Anda di halaman 1dari 34

HUKUM

KEBIJAKAN
PUBLIK
NYOMAN MAS ARYANI, SH., MH.
PIHAK YANG TERLIBAT DALAM
PERUMUSAN KEBIJAKAN PUBLIK

• Pihak-pihak yang terlibat dalam proses perumusan kebijakan publik


tergantung dari sistem politik (political system) negara yang
bersangkutan, sehingga sulit ditemukan generalisasinya.
• Frederick S. Lane dalam sistem kebijakan nasional Amerika Serikat
menyebutkan ada 8 pihak yang terlibat dalam proses perumusan
kebijakan publik (policy making octagon)
POLICY MAKING OCTAGON

1. The Citizen
2. Conggres
3. Supreme Court/ Court System
4. President
5. The Bureaucracy
6. The Press
7. Interest Group
8. Political Parties
SISTEM KEBIJAKAN NASIONAL
INDONESIA (SEBELUM PERUBAHAN)

1. Infra StrukturPolitik
a. Partai Politik (PPP&PDI) dan Golkar
b. Kelompok Kepentingan
c. Media Massa
d. Warga Negara
2. Supra Struktur Politik
a. Majelis Permusyawaratan Rakyat
b. Presiden
c. Dewan Perwakilan Rakyat
d. MA
e. DPA
f. BPK
SISTEM KEBIJAKAN NASIONAL
INDONESIA (SETELAH PERUBAHAN)
1. Infra StrukturPolitik
a. Partai Politik
b. Kelompok Kepentingan
c. Media Massa
d. Warga Negara
2. Supra Struktur Politik
a. Majelis Permusyawaratan Rakyat
b. Presiden
c. Dewan Perwakilan Rakyat
d. Dewan Perwakilan Daerah
e. MA
f. MK
g. BPK
KADAR KETERLIBATANNYA

• Budi Winarno, membagi aktor-aktor atau peran serta dalam proses


perumusan kebijakan publik kedalam 2 kelompok:
a. Peran serta resmi: birokrasi, eksekutif, legislatif dan yudikatif
b. Peran serta tidak resmi : kelompok kepentingan, partai politik, WN dan
media massa.
PERANSERTA RESMI

Majelis Permusyawaratan Rakyat


merupakan aktor dalam proses perumusan kebijakan
publik berstrata dasar, yang dituangkan dalam bentuk
hukum berupa UUD.
BAB XVI. PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR 42
Perubahan Pasal-Pasal

Usul perubahan diajukan diajukan secara tertulis dan


oleh sekurang-kurangnya ditunjukkan dengan jelas
1/3 dari jumlah bagian yang diusulkan untuk
anggota MPR diubah beserta alasannya
[Pasal 37 (1)****] [Pasal 37 (2)****]

MPR
sidang MPR dihadiri oleh
sekurang-kurangnya 2/3
dari jumlah anggota MPR
[Pasal 37 (3)****]

Putusan dilakukan
dengan persetujuan
sekurang-kurangnya
50% + 1 anggota dari
seluruh anggota MPR
[Pasal 37 (4)****]
PERANSERTA RESMI

• Presiden
 merupakan aktor yang terlibat dalam proses
perumusan kebijakan publik berstrata umum
yang dituangkan dalam bentuk hukum berupa
undang-undang dan peraturan pemerintah
pengganti undang-undang
merupakan aktor yang terlibat dalam proses
perumusan kebijakan publik berstrata
pelaksanaan yang dituangkan dalam bentuk
hukum berupa peraturan pemerintah dan
peraturan presiden.
PERANSERTA RESMI

• Dalam perumusan undang-undang keterlibatan


Presiden adalah:
1. Berhak mengajukan rancangan Undang-
Undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat
2. Melakukan pembahasan bersama Dewan
Perwakilan Rakyat setiap Rancangan Undang
Undang untuk mendapat persetujuan bersama
3. Mengesahkan Rancangan Undang Undang
yang telah disetujui bersama untuk menjadi
undang-undang
BAB VII. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
Pembentukan Undang-Undang 18

