Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 10 (1) (2018): 57-62.

Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial


Available online http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jupiis

Partisipasi Politik Pemilih Pemula dalam Pemilihan


Umum
Primandha Sukma Nur Wardhani*
Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Program Pascasarjana
Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia

Diterima Pebruari 2018; Disetujui April 2018; Dipublikasikan Juni 2018


Abstrak
Pemilu di Indoneisa merupakan suatu wujud nyata dari demokrasi dan menjadi sarana bagi rakyat dalam menyatakan
kedaulatannya terhadap negara dan pemerintah. Pemilu berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945. Pemilu diselenggarakan dengan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Partisipasi politik dalam negara demokrasi merupakan indikator implementasi
penyelenggaraan kekuasaaan negara tertinggi yang absah oleh rakyat (kedaulatan rakyat), yang dimanifestasikan keterlibatan
mereka dalam pesta demokrasi (Pemilu). Pemilihan umum dapat dikatakan sebagai salah satu sarana demokrasi dan bentuk
perwujudan kedaulatan rakyat untuk menghasilkan wakil rakyat dan pemimpin yang aspiratif, berkualitas, serta bertanggung
jawab untuk mensejahterakan rakyat. Suatu kategori kelompok pemilih yang sangat menarik untuk diamati dan diteliti lebih jauh
adalah pemilih pemula. Pemilih Pemula adalah pemilih-pemilih yang baru pertama kali akan memberikan suaranya dalam
Pemilu. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui bentuk-bentuk partisipasi politik pemilih pemula dalam pemilu, faktor-
faktor pendukung partisipasi politik pemilih pemula dalam pemilu serta faktor-faktor penghambat partisipasi politik pemilih
pemula dalam pemilu. Metode penulisan yang digunakan dalam paper jurnal ini adalah studi kepustakaan dengan didukung oleh
hasil penelitian yang relevan. Diharapkan pemilih pemula lebih berpartisipasi aktif dalam kegiatan-kegiatan politik dengan cara
membagi waktu antara belajar dan mengikuti kegiatan politik.
Kata Kunci: Partisipasi politik; Pemilih pemula; Pemilihan umum.

Abstract
Election in Indonesia is a concrete manifestation of democracy and a means for the people in declaring their sovereignty over the
state and government. elections based on Pancasila and the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia. The elections are held on
a direct, public, free, secret, honest and fair basis within the Unitary State of the Republic of Indonesia (NKRI). Political participation
in a democratic country is an indicator of the implementation of the supreme power of the legitimate state of the people (sovereignty
of the people), manifested in their involvement in democratic parties (elections). Elections can be regarded as one of the means of
democracy and the embodiment of the people's sovereignty to produce representatives of the people and leaders who are
aspirational, qualified, and responsible for the prosperity of the people. A very interesting category of voter groups to observe and
investigate further is the novice voter. Beginner Voters are the first voters to vote in the Election. The purpose of this paper is to find
out the forms of voter participation in the election, factors supporting the political participation of newbie voters in the election and
the factors that hamper the political participation of newbie voters in the election. The writing method used in this journal paper is
literature study supported by relevant research results. It is expected that novice voters are more actively participating in political
activities by dividing their time between studying and following political activities.
Keywords: Political participation; Beginner voters; General election.

How to Cite: Wardhani, P.S.N. (2018). Partisipasi Politik Pemilih Pemula dalam Pemilihan Umum. Jurnal
Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 10 (1): 57-62.

*Corresponding author: ISSN 2085-482X (Print)


E-mail: primandhas@gmail.com ISSN 2407-7429 (Online)

57
Primandha Sukma Nur Wardhani, Partisipasi Politik Pemilih Pemula dalam Pemilihan Umum

PENDAHULUAN di dalam kegiatan Pemilihan Umum (Pemilu).


