Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

POLITIK DAN KONSTITUSI


Dosen pengampu
Drs. H. Kamaluddin M.Pd

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK VI

KELAS :1D/PPKn

1. IRWAN SAPUTRA
2. NOFI ARYANI
3. NURUL ANIDAH
4. ISMUNANDAR
5. RENIATUL HUSNUL HOTIMAH

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (PPKn)


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat-NYA
kepada penyusun untuk dapat menyelesaikan tugas Politik dan Konstitusi.Tujuan
penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar ilmu politik.
Dalam penyusunan makalah ini kami berterima kasih kepada pihak-pihak yang terkait
yang telah memberikan informasi yang berguna bagi kami untuk memperlancar dalam
pembuatan makalah ini.
Kami berharap dengan disusunnya makalah ini dapat memberikan pengetahuan bagi
para pembacanya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kritik serta saran dari semua pihak yang membangun kami harapkan untuk
mengharapkan kesempurnaan tugas ini.

Mataram,oktober 2021
DAFTAR ISI

COVER....................................................................................................................................

KATA PENGANTAR.............................................................................................................

DAFTAR ISI............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................

A. Latar Belakang...............................................................................................................

B. Rumusan Masalah..........................................................................................................

C. Tujuan............................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................

1. POLITIK............................................................................................................................

A. Pengertian politik.....................................................................................................

B. Pendekatan Metode Dan Tekhnik Politik...............................................................

C. Tujuan,fungsi Dan Manfaat Politik.........................................................................

D. Sejarah perkembangan Politik Di Indonesia............................................................

E. Asal Mula Dan Perkembangan Ilmu Politik............................................................

F. Teori Politik.............................................................................................................

G. Hubungan Ilmu Politik Dan Ilmu Lain....................................................................

2. KONSTITUSI....................................................................................................................

A. Pengertian Konstitusi..............................................................................................

B. Ciri-ciri dan Tujuan Konstitusi................................................................................

C. Macam -Macam Konstitusi.....................................................................................


D. Hubungan Pancasila Dan Konstitusi.......................................................................

E. Perubahan Konstitusi...............................................................................................

F. Hak dan Kewajiban Lembaga Tinggi Negara Hasil Amandemen UUD


1945...................... ..................................................................................................

BAB III PENUTUP .................................................................................................................

A. Kesimpulan....................................................................................................................

B. Saran...............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam
masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya
dalam negara. Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai
definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik.

Konstitusi adalah hukum dasar yang dijadikan pegangan dalam


penyelengaraan suatu negara, konstitusi dapat berupa hukum dasar tertulis yang
lazim disebut undang-undang dasar dan dapat pula tidak tertulis, undang – undang
dasar menempati tata urutan peraturan perundang-undangan tertinggi dalam negara,
dalam konteks institusi negara, konstitusi bermakna permakluman tertinggi yang
menetapkan antara lain pemegang kedaulatan tertinggi, sturktur negara, bentuk
negara, bentuk pemerintahan kekuasaan legislatit, kekuasaan peradilan dan berbagai
lembaga negara serta hak-hak rakyat.

Konstitusi merupakan hukum yang lebih tinggi dan paling fundamental


sifatnya karena merupakan sumber legitimasi atau landasan otoritas bentuk-bentuk
hukum atau peraturan perundang-undangan lainya, sesuai dengan prinsip hukum
yang berlaku univeral agar peraturan yang tingkatanya berada di bawah undang-
undang dasar dapat berlaku dan diberlakukan, peraturan itu tidak boleh
bertantangan dengan hukum yang lebih tinggi tersebut .
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian konstitusi?

2. Sebutkan ciri-ciri dan tujuan dari konstitusi?

3. Coba sebutkan macam-macam konstitusi?

4. Bagaimana keterkaitan pancasila dan konstitusi?

5. Bagaimana perubahan konstitusi?

6. Apa saja hak dan kewajiban lembaga tinggi negara dalam hasil amandemen
UUD 1945?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari konstitusi

2. Mengetahui ciri-ciri dan tujuan konstitusi.

3. Mengetahui macam-macam konstitusi.

4. Mengetahui hubungan pancasila dan konstitusi

5. Mengetahui perubahan konstitusi

6. Mengetahui hak dan kewajiban lembaga tinggi negara dalam hasil amandemen
UUD194
BAB II
PEMBAHASAN
1. POLITIK
A. Pengertian Politik
Secara etimologis, politik berasal dari bahasa Yunani yaitu
polis yang berarti kota atau negara kota. Turunan dari kata
tersebutyaitu:
•polites berart iwarga negara
•politikos berarti kewarga negaraan
• politike te ekne’ berarti kemahiran politik
• politike episteme berarti ilmu politik
Secara terminologis
• Menunjuk kepada satu segi kehidupan manusia dalam
bermasyarakat yang lebih mengarah pada “usaha untuk
memperoleh kekuasaan, memperbesar atau
memperluas serta mempertahankan kekuasaan”
(POLITICS)
• Misal: kejahatan politik, kegiatan politik, hak-hak politik.
• Menujuk kepada satu rangkaian tujuan yang hendak
dicapai, atau cara-cara atau arah kegiatan tertentu untuk
mencapai tujuan, yang lebih mengarah pada kebijakan
atau kebijaksanaan (POLICY)
• Misal: politik luar negeri, politik dalam negeri, politik
keuangan.
Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara
konstitusional maupun non konstitusional. Disamping itu politik juga dapat
ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu antara lain:

 politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan


kebaikan bersama (teori klasik Aristoteles).
 politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan
dan negara.
 politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan
mempertahankan kekuasaan dimasyarakat.

