Anda di halaman 1dari 4

NAMA : BAYU

NIM : E1051191025

MAKUL : KEKUATAN POLITIK

Pendekatan Perilaku

Pendekatan perilaku terhadap analisis politik berkonsentrasi pada satu


pertanyaan tunggal yakni mengapa orang berkelakuan sebagaimana yang mereka
lakukan ? yang membedakan pendekatan perilaku dengan dengan pendekatan lain
adalah :

1) perilaku dapat diteliti (observable behaviour)

Behavioralis telah secara mendalam menganalisis alasan yang mendasari bentuk


utama partisipasi politik massa di negara demokratis: pengambilan suara. Mereka juga
meneliti asal-usul partisipasi dalam bentuk aktivitas politik lain yang lebih tak biasa,
seperti demonstrasi, pemogokan dan bahkan kerusuhan. Pada tingkat elite, ahli
behavioral telah menganalisis perilaku kepemimpinan, menempatkan perhatian khusus
pada hubungan antara cara pemimpin memandang dunia dan tindakan tertentu yang
mereka ambil. Dalam segi kumpulan sosial, analisis behavioral telah meneliti tindakan
kelompok kepentingan dan partai politik. Pada tingkat internasional, analisisi behavioral
juga telah difokuskan pada tindakan negara bangsa dan juga pada perilaku aktor non-
negara seperti korporasi multinasional, kelompok teroris internasional dan organisasi
supranasional seperti Uni Eropa.

2) penjelasan apapun tentang perilaku tersebut mudah diuji secara empiris.

Teori empiris adalah satu himpunan pernyataan abstrak yang saling


berhubungan, terdiri dari asumsi, definisi, dan hipotesis yang dapat diuji secara empiris.
Tujuan pokoknya adalah mendeskripsikan dan menjelaskan kejadian fenomena atau
sehimpunan fenomena tertenti.

Pendekatan perilaku memiliki beberapa kelebihan seperti berikut :

1) Riset behavioral memberikan kontribusi teoritis dan empiris yang sangat


besar terhadap pemahaman dan penjelasan perilaku sosial.
2) Kekuatan analisis behavioral yang meliputi suatu kombinasi yang teliti
antara teorisasi yang ketat dan pengujian empiris yang sistematis
menawarkan metodologi yang maju tentang cara aktivisme politik dapat
dipelajari, dan suatu ulasan substantif tentang perubahan pola aktivisme.

3) Menganalisis secara mendalam alasan yang mendasari bentuk utama


partisipasi politik massa di negara demokratis.

Walapun pendekatan ini memiliki banyak kelebihan, namun ia juga memiliki


beberapa kelemahan. Berikut adalah kelemahan dalam pendekatan behavioral atau
perilaku :

1) Pendekatan perilaku telah membawa efek yang kurang menguntungkan,


yakni mendorong para ahli menekuni masalah-masalah yang kurang
penting seperti pemilihan umum (voting studies) dan riset
2) Penganut pendekatan perilaku kurang memberi perhatian pada
perubahan (change) dalam masyarakat.
3) Pendekatan perilaku terlalu steril, karena menolak untuk memasukkan
nilai-nilai dan norma dalam penelitian.
4) Pendekatan perilaku juga tidak memiliki relevansi dengan realitas
politik dan buta terhadap masalah-masalah sosial.

Beberapa contoh perilaku budaya politik partisipan yang diperlihatkan masyarakat


Indonesia, antara lain :

1. Menggunakan Hak Pilih dalam Pemilu


Menggunakan hak pilih dalam fungsi pemilu merupakan contoh perilaku budaya
politik partisipan yang terlihat secara jelas. Warga negara yang baik, akan menggunakan
hak pilihnya dalam pemilu. Baik secara aktif maupun pasif. Hak pilih secara aktif
berarti warga negara dengan ketentuan tertentu sesuai Undang-Undang yang berlaku
mempunyai hak menjadi calon anggota legislatif, calon kepala daerah, atau calon
presiden. Sementara hak pilih pasif, berarti setiap warga negara sesuai ketentuan
Undang-undang berhak memilih calon legislatif, calon kepala daerah, dan calon
presiden yang diinginkan dan sesuai hati nurani.
Di Indonesia keberlangsungan pemilu dengan prinsip dan asas-asas pemilu LUBER
JURDIl, yaitu langsung umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Ikut serta dalam pemilu
berarti penting. Karena siapapun yang terpilih mewakili rakyat di legislatif maupun
pemimpin negara yang akan menentukan masa depan Indonesia, minimal dalam waktu
lima tahun setelahnya.

