Anda di halaman 1dari 9

Nama : HAPPY VANY MARSAGI

Nim : 21105901
Mata Kuliah : Sosiologi Politik

1. apakah subjek dan objek dari pendekatan dan metode sosiologi politik ?
jawab :
Pendekatan adalah orientasi khusus atau titik pandang tertentu yang digunakan dalam
studi-studi sosiologi politik. Berdasarkan batasan-batasan ini Rush dan althoff (2005)
mengemukakan empat pendekatan yang biasa digunakan dalam studi-studi sosiologi
politik. Keempat pendekatan itu adalah sebagai berikut.

Pendekatan Historis

Pendekatan historis atau pendekatan sejarah adalah satu pendekatan yang digunakan
untuk mengungkapkan fakta atau peristiwa dan kesimpulan mengenai hal-hal yang telah
lalu. Pendekatan historis harus dilakukan secara sistematis dan objektif melalui proses
pencarian, evaluasi, dan penafsiran bukti-bukti yang dapat dipakai untuk mempelajari
masa lalu. Berdasarkan bukti-bukti yang ada itu ditarik kesimpulan mengenai masa lalu
bagaimana dan mengapa peristiwa itu terjadi serta bagaimana keterkaitannya dengan
masa kini.Dalam menarik kesimpulan pendekatan ini memerlukan sumber-sumber
sejarah. Dalam hal ini ada dua macam sumber sejarah: sumber pertama dan sumber
kedua. Contoh dari sumber pertama adalah dokumen relics (barang peninggalan)
atau artifak (benda-benda bersejarah). Sumber-sumber ini adalah hasil langsung dari
kejadian atau catatan para saksi mata. Termasuk juga dalam sumber pertama ini adalah
narasumber sebagai pelaku peristiwa sejarah. Sumber kedua adalah laporan yang
didasarkan pada catatan atau sumber pertama. Termasuk dalam sumber kedua adalah
buku sejarah, artikel dalam ensiklopedia dan kupasan dari hasil penelitian.Pendekatan ini
digunakan karena memberikan perspektif yang diperlukan bagi studi-studi yang lain baik
dalam pengertian kontekstual maupun temporal. Contoh studi yang menggunakan
pendekatan ini adalah studi yang dilakukan oleh Karl Marx dam Marx Weber.

Pendekatan Komparatif (Perbandingan)

Pendekatan komparatif adalah pendekatan dengan cara


memperbandingkan data-data atau gejala-gejala politik mengenai fenomena yang sama
atau fenomena yang kontras (berlawanan) dari suatu masyarakat tertentu dengan
masyarakat lainnya. Menurut Ramlan A. Surbakti (dalam Suyanto, 2005), perbandingan
sebagai metode ilmiah akan mempertajam kemampuan kita mendeskripsikan dan dapat
menjadi perangsang dalam menyusun konsep. Menurutnya, perbandingan akan
menyajikan kriteria untuk menguji hipotesis, menyumbang bagi perumusan hipotesis
secara induktif dan bagi perumusan teori ( theoretical building ) baru. Oleh karena itu,
Harold Laswel ( dalam Suyanto, 2005) menyatakan bahwa perbandingan adalah metode
ilmiah yang penting dalam melakukan analisis ilmiah.
Pendekatan perbandingan pernah dilakukan dalam berbagai studi, misalnya oleh
Ostrogorski dalam studinya tentang partai-partai politik dan Almond dan kawan-kawan
beserta Lipset dalam studinya mengenai lingkungan politik (budaya politik). Studi
Almond dan Verba merupakan contoh terbaik dari penggunaan pendekatan ini. Mereka
meneliti kebudayaan politik demokratis di lima Negara di dunia, yakni Amerika Serikat,
Inggris, Jerman, Italia, dan Meksiko. Dari data-data survei yang diadakan di lima Negara
ini kemudian diperbandingkan untuk dianalisis dan ditarik kesimpulan mengenai
kebudayaan politik mereka apakah demokratis atau sebaliknya.