B. Pendekatan Metode Dan Tekhnik Ilmu Politik


 Pendekatan
Kajian ilmu politik dapat menggunakan dua pendekatan,
yaitu pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Sepeti yang
sebelumnya telah dikemukakan bahwa dalam pendekatn kualitatif
merupakan pedekatan yang menggunakan lingkungan alamiah
sebagai sumber data langsung, bersifat deskriptif analitik,
menekankan proses, bersifat induktif, dan menurut W.R Torbert
sering disebut sebagai collaborative inquiri (Torbert, 1981: 141-
151). Sedangkan pendekatan kuantitatif mencoba untuk memelihara
diri mereka dari pengaruh koleksi data.
 metode
Seperti ilmu ilmu sosial pada umumnya, dalam metode
penelitian yang digunakan dalam ilmu politikpun menyangkut
metode induksi dan deduksi, menurut iswara (1974:57), yang
termasuk dalam metode induksi tersebut menyangkut metode
deskriptif, metode analisis, metode efaluatif, metode klasifikasi,
dan metode perbandingan.
 Teknik
Teknik yang banmyak dalam ilmu politik sebenarnya
banyakragamnya, seperti field work, investigation, questionare,
sampling, interview, dan lain lain.
C. Tujuan Fungsi Dan Manfaat Ilmu Politik
 Tujuan Ilmu Politik
Berikut ini terdapat beberapa tujuan politik, terdiri atas:

1. Adanya suatu politik memiliki tujuan agar kekuasaan yang


ada di masyarakat maupun pemerintah diperoleh, dikelola,
dan diterapkan sesuai dengan norma hukum.
2. Kedua, adanya politik dapat menciptakan kekuasaan di
masyarakat maupun pemerintah yang demokratis.
3. Adanya politik dapat membantu terselenggaranya
kekuasaan pemerintah dan masyarakat yang mengacu pada
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4. Politik bertujuan mensejahterakan seluruh masyarakat
Indonesia.
5. Melindungi hak-hak semua warga negara Indonesia dan
menjamin terlaksananya kewajiban-kewajiban warga
negara.
6. Menjaga keamanan dan perdamaian negara.
7. Menjaga kehidupan sosial yang seimbang untuk kemajuan
bangsa.

 Fungsi Ilmu Politik

Fungsi politik yang harus berjalan dalam sebuah negara


sebagai berikut.

 Fungsi Perumusan Kepentingan.

Fungsi perumusan kepentingan adalah fungsi menyusun dan


mengungkapkan tuntutan politik suatu negara. Orang per
orang atau kelompok-kelompok dalam masyarakat harus
menentukan apa yang menjadi kepentingan merekadan
tentunya kepentingan harus menguntungkanmasyarakat.

 FungsiPemaduanKepentingan
Fungsi pemaduan kepentingan adalah fungsi menyatu
padukan tuntutan-tuntutan politik dari berbagai pihak dalam
suatu negara dan mewujudkan sebuah kenyataan ke dalam
berbagai alternatif kebijakan. Kepentingan-kepentingan
yang beragam di dalam masyarakat itu harus dipadukan
sesuai dengan kepentingan yang menjadi alternatif
kebijakan. Pihak yang bertanggung jawab memadukan
kepentingan adalah partai politik.
 Fungsi Pembuatan Kebijakan Umum Fungsi kebijakan
umum adalah fungsi untuk mempertimbangkan berbagai
alternatif kebijakan yang diusulkan oleh partai partai politik
dan pihak pihak lain untuk dipilih salah satu diantaranya
sebagai satu kebijakan pemerintahan. Pelaku fungsi
pembuatan kebijakan pemerintahan adalah lembaga
legislatif bersama dengan lembaga eksekutif dalam
pembuatan undang-undang.
 Fungsi Penerapan Kebijakan Fungsi penerapan kebijakan
adalah fungsi melaksanakan berbagai kebijakan yang telah
ditetapkan oleh pihak berwenang. Pelaksana kebijakan
pemerintahan adalah aparat birokrasi pemerintah atau di
Indonesia disebut PNS.
 Fungsi Pengawasan Pelaksanaan Kebijakan
Fungsi pengawasan pelaksanaan kebijakan adalah fungsi
menyelaraskan perilaku masyarakat dan pejabat publik yang
menentang dan menyeleweng dari kebijakan pemerintah
dari norma-norma hukum yang berlaku. Fungsi ini lebih
dikenal sebagai fungsi mengadili pelanggar hukum.
 Manfaa Ilmu Politik
Man faat ilmu politik bagi negara adalah dapat mempermudah
tujuan negara mensejahterakan rakyatnya selain itu politik juga
mengakomodir kepentingan semua pihak saat pemerintah membuat
kebijakan
Manfaat politik bagi rakyat adalah alat untuk menyampaikan
kritik dan pendapat untuk pemerintah dan negara

D. Perkembanga Ilmu Politik


Ilmu politik lahir di Amerika Serikat pada abad kedelapan belas. Itu
adalah respons terhadap munculnya fenomena global besar pertama – Revolusi
Industri. Peningkatan pesat dalam kekayaan dan pasar menciptakan gejolak
sosial ketika orang berjuang untuk menyesuaikan diri dengan cara hidup baru.

Beberapa melihat ini sebagai tanda pemeliharaan ilahi, sementara yang


lain melihat ketidakstabilan sebagai akibat alami dari kebebasan baru yang
dibawa oleh revolusi industri. Pendekatan baru terhadap politik menjadi
populer, dan ilmuwan politik John Locke berpendapat bahwa semua
masyarakat harus dianggap “sosial”, dengan cara yang sama bahwa semua
objek fisik adalah “organik”.

Karena semua objek dapat dipelajari dari segi interaksinya, maka


semua masyarakat harus dipelajari dari segi interaksinya. Namun, di zaman
modern, bidang ilmu politik biasanya dibagi menjadi dua bagian utama:
filsafat politik dan ilmu politik. Filsafat mempelajari esensi sistem politik dan
cara kerjanya. Ilmu politik, sementara itu, mempelajari cara-cara di mana
sistem ini berinteraksi, dalam skala yang luas.
Sementara beberapa filsuf politik melihat filsafat sebagai murni
abstrak, yang lain berpendapat bahwa itu adalah disiplin yang harus diarahkan
pada tujuan praktis. Perkembangan ilmu politik sebagai suatu disiplin tumbuh
dari kebutuhan ilmuwan sosial untuk mempelajari bagaimana manusia
bertindak terhadap satu sama lain.

Karena sains dan kedokteran hanya memiliki teori sebab-akibat yang


sangat luas, banyak ilmuwan sosial tertarik pada pendekatan naturalistik untuk
mempelajari perilaku manusia.

Pada akhir abad kesembilan belas, perkembangan ilmu politik sudah


mulai mencakup aspek psikologi, sosiologi, ilmu kognitif, matematika, kimia,
astronomi, dan ilmu fisika lainnya.

Banyak yang mengembangkan bidang yang tumpang tindih,


memperluas penelitian mereka dan membawa metode penyelidikan mereka ke
dalam pemahaman yang lebih intuitif tentang bagaimana dunia bekerja.
Selama periode inilah mereka yang terlibat dalam ilmu politik mulai disebut
secara kolektif sebagai “ilmuwan”.

