-
penghasilan-per-kapita
3
dan tingkat pendidikan yang sudah maju. Dengan tingkat ekonomi yang
stabil dan pendidikan yang sudah maju hal itu berdampak pada perilaku
rasional.
ikatan ideologi kepada suatu partai politik atau seorang kontestan. Faktor
dalam hal ini ingin melepaskan hal-hal yang bersifat dogmatis, tradisional,
6
Prof. Firmanzah, PH.D, Marketing Politik, Jakarta:Yayasan Obor Indonesia, 2008, Hal. 120
4
partai, (3) Perasaan emosional, (4) Citra kandidat, (5) Isu dan kebijakan
diatas
a. Pemilih Rasional
atau “platform” partai bisa dianalisis dalam dua hal: (1) kinerja partai
9
Alfrid Sentosa, Betty Karya, Perilaku Pemilih Pemula dalam Pilkada, Penerbit NEM, Bojong,2022,
hlm.9
10
Wein Arifin, Perilaku Memilih Dalam Pemilu, Orbit, Caturtunggal, 2020. Hal.14.
6
Hal yang terpenting bagi jenis pemilih ini adalah apa yang bisa (dan
yang telah) dilakukan oleh sebuah partai atau kontestan. Oleh karena
itu, Ketika sebuah paartai atau calon kontestan ingin menarik perhatian
dan lain-lain.12
Pemilih tipe ini tidak akan segan-segan “pindah ke lain hati”, dengan
politik lain atau kontestan lain ketika mereka dianggap tidak mampu
terdapat di Indonesia.
b. Pemilih Kritis
Pemilih jenis ini adalah pemilih yang krtis. Artinya mereka akan
11
Prof. Firmanzah. PH.D, Marketing Politik, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008. Hal. 120.
12
Ibid., hlm. 121.
7
memberikan kritik internal, (2) frustasi, dan (3) membuat partai baru
rapat internal, rapat rutin, pleno, dan munas. Ketika pemilih tidak
radio, dan sebagainya. Frustasi adalah posisi yang paling sulit bagi
pemilih jenis ini. Di satu sisi, mereka merasa bahwa ideologi suatu
c. Pemilih Tradisional
yang rendah dan sangat konservatif dalam memegang nilai serta paham
yang dianut.14
d. Pemilih Skeptis
Pemilih jenis ini adalah pemilih yang tidak memiliki orientasi ideologi
yang cukup tinggi terhadap partai politik atau seorang kontestan dan
random. Mereka berkeyakinan bahwa siapa pun dan dari partai apa pun
14
Ibid., Hal.123
9
yang memenangkan pemilu tidak akan bisa membawa bangsa kea rah
jenis pemilih ini, karena pemilihan umum dianggap sebagai salah satu
15
Ibid., Hal.124
10
pemilih. Ada pemilih yang terlibat aktif dalam kegiatan Pilkada atas
Selain itu, perilaku pemilih juga bisa ditunjukkan dengan aktif atau
mereka yang hanya dating pada saat pemungutan suara atau bahkan
baru mempunyai hak suara untuk turut memilih dalam Pemilih Umum
Pemilih pemula ini dapat pula disebut sebagai pemilih muda yang
awal. Pemilih pemula yang baru pertama kali menggunakan hak suara
memilih siapa yang akan dipilih para wakil rakyatnya. Namun, para
kali untuk memilih dan telah berusia 17 tahun atau lebih atau
17
Primandha Sukma Nur Wardhani, Partisipasi Politik Pemilih Pemula dalam Pemilihan Umum,
Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, Volume 10, Nomor 1, 2018, hlm. 58
18
Indra Richard Rompas, Loc.cit
19
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2008
12
6. Terdaftar di DPT
dengan rentang usia 17-22 tahun menjadi segmen yang memang unik,
relative lebih rasional, haus akan perubahan dan tipis akan kadar polusi
20
Litbang Kompas/Gianie, “Memetakan Minat Pemilih Pemula”, (Online:
www.Indoensiamemilih.com)
13
terdekat seperti anggota keluarga, mulai dari orangtua hingga kerabat dan
teman. Selain itu, media massa juga ikut berpengaruh terhadap pilihan
pemilih pemula. Hal ini dapat berupa berita di televisi, spanduk, brosur,
mempunyai nilai kebudayaan yang santai, bebas, dan cenderung pada hal-
hal yang informal dan mencari kesenangan, oleh karena itu semua hal
usia hak pilih juga belum memiliki jangkauan politik yang luas, untuk
mereka pilih tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Alasan ini yang
pilihan dalam pemilu atau pilkada, membuat pemilih pemula sering tidak
Gubernur Provinsi Jambi, serta beberapa Bupati dan Wakil Bupati, seperti
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan penelitian
D. Manfaat Penelitian
15
E. Landasan Teori
22
(Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2019), hal. 67.)