Pendekatan Institusional

Pendekatan institusional adalah pendekatan yang digunakan dalam studi yang


memusatkan perhatian pada faktor-faktor kelembagaan, konstitusional, dan legalistik.
Dari sudut pandang ini tingkah laku politik selalu berlangsung di dalam satu kerangka
institusional. Oleh karena itu, baik tingkah laku maupun lembaga-lembaga tidak dapat
dijelaskan secara tepat tanpa memahami keduanya sekaligus. Pendekatan ini
secara implisit banyak dilakukan dalam studi-studi mengenai partai-partai politik dan
tingkah laku legislatif.Sejak lama pendekatan institusional telah mendapat kecaman.
Pendekatan ini dianggap tidak memadai dan tidak realistis karena mengabaikan realitas
tingkah laku politik. Kecaman inilah yang kemudian melahirkan pendekatan baru yang
kontras dengan pendekatan institusional, yaitu pendekatan behavioral.

Pendekatan Behavioral

Pendekatan behavioral adalah pendekatan yang memperhatikan secara khusus tingkah


laku atau perangai. Pendekatan ini secara khas menekankan individu sebagai unit dasar
dari analisis. Dalam penggunaan pendekatan ini perlu memisahkan fakta dengan nilai-
nilai, dan dalam membuat generalisasi harus didasarkan
verifikasi.Behaviorisme dianggap mengakibatkan kekakuan pada sikap orang yang
melakukan penganalisisan politik dan sosial karena menggunakan standar-standar yang
tinggi atau menggunakan tingkat berpikir dan penguasaan konsep yang tinggi. Di
samping itu, pendekatan ini juga dikecam orang karena mengabaikan segi-segi yang
menguntungkan dari pendekatan-pendekatan jenis lain. Terutama dalam kaitan dengan
ketepatan dan ketelitian analisis data.Itulah beberapa pendekatan yang dapat digunakan
dalam studi-studi sosiologi politik. Di antara pendekatan-pendekatan tersebut tidak ada
yang lebih unggul dari lainnya. Semua pendekatan tersebut sama bermanfaatnya dalam
studi-studi sosiologi politik, tergantung pada sifat permasalahan yang akan diteliti.Di
samping pendekatan sebagaimana disebutkan di atas, terdapat pula beberapa metode yang
digunakan dalam studi-studi sosiologi politik. Metode-metode tersebut di antaranya
sebagai berikut.

Metode Kuantitatif

Metode kuantitatif adalah metode yang menggunakan data-data kuantitatif (data dalam
bentuk angka-angka) dan kumpulan data (data agregatif) yang dikumpulkan melalui
survei-survei statistik untuk kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik-teknik
statistik. Teknik statistik yang dimaksudkan studi sosiologi politik yang menggunakan
metode ini adalah studi mengenai ekologi (lingkungan) politik atau studi mengenai
budaya politik.Cara-cara pembuktian dengan menggunakan tes-tes statistik tersebut
mempunyai nilai yang sangat positif. Terutama untuk melihat kaitan antarfaktor apakah
hubungan tersebut bersifat kebetulan atau terjadi secara signifikan. Terjadi secara
signifikan artinya hubungan tersebut tidak terjadi secara kebetulan melainkan benar-
benar terjadi meyakinkan atau berarti. Cara-cara pembuktian semacam ini sekarang
banyak dilakukan oleh para ahli dalam rangka mengembangkan sosiologi politik secara
ilmiah.