Salah satu cabang perkembangan ilmu politik yang berasal dari karya
para behavioris adalah sosiologi politik. Sumber pertumbuhan ini biasanya
ditelusuri kembali ke pemikir Max Weber, yang menggunakan penalaran
ekonomi untuk menjelaskan fenomena politik.

Tesis dasar Weber adalah bahwa orang dimotivasi oleh tiga keinginan
inti yang unik bagi manusia. Ini adalah kebebasan, komunitas, dan
kemakmuran, dan solusinya untuk dilema mengapa individu tertentu
berperilaku dengan cara tertentu adalah dengan melihat semua berbagai faktor
yang memotivasi orang dan memilih tindakan berdasarkan keinginan ini.
Karya Weber, khususnya, bertanggung jawab atas dasar ilmu politik modern,
yang mengarah pada pembentukan disiplin ilmu politik saat ini.
Perkembangan ilmu politik juga diuntungkan oleh perkembangan
psikologi dan sosiologi. Karya Sigmund Freud meletakkan dasar bagi banyak
karya Freud selanjutnya, khususnya pentingnya hasrat erotis dalam
membentuk respons psikologis dan sosiologis manusia terhadap dunia. Selain
itu, sarjana Pekerjaan Sosial seperti W.E.B. John Diamonds pascaperang telah
menyoroti peran hubungan kekuasaan dalam masyarakat, khususnya hubungan
kekuasaan gender.

Teori feminis juga memiliki kontribusi yang signifikan terhadap


perkembangan ilmu aksi sosial, dengan penelitian yang berfokus pada isu-isu
hak-hak perempuan dan kekerasan dalam rumah tangga. Perkembangan ilmu
politik juga diuntungkan dari perkembangan di bidang hubungan internasional,
dengan para sarjana menyelidiki pertanyaan mulai dari perang,
perdamaian, negosiasi, perubahan lingkungan, pertumbuhan ekonomi,
diplomasi, pencemaran lingkungan, dan politik kekuasaan.

Teori hubungan internasional sangat dipengaruhi oleh perkembangan


politik internasional pasca Perang Dunia I, dengan para sarjana seperti Edward
Said melihat politik Timur Tengah dan opini publik untuk menjelaskan
bagaimana kekuasaan, diplomasi, perdagangan, dan masyarakat sipil
berinteraksi di negara berkembang.

Mereka berpendapat bahwa ada empat tahap perkembangan sistem


politik: sosialisme demokratis, kapitalisme, neoliberalisme, dan politik
pribumi/alternatif. Tahap keempat, pemerintahan alternatif, menawarkan
harapan kepada mereka yang ingin menciptakan dunia yang lebih baik untuk
diri mereka sendiri dan untuk generasi mendatang

E. Teori Politik

 Teori Politik Socrates


Socrates memiliki kepribadian sebagai seorang teoritikus politik
yang berupaya jujur, adil dan rasional dalam hidup kemasyarakatan dan
mengembangkan teori politik yang radikal. Namun keinginan dan
kecenderungan politik Socrates sebagai teoritikus politik membawa
kematian melalui hukuman mati oleh Mahkamah Rakyat (MR).

Metode Socrates yang berbentuk Maieutik dan


mengembangkan metode induksi dan definisi. Pada sisi lain Socrates
memaparkan etika yang berintikan budi yakni orang tahu tentang
kehidupan dan pengetahuan yang luas. Dan pada akhirnya akan
menumbuhkan rasa rasionalisme sebagai wujud teori politik Socrates.

 Teori Politik Plato

Filsafat politik yang diuraikan oleh Plato sebagai cerminan teori


politik. Dalam teori ini yakni filsafat politik tentang keberadaan
manusia di dunia terdiri dari tiga bagian yaitu, Pikiran atau akal,
Semangat/keberanian dan Nafsu/keinginan berkuasa.

Plato memiliki idealisme yang secara operasional meliputi:


Pengertian budi yang akan menentukan tujuan dan nilai dari pada
penghidupan etik, Pengertian matematik, Etika hidup manusia yaitu
hidup senang dan bahagia dan bersifat intelektual dan rasional, Teori
tentang negara ideal, Teori tentang asal mula negara, tujuan negara,
fungsi negara dan bentuk negara, Penggolongan dari kelas dalam
negara, Teori tentang keadilan dalam negara dan Tori kekuasaan Plato.

 Teori Politik Aristoteles


Teori politik Aristoteles bernuansa filsafat politik yang
meliputi: Filsafat teoritis, Filsafat praktek dan Filsafat produktif. Teori
negara yang dinyatakan sebagai bentuk persekutuan hidup yang akrab
di antara warga negara untuk menciptakan persatuan yang kukuh.
Untuk itu perlu dibentuk negara kota (Polis).

F. Hubungan Ilmu Politik Dengan Ilmu Lain.

1. Ilmu Negara

Perbedaan ilmu negara dengan ilmu politik terletak pada pusat


perhatiannya yang menurut pandangan beberapa sarjana, meliputi :
 Ilmu negara merupakan ilmu yang bersifat teoritis, bebas nilai.
Artinya tidak mengadakan penilaian terhadap objek yang diselidiki
sedangkan ilmu politik adalah ilmu yang bersifat praktis,
mengadakan kritik dan penilaian terhadap objek yang dipelajari.
 Ilmu negara memandang negara dalam segi statisnya artinya
mempelajari negara dalam keadaan diam yakni mengadakan
penyelidikan terbatas pada kegiatan hanya mendeskripsikan
lembaga-lembaga negara sebagai institusi politik. Sedangkan ilmu
politik bersifat dinamis karena berusaha mengadakan analisis atas
peristiwa politik yang berkaitan dengan kekuasaan.
 Ilmu negara mempelajari negara berdasarkan pada metode atau
pendekatan yuridis sedangkan ilmu politik berdasarkan pendekatan
sosio-politik yakni dengan memperhatikan faktor-faktor sosial atau
sosiologis dan factor kemasyara katan lainnya.
 Menurut konsepsi ilmu politik modern, ilmu politik tidak dapat
melepaskan diri dari aspek-aspek yuridis yaitu harus
memperhatikan lembaga-lembaga negara secara yuridis formal
yang menjadi fokus kajian ilmu negara. Masalah-masalah pokok
yang menjadi pembahasan ilmu politik terutama berpusat pada
fenomena kekuasaan, khususnya yang mengenai organisasi negara
ataupun yang mempengaruhi pelaksanaan tugas-tugas negara. Oleh
karena itu dapat dikatakan hubungan antara ilmu negara dengan
ilmu politik terjalin hubungan saling melengkapi dalam
pendalaman dan pengembangan ilmu masing-masing.
2. Hukum Tata Negara

Hubungan Hukum Tata Negara dengan Ilmu Politik

Hukum Tata Negara mempelajari peraturan-peraturan hukum


yang mengatur organisasi kekuasaan Negara, sedangkan Ilmu Politik
mempelajari kekuasaan dilihat dari aspek perilaku kekuasaan tersebut.