2. Ikut Serta dalam Partai Politik


Ikut serta dalam partai politik juga menjadi perilaku politik partisipan. Partai
politik adalah salah satu tempat seseorang menyuarakan suaranya untuk kemudian
mempengaruhi kebijakan pemerintah dalam penyelenggaraan negara. Ada orang yang
hanya menjadi partisipan partai politik, yaitu orang yang memilih partai dalam
pemilihan umum karena setuju dengan segala program dan visinya untuk
penyelenggaraan negara. Ada juga dalam partai politik yang dinamakan kader, yaitu
orang yang aktif ikut melaksanakan kegiatan partai politik, giat mempengaruhi
masyarakat untuk pemilihan tertentu, dan dapat menjadi calon anggota legislatif yang
dipilih.

3. Mengikuti Kegiatan Organisasi Tertentu


Ikut serta dalam kegiatan organisasi tertentu dapat menjadi pertanda politik
partisipan. Di ruang lingkup yang kecil, ikut serat dalam organisasi sekolah, seperti Osis
dan Pramuka. Di lingkup lingkungan, ada karang Taruna dan PKK. Sementara di
lingkup nasional kita mengenal berbagai organisasi kepentingan dan penekan
sebagai fungsi infrastruktur politik. Organisasi ini seperti Komunitas Peduli Lingkungan
dan komunitas lain, Ikatan Dokter Indonesia dan perhimpunan profesi lain, Lembaga
Swadaya Masyarakat, dan Lembaga Bantuan Hukum. Semua organisasi tersebut dapat
mempengaruhi kebijakan pemerintah di bidangnya masing-masing. Misalnya, Ikatan
Dokter Indonesia dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah di bidang kesehatan.

4. Demonstrasi
Kebanyakan demonstrasi dianggap negatif. Padahal demonstrasi adalah kegiatan
yang mengkritik suatu kebijakan pemerintah yang merupakan pertanda demokrasi di
suatu negara berjalan baik. Tidak ada orang atau kelompok yang mengkritisi pemerintah
menjadi pertanda terjadi sesuatu dalam negara. rakyat tidak berani mengajukan aspirasi
atau pendapatnya. Namun, demonstrasi hendaknya dilakukan dengan cara sesuai
ketentuan berlaku dan tidak mengganggu ketertiban umum.
5. Partisipasi dalam Musyawarah Mufakat
Dalam lingkungan mulai dari keluarga hingga negara, politik paritisipan yang
dapat dilakukan adalah musyawarah untuk mufakat. Sebuah ciri khas demokrasi
Pancasila yang tidak dimiliki negara lain. Manfaat musyawarah harus dilaksanakan
dalam berbagai segi kehidupan. Semua masalah harus diselesaikan secara musyawarah
agar tercapainya kepentingan bersama. Setelah musyawarah mufakat tercapai, maka
semua yang ikut serta secara bertanggung jawab pula menghormati dan melaksanakan
seluruh hasil musyawarah.

6. Ikut Mengawasi Jalannya Pemilu


Pelaksanaan pemilihan umum yang berjalan baik cermin demokrasi berjalan
baik. Oleh karena itu, salah satu cermin budaya politik partisipan adalah ikut sertanya
masyarakat mengawasi jalannya pemilihan umum. Agar pemilihan umum menghasilkan
sesuatu yang baik, mewakili aspirasi mereka.

7. Ikut Mengkritisi Calon Pemimpin


Terakhir, masyarakat yang memiliki budaya politik partisipan dapat mengkritisi
calon pemimpinnya dan calon anggota legislatif yang kelak akan mewakili mereka
menyuarakan aspirasi. Mengkritisi calon pemimpin tentunya dilakukan dengan cara
yang baik dan bahasa yang baik. Tidak dengan menempatkan isu SARA dan dengan bahasa yang
sopan. Kebebasan mengeluarkan pendapat harus diartikan dengan lapang dada, penuh aturan,

dan tujuan menyampaikan pendapat di muka umum.

Anda mungkin juga menyukai