Petunjuk
1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.
1. Studi perbandingan pemerintahan dan studi perbandingan politik merupakan sebuah konsep yang
berbeda, buktikan kebenaran dari pernyataan tersebut!
Studi Perbandingan adalah sebuah studi guna untuk membandingkan sistem pemerintahan.
Dalam Studi Perbandingan ada beberapa ruang lingkup dan indikator yang dijadikan
parameter dalam membandingkan sistem pemerintahan.
Politik komparatif atau perbandingan politik adalah suatu bidang dalam ilmu politik, yang
ditandai dengan pendekatan empiris berdasarkan metode komparatif. Dengan kata lain,
perbandingan politik adalah studi mengenai politik dalam negeri, lembaga-lembaga politik,
dan konflik dalam negara.
Kita dapat menggali hubungan ilmu politik dan perbandingan politik dengan bidang-bidang
lain, seperti yang dilakukan oleh Ronald H. Chilcote, yang melihat bahwa teori maupun
metodenya banyak bersumber dari pemikiran para filsuf politik “klasik” seperti Aristoteles
dan Plato, Machiavelli dan Montesquieu, serta Hegel, Mark dan Mill.
Istilah perbandingan pemerintahan biasanya mengacu pada studi tentang berbagai negara
bangsa di Eropa, dan fokus studi ini adalah tentang lembaga-lembaga beserta fungsinya
dengan penekanan pada lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif serta berbagai organisasi
lain yang terkait seperti partai-partai politik dan kelompok-kelompok kepentingan serta
kelompok penekan.
Dalam hal ini dapat dilihat bahwa studi perbandingan politik mencakup di dalamnya kajian
terhadap perbandingan pemerintahan. Akan tetapi, dalam berbagai literatur studi ilmu politik
terungkap bahwa antara studi perbandingan politik dan studi perbandingan pemerintahan
memiliki akar dan alur keilmuan yang sama yaitu ilmu politik. Selain itu, perkembangan
negara-negara terutama di Eropa serta kepentingan-kepentingan politiknya, kemudian kajian
studi perbandingan politik dan pemerintahan di arahkan pada fokus yang sama. Kondisi ini
dipertegas kembali dengan semakin meluasnya perhatian sarjana-sarjana ilmu politik di
Barat terhadap wilayah-wilayah baru di luar Eropa dan Amerika Utara terutama pada Tahun
1940-an dan 1950-an dengan munculnya penelitian-penelitian dengan studi kasus pada
wilayah-wilayah Asia, Afrika dan Amerika Latin.
2. Kelompok pluralis menggambarkan ilustrasi bagaimana sebuah kebijakan publik dibuat, salah satu
pakarnya adalah Jones dan Frohock
Korelasikan model arus tersebut dengan pembuatan kebijakan di Indonesia korelasi arus
sytem di atas baik juga untuk kebijakan di Indonesia,bisa dilihat output kebijakan dan hasil
input.
contoh : kebijakan berpakaian Muslim di Kota Padang di atas, partisipasi masyarakat tidak
dapat ditinggalkan selain didukung oleh budaya yang telah lama ada dan agama yang dianut
masyarakat
Jones mengemukakan sebelas (11) tahapan dalam proses kebijakan publik, yang dimulai dengan
perumusan masalah dan diakhiri dengan termination. Adapun tahap-tahap tersebut sebagai
berikut:
1. Perception/definition
Mendefinisikan masalah adalah tahap awal dari proses kebijakan publik. Manusia menghadapi
masalah karena ada kebutuhan (needs) yang tidak dapat dipenuhi. Negara bertugas membantu
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dalam rangka welfare state. Mengakses kebutuhan
tidaklah sederhana, dibutuhkan sikap responsif, kepekaan terhadap prakiraanprakiraan kebutuhan
masyarakat. Masalah masyarakat (public problems) sangatlah kompleks, pembuat kebijakan
sering mengalami kesulitan membedakan antara masalah dan akibat dari masalah.
2. Aggregation
Tahap mengumpulkan orang-orang yang mempunyai pikiran sama dengan pembuat kebijakan.
Atau mempengaruhi orang-orang agar berpikiran sama terhadap suatu masalah. Dapat dilakukan
melalui penulisan di media massa, penelitian atau orasi.
3. Organization
Mengajak kumpulan orang-orang yang berpikiran sama terhadap suatu masalah untuk
mempengaruhi pembuat kebijakan agar masalah tersebut dapat diakses ke agenda setting.
5. Agenda Setting
6. Formulation
Tahap ini merupakan tahap yang paling kritis, masalah dapat diredefinisi dan memperoleh solusi
yang tidak populer di masyarakat tetapi merupakan kepentingan kelompok mayor dari para
pembuat kebijakan. Hal ini disebabkan interaksi para pembuat kebijakan baik sebagai individu,
kelompok ataupun partai) yang dilakukan melalui negosiasi, bargaining, responsivitas dan
kompromi dalam memilih alternatif-alternatif. Formulasi juga membahas siapa yang
melaksanakan dan bagaimana cara melaksanakan output kebijakan.
7. Legitimation
Proses pengesahan dari alternatif yang terpilih (public policy decision making).
8. Budgeting
Penganggaran yang disediakan untuk implementasi kebijakan. Kadang terjadi kasuistis di mana
anggaran disediakan di tahap awal sebelum perception,atau sesudah implementasi. Ketersediaan
dana juga mempengaruhi penyusunan skala prioritas.
9. Implementation
Kebijakan publik yang telah dilegitimasi siap dilaksanakan apabila dana telah tersedia, namun
secara kasuistis kadang terjadi, kebijakan tetap harus dilaksanakan sedangkan dana belum dapat
dicairkan.