Setiap produk Undang-Undang merupakan hasil dari proses


politik atau keputusan politik karena setiap Undang-Undang pada
hakekatnya disusun dan dibentuk oleh Lembaga-Lembaga politik,
sedangkan Hukum Tata Negara melihat Undang-Undang adalah produk
hukum yang dibentuk oleh alat-alat perlengkapan Negara yang diberi
wewenang melalui prosedur dan tata cara yang sudah ditetapkan oleh
Hukum Tata Negara.

Menurut Barrents, Hukum Tata Negara ibarat sebagai kerangka


manusia, sedangkan Ilmu Politik diibaratkan sebagai daging yang
membalut kerangka tersebut. Dengan kata lain Ilmu Politik melahirkan
manusia-manusia Hukum Tata Negara, dan sebaliknya Hukum Tata
Negara merumuskan dasar dari perilaku politik/ kekuasaan.
3. Ilmu pemerintahan.

Bila membicarakan hubungan ilmu pemerintahan dengan ilmu


politik, kita sudah barang tentu bukan hanya melihat pada pembentukan
jurusan-jurusan dan fakultas-fakultas pada beberapa perguruan tinggi,
maksudnya apakah perguruan tinggi tersebut memiliki jurusan atau
fakultas pemerintahan dan atau politik, di antara pemerintahan dan politik
itu manakah yang merupakan induk bagian dan manakah yang merupakan
anak bagian.

Dalam pembicaraan sehari-hari kita seakan-akan mengartikan politik,


sebagai suatu cara yang dipakai untuk mewujudkan tujuan tetapi
sebenarnya para ahli ilmu politik sendiri mengakui bahwa sangat sulit
memberikan definisi tentang ilmu politik itu sendiri. Pada dasarnya politik
mempunyai ruang lingkup negara, membicarakan politik dan ghalibnya
adalah membicarakan negara, karena teori politik menyelidiki negara
sebagai lembaga yang mempengaruhi masyarakat. Asal mula ilmu politik
itu sendiri berasal dari kata “Polis” yang berarti “negara kota” dengan
politik berarti ada hubungan khusus antara manusia yang hidup bersama,
dalam hubungan itu timbul aturan, kewenangan, dan akhirnya kekuasaan
(Robez Dahl).4 Tetapi politik juga bisa dikatakan sebagai kebijaksanaan,
kekuatan, kekuasaan, pemerintahan, konflik dan pembagian atau kata-kata
yang serumpun. Beberapa pendapat yang mengatakan bahwa pemerintah
hanya merupakan sub sistem
ilmu politik, pada gilirannya tetap akan mengakui keberadaan ilmu
pemerintahan tersebut.

Secara umum dapat dikatakan bahwa ilmu pemerintahan, menekankan


pada fungsi output daripada mutu sistem politik, sedangkan ilmu politik
menitik beratkan pada fungsi input. Dengan kata lain ilmu pemerintahan
lebih mempelajari komponen politik dari suatu sistem politik, sedangkan
ilmu politik mempelajari society dari suatu sistem politik. Kemudian
terlihat hubungan yang nyata pula antara ilmu politik dan ilmu
pemerintahan yang organisasinya tersusun berdasarkan prinsip-prinsip
birokrasi yang mempunyai ruang lingkup yang cukup luas mulai dari garis
pemerintahan pusat sampai ke daerah-daerah dan desa/kelurahan, adalah
menjalankan keputusan-keputusan politik. Sedangkan ilmu pemerintahan
fokus pada penyelenggaraannya

4. Ilmu sosiologi

Sosiologi mengkaji tentang struktur dan dinamika masyarakat

Politik adalah salah satu wujud dinamika masyarakat (hasil


yang muncul karena proses interaksi sosial di suatu masyarakat)

Sosiologi dalam ilmu politik memahami :


1. Resiprosikal (timbal balik) struktur dan sistem politik –
policy decision
2. Corak dan sifat keabsahan politik (political legitimacy)
3. Sumber kewenangan politik (sources of political authority)
4. Pengendalian sosial (social control) 5. Perubahan sosial
(social change)
G. Sejarah perkembangan politik di indonesia
 Jaman Orde Lama
Orde Lama adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden
Soekarno di Indonesia. Orde Lama berlangsung sejak tahun 1945
hingga 1968. Dalam jangka waktu tersebut, Indonesia menggunakan
dua sistem ekonomi yaitu sistem ekonomi liberal dan sistem ekonomi
komando.

Orde lama dapat dikatakan resmi dimulai sejak 18 Agustus 1945


saat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) melantik
Soekarno dan Mohammad Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden
dengan menggunakan konstitusi yang dirancang beberapa hari
sebelumnya.

Setelah pelantikan Soekarno dan Mohammad Hatta kemudian


dibentuklah Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sebagai
parlemen sementara hingga pemilu dapat dilaksanakan.

KNIP kemudian mendeklarasikan pemerintahan baru pada 31


Agustus dan menghendaki Republik Indonesia yang terdiri atas 8
provinsi yaitu: Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatra,
Kalimantan (tidak termasuk wilayah Brunei, Sarawak dan Sabah),
Sulawesi, Nusa Tenggara serta Maluku (termasuk Papua).

Pada masa sesudah kemerdekaan, Indonesia menganut sistem multi


partai yang ditandai dengan hadirnya 25 partai politik. Hal ini ditandai
dengan Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945 dan
Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945. Menjelang Pemilihan
Umum 1955 yang berdasarkan demokrasi liberal bahwa jumlah parpol
meningkat hingga 29 parpol dan juga terdapat peserta perorangan.