Metode Kualitatif

Berbeda dengan metode kuantitatif, metode ini tidak menyandarkan diri pada data-data
kuantitatif yang berbentuk angka-angka untuk keperluan analisis dan penarikan
kesimpulan tentang permasalahan studi. Metode ini lebih menekankan data-data kualitatif
berupa catatan peristiwa atau perilaku atau proses dari objek-objek studi,
baik lembaga maupun perilaku politik.Metode kualitatif juga dicerminkan oleh proses
penganalisisan yang tidak menyandarkan pada statistika sebagai alat bantu guna menarik
suatu kesimpulan. Teknik analisis data pada umumnya menggunakan teknik deskriptif
analitis yang lebih banyak menyandarkan pada kekuatan dan ketajaman berpikir peneliti,
termasuk penguasaan konsep-konsep dan teori-teori yang relevan dengan permasalahan
studi.
2. bagaimana pendekatan dan metode sosiologi politik tersebut dapat dilaksanakan
dengan baik?
Jawab :

Dapat dilakukan dengan baik, dengan memperhatikan peranan dari pendekatan sosiologi
politik. Sebagai ilmu (meskipun bukan disiplin ilmu) seperti juga ilmu-ilmu
lain, sosiologi politik mempunyai peranan atau manfaat. Peranan atau manfaat itu bukan
hanya bagi perkembangan ilmu itu sendiri, melainkan juga bagi kehidupan manusia
atau masyarakat pada umumnya. Apalagi bagi masyarakat yang sedang melaksanakan
pembangunan, seperti bangsa Indonesia, sosiologi politik mempunyai peranan yang
cukup penting, khususnya dalam melaksanakan pembangunan politik.

Ada beberapa faktor yang memberikan pengaruh dalam peoses sosialisasi politik yaitu:

1. Imitasi (meniru). Dampak positif dari meniru ini, mendorong seseorang untuk
mematuhi norma dan nilai yang berlaku.seseorang yang memberikan contoh
bagaimana cara makan yang baik dalam keluarga, hal itu akan ditiru oleh anggota
keluarga lainnya.
2. Sugesti, merupakan anjuran yang dapat melahirkan reaksi langsung tanpa
memerlukan pemikiran secara rasional tetapi diterima secara emosional
3. Identifikasi, merupakan kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk
menjadi sama dengan pihak yang lain.
4. Simpati. Simpati ialah kesenangan seseorang untuk langsung merasakan 43
sesuatu dengan orang lain. Proses sosialisasi melalui imitasi adalah model
sosialisasi yang banyak dialami anak sepanjang perjalanan hidup mereka. Imitasi
dapat terbentuk dalam bentuk verbal maupun non verbal

Dalam melaksanakan pembangunan, pemerintah atau badan atau organisasi tertentu


biasanya pada tahap awal melakukan perencanaan yang matang agar dapat memperoleh
hasil yang baik. Untuk itu diperlukan data-data pendukung yang lengkap, khususnya
mengenai masyarakat yang akan dikenai pembangunan. Dalam
pembangunan politik masyarakat atau bangsa, paling tidak diperlukan data-data
mengenai hal-hal, sebagai berikut.

1. Pola interaksi sosial dan pola interaksi politik. Dengan mengetahui pola interaksi
sosial dan politik yang ada dalam masyarakat maka dapat digariskan kebijakan-
kebijakan tertentu untuk memperkuat pola interaksi yang mendukung
pembangunan atau menetralisir pola interaksi yang menghalangi pembangunan.
Pola interaksi yang didasarkan efisiensi, misalnya perlu terus diperkuat dan
dikembangkan secara meluas untuk lebih memberhasilkan pembangunan.
Sebaliknya, pola interaksi yang didasarkan persaingan tidak sehat harus
dinetralisir dan mengubahnya menjadi pola interaksi yang didasarkan persaingan
sehat.
2. Kelompok-kelompok sosial dan politik yang menjadi bagian masyarakat. Ada
kelompok-kelompok sosial dan politik yang mendukung pembangunan dan
mungkin juga ada yang kurang mendukung. Hal ini perlu diketahui untuk
pengambilan garis kebijakan pembinaan.
3. Kebudayaan yang berintikan nilai-nilai. Di dalam masyarakat ada nilai-nilai yang
mendukung pembangunan, ada yang tidak mempunyai pengaruh negatif terhadap
pembangunan dan ada pula yang menghalangi pembangunan. Terhadap nilai-nilai
kebudayaan yang menghalangi pembangunan perlu proses transformasi dan ini
diperlukan kebijakan pendidikan politik yang relevan.
4. Lembaga-lembaga atau pranata-pranata sosial dan politik yang merupakan
kesatuan kaidah-kaidah yang berkisar pada kebutuhan dasar manusia
dan kelompok sosial atau politik.
5. Stratifikasi sosial yang merupakan pembedaan penduduk dalam kelas-kelas atau
strata sosial tertentu secara vertikal. Hal ini penting untuk melihat dan
menentukan pihak mana yang dapat dijadikan pelopor pembangunan atau agen
pembangunan.

