Anda di halaman 1dari 15

NAMA : Muhammad Aris Wafdulloh

NIM : 20190610141
KELAS : Hukum Sarana Pemerintahan/I

KEWENANGAN DPR DALAM KEUANGAN NEGARA

BAB 1

A. Latar Belakang

Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD


1945) menjadi variabel bebas, yang menggerakkan konstruksi politik sangat kondusif bagi
bangkitnya demokratisasi politik tidak saja menyangkut relasi antara badan legislatif
terhadap kelembagaan suprastruktur politik lainnya, terutama antara pihak DPR terhadap
eksekutif, tetapi juga hingga di tingkat internal kelembagaan perwakilan itu sendiri, yaitu
baik pada masing-masing alat kelengkapan dan fraksi, serta masing-masing supporting
system-nya. Perjalanan lahirnya perangkat pengaturan kelembagaan politik dalam konteks
demokratisasi, diarahkan dalam rangka usaha menciptakan check and balances. Check and
balances mempunyai arti mendasar dalam hubungan antar kelembagaan negara. Misalnya,
untuk aspek legislasi.

Ruang lingkup pembaruan politik yang sangat terbatas bagi dukungan substansial
pelaksanaan fungsi-fungsi kelembagaan perwakilan politik, baik menyangkut MPR, DPR,
DPD, dan DPRD, dianggap membuktikan titik lemah dari politik kompromi antar
kepentingan dan tuntutan antar kalangan tersebut. Konstruksi prosedural politik yang
menghambat pelaksanaan kewenangan perwakilan politik, di tengah kuatnya desakan
tuntutan politik demokratisasi, juga cukup menempatkan peran kenegaraan DPR yang
terjebak pada seremoni prosedural pelaksanaan fungsi-fungsinya.

Terkait dengan fungsi anggaran, DPR memiliki tugas dan wewenang:

 Memberikan persetujuan atas RUU tentang APBN (yang diajukan Presiden)


 Memperhatikan pertimbangan DPD atas RUU tentang APBN dan RUU terkait pajak,
pendidikan dan agama
 Menindak lanjuti hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara yang disampaikan oleh BPK
 Memberikan persetujuan terhadap pemindah tanganan aset negara maupun terhadap
perjanjian yang berdampak luas bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban
keuangan negara1

Sebelum dilakukannya perubahan UUD 1945, kelembagaan BPK diatur dalam Pasal 23 ayat
(5) berada dalam Bab VIII tentang hal keuangan, yang berbunyi: “ Untuk memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara diadakan suatu BPK, yang peraturannya
ditetapkan dengan undang-undang. Hasil pemeriksaan itu diberitahukan kepada DPR”. 14
Setelah ada perubahan UUD 1945 dalam melaksanakan tugas tersebut DPR bermitra dengan
BPK. Kelembagaan BPK diatur tersendiri dalam Bab VIII A tentang BPK Pasal 23 E
menentukan bahwa : “(1)Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan
negara diadakan suatu BPK yang bebas dan mandiri; (2) hasil pemeriksaan keuangan negara
diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD sesuai dengan kewenangannya; (3) hasil pemeriksaan
tersebut ditindak lanjuti oleh lembaga perwakilan dan/atau badan sesuai dengan undang-undang.

Hasil pemeriksaan keuangan negara yang dilakukan BPK diberitahukan kepada DPR.
Meskipun demikian, BPK bukanlah bawahan DPR. Dalam konteks ini, BPK adalah mitra DPR
dalam mengawasi sekaligus mengevaluasi dan menilai kebijakan penggunaan keuangan negara
yang dilakukan pemerintah. Dalam hal laporan pertanggungjawaban Presiden tentang
pengelolaan keuangan negara, DPR mempunyai wewenang melanjutkan dan mengambil
tindakan-tindakan yang perlu mengenai masalah keuangan-keuangan negara.

1
Pasal 20A ayat 1 UUD NRI 1945
Keuangan negara sebagai bagian terpenting dalam pelaksanaan pembangunan nasional yang
pengelolaannya diimplemantasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN)
maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan pilar utama pembiayaan
penyelenggaraan negara. Untuk itu (Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia (LNRI) Nomor
4286, Pressindo, Jakarta, 2009: 126) dalam rangka mendukung terwujudnya good governance
dalam penyelenggaraan negara, pengelolaan keuangan negara perlu diselenggarakan secara
profesional, terbuka, dan bertanggung jawab sesuai dengan aturan pokok yang telah ditetapkan
dalam Undang-Undang Dasar.

