e. Badan Anggaran; f. Badan Kehormatan; dan g. alat kelengkapan lain yang diperlukan dan dibentuk oleh rapat paripurna. (Pasal 353 ayat 1 UU Nomor 27 Tahun 2009).
Susunan dan keanggotaan Badan Legislasi Daerah dibentuk pada permulaan masa keanggotaan DPRD dan permulaan tahun sidang. Jumlah anggota Badan Legislasi Daerah ditetapkan dalam rapat paripurna menurut pertimbangan dan pemerataan jumlah anggota komisi. Jumlah anggota Badan Legislasi Daerah setara dengan jumlah anggota satu komisi di DPRD yang bersangkutan. Anggota Badan Legislasi Daerah diusulkan masing-masing fraksi. ( Pasal 51 ayat 1 sd 4 PP Nomor 16 Tahun 2010).
e. Memberikan pertimbangan terhadap rancangan Perda yang diajukan oleh anggota, komisi dan/atau gabungan komisi, di luar prioritas rancangan Perda tahun berjalan atau di luar rancangan Perda yang terdaftar dalam Prolegda. f. Mengikuti perkembangan dan melakukan evaluasi terhadap pembahasan materi muatan rancangan Perda melalui koordinasi dengan komisi dan/atau panitia khusus; g. Memberikan masukan kepada pimpinan DPRD atas rancangan Perda yang ditugaskan oleh Badan Musyawarah; dan h. Membuat laporan kinerja pada masa akhir keanggotaan DPRD baik yang sudah maupun yang belum terselesaikan untuk dapat digunakan sebagai bahan oleh komisi pada masa keanggotaan berikutnya. (Pasal 53 PP Nomor 16 Tahun 2010).
Banlegda adalah alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap dengan tugas pokok :
a. Menginventarisasi seluruh Perda yang sudah ada untuk dibuat klasifikasinya ke dalam tiga kelompok : 1) Perda yang sudah tidak berfungsi sebagai instrumen aturan hukum. Untuk Perda semacam ini diusulkan untuk dicabut dan diganti dengan Perda yang baru. 2) Perda yang sebagian materinya sudah tidak sesuai dengan kondisi sosiologis masyarakat atau bertentangan dengan peraturan perUUan yang berlaku. Perda kategori ini perlu diubah/diganti. Diubah apabila filosofi dan paradigma dalam Perda tsb tidak berubah. 3) Perda yang masih berlaku secara efektif.
b. Perda yang harus dibuat, karena : 1) Adanya perintah dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatannya, baik undang-undang ataupun peraturan pemerintah; 2) Adanya inisiatif dari Anggota DPRD maupun dari Pihak Pemda. 3) Adanya inisiatif rancangan perda dari masyarakat yang kemudian disalurkan melalui DPRD ataupun melalui Pemda.
Setelah seluruhnya terinventarisasi, Banlegda menyusun rancangan Prolegda selama masa bakti DPRD, yang kemudian dibagi untuk masingmasing tahun anggaran.
Rancangan Prolegda tersebut kemudian dibahas bersama dengan pihak Pemda untuk disepakati Perda mana yang akan dibuat oleh DPRD dan Perda mana yang akan disiapkan oleh Pemda. Setelah ada kesepakatan dengan Pihak Pemda, Banleg menyampaikan rancangan Prolegda kepada Rapat Paripurna DPRD untuk memperoleh persetujuan. Berdasarkan Prolegda, Sidang Paripurna menetapkan Panitia Khusus (Pansus) untuk menyiapkan Perda-perda yang akan menjadi inisiatif DPRD, maupun untuk membahas Ranperda yang disiapkan oleh Pemda.
Meskipun sdh disusun Prolegda, dalam perjalanan waktu dapat saja disisipkan rencana penyusunan Perda lainnya di luar yang telah tertuang dalam Prolegda, apabila : a. Ada kebutuhan yang sangat mendesak; b. Adanya perintah dari peraturan per-UU-an yang lebih tinggi untuk segera membuat Perda. * Tambahan pembuatan Perda diluar skema Prolegda disepakati bersama antara DPRD dengan Pemda.
* Program legislasi yang sudah disiapkan oleh Banleg didistribusikan kepada berbagai Panitia Khusus (Pansus) yang dibentuk sesuai kebutuhan. Pansus ini merupakan alat kelengkapan dewan yang bersifat tidak tetap, dalam arti apabila perda yang ditangani sudah selesai, maka Pansus tersebut kemudian dibubarkan.
PERDA sebagai dasar perumusan kebijakan publik di daerah PERDA sebagai kontrak sosial di daerah
PERDA sebagai pendukung pembentukan perangkat daerah dan susunan organisasi perangkat daerah.
11
Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Peraturan Pemerintah Peraturan Presiden
Peraturan Daerah
(Perda Propinsi, Perda
12
Jenis Peratuan Perundang-undangan selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi. Kekuatan hukum Peraturan Perundang-undangan adalah sesuai dengan hierarki sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
13
dapat dilaksanakan.