Pada tahap pelaksanaan, perlu diadakan identifikasi terhadap kekuatan sosial yang ada
dalam masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengadakan penelitian tentang
pola-pola kekuasaan dan wewenang di dalam masyarakat baik yang resmi maupun yang
tidak. Dengan mengetahui kekuatan sosial tersebut dapat diketahui unsur-unsur mana
yang dapat melancarkan pembangunan atau sebaliknya unsur-unsur mana pula yang
menghambat.

Dalam tahap pelaksanaan, penelitian terhadap perubahan sosial juga sangat penting.
Dengan penelitian ini maka akan dapat diketahui kadar keberhasilan pembangunan
apakah berimplikasi positif atau negatif. Perubahan yang akibatnya positif perlu
dilembagakan sehingga kemudian menjadi membudaya. Sedangkan perubahan yang
negatif perlu segera dinetralisir, agar tidak menjadi kebudayaan tandingan (counter
culture) dalam masyarakat yang bersifat destruktif (merusak).

Hasil studi yang telah dilakukan pada tahap perencanaan dan pelaksanaan ini dapat
digunakan sebagai bahan yang akan dinilai pada tahap evaluasi. Pada tahap evaluasi ini
penilaian dapat menggunakan berbagai ilmu pengetahuan, bukan hanya sosiologi politik,
sosiologi ataupun ilmu politik. Selain itu dapat memberikan fungsi sebagai berikut :
Fungsi Politik
• Perumusan kepentingan
• Pemaduan kepentingan
• Pembuatan kebijakan umum
• Penerapan kebijakan
• Pengawasan pelaksanaan kebijakan
Fungsi Politik yang lain
Apabila kita bisa mengetahui bagaimana bekerjanya suatu keseluruhan system, dan
bagaimana lembaga-lembaga politik yang terstruktur dapat menjalan fungsi barulah
analisa perpandingan politik dapat memiliki arti. Lembaga politik mempunya tiga fungsi
sebagaimana yang telah digambarkan oleh prof Almond sebagai berikut;
1. Sosialisasi politik. Merupakan fungsi untuk mengembangkan dan memperkuat sikap-
sikap politik di kalangan penduduk, atau melatih rakyat untuk menjalankan peranan-
peranan politik, administrative, dan yudisial tertentu.
2. Rekruitmen politik. Merupakan fungsi penyeleksian rakyat untuk kegiatan politik dan
jabatan pemerintahan melalui penampilan dalam media komunikasi, menjadi anggota
organisasi, mencalonkan diri untuk jabatan tertentu, pendidikan, dan ujian.
3. komunikasi politik. Merupakan jalan mengalirnya informasi melalui masyarakat dan
melalui berbagai struktur yang ada dalam system politik. Ketiga fungsi diatas tidak secara
langsung terlibat dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan instansi Negara, akan
tetapi peranannya sangat penting dalam cara bekerja system politik
Adapun yang menjadi metode kajian sosiologi politik adalah :
1. Pendekatan historis yaitu pendekatan yang melihat, bentuk peristiwa baik yang
bersifat kontekstual maupun temporal .
2. Pendekatan komparatif yiatu pendekatan yang menyajikan data-data
perbandingan
3. Pendekatan institusional, yakni pendekatan yang menyajian faktor-faktor
kelembagaan, konstitusional dan legalitas.
4. Terakhir Pendekatan behavioral yaitu yakni pendekatan yang terfokus pada pada
tingkah laku
3. apakah manfaat dan kegunaan mempelajari pendekatan dan metode sosiologi politik?
Jawab :
Secara umum, ilmu sosiologi politik mengkaji mengenai hubungan antara masyarakat
dan negara dan secara khusus memiliki fokus perhatian lain pada kajian kondisi-kondisi
sosial yang mempengaruhi pembuatan program publik yang ditetapkan pemerintah,
kebijakan, pengaruh ke kelompok sosial yang dikeluarkan pemerintah. Wasburn
menuturkan, setidaknya ada tiga manfaat yang terdapat pada ilmu sosiologi politik,
yaitu (1) manfaat analitis, (2) manfaat praktis, dan (3) manfaat moral.