 Jaman Orde Baru


Sejak 1966 hingga 1998, Politik Orde Baru

Orde Baru dikukuhkan dalam sebuah sidang MPRS yang


berlangsung pada Juni-Juli 1966. diantara ketetapan yang dihasilkan
sidang tersebut ialah melarang PKI berikut ideologinya untuk tubuh
dan berkembang di Indonesia dan mengukuhkan Supersemar. Dari
ketetapan tersebut, berakibat pada setiap orang yang pernah terlibat
dalam aktivitas PKI ditahan, diadili, diasingkan atau dieksekusi. Pada
masa Orde Baru pula pemerintahan menekankan stabilitas nasional
dalam program politiknya dan untuk mencapai stabilitas nasional
terlebih dahulu diawali dengan apa yang disebut dengan konsensus
nasional. Ada dua macam konsensus nasional, yaitu :

Pertama berwujud kebulatan tekad pemerintah dan masyarakat


untuk melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen. Konsensus pertama ini disebut juga dengan konsensus
utama.

Sedangkan konsensus kedua adalah konsensus mengenai cara-


cara melaksanakan konsensus utama. Artinya, konsensus kedua lahir
sebagai lanjutan dari konsensus utama dan merupakan bagian yang
tidak terpisahkan. Konsensus kedua lahir antara pemerintah dan partai-
partai politik dan masyarakat.

Mengawali masa orde baru, setelah Kabinet Ampera terbentuk


(25 Juli 1966). Selanjutnya dicanangkan UU Penanaman Modal Asing
(10 Januari 1967), kemudian Penyerahan Kekuasaan Pemerintah RI
dari Soekarno kepada Mandataris MPRS (12 Februari 1967), lalu
disusul pelantikan Soeharto (12 Maret 1967) sebagai Pejabat Presiden.

Visi utama dari pemerintahan Orde Baru ini adalah untuk dapat
menjalankan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan dapat
konsekuen didalam seluruh aspek kehidupan bermasyarakat di
Indonesia.

Dengan kehadiran visi tersebut, Orde Baru dapat memberikan


sebuah harapan bagi seluruh rakyat Indonesia, terutama yang telah
berkaitan dengan suatu perubahan politik, dari yang mempunyai sifat
otoriter yang terjadi pada masa demokrasi terpimpin di bawah
kepemimpinan Presiden Soekarno agar menjadi lebih demokratis.

 Jaman orde reformasi

Orde Reformasi diawali dengan mundurnya Presiden Soeharto pada


tahun 1998 sebagai besar respon dari ketidakpercayaan rakyat
(delegitimate) pada sistem politik di masa orde baru. Namun, sebagian
pakar menyebut Orde Reformasi sebagai Pasca Orde Baru karena banyak
tokoh- tokoh penting masa Orde Baru masih tetap menjadi pejabat tinggi
negara pada masa Orde Reformasi. Pemerintahan Presiden BJ. Habibie
Setelah Presiden Soeharto mengundurkan diri, Wakil Presiden B.J. Habibie
menggantikan Soeharto menjadi Presiden Republik Indonesia.
B.J. Habibie melakukan kerjasama dengan Dana Moneter Internasional
(IMF) untuk membantu dalam proses pemulihan ekonomi. Lalu beliau
mengeluarkan sejumlah tahanan politik seperti Sri Bintang Pamungkas dan
Muchtar pakpahan. B.J. Habibie juga melakukan liberalisasi parpol,
pemberian kebebasan pers, kebebasan berpendapat, dan UU subversi.
Referendum TimTim Output sistem politik yang penting pada masa
Presiden Habibie adalah referendum Timtim. Kejadian tidak poluper di
mata masyarakat ini membuat lawan-lawan politik ingin menjatuhkan
Habibie. Pidato pertanggungjawaban Habibie ditolak MPR. Pemilu multi
partai diadakan pada 7 Juni tahun 1999, dengan kemenangan PDIP yang
mendapatkan suara di parlemen 34%, Golkar 22%, PPP 12%, PKB 10%.
Parlemen yang dikuasai parta-partai koalisi Poros Tengah kemudian
memilih Gus Dur sebagai Presiden. Pemerintahan Presiden Abdurahman
Wahid Pada Oktober 1999, MPR melantik Ketua PKB Abdurachman
Wahid sebagai Presiden dan ketua PDIP Megawati sebagai Wakil
Presiden.
2. KONSTITUSI
A. Pengertian Konstitusi

Secara bahasa konstitusi itu hukum dasar/ UUD. Sedangkan secara istilah
suatu hukum paling dasar yang menggambarkan sistem ketata negaraan suatu negara
tersebut. Sehingga undang-undang dibawahnya tidak boleh bertentangan dengan
undang-undang dasar/konstitusi. Konstitusi adalah keseluruhan peraturan, baik yang
secara tertulis maupun secara tidak tertulis yang mengenai ketatanegaraan atau
undang-undang dasar pada suatu negara. Sehingga dengan demikian konstitusi tentu
saja akan dijadikan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan suatu negara yang
dibuat berdasarkan peraturan yang berlaku.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), konstitusi adalah segala


ketentuan dan aturan tentang ketatanegaraan (undang-undang dasar dan sebagainya).
Konstitusi juga dapat diartikan sebagai undang-undang dasar suatu negara .Konstitusi
adalah badan doktrin dan praktis yang membentuk prinsip pengorganisasian
fundamental negara politik. konstitusi suatu negara (atau negara bagian) adalah jenis
dokumen hukum khusus yang menjelaskan bagaimana pemerintahnya seharusnya
bekerja. Secara sederhana konstitusi mengemukakan antara lain Bagaimana para
pemimpin negara dipilih dan berapa lama mereka akan bertugas. Bagaimana undang-
undang baru dibuat dan hukum lama harus diubah atau dihapusberdasarkanhukum
B. Ciri-Ciri dan Tujuan Konstitusi

 Ciri-ciri konstitusi
Berikut ini merupakan beberapa ciri-ciri konstitusi dalam suatu negara yang
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Negara hukum.
2. Bentuk negara kesatuan.
3. Bentuk pemerintahan republik.
4. Kedaulatan ada di tangan rakyat.
5. Sistem pemerintahan presidensial.
6. Adanya pembagian kekuasaan antara legislatif, eksekutif dan yudikatif.
7. Desentralisasi.
8. Multi partai.
9. Adanya jaminan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM).

 Tujuan konstitusi
Tujuan konstitusi dalam sebuah negara tentu berbeda-beda sesuai dengan
aturan yang berlaku dalam negara tersebut. Adapun tujuan konstitusi yang harus
diterapkan di indonesia diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Memberikan pembatasan dan pengawasan terhadap kekuasaan politik.