14
f. Untuk mendukung pelaksanaan fungsi legislasi tersebut, pada pasal 24 PP Nomor 37 Tahun 2005 dikemukakan ketentuan sbb:
(1) Belanja Penunjang Kegiatan disediakan untuk mendukung kelancaran tugas, fungsi dan wewenang DPRD. (2) Belanja Penunjang Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun berdasarkan rencana kerja yang ditetapkan Pimpinan DPRD. (3) Rencana kerja DPRD dapat berupa kegiatan :
a. rapat-rapat; b. kunjungan kerja; c. penyiapan rancangan peraturan daerah, pengkajian dan penelaahan peraturan daerah; d. peningkatan sumberdaya manusia dan profesionalisme; e. koordinasi dan konsultasi kegiatan pemerintahan dan kemasyarakatan.
*yang menjadi ranah DPRD adalah mengenai Peraturan Daerah, sedangkan Peraturan Kepala Daerah dan Keputusan Kepala Daerah adalah ranah Kepala Daerah, sebagai penjabaran dari PERDA.
16
*Raperda tentang APBD/Perubahannya, Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan Tata Ruang Daerah perlu mendapat evaluasi pejabat berwenang terlebih dahulu sebelum bisa ditetapkan menjadi Perda
17
Konsultasi
*Raperda tentang APBD/Perubahannya, Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan Tata Ruang Daerah perlu mendapat evaluasi pejabat berwenang terlebih dahulu sebelum bisa ditetapkan menjadi Perda
18
19
20
b. Pengertian Prolegda
Program Legislasi Daerah (Prolegda) adalah instrumen perencanaan pembentukan produk hukum daerah yang disusun secara terencana, terpadu dan sistematis.
(Permendagri No.16 Thn 2006)
21
DPRD
22
23
24
Adanya kesamaan visi dan persepsi dari pihak-pihak yang terkait tentang penyusunan NA
Proses Penyusunan NA
25
2.
3.
Tahapan pelaksanaan penyusunan NA: 1. kajian kerangka konsep NA; 2. Penyusunan draft NA.
Analisis dan formulasi draft NA: 1. Mengakomodasi masukan-masukan yang dianggap bermanfaat ke dalam draft NA. 2. Merumuskan dalam naskah yang utuh
Konsultasi dan diskusi publik draft NA: 1. Menginformasikan draft NA 2. Menghimpun masukan-masukan dari berbagai pihak.
Memberikan NA kpd legislatif dan eksekutif untuk dijadikan sbg bahan masukan dan pertimbangan
26
d. Ruang Lingkup NA
I. PENDAHULUAN
A. B. C. D. Latar Belakang Permasalahan Maksud dan Tujuan Sistematika
II.
TELAAHAN AKADEMIK
A. B. C. D. Kajian Yuridis Kajian Sosiologi Kajian Filosofis Kajian Politis
27
III.
IV.
V.
PENUTUP
28
3. Penyusunan Raperda
a. Asas Pembentukan Perda b. Asas Materi Muatan c. Harmonisasi
1) Dasar Hukum 2) Pengertian Harmonisasi 3) Tujuan Harmonisasi
d. Asas Pemberlakuan Per-UU-an e. Pengkaidahan yang Baik dan Benar f. Ketentuan Linguistik
29
PEMRAKARSA
1. Mendiskusikan dan membahas melalui FGD, seminar, dialog publik, diskusi ahli; 2. Dirumuskan bersama sesuai dengan hasil dari butir 1 (D-1);
TIM PENYUSUN
30
1. Mendiskusikan dan membahas melalui FGD, seminar, dialog publik, diskusi ahli;
31
Daftar nama (min 5 orang) dan tanda tangan pengusul +raperda + naskah akademis
PIMPINAN DPRD
Rapat Paripurna pada masa persidangan tersebut memutuskan untuk :
Pembahasan dalam Rapat Komisi/Gabungan Komisi atau Panitia khusus dengan KDH/Pejabat yang ditunjuk
Pimpinan DPRD menugaskan Komisi/Badan Legislasi atau Pansus untuk menyempurnakan Pimpinan DPRD menyampaikan raperda kepada KDH
T I N G K A T II T I N G K A T I
Jawaban Fraksi terhadap pendapat KDH/Pejabat Pendapat KDH terhadap Raperda usul DPRD
Penjelasan dalam Rapat Paripurna oleh Pimpinan Komisi/Gabungan Komisi atau Pimpinan Pansus terhadap Raperda 32
Raperda beserta naskah akdemisnya disertai Surat Pengantar dari Kepala Daerah
Penyampaian sambutan KDH terhadap pengambilan keputusan Pengambilan Keputusan dalam Rapat Paripurna Pembahasan dalam Rapat Komisi/Gabungan Komisi atau Panitia khusus dengan KDH/Pejabat yang ditunjuk Jawaban KDH terhadap pemandangan umum Fraksi Pemandangan Umum Fraksi-Fraksi
PIMPINAN DPRD
Dibagikan kpd anggota Rapat Paripurna pada masa sidang yang bersangkutan
T I N G K A T II
T I N G K A T I