Anda di halaman 1dari 5

Tugas Filsafat Ilmu

Fendra Firaldi Firdaus (2165290018)

Analisis tentang :

1. Aspek Aksiologis dalam Filsafat Ilmu


2. Sejarah Perkembangan Filsafat Ditinjau dari Aspek Epistemologi

Aspek Aksiologis dalam Filsafat Ilmu

Aspek aksiologis dari filsafat membahas tentang masalah nilai atau moral yang berlaku di
kehidupan manusia. Dari aksiologi, secara garis besar muncullah dua cabang filsafat yang
membahas aspek kualitas hidup manusia, yaitu etika dan estetika.

1. Etika

Etika merupakan salah satu cabang ilmu fisafat yang membahas moralitas nilai baik dan buruk,
etika bisa di definisikan sebagai nilai-nilai atau norma-norma yang menjadi pegangan manusia
atau masyarakat yang mengatur tingkah lakunya.

Etika berasal dari dua kata ethos yang berarti sifat, watak, kebiasaan, ethikos berarti susila,
keadaban atau kelakuan dan perbuatan yang baik.

Dalam istilah lain dinamakan moral yang berasal dari bahasa latin mores, jamak dari mos yang
berarti adat, kebiasaan. Dalam bahasa arab disebut akhlaq yang berarti budi pekerti dan dalam
bahasa Indonesia dinamakan tata susila.

Dalam hal ini ada berbagai pembagian etika yang dibuat oleh para ahli etika, beberapa ahli
membagi ke dalam dua bagian, yaitu etika deskriptif dan etika normative, ada juga yang
menambahkan yaitu etika metaetika.

a. Etika deskriptif

Etika deskriptif adalah cara melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas seperti: adat
kebiasaan, anggapan tentang baik atau buruk, tindakan yang di perbolehkan atau tidak.
Etika deskriptif mempelajari moralitas yang terdapat pada individu, kebudayaan atau
sub-kultur tertentu. Oleh karena itu, etika deskriptif ini tidak memberikan penilaian
apapun, ia hanya memaparkan. Etika deskriptif lebih bersifat netral. Misalnya,
penggambaran tentang adat mangayau kepala pada suku primitive.
b. Etika Normatif

Etika normatif mendasarkan pendiriannya atas norma. Ia dapat mempersoalkan norma


yang diterima seseorang atau masyarakat secara lebih kritis. Ia bisa mempersoalkan
apakah norma itu benar atau tidak. Etika normatif berarti sistem-sistem yang
dimaksudkan untuk memberikan petunjuk atau penuntun dalam mengambil keputusan
yang menyangkut baik atau buruk.

Etika normatif kerap kali juga disebut filsafat moral atau juga disebut etika filsafati.
Etika normatif dapat dibagi kedalam dua teori, yaitu teori nilai dan teori keharusan.
Teori-teori nilai mempersoalkan sifat kebaikan, sedangkan teori keharusan membahas
tingkah laku.

2. Estetika

Estetika adalah cabang filsafat yang mempersoalkan seni dan keindahan. Istilah estetika berasal
dari kata Yunai yang mempunyai arti aesthesis, yang berati pencerapan indrawi, pemahaman
intelektual, atau bisa juga berati pengamatan spiritual. Istilah art berasal dari kata latin ars, yang
berarti seni, keterampilan, ilmu, atau kecakapan.

Estetika adalah cabang filsafat yang memberikan perhatian pada sifat keindahan, seni, rasa,
atau selera, kreasi, dan apresiasi tentang keindahan. Secara ilmiahnya, ia didefinisikan sebagai
studi tentang nilai-nilai yang dihasilkan dari emosi-sensorik yang kadang dinamakan nilai
sentimentalitas atau cita rasa atau selera. Secara luasnya, estetika didefinisikan sebagai refleksi
kritis tentang seni, budaya, dan alam. Estetika dikaitkan dengan aksiologi sebagai cabang
filsafat dan juga diasosiasikan dengan filsafat seni.

Estetika dapat dibagi kedalam dua bagian, yaitu estetika deskriptif dan estetika normative.
Estetika deskriptif menguraikan dan melukiskan fenomena-fenomena pengalaman keindahan.
Estetika normative mempersoalkan dan menyelidiki hakikat, dasar, dan ukuran pengalaman
keindahan. Adapula yang membagi estetika kedalam filsafat seni (philosophy of art) dan
filsafat keindahan (philosophy of beauty).