1. Manfaat analitis
Manfaat ini di dalamnya menawarkan berbagai macam teori dan metodologi yang dapat
digunakan untuk membaca fenomena politik yang nyata dan berkembang di dalam
masyarakat, termasuk di dalamnya merupakan sosialisasi politik, partisipasi politik,
komunikasi politik, dan gerakan politik.

2. Manfaat praktis
Sementara itu manfaat praktisnya karena ilmu ini membahas berbagai macam strategi
untuk mencapai tujuan politik. Dari berbagai strategi yang dilaksanakan, ada yang
efektif dan efisien untuk menjawab kepentingan bersama, meski ada pula yang secara
potensial menghadirkan konflik berkepanjangan.

3. Manfaat moral
Artinya di dalam ilmu ini kita mampu memahami berbagai teori dan metodologi yang
berkembang di dalam sosiologi politik serta berbagai strategi yang tergolong efektif dan
efisien dalam usaha memenuhi kepentingan politik atau mencapai tujuan politik sebagai
upaya meningkatkan komitmen kerakyatan.

4. Sebagai Kajian Pembangunan

Pertama, manfaat mempelajari sosiologi adalah mampu dijadikan sebagai


kajian pembangunan masyarakat maupun lingkungan. Dengan pendekatan ilmu
sosiologi, maka pembangunan yang dilakukan manusia ke manusia akan lebih
memberikan dampak signifikan yang lebih baik.

Selain itu, dampak negatif dari pembangunan juga dapat ditekan sehingga
masyarakat dapat menerima manfaatnya secara lebih maksimal.

5. Kajian Pola Kesehatan Masyarakat

Kedua, manfaat mempelajari sosiologi yakni dapat menjadi bahan kajian


mengenai pola kesehatan masyarakat. Melalui ilmu sosiologi, pola kebiasaan
hingga asal mula penyakit dapat ditemukan dengan cukup mudah.
6. Meningkatkan Kemampuan Adaptasi Masyarakat

Selanjutnya, manfaat mempelajari sosiologi yang berikutnya adalah dapat


meningkatkan kemampuan adaptasi masyarakat. Sosiologi yang mengungkap
struktur hingga ciri-ciri sosial di dalam suatu masyarakat dapat menentukan
sikap masyarakat itu sendiri tatkala berhadapan dengan lingkungan baru.
Dengan sosiologi, sikap serta karakteristik masyarakat dapat menjadi lebih
tertata.

7. Mendukung Proses Perumusan Kebijakan

Salah satu manfaat mempelajari sosiologi adalah mampu menghasilkan output


berupa rekomendasi hasil penelitian dan sebagainya. Rekomendasi inilah yang
lantas dapat dijadikan sebagai tolok ukur pembuatan kebijakan pemerintah
demi mencapai kesejahteraan bersama.Hal ini tentu dapat meningkatkan
kewaspadaan masyarakat terhadap berbagai kemungkinan yang dapat terjadi
mengenai masalah kesehatan dan kebiasaan sehari-hari.