Pemilihan Umum (Pemilu) sering disebut Mereka bisa berasal dari Warga Negara Indonesia
sebagai pesta demokrasi yang dilakukan sebuah (WNI) yang genap berusia 17 tahun atau belum
negara. Dalam sebuah negara yang menganut berusia 17 tahun tetapi sudah pernah menikah.
paham demokrasi, pemilu menjadi kunci Pemilih muda pada Pemilu adalah generasi
terciptanya demokrasi. Di Indonesia pemilu baru pemilih yang memiliki sifat dan karakter, latar
merupakan suatu wujud nyata dari demokrasi dan belakang, pengalaman dan tantangan yang berbeda
menjadi sarana bagi rakyat dalam menyatakan dengan para pemilih di generasi sebelumnya.
kedaulatannya terhadap negara dan pemerintah. Sebagian besar di antara mereka berasal dari
pemilu berlandaskan Pancasila dan Undang- kalangan pelajar, berstatus ekonomi baik, dan pada
Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun umumnya tinggal di kawasan perkotaan atau
1945. Pemilu diselenggarakan dengan asas sekitarnya. Kelompok ini sangat tersentuh
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil kemajuan teknologi informasi, mereka
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). menggunakan alat-alat teknologi canggih dengan
Partisipasi politik dalam negara demokrasi baik, mulai dari handphone, laptop, tablet dan
merupakan indikator implementasi aneka gadget lainnya. Mereka juga sangat fasih
penyelenggaraan kekuasaaan negara tertinggi yang dalam penggunaan fasilitas dan jaringan sosial
absah oleh rakyat (kedaulatan rakyat), yang media, seperti, twitter, facebook, linked in, dan
dimanifestasikan keterlibatan mereka dalam pesta sebagainya. Mereka sangat terbuka untuk
demokrasi (Pemilu). Makin tinggi tingkat mempelajari hal-hal yang baru, kritis dan juga
partisipasi politik mengindikasikan bahwa rakyat mandiri. Kelompok pemilih muda menghadapi
mengikuti dan memahami serta melibatkan diri tantangan yang sangat berat, mulai dari perubahan
dalam kegiatan kenegaraan. Sebaliknya tingkat politik dan permasalahan dalam negeri yang tidak
partisipasi politik yang rendah pada umumnya kunjung jelas arah penyelesaiannya hingga
mengindikasikan bahwa rakyat kurang menaruh tekanan-tekanan globalisasi, perdagangan bebas,
apresiasi atau minat terhadap masalah atau terorisme, intervensi internasional, dan sebagainya.
kegiatan kenegaraan. Rendahnya tingkat partisipasi Perbedaan sifat dan karakter, latar belakang,
politik rakyat direfleksikan dalam sikap golongan pengalaman dan tantangan para pemilih muda
putih (golput) dalam pemilu. Oleh karena itu, Pemilu perlu dipahami dengan baik, terutama
tingkat partisipasi politik masyarakat dalam untuk mempersiapkan pemilih muda yang cerdas,
pemilihan umum merupakan hal yang sangat kritis dan berorientasi masa depan. Ditambah
penting pula untuk ditilik, karena rendah atau dengan fakta bahwa para pemilih muda ini adalah
tingginya suatu partisipasi merupakan sinyal dan pengemban tampuk pimpinan selanjutnya pada
indikator penting terhadap jalannya proses saat 100 Tahun Republik Indonesia di tahun 2045
demokasi dan pengejawantahan dari kedaulatan nanti. Republik Indonesia masih akan tetap ada
rakyat. (exist) di waktu tersebut akan sangat ditentukan
Pemilihan umum dapat dikatakan sebagai oleh para pemilih muda di Pemilu.
salah satu sarana demokrasi dan bentuk Pengaruh pemilih muda yang penting dan
perwujudan kedaulatan rakyat untuk menghasilkan signifikan pada Pemilu sudah disadari oleh Partai
wakil rakyat dan pemimpin yang aspiratif, Politik peserta Pemilu dan para calon kandidatnya.
berkualitas, serta bertanggung jawab untuk Bahkan perburuan suara pemilih muda sudah
mensejahterakan rakyat. Suatu kategori kelompok dimulai sejak Pemilu yang sudah diselenggarakan
pemilih yang sangat menarik untuk diamati dan selama dua tahun terakhir yaitu banyak yang sudah
diteliti lebih jauh adalah pemilih pemula. Pemilih mulai memperhitungkan suara dari pemilih muda
Pemula adalah pemilih-pemilih yang baru pertama dalam proses kampanye sehingga tidak jarang
kali akan memberikan suaranya dalam Pemilu. berbagai cara dilakukan untuk bisa menghimpun
Seperti dijelaskan dalam Pemilu Untuk Pemilih suara para pemilih muda ini. Salah satu yang harus
Pemula Modul I Komisi Pemilihan Umum (2013) menjadi perhatian khusus adalah pendidikan
kategori Pemilih Pemula adalah warga negara yang politik yang masih rendah di kalangan pemilih
baru pertama kali akan menggunakan hak pilihnya muda atau bisa disebut juga sebagai pemilih

