Anda di halaman 1dari 7

FILSAFAT MORAL

Kelompok 2
1. M.Salim (16187205005)
2. Sumaiyah (16187205009)
3. Nurul Qomariyah
4. Mila Fauzia A

A. Peranan Filsafat
Filsafat telah memerankan sedikitnya tiga peranan utama dalam sejarah
pemikiran manusia. Ketiga peranan yang telah diperankankannya sebagai
pendobrak, pembebas, dan pembimbing.
1. Pendobrak
Berabad-abad lamanya intelektualitas manusia tertawan dalam penjara
tradisi dan kebiasaan. Dalam penjara itu, manusia terlena dlam alam mistik
yang penuh sesak dengan hal-hal serba rahasia yang terungkap lewat berbagai
mitos dan mite. Manusia menerima begitu saja segala penuturan dongeng dan
takhayul tanpa mempersoalkannya lebih lanjut. Orang beranggapan bahwa
karena segala dongeng dan takhayul itu merupakan bagian yang hakiki dari
warisan tradisi nenek moyang, sedangkan tradisi itu benar dan tidak dapat
diganggu gugat maka dongeng dan takhayul itu pasti benar dan tidak boleh
diganggu gugat. Keadaan tersebut berlangsung cukup lama. Kehadiran
filsafat telah mendobrak pintu dan tenbok-tembok tradisi yang begitu sakral
dan selama itu tidak boleh diganggu gugat. Kendati pendobrakan itu
membutuhkan waktu yang cukup panjang, kenyataan sejarah telah
membuktikan bahwa filsafat benar-benar telah berperan selaku pendobrak
yang mencengangkan.
2. Pembebas
Filsafat membebaskan manusia dari ketidaktahuan dan kebodohannya.
Demikian pula, filsafat membebaskan manusia dari belenggu cara berfikir
mistis dan mitis. Sesungguhnya, filsafat telah, sedang dan akan terus
berupaya membebaskan manusia dari kurangnya pengetahuan yang
menyebabkan manusia menjadi picik dan dangkal. Secara ringkas dapat
dikatakan bahwa filsafat membebaskan manusia dari segala jenis “penjara”
yang mempersempit ruang gerak akal budi manusia.
3. Pembimbing
Bagaimanakah filsafat dapat membebaskan manusia dari segala jenis
“penjara” yang hendak mempersempit ruang gerak akal budi manusia itu.
sesungguhnya, filsafat hanya sanggup melaksanakan peranannya sebagai
pembimbing. Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir yang tidak
utuh dan begitu fragmentaris dengan membimbing manusia untuk berpikir
secara integral dan koheren.