Dalam hal RUU


tidak disahkan
dalam waktu 30
hari, RUU tersebut
sah menjadi UU
dan wajib
mendapat diundangkan
persetujuan bersama [Pasal 20 (5)**]
DPR
RUU dibahas
memegang
oleh DPR dan
Presiden
kekuasaan mengesahkan UU
membentuk UU Presiden untuk
berhak [Pasal 20 (4)*]
[Pasal 20 (1)*] mendapat
mengajukan
persetujuan
RUU
Anggota berhak bersama
[Pasal 5 (1)*]
mengajukan usul [Pasal 20 (2)*]
RUU tidak boleh
(Pasal 21*) tidak mendapat diajukan lagi
persetujuan bersama dalam
persidangan masa
itu
[Pasal 20 (3)*]
PERANSERTA RESMI
• Kewenangan Presiden dalam perumusan kebijakan publik dalam bentuk peraturan
pemerintah pengganti undang-undang hanya dapat dilakukan dalam hal ihwal
kegentingan yang memaksa.
• Kewenangan Presiden dalam perumusan kebijakan publik dalam bentuk peraturan
pemerintah, dilakukan untuk menjalankan undang-undang sebagaimana
mestinya.
Yang dimaksud “sebagaimana mestinya” artinya materi muatan yang diatur dalam
PP tidak boleh menyimpang dari materi yang diatur dalam UU yang
bersangkutan.
- Harus ada UU yang dilaksanakan
- Tidak boleh mencantumkan sanksi bila UU tidak
- Tidak boleh merubah/mengurangi ketentuan UU yang bersangkutan
- Untuk menjalankan UU, PP dapat dibentuk meskipun UU tidak
memintanya dengan tegas
-Berisi aturan dan/ atau penetapan
BAB VII. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
Peraturan Pemerintah Sebagai Pengganti Undang-Undang (Perpu) 21

setuju menjadi UU

Presiden
Perpu itu
Dalam hal ihwal harus
kegentingan yang
DPR
mendapat
memaksa, berhak persetujuan
menetapkan DPR
Perpu [Pasal 22 (2)]
[Pasal 22 (1)]
tidak harus dicabut
setuju [Pasal 22 (3)]
PERANSERTA RESMI

• Kewenangan Presiden dalam perumusan kebijakan publik


dalam bentuk peraturan presiden. Peraturan presiden
dibentuk untuk menyelenggarakan peraturan lebih lanjut
perintah UU dan PP
PERANSERTA RESMI

Dewan Perwakilan Rakyat


merupakan aktor yang terlibat dalam proses perumusan kebijakan
publik berstrata umum yang dituangkan dalam bentuk UU dan
Perpu.
 Keterlibatan Dewan Perwakilan Rakyat dalam perumusan UU
a. Memegang kekuasaan UU
b. Melakukan pembahasan bersama Presiden setiap Rancangan
Undang Undang untuk mendapat persetujuan bersama
c. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak mengajukan
Rancangan Undang Undang
Keterlibatan Dewan Perwakilan Rakyat dalam perumusan Perpu
adalah memberikan persetujuan (mencakup tidak memberikan
persetujuan) atas Perpu
PERANSERTA RESMI

Dewan Perwakilan Daerah


Dapat mengajukan kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat Rancangan Undang
Undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan
dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan SDA dan sumber daya ekonomi
lainnya serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.

Ikut membahas kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat Rancangan Undang Undang
yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan
pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan SDA dan sumber daya ekonomi
lainnya serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.

 Memberikan pertimbangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat atas Rancangan Undang


Undang APBN dan Rancangan Undang Undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan,
dan agama.
BAB VII. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 19
Pembentukan UU yang terkait dengan kewenangan DPD