58
Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 10 (1) (2018): 57-62

pemula tersebut. Pendidikan politik yang masih termasuk pemilih karena ketentuan Undang-
rendah membuat kelompok ini rentan dijadikan Undang Pemilu.
sasaran untuk dimobilisasi oleh kepentingan-
kepentingan tertentu. Apabila merujuk pada PEMBAHASAN
pengalaman masa lalu, contohnya para pemilih Partisipasi politik (Sitepu, 2012) adalah
muda ini sering diarahkan kepada salah satu suatu kegiatan dari warga negara baik secara
pasangan calon dengan membawa muatan-muatan langsung maupun tidak langsung (tidak sengaja)
atau jargon-jargon tertentu, baik dengan melalui terkait dengan kebijakan-kebijakan pemerintah
perang iklan dan sosial media tanpa adanya dapat dilakukan oleh indvidu-individu maupun
pemahaman yang mendalam kenapa mereka harus kelompok secara spontan maupun dimobilisasi.
memilih pasangan calon tersebut. Disisi lain juga merumuskan bahwa partisipasi
Ada beberapa gejala dalam penulisan ini politik adalah merupakan kegiatan-kegiatan yang
yaitu. masih kurang pahamnya pemilih pemula dilakukan oleh individu maupun kelompok untuk
akan proses pelaksanaan pemilu sehingga tidak ikutserta secara aktif dalam kehidupan politik
memberikan hak suaranya pada pemilihan umum, yakni dengan memilih pimpinan negara baik secara
pemilih pemula mudah di pengaruhi oleh langsung maupun tidak langsung, mempengaruhi
kepentingan-kepentingan tertentu, terutama oleh kebijakan-kebijakan pemerintah.
orang terdekat, seperti anggota keluarga mulai dari Pemilih pemula dalam kategori politik adalah
orang tua hingga kerabat dan masih kurangnya kelompok yang baru pertama kali menggunakan
minat pemilih pemula untuk mengikuti penjelasan- hak pilihnya. Orientasi politik pemilih pemula ini
penjelasan yang diberikan oleh Komisi Pemilihan selalu dinamis dan akan berubah-ubah mengikuti
Umum selaku penyelenggara untuk merangsang kondisi yang ada dan faktor-faktor yang
partisipasi pemilih pemula. mempengaruhinya. Namun terlepas dari semua itu,
Istilah partisipasi yang diambil dari bahasa keberadaan pemilih pemula tentu menjanjikan
Inggris, “participation” yang secara umum dapat dalam setiap ajang pemilihan umum, sebagai jalan
diartikan sebagai keikutsertaan warga negara untuk mengamankan posisi strategis yang ingin
secara aktif dalam aktivitas-aktivitas tertentu dicapai oleh setiap kandidat yang maju dalam
(Sitepu, 2012). Dalam Kamus Politik, partisipasi pemilihan. Siapapun itu yang bisa merebut
adalah ambil bagian; ikut; turut. Istilah ini lebih perhatian kalangan ini akan dapat merasakan
populer dalam mengartikan ikutnya seseorang atau keuntungannya, sebaliknya ketiadaan dukungan
badan dalam satu pekerjaan atau rencana besar dari kalangan ini akan terasa cukup merugikan bagi
(Marbun, 2013). target-target suara pemilihan yang ingin dicapai.
Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang, Pemilih pemula yang terdiri atas pelajar,
kelompok, atau organisasi untuk ikut secara aktif mahasiswa atau pemilih dengan rentang usia 17-21
dalam kehidupan politik. Misalnya, ikut pemilu, tahun menjadi segmen yang memang unik,
memengaruhi pengambilan keputusan, dan ikut seringkali memunculkan kejutan dan tentu
partai politik (Kaelola, 2009: 222). Menurut Davis menjanjikan secara kuantitas. Disebut unik, sebab
dalam Sastroadmojo (1995:85) partisipasi politik perilaku pemilih pemula dengan antusiasme tinggi,
adalah sebagai mental dan emosional yang relatif lebih rasional, haus akan perubahan dan
mendorong untuk memberikan sumbangan kepada tipis akan kadar polusi pragmatisme.
tujuan atau cita-cita kelompok atau turut Menurut Gaffar dalam Efrizal (2012) pemilu
bertanggung jawab padanya. adalah sarana utama mewujudkan demokrasi
Menurut Undang-Undang No. 10 tahun 2008 dalam suatu negara. Substansi pemilu adalah
dalam Bab IV pasal 19 ayat 1 dan 2 serta pasal 20 penyampaian suara rakyat untuk membentuk
menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan lembaga perwakilan dan pemerintahan sebagai
pemilih pemula adalah warga Indonesia yang pada penyelenggara negara. Suara rakyat diwujudkan
hari pemilihan atau pemungutan suara adalah dalam bentuk hak pilih, yaitu hak untuk memilih
Warga Negara Indonesia yang sudah genap berusia wakil dari berbagai calon yang ada. Sedangkan
17 tahun dan atau lebih atau sudah/pernah kawin menurut Efriza (2012) pemilu merupakan cara
yang mempunyai hak pilih, dan sebelumnya belum