Aksiologi

Aksiologi berkenaan dengan nilai guna ilmu, baik itu ilmu umum maupun ilmu agama, tak
dapat dibantak lagi bahwa kedua ilmu itu sangat bermanfaat bagi seluruh umat manusia,
dengan ilmu seseorang dapat mengubah wajah dunia. Berkaitan dengan hal ini, menurut
Francis Bacon seperti yang dikutip oleh Jujun S. suriasumantri yaitu bahwa “pengetahuan
adalah kekuasaan” apakah kekuasaan itu merupakan berkat atau justru malapetaka bagi umat
manusia. Memang kalaupun terjadi malapetaka yang disebabkan oleh ilmu, bahwa kita tidak
bissa mengatakan bahwa itu merupakan kesalahan ilmu, karena itu sendiri ilmu merupakan alat
bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan hidupnya, lagipula ilmu memiliki sifat netral, ilmu
tidak mengenal baik ataupun buruk melainkan tergantung pada pemilik dalam
menggunakannya. Nilai kegunaan ilmu untuk mengetahui kegunaan filsafat ilmu atau untuk
apa filsafat ilmu itu digunakan, kita dapat memulainya dengan melihat filsafat sebagai tiga hal
yaitu:

1. Filsafat sebagai kumpulan teori digunakan memahami mereaksi dunia pemikiran.

Jika seseorang hendak ikut membentuk dunia atau ikut mendukung suatu ide yang
membentuk suatu dunia, atau hendak menentang suatu sistem kebudayaan atau sistem
ekonomi atau sistem politik, maka sebaiknya mempelajari teori-teori filsafatnya. Inilah
kegunaan mempelajari teori-teori filsafat ilmu.

2. Filsafat sebagai pandangan hidup.

Filsafat dalam posisi yang kedua ini semua teori ajarannya diterima kebenarannya dan
dilaksanakan dalam kehidupan. Filsafat ilmu sebagai pandangan hidup gunanya ialah
untuk petunjuk dalam menjalani kehidupan.

3. Filsafat sebagi metodologi dalam memecahkan masalah

Dalam hidup ini kita menghadapi banyak masalah. Bila ada batu di depan pintu, setiap
keluar dari pintu itu kaki kita tersandung, maka batu itu masalah. Kehidupan akan
dijalani lebih enak bila masalah-masalah itu dapat diselesaikan. Ada banyak cara
menyelesaikan masalah, mulai dari cara yang sederhana sampai yang paling rumit. Bila
cara yang diguna amat sederhana maka biasanya masalah tidak terselessaikan secara
tuntas. Penyelesaian secara detail itu biasanya dapat mengungkap semua masalah yang
berkembang dalam kehidupan manusia.