Dalam hal RUU


tidak disahkan
dalam waktu
30 hari, RUU
tersebut sah
menjadi UU
mendapat dan wajib
DPD DPR persetujuan bersama diundangkan
[Pasal 20 (5)**]
dapat memegang
mengajukan RUU kekuasaan RUU dibahas
yang sesuai membentuk oleh DPR dan
Presiden
dengan mengesahkan
UU Presiden untuk UU
kewenangannya berhak
[Pasal 20 (1)*] mendapat [Pasal 20 (4)*]
[Pasal 22D (1)***] mengajukan
persetujuan
RUU
Anggota bersama
ikut membahas [Pasal 5 (1)*]
[Pasal 20 (2)*]
dan memberikan berhak
pertimbangan mengajukan tidak boleh
atas RUU yang usul RUU
sesuai dengan
tidak mendapat diajukan lagi
(Pasal 21*) persetujuan bersama dalam
kewenangannya
[Pasal 22D (2)***] persidangan
masa itu
[Pasal 20 (3)*]
BAB VIIA. DEWAN PERWAKILAN DAERAH 20
Kewenangan DPD

KEWENANGAN DPD
dapat
I. RUU yang berkaitan dapat ikut memberi
melakukan
mengajukan membahas pertimbangan
dengan: pengawasan
• Otonomi daerah ● ● ●
• Hubungan pusat dan daerah ● ● ●
• Pembentukan dan pemekaran
serta penggabungan daerah ● ● ●
• Pengelolaan sumber daya
alam dan sumber daya ● ● ●
ekonomi lainnya
• Perimbangan keuangan pusat
dan daerah ● ● ●
• RAPBN ● ●
• Pajak ● ●
• Pendidikan ● ●
• Agama ● ●
II. Pemilihan anggota BPK ●
PERANSERTA RESMI

• Mahkamah Konstitusi terlibat dalam perumusan kebijakan


publik dalam bentuk hukum berupa kewenangan mengadili
pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat
final untuk menguji UU terhadap UUD
PERANSERTA RESMI

• Mahkamah Agung terlibat dalam perumusan kebijakan


publik dalam bentuk hukum berupa kewenangan mengadili
pada tingkat kasasi yakni menguji peraturan perundang-
undangan di bawah UU terhadap UU.
PERAN SERTA TIDAK RESMI

• Partai Politik, Kelompok Kepentingan, Media Massa dan warga negara


Disebut tidak resmi karena kelompok ini meski terlibat aktif dalam
perumusan kebijakan publik namun tidak mempunyai kekuasaan yang
sah untuk membuat keputusan yang mengikat.
PERAN SERTA TIDAK RESMI

Partai Politik
suatu gerakan yang memiliki tujuan yang lebih bersifat
fundamental dimana memperjuangkan tujuannya melalui Pemilu
Kelompok Kepentingan
suatu gerakan yang ingin mengadakan perubahan pada
lembaga politik terkadang malah ingin menciptakan suatu tatanan
baru dengan cara politik. Dalam melancarkan pengaruhnya tidak
berusaha merebut jabatan politik tetapi cukup mempengaruhi
orang-orang yang menduduki jabatan agar kepentingannya
mendapat perhatian.
PERAN SERTA TIDAK RESMI

Media Massa
Penjelasan UU No. 10 Tahun 2004, Pasal 22 Penyebarluasan: agar
khalayak ramai mengetahui Rancangan Undang Undang yang sedang
dibahas di Dewan Perwakilan Rakyat guna memberikan masukan atas
materi yang sedang dibahas.
 Penyebarluasan dilakukan baik melalui media elektronik :televisi,
radio,internet, maupun media cetak: surat kabar, majalah.
MEDIA MASSA

• BAB X PENYEBARLUASAN Pasal 88


(1) Penyebarluasan dilakukan oleh DPR dan Pemerintah sejak penyusunan
Prolegnas, penyusunan Rancangan Undang-Undang, pembahasan
Rancangan Undang-Undang, hingga pengundangan Undang-Undang.
(2) Penyebarluasan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dilakukan untuk
memberikan informasi dan/atau memperoleh masukan masyarakat serta
para pemangku kepentingan.
• Penjelasan Pasal 88 ayat (1): Penyebarluasan adalah kegiatan menyampaikan
informasi kepada masyarakat mengenai Prolegnas, Rancangan Undang-Undang yang
sedang disusun, dibahas, dan yang telah diundangkan agar masyarakat dapat
memberikan masukan atau tanggapan terhadap Undang-Undang tersebut atau
memahami Undang-Undang yang telah diundangkan. Penyebarluasan Peraturan
Perundang-undangan tersebut dilakukan, misalnya, melalui media elektronik dan/atau
media cetak.
PERAN SERTA TIDAK RESMI