59
Primandha Sukma Nur Wardhani, Partisipasi Politik Pemilih Pemula dalam Pemilihan Umum

yang terkuat bagi rakyat untuk berpartisipasi social hampir tiap hari bahkan setiap hari selalu
didalam sistem demokrasi perwakilan modern membicarakan dan mendiskusikan tentang
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan masalah-masalah dan kegiataan-kegiatan politik
bahwa pemilihan umum adalah sarana demokrasi menjelang Pemilu, ada yang membicarakan hal-hal
untuk membentuk suatu sisitem kekuasaan negara positif ada juga yang memberitakan hal-hal negatif
yang lahir dari rakyat dan menurut kehendak mengenai Pemilu ini. Pembicaraan-pembicaraan
rakyat yang dipraktekkan dalam bentuk serta perbincangan hangat tentang tema-tema
perwakilan yang didalamnya terdapat kompetisi politik menjelang Pemilu tidak hanya berlaku bagi
politik yang dilaksanakan secara adail dan terbuka elit partai politik maupun kalangan akademisi.
dalam pelaksanaanya. Pemilih pemula sangat aktif membicarakan
Bentuk-bentuk partisipasi yang dilakukan masalah politik. Politik tidak lagi menjadi hal yang
pemilih pemula dalam rangka Pemilu adalah tabu di kalangan anak muda, banyak dari mereka
Kampanye merupakan suatu kegiatan yang yang ketika berkumpul dengan teman-teman atau
dilaksanakan untuk mempengaruhi dan menarik nongkrong santai sering berbicara masalah politik.
simpati serta mendapatkan suara sebanyak- Pemberian suara pemahaman arti demokrasi
banyaknya dari para pemilih agar dapat memilih yang makin luas di kalangan masyarakat
calon tertentu dan memenangkannya. Kampanye memberikan pengaruh yang signifikan bagi
adalah salah satu bagian yang penting alam dinamika politik bangsa. Salah satu indikator
kegiatan Pemilihan Umum. Sebagian besar Pemilih berjalannya politik secara demokratis adalah
Pemula sudah mengetahui tujuan dari kampanye dengan adanya partisipasi politik dari masyarakat,
itu sendiri, yaitu untuk memberikan informasi untuk mengamati hal tersebut kita dapat
Pemilu dan memaparkan visi dan misi sehingga melihatnya melalui bentuk-bentuk partispasi
dapat menarik simpati unutk memilih. politik masyarakat.
Ada berbagai macam cara yang dilakukan Berkaitan dengan Pemilu menyalurkan hak
oleh calon untuk menarik simpati dalam kegiatan pilihnya dalam Pemilu kali ini, begitu pun bagi