2. Membebaskan dari kekuasaan mutlak.
3. Mengatur jalannya kekuasaan.
4. Menghindari kesewenangan.
5. Arahan mewujudkan tujuan negara.
6. Melindungi Hak Asasi Manusia (HAM).
7. Pedoman penyelenggaraan negara
C. Macam-Macam Konstitusi

K.C. Wheare (1975) membagi konstitusi menjadi empat macam,yaitu sebagai


berikut:
 Konstitusi tertulis dan konstitusi tidak dalam bentuk tertulis. 
Konstitusi tertulis adalah suatu konstitusi (UUD) yang dituangkan
dalam dokumen formal. Sedangkan konstitusi yang bukan dalam bentuk
tertulis adalah suatu konstitusi yang tidak dituangkan dalam dokumen formal,
contohnya konstitusi yang berlaku di Inggris, Israel, New Zaeland.
 Konstitusi fleksibel dan konstitusi rigid.
Konstitusi fleksibel bersifat elastis, diumumkan dan diubah dengan
cara yang sama seperti undang-undang. Sedangkan konstitusi rigid
mempunyai kedudukan dan derajat yang jauh lebih tinggi dari peraturan
perundang-undangan yang lain, hanya dapat diubah dengan cara yang khusus
atau istimewa atau dengan persyaratan yang berat.
 Konstitusi derajat tinggi dan konstitusi derajat tidak derajat tinggi.
Konstitusi derajat tinggi adalah suatu konstitusi yang mempunyai
kedudukan tertinggi dalam negara. Sedangkan konstitusi derajat tidak derajat
tinggi adalah suatu konstitusi yang tidak mempunyai kedudukan seperti
derajat tinggi, sehingga persyaratan mengubah konstitusi ini tidak sesulit
mengubah konstitusi derajat tinggi, melainkan sama dengan pengubahan
undang-undang.
 Konstitusi Negara Serikat dan Negara Kesatuan.
Negara serikat didapatkan system pembagian kekuasaan antara
pemerintah negara serikat dengan pemerintah negara bagian. Pembagian
tersebut diatur dalam konstitusinya atau undang-undang dasar. Dalam negara
kesatuan pembagian kekuasaan tersebut tidak dijumpai, karena seluruh
kekuasaannya tersentralkan di pemerintah pusat, walaupun dikenal juga dalam
desentralisasi.
 Konstitusi Pemerintahan Presidensial dan pemerintahan Parlementer.
D. Hubungan Pancasila Dan Konstitusi

Pancasila adalah dasar negara Indonesia. Dasar negara Pancasila itu dipilih
oleh wakil-wakil rakyat dalam sidang PPKI pada 18 Agustus 1945. Undang-undang
Dasar Republik Indonesia 1945 (UUD 1945) adalah konstitusi negara Indonesia. UUD
1945 disahkan pada 18 Agustus 1945, sebagai bukti UUD 1945 diakui sebagai
konstitusi negara Indonesia. Dikutip dari Kewarganegaraan (2006), rumusan Pancasila
terdapat dalam pembukaan UUD 1945 di alinea ke-4. Dengan demikian terdapat
hubungan dasar negara dengan konstitusi. Sebab rumusan dasar negara (Pancasila)
terdapat dalam konstitusi (UUD 1945). Hubungan antara dasar negara dengan
konstitusi nampak pada gagasan dasar, cita-cita dan tujuan negara yang tertuang
dalam Pembukaan UUD 1945. Dari dasar negara inilah kehidupan negara dituangkan
dalam bentuk peraturan perundang-undangan. Inti pembukaan UUD 1945 pada
hakikatnya terdapat dalam alenia IV sebab terdapat segala aspek penyelenggaraan
pemerintahan negara berdasarkan Pancasila. Oleh sebab itu, dalam Pembukaan UUD
1945, secara formal yuridis, Pancasila ditetapkan sebagai dasar negara Republik
Indonesia. Maka, hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila bersifat
timbal balik. Berikut ini penjelasan mengenai hubungan 

 Hubungan secara formal

Pancasila dicantumkan secara formal dalam Pembukaan UUD 1945, maka


Pancasila memperoleh kedudukan sebagai norma dasar hukum positif. Artinya,
kehidupan bernegara tidak hanya bertopang pada asas-asas sosial, ekonomi,
politik tetapi juga perpaduan asas-asas kultural, religius dan kenegaraan yang
terdapat dalam Pancasila. Pancasila secara formal dapat disimpulkan sebagai
berikut:
Rumusan Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia tercantum
dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Pembukaan UUD 1945
merupakan pokok kaidah negara yang fundamental, yang mempunyai dua
kedudukan yaitu sebagai dasar negara dan tertib hukum tertinggi. Pembukaan
UUD 1945 berkedudukan dan befungsi sebagai Mukadimah dari UUD 1945
dalam kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, dan berkedudukan sebagai suatu
yang bereksistensi sendiri, yang hakikat kedudukan hukumnya berbeda dengan
pasal-pasalnya. Pancasila mempunyai hakikat, sifat, kedudukan dan fungsi
sebagai pokok kaidah negara yang fundamental, sebagai dasar kelangsungan
hidup negara. Pancasila sebagai inti Pembukaan UUD 1945 mempunyai
kedudukan yang kuat, tetap, tidak dapat diubah dan terlekat pada kelangsungan
hidupnegaraRI.

 Hubungan secara material


Secara kronologis, proses perumusan Pancasila dan Pembukaan UUD 1945
oleh BPUPKI, pertama-tama materi yang dibahas adalah dasar filsafat Pancasila,
baru kemudian Pembukaan UUD 1945. Setelah sidang pertama Pembukaan
UUD 1945, BPUPKI membicarakan dasar filsafat negara Pancasila serta
tersusunlah Piagam Jakarta yang disusun oleh Panitia 9 sebagai wujud bentuk
pertama Pembukaan UUD 1945. Jadi, berdasarkan tertib hukum Indonesia,
Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai tertib hukum tertinggi. Adapun tertib
hukum Indonesia bersumber pada Pancasila atau dengan kata lain, Pancasila
sebagai tertib hukum Indonesia. Berarti, secara material tertib hukum Indonesia
dijabarkan dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Pancasila sebagai
tertib hukum Indonesia meliputi sumber nilai, sumber materi, sumber bentuk
dan sifat.
E. Perubahan Konstitusi