10. Evaluation
11. Adjustment/Termination
Tahap penyesuaian kebijakan publik untuk menentukan apakah perlu direvisi ataukah diakhiri karena
kebijakan telah selesai atau mengalami gagal total.
3. Terdapat tiga tipologi budaya politik yang dikemukakan oleh Almond dan Verba, yaitu budaya
politik parokial, subyek dan partisipan. Berdasarkan pernyataan tersebut,
B. Apakah Indonesia pada masa reformasi saat ini dapat digolongkan kedalam budaya politik
subjek? Berikan penjelasan saudara!
Tidak lebih kearah budaya politik partisipan, Sehingga budaya politik yang berkembang
cenderung merupakan budaya politik subjek-partisipan.
Budaya politik yang berkembang pada saat ini atau masa reformasi. Budaya politik yang
berkembang pada era reformasi ini adalah budaya politik yang lebih berorientasi pada kekuasaan
yang berkembang di kalangan elit politik. Budaya seperti itu telah membuat struktur politik
demokrasi tidak dapat berjalan dengan baik.Walaupun struktur dan fungsi-fungsi sistem politik
Indonesia mengalami perubahan dari era yang satu ke era selanjutnya, namun tidak pada budaya
politiknya.Reformasi pada tahun 1998 telah memberikan sumbangan bagi berkembangnya budaya
poltik partisipan, namun kuatnya budaya politik patrimonial dan otoriterianisme politik yang masih
berkembang di kalangan elit politik dan penyelenggara pemerintahan masih senantiasa mengiringi.
Walaupun rakyat mulai peduli dengan input-input politik, akan tetapi tidak diimbangi dengan para
elit politik karena mereka masih memiliki mentalitas budaya politik sebelumnya. Sehingga budaya
politik yang berkembang cenderung merupakan budaya politik subjek-partisipan.
Undang-undang dasar telah menjamin bagi bekerjanya struktur politik demokratis, tetapi budaya
politik yang lebih berorientasi pada kekuasaan yang berkembang di kalangan elit politik telah
membuat stuktru politik demokrasi tersebut tidak berjalan dengan baik. Struktur politik dan fungsi-
fungsi politik mengalami perubahan, tetapi tidak pada budaya politiknya. Akibatnya terjadi
semacam paradoks.
Budaya politik partisipan adalah tempat yang cocok untuk tumbuhnya demokrasi. Kenapa? Karena
hubungan warga negara dan pemerintah sangat baik dan terikat satu sama lain.
Setelah era reformasi memang orang menyebut Indonesia telah menggunakan budaya Politik
partisipan karena telah bebasnya Demokrasi, partisipatifnya masyarakat dan tidak tunduk akan
keputusan atau kinerja pemerintah baru aetika . perlu diketahui ketika era orde baru Demokrasi
dikekang. Segala bentuk media dikontrol/diawasi oleh pemerintah lewat Departemen Penerangan
supaya tidak mempublikasikan kebobrokan pemerintah.
Budaya Politik Partisipan (participan political culture), dimana pada tingkat tersebut frekuensi
orientasi masyarakat terhadap empat dimensi tersebut diatas lebih baik, masyarakat mulai bersifat
aktif dalam peran-peran politik, meskipun perasaan dan evaluasi masyarakat terhadap peran
tersebut bisa saja bersifat menerima atau menolak.
Ciri-ciri budaya politik partisipan antara lain:
Warga menyadari hak dan tanggung jawabnya dan dan dapat mempergunakan hak serta
menanggung kewajibannya
Tidak begitu saja menerima keadaan, tunduk pada keadaan, berdisiplin tetapi dapat menilai dengan
penuh kesadaran semua objek politik, baik secara keseluruhan, input aotput, maupun posisi dirinya
sendiri
Kehidupan politik sebagai sarana transaksi, misalnya penjual dan pembeli. Warga menerima
menurut kesadarannya tetapi dapat menolak menurut penilaiannya sendiri
Menyadari sebagai warga Negara yang aktif dan berperaan sebagai aktifis.
Budaya politik yang berkembang di Indonesia sangat dipengaruhi oleh kondisi masyarakat
Indonesia yang heterogen. Kondisi masyarakat yang hetorogen selain dapat memberkaya
berkembangnya budaya politik yang beragam, juga dapat menjadi suatu ancaman terhadap
keutuhan bangsa. Untuk menghindari terjadi disintegrasi bangsa, perlu kiranya menanamkan nilai-
nilai dasar yang dapat mengikatkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa, seperti toleransi,
kekeluargaan, musyawarah mufakat, gotong royong, jaminan dan perlindungan hak asasi manusia.
Yang terpenting dalam hal ini adalah bukan membicarkan perbedaan yang ada tetapi bagaimana
menyatukan pendangan yang lebih menekankan pada kepentingan nasional.
Budaya Politik Indonesia pada era reformasi hingga saat ini adalah Campuran dari Parokial, Kaula,
dan Partisipan, dari segi budaya Politik Partisipan, Semua ciri-cirinya telah terjadi di Indonesia
dan ciri-ciri budaya politik Parokial juga ada yang memenuhi yaitu seperti berlangsungnya
pada masyarakat tradisional dan pada budaya politik kaula ada yang memenuhi seperti warga
menyadari sepenuhnya otoritas pemerintah.
4. Bandingkan sistem pemerintahan antara Negara Rusia dan Tiongkok, buat dalam sebuah matrik
perbandingan!
1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE
pada laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan
soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai
pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai
dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media
apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik
Universitas Terbuka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik
yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.
Batam, 25 Juni 2022
IMMANUEL HAREFA