kampanye, diantaranya dengan menghadirkan kalangan pemilih pemula yang begitu antusias
bintang hiburan baik penyanyi maupun selebriti untuk memilih karena bagi sebagian besar pemilih
dalam kampanye terbuka, melakukan bakti sosial, pemula mereka sangat ingin datang ke Tempat
dan memberikan bantuan untuk pembangunan Pemungutan Suara (TPS) karena Pemilihan Umum
tempat ibadah, sehingga hal-hal tersebut dapat ini merupakan Pemilu pertama bagi mereka dan
menarik perhatian para pemilih khususnya Pemilih mereka tidak ingin melewatkan moment tersebut.
Pemula untuk memilih. Faktor-faktor pendukung partisipasi politik
Anggapan pemilih pemula bahwa kampanye pemilih pemula dalam pemilihan umum adalah
merupakan suatu kegiatan yang menyita waktu dan Milbrath dalam Sastroatmodjo (1995: 92)
berbenturan dengan kegiatan mereka sehari-hari memberikan empat alasan bervariasinya
mengakibatkan Pemilih Pemula ini enggan untuk partisipasi politik seseorang. Pertama, berkenaan
berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan kampanye. dengan penerimaan perangsang politik. Milbrath
Ada juga pemilih pemula yang berpendapat bahwa mengatakan bahwa keterbukaan dan kepekaan
tidak mengikuti kampanye karena tidak suka seseorang terhadap perangsang politik melalui
dengan hiruk-pikuk keramaian suasana kampanye kontak-kontak pribadi, organisasi, dan melalui
terbuka. Pendapat dari beberapa orang pemilih media massa akan berpengaruh bagi keikutsertaan
pemula tersebut menggambarkan kurangnya seseorang dalam kegiatan politik. Keterbukaan dan
ketertatikan dari pemilih pemula untuk mengikuti kepekaannya menerima perangsang politik melalui
kegiatan kampanye, terlepas dari merekea-mereka media massa akan mendorong seseorang secara
yang tidak biasa mengikuti kegiatan kampanye aktif terlibat dalam politik. Dengan mengikuti
karena berbenturan dengan kegiatan sekolah. secara aktif perkembangan-perkembangan politik
Pemilihan Umum merupakan pesta melalui media massa, seseorang akan memiliki
demokrasi lima tahunan yang dilaksanakan guna referensi yang cukup aktual untuk memberikan
melaksanakan amanat konstitusi. Baik di media tanggapan dan akhirnya sebagai bahan dalam
cetak, televisi, media elektronik, sampai di media partisipasi politiknya. Meskipun demikian dalam

