Sistem Unikameral adalah model parlement yang meletakan adanya
lembaga tunggal sebagai pemegang kuasa di lembaga parlemen, dalam arti
apabila tugas-tugas kekuasan legislatif dijalankan sepenuhnya oleh sebuah dewan. Jadi tidak mengenal juga pemisahan antara DPR dan senat atau majelis tinggi dan rendah. Sistem Unikameral banyak diterapkan dinegara- negara yang berukuran kecil seperti Singapura, Laos, Libanon dan Syiria. Sistem unikameral di terapkan dinegara tersebut karena system bikameral dipandang membawa komplikasi-komplikasi,penundaan dan biaya-biaya, dengan sedikit kompensi yang menguntungkan. Adapun keuntungan dalam system legislatif unikameral diantaranya dapat cepat meloloskan Undang- undang (karena hanya satu badan yang diperlukan untuk mengadopsi Rancangan Undang-Undang sehingga tidak perlu lagi menyesuaikan dengan usulan yang berbeda-beda). Sistem Bikameral adalah model parlement yang terdiri dari dua lembaga atau badan yang berperan di lembaga perwakilan, yaitu majelis rendah dan majelis tinggi. Majelis rendah adalah majelis yang anggotanya dipilih dan mewakili rakyat yang berdasarkan jumlah penduduk secara generik. Sedangkan Majelis tinggi adalah majelis yang anggotanya dipilih atau diangkat dengan dasar lain ( bukan berdasarkan jumlah penduduk). Majelis rendah pada umumnya mewakili kepentingan partai yang skalanya internasional, sedangkan majelis tinggi pada umumnya adalah Lembaga yang mewakili kepentingan wilayah atau kelompok-kelompok fungsional. Yang menjadi ukuran utama dalam menentukan system bicameral kuat atau lemah adalah kekuasaan yang diberikan konstitusi kepada kedua kamar tersebut. Sistem bicameral ini diterapkan di India dan Venezuela. Sumber referensi: IPEM 4323/Legislatif Indonesia http://repository.untag-sby.ac.id/teori parlemen bikameral http://ejournal.uki.ac.id/ Analisa yuridis terhadap system kameral majelis DPD dibentuk berdasarkan berbagai alasan salah satunya adalah permasalahan keterwakilan yang tidak mencerminkan kondisi yang sesungguhnya serta sistem perwakilan yang belum mencerminkan check and balance maka dibentuklah DPD (Dewan Perwakilan Daerah) sebagai pemenuhan keterwakilan aspirasi daerah dalam tatanan pembentukan kebijakan ditingkat pusat yang merupakan bagian dari amandemen ketiga UUD. Pasal 22D UUD 1945 telah menyebutkan kewenangan DPD dibidang legislasi yakni pengajuan RUU tertentu, ikut membahas bersama DPR dan Pemerintah terhadap penyusunan RUU tertentu, pemberian pandangan dan pendapat terhadap RUU tertentu, pemberian pertimbangan terhadap RUU tentang APBN dan RUU yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama, serta pengawasan terhadap pelaksanaan UU tertentu. Beberapa kali UU tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD (UU MD3) telah mengalami penyempurnaan, dari mulai UU Nomor 27 Tahun 2009, UU No. 17 Tahun 2014 kemudian disempurnakan dengan UU Nomor 42 Tahun 2014 dan sekarang sudah disempurnakan dan diganti dengan UU Nomor 2 Tahun 2018 dimana tugas dan wewenang DPD adalah sebagai berikut: Fungsi DPD RI Mengacu pada ketentuan Pasal 22D UUD 1945 dan Tata Tertib DPD RI bahwa sebagai lembaga legislatif DPD RI mempunyai fungsi legislasi, pengawasan dan penganggaran yang dijalankan dalam kerangka fungsi representasi. DPD mempunyai wewenang dan tugas: a. mengajukan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, Pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah kepada DPR; b. ikut membahas rancangan undang-undang yang berkaitan dengan hal sebagaimana dimaksud dalam huruf.a; c. menyusun dan menyampaikan daftar inventaris masalah rancangan undang-undang yarrg berasal dari DPR atau Presiden yang berkaitan dengan hal sebagaimana dimaksud dalam huruf a; d. memberikan pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-undang tentang APBN dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan Pajak, Pendidikan, dan agama; e. dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan agama; f. menyampaikan hasil pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan undang-undang APBN, pajak, pendidikan, dan agama kepada DPR sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti; g. menerima hasil pemeriksaan atas keuangan negara dari BPK sebagai bahan membuat pertimbangan kepada DPR tentang rancangan undang- undang yang berkaitan dengan APBN; h. memberikan pertimbangan kepada DPR dalam pemilihan anggota BPK; i. menyusun program legislasi nasional yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, Pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah; dan j. melakukan pemantauan dan evaluasi atas rancangan peraturan daerah dan peraturan daerah. Sumber referensi: - IPEM 4323/Legislatif Indonesia - https://peraturan.bpk.go.id/ uu-no-2-tahun-2018 - https://dpd.go.id/fungsi-tugas-wewenang