Sejarah Perkembangan Filsafat Ditinjau dari Aspek Epistemologi


Epistemologi merupakan kata gabungan yang diangkat dari dua kata dalam bahasa Yunani,
yaitu episteme dan logos. Episteme berarti pengetahuan atau kebenaran dan logos berarti
pikiran, kata atau teori. Dengan demikian epistimologi dapat diartikan sebagai pengetahuan
sistematik mengenahi pengetahuan. Epistimologi dapat juga diartikan sebagai teori
pengetahuan yang benar (teori of knowledges). Epistimologi adalah cabang filsafat yang
membicarakan tentang asal muasal, sumber, metode, struktur dan validitas atau kebenaran
pengetahuan.
Epistimologi adalah bagian filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan,
sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat, metode dan kesahihan
pengetahuan. Jadi, objek material epistimologi adalah pengetahuan, sedangkan objek
formalnya adalah hakikat pengetahuan itu.
Aspek epistimologi merupakan aspek yang membahas tentang pengetahuan filsafat. Aspek ini
membahas bagaimana cara kita mencari pengetahuan dan seperti apa pengetahuan tersebut.
Dalam aspek epistemologi ini terdapat beberapa logika, yaitu: analogi, silogisme, premis
mayor, dan premis minor.
1. Analogi dalam ilmu bahasa adalah persaaman antar bentuk yang menjadi dasar
terjadinya bentuk – bentuk yang lain.
2. Silogisme adalah penarikan kesimpilan konklusi secara deduktif tidak langsung, yang
konklusinya ditarik dari premis yang di sediakan sekaligus.
3. Premis mayor bersifat umum yang berisi tentang pengetahuan, kebenaran, dan
kepastian.
4. Premis Minor bersifat spesifik yang berisi sebuah struktur berpikir dan dalil – dalilnya.
Dalam epistimologi dikenal dengan 2 aliran, yaitu:
1. Rasionalisme: Pentingnya akal yang menentukan hasil/keputusan.
2. Empirisme: Realita kebenaran terletak pada benda kongrit yang dapat diindra karena
ilmu atau pengalaman empiris.
Sejarah
Sejarah adalah suatu rentetan kejadian yang berlangsung di dalam kehidupan manusia.
Rentetan kejadian tersebut tidak terjadi secara kebetulan, namun berlangsung dalam
kesengajaan.
Ciri khas objek sejarah adalah rentetan kejadian yang selalu bergerak menuju ke perkembangan
kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. (Suparlan Suhartono, 2007: 109). Sejarah dapat
dikatakan sebagai suatu system rentetan kejadian yang bersumber dari kesadaran, dengan objek
khusus yanitu kesadaran tentang perlunya perubahan-perubahan demi perkembangan dan
kemajuan bagi kehidupan umat manusia. Peristiwa sejarah yaitu peristiwa yang terjadi
sepenuhnya atas kesengajaan, karena itu selalu berlangsung menurut suatu perencanaan.
Sejarah selalu bersifat rasional dan empiric. Oleh karena itu, sejarah adalah persoalan khas
manusia. Sejak keberadaannya, manusia adalah satu-satunya makhluk yang menciptkan
sejarahnya. Hal tersebut terbukti dengan adanya perubahan yang dibuat secara sistematik dari
zaman ke zaman.
Dengan sejarahnya, manusia semakin sadar bahwa dirinya adalah makhluk yang mampu
mengadakan perubahan. Dengan sejarahnya pula, manusia berusaha mengubah dirinya untuk
semakin menjadikan dirinya sebagai makhluk yang sesuai dengan kodratnya. Sehingga,
jelaslah bahwa sejarah berisi tentang segala macam peristiwa yang secara dinamis-kausalistis
berakumulasi menuju ke waktu mendatang. Sejarah bersifat futuristic (history is the matter of
futurity). Francis Bacon melihat ilmu atau filsafat sebagai salah satu hasil pemahaman atau
belajar manusia melalui pemikiran. Berdasarkan objeknya, ilmu atau filsafat dibedakan
menjadi tiga kelompok, yaitu; 1) Filsafat Tuhan (de Numine) atau teologi Rasional/alamiah, 2)
Filsafat Alam dan 3) Filasafat manusia. Teologi alamiah merupakan pengetahuan tentang
Tuhan yang dapat diperoleh melalui cahaya alam dan perenungan tentang hal-hal yang
diciptakan oleh Tuhan, yang mengungkapkan tentang adanya Tuhan dan sifatNya, serta
ditambah dengan ajaran tentang malaikat-malaikat dan roh (doctrina de angles et spiritibus).
Dorongan ingin tahu (curiosity) sebagai hasrat alamiah manusia merupakan entry point bagi
lahirnya segala ilmu pengetahuan. Dengan kata lain, kelahiran ilmu pengetahuan akan selalu
diawali oleh rasa keingintahuan manusia akan segala sesuatu. Apa yang diketahui manusia
disebut pengetahuan. Ilmu yang mengkaji pengetahuan manusia disebut Filsafat Pengetahuan
(Epistemology atau Theory of Knowledge).
Ilmu ini lahir semenjak Immanuel Kant (1724-1804 M) menyatakan bahwa filsafat merupakan
disiplin ilmu yang menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan secara tepat. Ilmu
ini sebagai kelengkapannya mempunyai empat sarana untuk mengkaji pengetahuan manusia,
yaitu bahasa, logika, matematika dan statistika. Bahasa digunakan untuk menyampaikan isi
pikiran kepada orang lain dengan didasarkan pada proseslogika deduktif dan induktif.
Matematika berperan membantu berfikir deduktif, sedangkan statistika berperan membantu
berfikir induktif.
Berikut adalah penjelasan singkat dari masing-masing periode, tokoh yang berpengaruh dan
karya-karya mereka.
1) Zaman Pra Yunani Kuno
2) Zaman Yunani Kuno
3) Zaman Pertengahan
4) Zaman Renaissance
5) Zaman Modern
6) Zaman Kontemporer

Anda mungkin juga menyukai