60
Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 10 (1) (2018): 57-62

menanggapi perangsang-perangsang politik itu umurnya berkisar 17-21 tahun itu. Hal inilah yang
tentu dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, nilai- menjadikan pemilih pemula enggan melakukan
nilai, pengalaman-pengalaman, dan kepribadian kegiatan politik yang umumnya menyita waktu
yang dimiliki seseorang. Pemilih pemula terdorong yang banyak. Tuntutan sebagai pelajar dan bekerja
untuk ikut berpartisipasi dalam Pemilihan Umum menjadi alasan utama bagi para pemilih pemula
karena ada rangsangan dari media masa atau enggan melakukan kegiatannya di bidang politrik.
eletronik. Peran pemilih pemula yang sangat kompleks dalam
Alasan kedua menurut Milbrath, berkenaan kegiatan sehari-hari untuk memenuhi tanggung
dengan karakteristik sosial seseorang. Status jawab mereka terhadap pribadinya, selalu menjadi
ekonomi, karakter suku, usia, jenis kelamin, dan factor utama yang menghambat keterlibatan
agama, merupakan karakteristik sosial yang mereka dalam kegiatan pemilihan umum.
memiliki pengaruh terhadap partisipasi politik. Minder ini biasanya disebabkan oleh tingkat
Para pemilih pemula mempunyai karakteristik pendidikan yang rendah atau minimnya
pribadi sosial yang berbeda-beda, namun dari pengalaman dalam kegiatan politik maupun tingkat
berbagai macam perbedaan itu para pemilih sosial ekonomi yang rendah. Menurut Mohtar
pemula cukup banyak yang peduli dan sadar akan Mas’oed disamping pendidikan dan sosial ekonomi
hak politik mereka sebagai masyarakat. Mereka perbedaan jenis kelamin juga mempengaruhi
mau berpartisipasi dalam pemilu dengan datang ke keaktifan seseorang berpartisipasi dalam politik.
TPS dimana mereka tinggal sesuai dengan Misalnya, laki-laki lebih aktif berpartisipasi dari
undangan yang mereka dapat. pada perempuan, orang yang berstatus sosial tinggi
Ketiga, menyangkut sistem politik dan sistem lebih aktif dari pada berstatus sosial rendah
partai tempat seorang individu itu hidup. (Mohtar Mas’oed, 2008: 61). Mereka merasa tidak
Seseorang yang hidup dalam negara demokratis berhak tampil dalam kegiatan politik dari pada
cenderung berpartisipasi dalam politik karena mereka yang punya status sosial ekonomi yang
partai-partai politiknya cenderung mencari tinggi dan pengalaman yang memadai. Mereka
dukungan massa dan memperjuangkan menyadari bahwa kenyataan yang ada dalam
kepentingan massa. Para pemilih pemula masyarakat adalah politik lebih berhak bagi
mempunyai karakteristik pribadi sosial yang mereka yang punya pengalaman dan mempunyai
berbeda-beda, namun dari berbagai macam status sosial ekonomi yang cukup. Keikutsertaan
perbedaan itu para pemilih pemula cukup banyak pemilih pemula dalam dunia politik, bagi beberapa
yang peduli dan sadar akan hak politik mereka, pemilih pemula adalah satu hal yang istimewa.
peran mereka sebagai masyarakat. Sehinga mereka berpendapat bahwa yang berhak
Sedangkan alasan Milbrath yang keempat untuk terjun dalam dunia politik adalah orang-
ialah berupa perbedaan regional. Perbedaan orang kaya, berpendidikan ataupun orang yang
regional ini merupakan aspek lingkungan yang suda berpengalaman dalam dunia politik.
berpengaruh terhadap perbedaan watak dan Pihak keluarga adalah faktor yang
tingkah laku individu, sehingga mendorong berpengaruh besar dalam kehidupan seseorang.
perbedaan perilaku politik dan partisipasi politik Pihak keluarga dapat mendukung atau bahkan
seseorang. Hampir setiap daerahnya aman dan menentang perilaku anggota keluarga yang lain.
kondusif, sehingga semua masyarakat dapat Jika pihak keluarga suda tidak mendukung
berpartisipasi dalam pemilu termasuk para pemilih keputusan seseorang, maka orang tersebut lebih
pemula. Para pemilih pemula di berpartisipasi banyak mengurungkan niatnya.
dalam pemilu berdasarkan keinginan mereka
sendiri, tidak adanya arahan dari pihak lain, tidak SIMPULAN
adanya suatu hal yang otoriter. Partisipasi politik adalah suatu rangkaian
Faktor-faktor yang menghambat partisipasi kegiatan yang melibatkan peran serta masyarakat
politik pemilih pemula yaitu kesibukan kegiatan baik langsung maupun tidak langsung yang
sehari-hari para pemilih pemula umumnya adalah bertujuan untuk memengaruhi kebijakan
pelajar, mahasiswa dan pekerja. Hal yang sangat pemerintah yang menyangkut kepentingan
wajar bagi para pemilih pemula yang rata-rata

