Anda di halaman 1dari 4

KONTRIBUSI ANALISIS DALAM PRAKTIK PSIKOLOGI

A. Emik dan Etik


Para psikolog yang berminat pada kajian lintas budaya, menggunakan istilah etik dan
emik sebagai aspek daripada titik pandang atau cara pendekatan. Secara sederhana,
definisi Etik dan Emik adalah suatu kebenaran yang diakui, diterima oleh seluruh
masyarakat tanpa memandang perdebatan budaya, dengan kata lain kebenaran yang
dimaksud berlaku untuk semua orang (bersifat universal). Sebaliknya, Emik adalah suatu
kebenaran yang hanya diterima dan diakui oleh masyarakat setempat dan tidak berlaku
bagi orang yang berasal dari budaya yang berbeda. Emik dalam hal ini menawarkan
sesuatu yang lebih obyektif.

Emik dan Etik adalah dua macam sudut pandang dalam etnografi yang cukup
mengundang perdebatan. Emik (native point of view) misalnya, mencoba menjelaskan
suatu fenomena dalam masyarakat dengan sudut pandang masyarakat itu sendiri.
Sebaliknya, etik merupakan penggunaan sudut pandang orang luar yang berjarak (dalam
hal ini siapa yang mengamati) untuk menjelaskan suatu fenomena dalam masyarakat.
Secara sangat sederhana emik mengacu pada pandangan warga masyarakat yang dikaji,
sedangkan etik mengacu pada pandangan si pengamat. Pendekatan emik dalam hal ini
memang menawarkan sesuatu yang lebih obyektif. Karena tingkah laku kebudayaan
memang sebaiknya dikaji dan dikategorikan menurut pandangan orang yang dikaji itu
sendiri berupa definisi yang diberikan oleh masyarakat yang mengalami peristiwa itu
sendiri. Bahwa konsep seperti itu perlu dilakukan dan ditemukan dengan cara
menganalisis proses kognitif masyarakat yang dikaji dan bukan dipaksakan secara
etnosentrik

Emik dan Etik dalam partai politik nasionalis :

 Partai politik nasionalis lebih banyak politisasi agama.


 Partai politik nasionalis menjadi mayoritas didalam Indonesia saat ini.
 Partai politik nasionalis menegakan kedemokrasian
Emik dan Etik dalam partai politik Islamis :
 Partai politik islam menjadi minoritas diindonesia saat ini.
 Partai politik islam bertujuan menegakan ajaran ajaran islam.
B. Perilaku Politik
Secara visi dan misi partai politik di Indonesia memiliki unsur Nasional Kebangsaan
dan Nasional Keagamaan. Perebutan kekuasaan di tingkat nasional maupun daerah dan
cara pandang yang berbeda menjadikan masing-masing partisipan partai politik saling
berkompetisi untuk meyakinkan publik dan membangun kepercayaan terhadap partai
politik.
Menurut Ramlan Surbakti (1992) Perilaku politik dimaknai sebagai sebuah kegiatan
yang berkaitan langsung dengan proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik,
interaksi antar pemerintah dan masyarakat, antar Lembaga pemerintah dan antar
kelompok dan individu dalam rangka pembuatan, pelaksanaan dan penegakan keputusan
politik.
C. Faktor yang mempengaruhi Perilaku Politik
Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku politik adalah, pertama: lingkungan
sosial politik tidak langsung seperti sistem politik, sistem sosial, sistem budaya, sistem
ekonomi, budaya dan media massa. Kedua lingkungan sosial politik langsung yang
mempengaruhi dalam bentuk pribadi, seperti keluarga, agama, sekolah, kelompok
pergaulan. Ketiga struktur kepribadian yang tercermin dalam sikap individu. Keempat;
faktor sosial politik langsung, berupa situasi atau keadaan yang langsung
mempengaruhi ketika kegitan politik akan dilakukan seperti faktor cuaca, kondisi
keluarga, ancaman, propaganda, dan lain-lain (Ramlan Surbakti, 1992).
D. Pendekatan Perilaku Memilih
Ada tiga macam pendekatan atau dasar pemikiran yang berusaha menerangkan
perilaku pemilu. Ketiganya tidak sepenuhnya berbeda, dan dalam beberapa hal ketiganya
bahkan saling membangun/mendasari serta memiliki urutan kronologis yang jelas.
Pendekatan tersebut adalah, pendekatan sosiologis, pendekatan psikologis, dan pendekatan
pilihan rasional atau rational-choice (Dieter Roth, 2009). Penjelasannya sebagai berikut:
a. Pendekatan Sosiologis
Pendekatan sosiologis menentukan perilaku memilih pada para pemilih, terutama
kelas sosial, agama, dan kelompok etnik/ kedaerahan/ bahasa. Subkultur tertentu
memiliki kondisi sosial tertent yang pada akhirnya bermuara pada perilaku tertentu
(Mujani, Saiful. R. William Liddle., dan Kuskrido Ambardi, 2012)
b. Pendekatan Psikologi
Pendekatan psikologis berusaha untuk menerangkan faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi keputusan pemilih jangka pendek atau keputusan yang diambil
dalam waktu yang singkat. Hal ini berusaha menjelaskan melalui trias determinan
dengan melihat sosialisasinya dalam menentukan perilaku politik pemilih, bukan
karakteristik sosiologisnya. Jadi pendekatan psikologis menekankan pada tiga
aspek, yaitu identifikasi partai, orientasi, dan isu orientasi kandidat (Dieter Roth,
2009).
c. Pendekatan Pilihan Rasional
(Rational-Choice) Pendekatan teoritis mengenai perilaku pemilih yang rasional
terletak pada perhitungan biaya dan manfaat (cost and benefit). Dari pendekatan
pilihan rasional, yang menentukan dalam sebuah pemilu bukanlah adanya
ketergantungan terhadap ikatan sosial struktural atau ikatan partai yang kuat,
melainkan hasil penilaian rasional dari warga yang baik Sebenarnya pendekata
pilihan rasional diadopsi dari ilmu ekonomi. Karena di dalam ilmu ekonomi
menekankan modal sekecil-kecilnya untuk mendapatkan keuntungan yang
sebesar-besarnya. Hal ini senada dengan perilaku politk yaitu seseorang
memutuskan memilih kandidat tertentu setelah mempertimbangkan untung
ruginya sejauh mana program-program yang disodorkan oleh kandidat
tersebut akan menguntungkan dirinya, atau sebaliknya malah merugikan. Para
pemilih akan cenderung memilih kandidat yang kerugiannya paling minim.

Sumber:
https://www.republika.co.id/berita/qjvx4w430/penelitian-parpol-nasionalis-lebih-banyak-
politisasi-agama
Ishommudin. (2013). Pemahaman politik islam studi ntentang wawasan pengurus dan
simpatisan partai politik berasas islam di Malang Raya. Malang. Universitas
Muhammadiyah Malang, 8 (2), 1-9
Nurhayati, Cucu. Hamka, Hasan. (2015). Penerimaan partai politik islam di PTAIN: studi
atas perilaku politik mahasiswa di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dialog Jurnal, 38
(1), 1-24
Roth, Dieter. (2009). Studi Pemilu Empiris: Sumber Teori – Teori. Instrumen dan Metode.
Jakarta: Friedrich Naumann-Stiftung dan LSI.
Surbakti, Ramlan. (1992). Memahami ilmu politik. Jakarta: PT Graasindo.

Anda mungkin juga menyukai