B. Aliran – Aliran Filsafat


1. Materialisme adalah paham yang memahami bahwa esensi kenyataan
termasuk esensi manusia bersifat material atau fisik. 
2. Idealisme adalah kebalikan dari materialisme yaitu lebih menekankan pada
"idea" dunia roh. Menurut aliran ini, kenyataan sejati adalah bersifat
spiritual.
3. Dualisme adalah ajaran yang menyatakan realitas itu terdiri dari dua
substansi yang berlainan dan bertolak belakang. Masing-masing substansi
bersifat unik dan tidak dapat direduksi, misalnya substansi adi kodrati
dengan kodrati, Tuhan dengan alam semesta, roh dengan materi, jiwa
dengan badan dan lain-lain.
4. Eksistensialisme aliran filsafat yang menyatakan bahwa cara berada
manusia dan benda lain tidaklah sama.
5. Strukturalisme adalah aliran filsafat yang hendak memahami masalah yang
muncul dalam sejarah filsafat.
6. Empirisme aliran ini berpedoman pada kepercayaan yang telah dilalui
melalui pengalaman.
7. Humanisme merupakan aliran yang bersifat individu lebih mengutamakan
dan memberikan kemerdekaan dalam berpikir.
8. Rasionalisme akal merupaka satu-satunya sumber pengetahuan yang bisa
dijadikan landasan dalam bertindak dan menentukan segala sesuatu.
9. Kritisme merupakan aliran yang menjadi penghubung antara pandangan
rasionalisme dan pandangan empirisme.
10. Konstruktivisme menyatakan bahwa pengetahuan bukanlah sesuatu yang
bisa diperoleh hanya dengan bersikap pasif namun harus dibangun secara
aktif.
C. Cabang – Cabang Filsafat
Pada awalnya, perbedaan filsafat dan ilmu pengetahuan sangatlah kecil.
Pada zaman Yunani kuno hanya dibedakan empat ilmu, yaitu logika, ilmu
pasti, ilmu pesawat dan ilmu kedokteran. Bahkan, kedokteran dan logika lebih
dipandang sebagai seni atau keahlian. Mulai dari zaman renaisans (sekitar
1800 dan sesudahnya) menghasilkan ilmu-ilmu yang kebanyakan sekarang.
Seperti sosiologi, psikologi, dan psikoanalisis yang masih muda. Saat ini,
cabang-cabang filsafat dapat dibagi menjadi enam cabang pokok metafisika,
epistemologi, logika, aksiologi, etika, estetika. Penjelasannya ialah sebagai
berikut:
1. Metafisika
Metafisika istilah ini berasal dari bahasa Yunani meta ta
phifisika yang berarti “hal-hal yang terdapat sesudah fisika”. Metafisika
merupakan cabang filsafat yang memuat suatu bagian dari persoalan yang
ada:
a. Membicarakan tentang prinsip-prinsip yang paling universal.
b. Membicarakan sesuatu yang bersifat keluar biasaan.
c. Membicarakan karakteristik hal-hal yang sangat mendasar, yang
berada diluar pengalaman manusia.
d. Berupaya menyajikan suatu pandangnan yang komprehensif tentang
segala sesuatu.
e. Membicarakan persoalan-persoalan seperti: hubungan akal dengan
benda, hakikat perubahan pengertian tentang kemerdekaan wujud
Tuhan, kehidupan, setelah mati dan lainnya.
Cabang ini pertama menyelidiki pengandaian-pengandaian paling
mendalam dan paling akhir dalam pengetahuan manusiawi yang
mendasari segala macam pengetahuan lainnya. Metafisika dibagi Lagi
menjadi dua bagian yaitu:
a) Metafisika umum (Ontologi)
Ontologi merupakan cabang dari metafisika yang membicarakan
eksistensi dan ragam-ragam dari suatu kenyataan.
b) Metafisika khusus (kosmologi)
Metafisika khusus (kosmologi) adalah ilmu pengetahuan tentang
struktur alam semesta  yang membicarakan tentang ruang, waktu, dan
gerakan. Kosmologi berarti ilmu tentang dunia dan ketertiban yang
paling fundamental dari seluruh realitas. Karena cabang filsafat ini
menyelidiki apa yang dapat dikatakan tentang adanya Allah, lepas
dari agama, lepas dari wahyu.
2. Epistemologi
Epistomogi adalah cabang filsafat yang bersangkut paut dengan
teori pengetahuan. Yang secara umum membicarakan mengenai sumber-
sumber, karakter, dan kebenaran pengetahuan. Persoalan epistemologi
sebagai pertanyaan-pertanyaan tentang kemungkinan pengetahuan, tentang
batasan-batasan pengetahuan, tentang asal pengetahuan yang dibicarakan
dalam epistomogi.
3. Logika
Logika merupakan cabang filsafat yang tidak mengajar apa pun
tentang manusia atau dunia. Namun, merupakan suatu teknik atau “seni”
yang mementingkan segi formal, bentuk dari pengetahuan. Logika
membicarakan teknik-teknik untuk memperoleh kesimpulan dari suatu
perangkat bahan tertentu (masuk akal).
4. Aksiologi
Aksiologi adalah filsafat nilai. Aspek nilai ini ada kaitannya
dengan kategori: (1) baik dan buruk; (2) indah dan jelek. Kategori nilai yang
pertama dibawah kajian filsafat adalah tingkah laku. Sesuai dengan sifatnya,
ia menyelesaikan masalah secara mendalam dan universal. Penyelesaian
masalah secara mendalam artinya ia menyelesaikan masalah dengan cara
pertama-tama mencari penyebab yang paling awal munculnya masalah.
Sedangkan, universal artinya melihat masalah dalam hubungan yang seluas-
luasnya.
Aksiologi disamakan dengan value and valuation nilai digunakan
sebagai kata benda abstrak, dalam pengertian yang lebih luas mencangkup
sebagai tambahan segala bentuk kewajiban, kebenaran dan kesucian.
Contohnya ketika kita berkata sebuah nilai atau nilai-nilai. Ia sering dipakai
untuk merujuk kepada sesuatu yang bernilai, seperti nilainya atau nilai dia.

5. Etika
Etika adalah cabang filsafat yang berbicara tentang manusiawi,
tentang tindakan. cabang filsafat ini bersangkutan dengan tanggapan-
tanggapan mengenai tingkah laku yang betul. Etika juga sering disebut
sebagai filsafat moral, karena menyelidiki semua norma moral.
Istilah estetika berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani ethos
dan ethikos. Ethos berarti sifat, watak, kebiasaan, tempat yang biasa.
Sementara ethikos berarti susila, keadaan atau kelakuan dan perbuatan yang
baik. Jadi, etika adalah adalah cabang filsafat yang membahas mengenai
baik-buruk atau benar-tidaknya tingkah laku dan tindakan manusia serta
sekaligus menyoroti kewajiban-kewajiban manusia.
6. Estetika  
Estetika merupakan ilmu pengetahuan tentang keindahan. Secara
etismologis, kata estetika berasal dari kata Yunani easthis yang berarti
pengamatan, penserapan inderawi atau pemahaman intelektual. Estetika
merupakan cabang filsafat yang mempersoalkan seni dan keindahan. Secara
sederhana, dapat dikatakan bahwa keindahan merupakan objek dari estetika.
Estetika dibedakan ke dalam dua bagian, yakni estetika deskriptif dan
estetika normatif. Estetika deskriptif menggambarkan gejala-gejala
pengalaman yang keindahan yaitu menguraikan dan melukiskan fenomena
keindahan. Sedangkan estetika normatif mencari dasar pengalaman
keindahan yaitu mempersoalkan dan menyelidiki hakikat, dasar dan ukuran
pengalaman keindahan.  Contoh, dalam mengamati suatu karya seni, kita
menggunakan kelima indra tersebut untuk mendapatkan kesan yang
ditimbulkan dari karya seni yang diamati, baik itu kesan warna, ruang,
tekstur, dan sebagainya sehingga kita dapat merasakan unsure keindahan.