61
Primandha Sukma Nur Wardhani, Partisipasi Politik Pemilih Pemula dalam Pemilihan Umum

masyarakat. Berkenaan dengan pendidikan politik paper jurnal ini. Terimakasih juga kepada prodi
bagi siswa sebagai bagian masyarakat pemilih Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,
pemula dalam Pemilu diharapkan dapat dijadikan Program Pascasarjana, sudah memberikan
proses pembelajaran untuk memahami kehidupan kesempatan dalam berkarya dan pengembangan
bernegara. Pendidikan politik yang masih rendah diri.
membuat kelompok ini rentan dijadikan sasaran
untuk dimobilisasi oleh kepentingan-kepentingan DAFTAR PUSTAKA
tertentu. Bentuk partisipasi politik pemilih pemula Efriza. (2012). Political Explore Sebuah Kajian Ilmu
Politik. Bandung: Alfabate.
dalam pemilu yaitu pemberian suara, kampanye,
Kaelola, Akbar. (2009). Kamus Istilah Politik
dan berbicara masalah politik. Faktor-faktor
Kontemporer. Yogyakarta: Cakrawala.
pendukung partisipasi politik pemilih pemula
Khalehar, M.F.A,, Ade A.J.S, Ivan S.Z., Prayetno, (2017),
dalam pemilu yaitu Pertama, berkenaan dengan Perilaku Memilih Pemilih Pemula pada Proses
penerimaan perangsang politik. Pemilih pemula Pemilihan Kepala Desa Laut Dendang Tahun
terdorong untuk ikut berpartisipasi dalam 2016, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 9 (1):
Pemilihan Umum karena ada rangsangan dari 99-101.
media masa atau eletronik. kedua berkenaan Kusmanto, H. (2013). Peran Badan Permusyawaratan
dengan karakteristik sosial seseorang. Para pemilih Daerah dalam Meningkatkan Partisipasi Politik
Masyarakat, Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial
pemula mempunyai karakteristik pribadi sosial
Politik, 1 (1): 41-47.
yang berbeda-beda, namun dari berbagai macam
____________. (2014). Partisipasi Masyarakat dalam
perbedaan itu para pemilih pemula cukup banyak
Demokasi Politik, Jurnal Ilmu Pemerintahan dan
yang peduli dan sadar akan hak politik mereka Sosial Politik, 2 (1): 78-90
sebagai masyarakat. Mereka mau berpartisipasi Marbun, B.N. (2013). Kamus Politik. Jakarta: Pustaka
dalam pemilu dengan datang ke TPS dimana Sinar Harapan.
mereka tinggal sesuai dengan undangan yang Mas’oed. Mochtar. Colin, Mac A. (2008). Perbandingan
mereka dapat. Ketiga, menyangkut sistem politik Sistem Politik. Yogyakarta: Gajah Mada University
dan sistem partai tempat seorang individu itu Press.
Sastroadmojo, S. (1995). Partisipasi Politik. Semarang:
hidup. Para pemilih pemula mempunyai
IKIP Semarang Press.
karakteristik pribadi sosial yang berbeda-beda,
Sitepu, P.A. (2012). Studi Ilmu Politik. Yogyakarta: Graha
namun dari berbagai macam perbedaan itu para
Ilmu.
pemilih pemula cukup banyak yang peduli dan Suharyanto, A. (2014). Partisipasi Politik Masyarakat
sadar akan hak politik mereka, peran mereka Tionghoa dalam Pemilihan Kepala Daerah, Jurnal
sebagai masyarakat. keempat ialah berupa Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik, 2 (2): 166-
perbedaan regional. Hampir setiap daerahnya 175
aman dan kondusif, sehingga semua masyarakat ___________. (2016), Surat Kabar Sebagai Salah Satu Media
dapat berpartisipasi dalam pemilu termasuk para Penyampaian Informasi Politik pada Partisipasi
Politik Masyarakat, Jurnal Administrasi Publik, 6
pemilih pemula. Para pemilih pemula di
(2): 123-136.
berpartisipasi dalam pemilu berdasarkan keinginan
Susi S dan Adelita L. (2015). Partisipasi Politik
mereka sendiri, tidak adanya arahan dari pihak
Perempuan pada Partai Keadilan Sejahtera Kota
lain, tidak adanya suatu hal yang otoriter. Faktor- Medan, Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial
faktor penghambat partisipasi politik pemilih Politik, 3 (1): 1-3.
pemula dalam pemilu yaitu adalah kesibukan Undang-Undang No. 10 tahun 2008 Tentang Pemilih
kegiatan sehari-hari, perasaan tidak mampu, dan Pemula
larangan dari pihak keluarga.

UCAPAN TERIMAKASIH
Terimakasih kepada Dr. Marzuki, M.Ag,. dan
DR. Suharno, M.Si. selaku dosen pengampu
matakuliah Penulisan Karya Ilmiah. Telah
membimbing dan mengarahkan dalam pembuatan

62

Anda mungkin juga menyukai