Kegunaan sosiologi politik


Durkheim, Weber dan Simmel adalah ahli-ahli sosiologi yang mempunyai jasa penting
dalam usaha menegakkan suatu sosiologi berdisiplin ilmiah. Durkheim, misalnya, telah
berjasa dengan keberhasilannya melembagakan sosiologi sebagai satu disiplin akademis
dengan diresmikannya sosiologi dalam lembaga pendidikan yang sangat terhormat di
Perancis. Teori-teori sosiologi dalam perkembangannya telah memperdirikan sosiologi
menjadi cabang ilmu pengetahuan dan disiplin ilmiah, sehingga sekarang orang dapat
mempelajari masyarakat atau kehidupan kelompok, atau pula kehidupan bersama
manusia dengan mengikuti beberapa cara pandang seperti yang telah disinggung
terdahulu, atau dengan mengikuti telaah berdasarkan apa yang menjadi pokok persoalan
yang mestinya dipelajari dalam sosiologi.
Dengan kata lain, kita ingin melihat apa keguanaan teori-teori sosiologi dengan
mendasarkannya pada telaahan tontang paradigma. Tanpa tcori-teo;i yang ada dan yang
sampai sekarang akan sulitlah kita mempelajari masyarakat atau kehidupan kelompok itu
atas cara ilmiah. Karena dengan teori-teori yang terdiri dari sejumlah konsep-konsep, kita
dapat mengkaji dan menganalisis masyarakat dengan menggunakan data-data ihniah,
metode-metode ilmiah dan teknikteknik ilmiah. Ada banyak teori-teori yang telah
dikembangkan dan kumpulan teori-teori ini mertgarah kepada suatu teori yang lebih
umum yang pada gilirannya membangun suatu paradigma. Ada tiga macam paradigma
penting dalam sosiologi yang perlu kita perhatikan untuk meneliti, mendalami, dan
menganalisis masyarakat itu. Kegunaan sosiologi akan semakin nampa-k justru lewat
tclaah tentang teori-teori dalam paradigma karena dengan itu kita dapat menelaah
masyarakat secara ilmiah. 1" Paradigma fakta sosial : memiliki cxemplar berdasarkan
karya Durkheim The Rules of Sociological Method (1895) dan Suicide (1897). Pokok
persoalan yang menjadi pusat perhatian adalah faktafakta sosial yang terdiri atas dua tipe,
yaitu : struktur sosial dan pranata sosial. Selanjutnya, teori-teori paradigma ini, yaitu :
teori fungsionalisme struktural, teori konflik, teori sistem dan teori sosiologi makro. 2.
Paradigma definisi sosial : didasarkan pada exemplar karya Max Weber, yaitu dalam
analisanya tentang tindakan sosial antar hubungan sosial. Selanjutnya, teori-teori
paradigma ini ialah : teori aksi, interaksi simbolik, fenomenologi dan ethnomethodologi.
3. Paradigma perilaku sosial : berdasarkan pendekatan behaviorisme dalam ilmu sosial
khususnya sosiologi melalui karya B. F. Skinner dengan pokok persoalannya ialah
pemusatan perhatian kepada hubungan antar individu dan lingkungannya yang terdiri atas
macam-macam objek sosial dan oLjek non sosial. Teori-i"eori yang rLr,roruir Lo .iai.,r,
paradigma ini ialah teori behavioristis (reinforcement dan ganjaran) dan teori pertukaran.
Dengan tiga paradigma ini kita mempunyai tiga cara pandang terhadap apa yang menjadi
pokok persoalan dalam studi tentang masyarakat, dengan mengacu kepada konsep-
konsep dan terutama teoriteori khusus sampai kepada teod-teori dasar yang telah
diutarakan di atas (Bdk, George Ritzer, 1985, Hal. 15 f!.
Selain itu, manfaat utuk mahasiswa sebagai berikut ;
1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian sosiologi politik.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan objek kajian sosiologi politik.
3. Mahasiswa dapat menjelaskan metode kajian sosiologi politik.
4. Mahasiswa dapat konsep-konsep dalam kajian sosiologi politik
5. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian sosialisasi politik.
6. Mahasiswa dapat menjelaskan metode sosialisasi politik.

Anda mungkin juga menyukai