Ada beberapa cara yang disampaikan para pakar dalam melakukan perubahan
konstitusi atau Undang Undang Dasar. Antara lain :

a. C.F. Strong
Menurut C.F. Strong perubahan konstitusi atau UUD dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut :

1. Oleh kekuasaan legislatif, tetapi dengan pembatasan-pembatasan


tertentu
2. Oleh rakyat melalui suatu referendum
3. Oleh sejumlah negara bagian (khusus untuk negara serikat)
4. Dengan kebiasaan ketatanegaraan atau oleh suatu lembaga negara
yang khusus dibentuk hanya untuk keperluan perubahan

b. Ismail Suny
Ismail Suny mengemukakan bahwa proses perubahan konstitusi dapat
terjadi dengan berbagai cara, karena :

1. Perubahan resmi
2. Penafsiran hakim
3. Kebiasaan ketatanegaraan atau konvensi

c. K.C. Wheare

K.C Wheare, mengatakan ada 4 cara perubahan konstitusi :


1. Beberapa kekuatan yang bersifat primer (some premary forces)
2. Perubahan secara formal sesuai yang ada pada UUD itu sendiri
(formal amandemen)
3. Penafsiran secara hukum (yudicial interpretation)
4. Kebiasaan yang terdapat dalam bidang ketatanegaraan (usage and
convention)

F. Hak Dan Kewajiban Lembaga Tinggi Negara Hasil Amandemen UUD 1945

Berdasarkan Hasil Amandemen UUD 1945 ada delapan dan dibagi


berdasarkan lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif.

Berikut adalah daftar lembaga-lembaga negara berdasarkah hasil amandemen UUD


1945:

 Lembaga Legislatif Negara Republik Indonesia

1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)

Menurut Pasal 3 UUD 1945, tugas dan wewenang MPR adalah:

a. mengubah dan menetapkan UUD;

b. melantik presiden dan/atau wakil presiden;

c. hanya dapat memberhentikan presiden dan/atau wakil


presiden dalam masa jabatannya menurut UUD.

Untuk melaksanakan tugas dan kewenangan MPR, anggota


MPR di lengkapi dengan hak dan kewajiban sebagai berikut.

Anggota MPR memiliki beberapa hak dan kewajiban. Hak


anggota MPR adalah:
a. mengajukan usul perubahan pasal-pasal UUD;

b. menentukan sikap dan pilihan dalam pengambilan


keputusan;memilih dan dipilih;

c. membela diri;

d. imunitas;

e. protokoler;

f. keuangan dan administratif.

Sedangkan kewajiban anggota MPR sebagai berikut:

1. mengamalkan Pancasila;

2. melaksanakan UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia


dan peraturan perundang-undangan;

3. menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan


kerukunan nasional; mendahulukan kepentingan negara di
atas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan.

2. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

DPR terdiri dari anggota partai politik peserta pemilihan umum


yang dipilih berdasarkan hasil pemilihan umum. DPR sebagai lembaga
perwakilan rakyat berkedudukan sebagai lembaga negara.

Fungsi DPR menurut UUD 1945 mencakup fungsi legislatif,


fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan.

a. Fungsi legislasi adalah fungsi membentuk undang-undang


yang dibahas dengan presiden untuk mendapat persetujuan
bersama.
b. Fungsi anggaran adalah fungsi menyusun dan menetapkan
APBN bersama presiden dengan memperhatikan DPD.

c. Fungsi pengawasan adalah fungsi melakukan pengawasan


terhadap pelaksanaan UUD 1945, undang-undang, dan
peraturan pelaksanaannya.

Untuk bisa melaksanakan fungsi-fungsinya, DPR diberikan hak


interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat.

a. Hak interpelasi adalah hak DPR untuk meminta keterangan


kepada pemerintah mengenai kebijakan pemerintah.

b. Hak angket adalah hak DPR untuk melakukan penyelidikan


terhadap kebijakan pemerintah, yang diduga bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan.

c. Hak menyatakan pendapat adalah hak DPR sebagai lembaga


untuk menyatakan pendapat terhadap kebijakan pemerintah.

Hak menyatakan pendapat selain diarahkan kepada kebijakan


pemerintah juga bisa diarahkan pada:

a. kejadian luar biasa yang terjadi di tanah air atau situasi


dunia internasional di serta rekomendasi penyelesaiannya;

b. sebagai tindak lanjut pelaksanaan hak angket dan hak


interpelasi;

c. terhadap dugaan bahwa presiden dan atau wakil presiden


melakukan pelanggaran berupa pengkhianatan terhadap
negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya
atau perbuatan tercela maupun tidak lagi memenuhi syarat
sebagai presiden dan/atau wakil presiden.
3. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

DPD terdiri atas wakil-wakil daerah provinsi yang dipilih


melalui pemilihan umum. DPD sebagai lembaga perwakilan daerah dan
berkedudukan sebagai lembaga negara.

DPD bersama-sama dengan DPR berhak untuk:

a. membahas UU yang berkaitan dengan otonomi daerah;

b. membahas masalah hubungan pusat dan daerah;

c. membahas masalah sumber daya alam dan sumber daya


ekonomi;

d. masalah perimbangan keuangan pusat dan daerah;

e. mengajukan pertimbangan kepada DPR atas RUU APBN,


pajak, pendidikan, dan agama.

 Lembaga Yudikatif Negara Republik Indonesia

1. Mahkamah Agung (MA)

MA (Mahkamah Agung) dan badan peradilan yang berada di


bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, peradilan agama, peradilan
militer, dan peradilan tata usaha negara, bersama MK (Mahkamah
Konstitusi) memiliki peran untuk melakukan kekuasaan kehakiman.

Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan merdeka untuk


menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan (peran
penghakiman terhadap peraturan).

Mahkamah Agung berwenang:

a. mengadili pada tingkat kasasi,


b. menguji peraturan perundang-undangan dibawah
undangundang terhadap undang-undang, dan mempunyai
wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang.

2. Mahkamah Konstitusi (MK)

Mahkamah Konstitusi berwenang:

a. mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya


bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap undang-
undang dasar.

b. memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang


kewenangannya diberikan oleh undang-undang dasar.

c. memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan


tentang hasil pemilihan umum. Di samping itu, Mahkamah
Konstitusi memiliki kewajiban memberikan putusan atas pendapat
DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh presiden dan/atau wakil
presiden menurut UUD.
3. Komisi Yudisial (KY)

Menurut UUD 1945 Komisi Yudisial adalah lembaga negara yang


bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan
mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan
kehormatan, kelurahan martabat, serta perilaku hakim.