23
Kristiadi J, Pemilihan Umum dan Prilaku Pemilih di Indonesia, (Jakarta: Prisma, 1996), hlm.76
16
bersifat vertical dari tingkat yang terbawah hingga yang teratas. Dalam
Oleh karena itu preferensi pilihan terhadap suatu partai politik merupakan
a. Pendekatan sosiologis
pilihan-pilihan politik.25
ekonomi dimana dia berada seperti profesi, kelas sosial, agama dan
kekayaan.
b. Pendekatan Psikologis
melalui nama seseorang yang merasa dekat dengan salah satu partai.
partai yang dimaksud disini adalah sekedar partai apa yang dipilih
dewasa27
c. Pendekatan Rasionalitas
menjelang atau ketika ada di bilik suara, tetapi sudah ditentukan jauh
visi, misi dan program kerja partai dan kandidat. Pemilih rasional
F. Kerangka Pikir
Gambar 1.
29
Surbakti Ramlan, Op.cit, hlm. 186
21
Perilaku Pemilih
sosiologis lebih menekankan pada perilaku pemilih karena adanya faktor dari
sekitarnya.
22
diukur berdasarkan faktor pengetahuan pemilih tentang calon kepala daerah yang
akan dipilih, serta adanya kebutuhan yang dimiliki oleh pemilih pemula Ketika
G. Metode Penelitian
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang wajar (natural setting) dan data yang dikumpulkan umumnya bersifat
data yang diperoleh tidak dituangkan dalam bentuk bilangan atau angka
30
Moleong, Lexy J, Meteodologi penelitian kualitatif, (Bandung: Rosdakarya,1977), hal. 33
23
No.KM. 15, Mendalo Darat, Kec. Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro
Jambi, Jambi. Hal ini dikarenakan Mahasiswa Program Studi Ilmu Politik
dalam penelitian ini. Fokus dalam penelitian ini adalah Perilaku Memilih
terarah maka diperlukan data yang lengkap dan relevan dengan persoalan
digeneralisasikan.33
31
Bambang Prasetyo. Metode Penelitian Kuantitatif Teori dan Aplikasinya. (Jakarta: Raja
Grafindo Persada 2013) hlm.125
32
Ibid, 126
33
Sugiyono,Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung:Alfabeta, 2017), hlm. 219
25
penelitian.
Berdasarkan hal tersebut, maka informan dalam penelitian ini terdiri dari:
adalah:
34
Op. Cit., Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. hlm 137.
26
informannya sedikit/kecil.35
kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan
35
Ibid., hlm 137.
36
Ibid., hlm 359
27
orang lain.37
sebagai berikut:
1) Pengumpulan data
Peneliti mencatat semua data secara objektif dan apa adanya sesuai
2) Reduksi Data
3) Penyajian Data
data.
pada reduksi data dan penyajian data yang merupakan jawaban atas
direduksi kemudian diadakan sajian data, selain itu pengumpulan data juga
39
Ibid., hal.88
29
yang lain diluar data itu. Teknik triangulasi yang digunakan adalah
penelitian kualitatif.
40
Sugiyono, Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfbeta, 2017),
hlm. 330