D. Filsafat Moral
1. Pengertian ahli
a. Gunarsa, 1986 Moral pada dasarnya adalah suatu rangkaian nilai dari
berbagai macam perilaku yang wajib dipatuhi.
b. Shaffer, 1979, Moral dapat diartikan sebagai kaidah norma dan pranata yang
mampu mengatur prilaku individu dalam menjalani suatu hubungan dengan
masyarakat. Sehingga moral adalah hal mutlak atau suatu perilaku yang
harus dimiliki oleh manusia.
c. Wila Huky, sebagaimanadikutip oleh Bambang Daroeso (1986: 22)
merumuskan pengertian moral secara lebih komprehensip rumusan
formalnya sebagai berikut :
 Moral sebagai perangkat ide-ide tentang tingkah laku hidup, dengan
warna dasar tertentu yang dipegang oleh sekelompok manusia di dalam
lingkungan tertentu.
 Moral adalah ajaran tentang laku hidup yang baik berdasarkan pandangan
hidup atau agama tertentu.
 Moral sebagai tingkah laku hidup manusia, yang mendasarkan pada
kesadaran, bahwa ia terikat oleh keharusan untuk mencapai yang baik ,
sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam lingkungannya.
2. Macam-macam atau Jenis-Jenis filsafat moral
Tiga Macam Filsafat Moral (Etika):
a. Etika Deskriptif
Hanya melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas, misalnya adat
kebiasaan suatu kelompok, tanpa memberikan penilaian. Etika deskriptif
memelajari moralitas yang terdapat pada kebudayaan tertentu, dalam
periode tertentu. Etika ini dijalankan oleh ilmu-ilmu sosial: antropologi,
sosiologi, psikologi, dll, jadi termasuk ilmu empiris, bukan filsafat.
b. Etika Normatif
Etika yang tidak hanya melukiskan, melainkan melakukan penilaian
(preskriptif: memerintahkan). Untuk itu ia mengadakan argumentasi, alasan-
alasan mengapa sesuatu dianggap baik atau buruk. Etika normatif dibagi
menjadi dua, etika umum yang memermasalahkan tema-tema umum, dan
etika khusus yang menerapkan prinsip-prinsip etis ke dalam wilayah
manusia yang khusus, misalnya masalah kedokteran, penelitian. Etika
khusus disebut juga etika terapan.
c. Metaetika/ Etika Kefilsafatan (Hakikat)
Meta berati melampaui atau melebihi. Yang dibahas bukanlah
moralitas secara langsung, melainkan ucapan-ucapan kita di bidang
moralitas. Metaetika bergerak pada tataran bahasa, atau memelajari logika
khusus dari ucapan-ucapan etis. Metaetika dapat ditempatkan dalam wilayah
filsafat analitis, dengan pelopornya antara lain filsuf Inggris George Moore
(1873-1958). Filsafat analitis menganggap analisis bahasa sebagai bagian
terpenting, bahkan satu-satunya, tugas filsafat.
Salah satu masalah yang ramai dibicarakan dalam metaetika adalah
the is/ought question, yaitu apakah ucapan normatif dapat diturunkan dari
ucapan faktual. Kalau sesuatu merupakan kenyataan (is), apakah dari situ
dapat disimpulkan bahwa sesuatu harus atau boleh dilakukan (ought).
Dalam dunia modern terdapat terutama tiga situasi etis yang
menonjol. Pertama, pluralisme moral, yang timbul berkat globalisasi dan
teknologi komunikasi. Bagaimana seseorang dari suatu kebudayaan harus
berperilaku dalam kebudayaan lain. ini menyangkut lingkup pribadi. Kedua,
masalah etis baru yang dulu tidak terduga, terutama yang dibangkitkan oleh
adanya temuan-temuan dalam teknologi, misalnya dalam biomedis. Ketiga,
adanya kepedulian etis yang universal, misalnya dengan dideklarasikannya
HAM oleh PBB pada 10 Desember 1948.

Anda mungkin juga menyukai