Anggota Komisi Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh presiden


dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai pengetahuan dan


pengalaman di bidang hukum serta memiliki integritas dan kepribadian yang
tidak tercela.

 Lembaga Eksekutif Negara Republik Indonesia

Lembaga eksekutif negara adalah presiden, wakil presiden, kementerian


negara, dan pejabat setingkat menteri.

Ini juga biasa disebut sebagai lembaga kepresidenan.

Presiden berkedudukan sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan


menurut UUD. Artinya, kekuasaan presiden dibatasi oleh UUD.

Pembatasan kekuasaan presiden itu misalnya menyangkut masa


jabatannya dan cakupan kekuasaannya.

Presiden dan wakil presiden memegang jabatan selama 5 tahun.


Sesudahnya bisa dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali
masa jabatan.
Menurut UUD 1945 kekuasaan presiden meliputi:

a. hak mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR;

b. menetapkan Peraturan Pemerintah (PP) untuk menjalankan undang-


undang;

c. memegang kekuasaan tertinggi atas angkatan darat, angkatan laut, dan


angkatan udara;

d. presiden dengan persetujuan DPR menyatakan perang, membuat


perdamaian dan perjanjian dengan negara lain; presiden menyatakan
keadaan bahaya;

e. mengangkat dan menerima duta dan konsul dengan memperhatikan


pertimbangan DPR;

f. memberi grasi dan rehabilitasi dengan mempertimbangkan MA


(Mahkamah Agung);

g. memberi amnesti dan abolisi dengan mempertimbangkan DPR;

h. memberi tanda gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan;

i. membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan


nasihat dan pertimbangan kepada presiden;

j. mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri negara;

k. mengajukan rancangan undang-undang APBN (Anggaran Pendapatan


dan Belanja Negara).

 Lembaga Eksaminatif Negara Republik Indonesia

Lembaga eksaminatif merupakan lembaga yang bertugas untuk


mengelola dan bertanggung jawab atas keuangan negara.
Di Indonesia lembaga eksaminatif tertinggi adalah BPK atau Badan
Pemeriksakeuangan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara istilah konstitusi adalah suatu hukum paling dasar yang menggambarkan
sistem ketata negaraan suatu negara tersebut. Sehingga dengan demikian konstitusi
tentu saja akan dijadikan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan suatu negara yang
dibuat berdasarkan peraturan yang berlaku. Konstitusi juga dapat diartikan sebagai
undang-undang dasar suatu negara .Konstitusi adalah badan doktrin dan praktis yang
membentuk prinsip pengorganisasian fundamental negara politik. konstitusi suatu
negara (atau negara bagian) adalah jenis dokumen hukum khusus yang menjelaskan
bagaimana pemerintahnya seharusnya bekerja.. Adanya jaminan terhadap Hak Asasi
Manusia (HAM). Tujuan konstitusi dalam sebuah negara tentu berbeda-beda sesuai
dengan aturan yang berlaku dalam negara tersebut.

Wheare (1975) membagi konstitusi menjadi empat macam,yaitu sebagai


berikut:
 Konstitusi tertulis dan konstitusi tidak dalam bentuk tertulis. Konstitusi tertulis
adalah suatu konstitusi (UUD) yang dituangkan dalam dokumen formal.
 Konstitusi fleksibel dan konstitusi rigid. Konstitusi fleksibel bersifat elastis,
diumumkan dan diubah dengan cara yang sama seperti undang-undang.
 Konstitusi derajat tinggi dan konstitusi derajat tidak derajat tinggi. Konstitusi
derajat tinggi adalah suatu konstitusi yang mempunyai kedudukan tertinggi
dalam negara. Sedangkan konstitusi derajat tidak derajat tinggi adalah suatu
konstitusi yang tidak mempunyai kedudukan seperti derajat tinggi, sehingga
persyaratan mengubah konstitusi ini tidak sesulit mengubah konstitusi derajat
tinggi, melainkan sama dengan pengubahan undang-undang.
 Konstitusi Negara Serikat dan Negara Kesatuan. Pembagian tersebut diatur
dalam konstitusinya atau undang-undang dasar. Dalam negara kesatuan
pembagian kekuasaan tersebut tidak dijumpai, karena seluruh kekuasaannya
tersentralkan di pemerintah pusat, walaupun dikenal juga dalam desentralisasi.
Pancasila adalah dasar negara Indonesia. Pancasila dicantumkan secara
formal dalam Pembukaan UUD 1945, maka Pancasila memperoleh kedudukan
sebagai norma dasar hukum positif. Pancasila secara formal dapat disimpulkan
sebagai berikut: . Pembukaan UUD 1945 berkedudukan dan befungsi sebagai
Mukadimah dari UUD 1945 dalam kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, dan
berkedudukan sebagai suatu yang bereksistensi sendiri, yang hakikat kedudukan
hukumnya berbeda dengan pasal-pasalnya. Pancasila sebagai inti Pembukaan UUD
1945 mempunyai kedudukan yang kuat, tetap, tidak dapat diubah dan terlekat pada
kelangsungan hidupnegaraRI. Adapun tertib hukum Indonesia bersumber pada
Pancasila atau dengan kata lain, Pancasila sebagai tertib hukum Indonesia. Berarti,
secara material tertib hukum Indonesia dijabarkan dari nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila.

B. Saran
Sesuai dengan kesimpulan di atas bahwa konstitusi merupakan sistem yang
mengatur ketata negaraan.Sehingga dengan demikian konstitusi tentu saja akan
dijadikan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan suatu negara yang dibuat
berdasarkan peraturan yang berlaku. Konstitusi juga dapat diartikan sebagai undang-
undang dasar suatu negara .
DAFTAR PUSTAKA

Supardan Dadang.2013.ilmu sosial.Jakarta:Bumi aksara


Wuryan Sri.2009.Ilmu kewarganegaraan.Bandung:laboratorium pendidikan kewarganegaraan
Syaifullah. 2009.Ilmu kewarganegaraan.Bandung:laboratorium pendidikan kewarganegaraan

Budiardjo,Miriam.2008.Dasar-DasarilmuPolitik.Jakarta:PTGramediaPustakaUtama

Yogyakarta,Isharyanto.2016.Konstitusi dan Perubahan Konstitusi.Pustaka Hanif

Anda mungkin juga menyukai