• Warga Negara
 Partisipasi Masyarakat, Pasal 53 UU No 10 Tahun
2004.Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan
atau tertulis dalam rangka penyiapan atau pembahasan
Rancangan Undang Undang dan Ranperda.
 Terkait dengan hal diatas yaitu asas keterbukaan yaitu
dalam proses pembentukan Peraturan perundang-undangan
mulai dari perencanaan, persiapan, penyusunan dan
pembahasan bersifat transparan dan terbuka. Dengan
demikian seluruh masyarakat mempunyai kesempatan yang
seluas-luasnya untuk memberikan masukan
WARGA NEGARA

• Bab IX Partisipasi Masyarakat, Pasal 96


(1) Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan dan/atau tertulis dalam
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
(2) Masukan secara lisan dan/atau tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan melalui:
a. Rapat dengan pendapat umum;
b. Kunjungan kerja;
c. Sosialisasi; dan/atau;
d. Seminar, lokakarya, dan/atau diskusi
(3) Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah orang perorangan atau
kelompok orang yang mempunyai kepentingan atas substansi Rancangan Peraturan
Perundang-undangan.
(4) Untuk memudahkan masyarakat dalam memberikan masukan secara lisan dan/atau
tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setiap Rancangan Peraturan Perundang-
Undangan harus dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat
ASAS PEMBENTUKAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN YANG BAIK

a. Kejelasan tujuan
b. Kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat
c. Kesesuaian antara jenis dan materi muatan
d. Dapat dilaksanakan
e. Kedayagunaan dan keberhasilgunaan
f. Kejelasan rumusan
g. Keterbukaan
ASAS KEJELASAN TUJUAN

• Penjelasan Pasal 5 Huruf a


• Yang dimaksud dengan “asas kejelasan tujuan” adalah
bahwa setiap Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
harus mempunyai tujuan yang jelas yang hendak dicapai
ASAS KELEMBAGAAN ATAU
PEJABAT PEMBENTUK YANG
TEPAT
• Penjelasan Pasal 5 huruf b
• Setiap jenis Peraturan Perundang-undangan harus dibuat
oleh lembaga negara atau pejabat Pembentuk Peraturan
Perundang-undangan yang berwenang. Peraturan
perundang-undangan tersebut dapat dibatalkan atau batal
demi hukum apabila dibuat oleh lembaga negara atau
pejabat yang tidak berwenang
ASAS KESESUAIAN ANTARA
JENIS, HIERARKI DAN MATERI
MUATAN
• Penjelasan Pasal 5 huruf c
• Pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus benar-
benar memperhatikan materi muatan yang tepat sesuai
dengan jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan.
ASAS DAPAT DILAKSANAKAN

• Pasal 5 Huruf d
• Pembentukan peraturan perundang-undangan harus
memperhitungkan efektivitas Peraturan Perundang-
undangan tersebut di dalam masyarakat, baik secara
filosofis, sosiologis maupun yuridis.
ASAS KEDAYAGUNAAN DAN
KEHASILGUNAAN
• Pasal 5 huruf
• Setiap peraturan Perundang-undangan dibuat karena
memang benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat dalam
mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara
ASAS KEJELASAN RUMUSAN

• Pasal 5 Huruf f
• Setiap peraturan Perundang-undangan harus memenuhi
persyaratan teknis penyusunan Peraturan Perundang-
undangan, sistematika, pilihan kata atau istilah serta bahasa
hukum yang jelas dan mudah dimengerti sehingga tidak
menimbulkan berbagai macam interpretasi dalam
pelaksanaannya
ASAS KETERBUKAAN

• Pasal 5 huruf g

• Setiap pembentukan peraturan perundang-


undangan mulai dari perencanaan, penyusunan,
pembahasan, pengesahan/penetapan dan
pengundangan bersifat transparan dan terbuka.
Dengan demikian seluruh lapisan masyarakat
mempunyai kesempatan seluas-luasnya untuk
memberikan masukan dalam pembentukan
perundang-undangan

Anda mungkin juga menyukai