Keuangan negara di dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 memiliki ruang lingkup
atau cakupan yang luas, yaitu semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang.
Keuangan negara juga meliputi segala susuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat
dijadikan milik negara sehubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Oleh karena
itu pengelolaan keuangan negara di samping harus mencerminkan asas-asas umum juga harus
mencerminkan asas-asas baru sebagai pencerminan best practice (penerapan kaidah-kaidah yang
baik) dalam pengelolaan keuangan negara (Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara, Tambahan LNRI Nomor 4286, Pressindo, Jakarta, 2009: 126),
yaitu :

1. akuntabilitas berorientasi pada hasil;

2. profesionalitas;

3. keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara;

4. pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri.2

Pengawasan tidak lepas kaitannya dengan pemeriksaan karena pemeriksaan itu pada
hakekatnya adalah bagian dari pengawasan dan keduanya saling berhubungan. Dapat dikatakan
bahwa cikal bakal ide pembentukan Badan Pemeriksa Keuangan ini berasal dari Raad van
Rekenkamer pada zaman Hindia Belanda. Beberapa negara lain juga mengadakan lembaga

2
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Tambahan LNRI Nomor 4286, Pressindo,
Jakarta, 2009: 126
semacam ini untuk menjalankan fungsi-fungsi pemeriksaan atau sebagai eksternal auditor
terhadap kinerja keuangan pemerintah.

Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari adanya kemungkinan


penyelewengan atas tujuan yang akan dicapai. Melalui pengawasan diharapkan dapat membantu
melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan
secara efektif dan efisien. Bahkan, melalui suatu pengawasan tercipta suatu aktivitas yang
berkaitan erat dengan penentuan dan evaluasi mengenai sejauh mana pelaksanaan kerja sudah
dilaksanankan. Pengawasan juga dapat mendeteksi sejauh mana kebijakan pimpinan dijalankan
dan sejauh mana penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan kerja tersebut.3

Berkaitan dengan kewenangan DPR dalam menentukan, mengesahkan, dan mengawasi


keuangan negara.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat mengambil poin-poin yang akan dibahas,
sebagai berikut :

1. Kewenangan DPR melakukan pemeriksaan teknis dalam pengawasan pelaksanaan


APBN?
2. Mekanisme pengesahan keuangan negara oleh DPR.

BAB 2

A. Pembahasan
Di Indonesia DPR memiliki tugas yaitu melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan undang-undang, APBN, dan kebijakan pemerintah sesuai dengan ketentuan
Pasal 72 huruf (d) Undang-undang No. 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, DPRD
Juncto. Undang-undang No. 2 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
undang No. 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD. 4 Menurut Bagir
Manan, wewenang dalam bahasa hukum tidak sama dengan kekuasaan (macht).

3
Adrian sutedi, Hukum Keuangan Negara, P.T Alumni, Jakarta, 2011, hlm. 171.
4
9UU No. 17 tahun 2014 MD3 Pasal 72 huruf (d) Juncto.UU No. 2 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-undang No. 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD .
Kekuasaan adalah kemampuan untuk berbuat atau tidak berbuat. Dalam hukum,
wewenang sekaligus hak dan kewajiban (recht en plichten) dalam kaitan dengan otonomi
daerah, hak mengandung kekuasaan untuk mengatur sendiri dan mengelola sendiri,
sedangkan kewajiban horizontal berarti kekuasaan untuk melaksanakan pemerintahan
sebagaimana mestinya. Vertikal berarti kekuasaan untuk menyelenggarakan
pemerintahan dalam suatu tertib ikatan pemerintahan negara secara keseluruhan.5
UUD 1945 pasca amandemen Pasal 20 A ayat (1) menyatakan bahwa “DPR
memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran dan fungsi pengawasan”.4 Setelah terjadi
perubahan, beban tugas dan tanggung jawab DPR menjadi bertambah berat. Akan tetapi,
itulah yang seharusnya dilakukan karena salah satu fungsi DPR adalah menjalankan
fungsi legislasi, disamping fungsi pengawasan dan budget.
Lembaga negara atau organ negara menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan 6
dengan keberadaan negara. Pembentukan lembaga negara atau organ negara merupakan
manifestasi dari mekanisme keterwakilan rakyat dalam menyelengarakan pemerintahan.
Seperti telah dikatakan dalam pembahasan sebelumnya, pembentukan negara tidak lain
yaitu untuk kepentingan rakyat sehingga pembentukan lembaga negara atau organ negara
harus merepresentasikan aspirasi rakyat.
Jika dirinci, fungsi-fungsi kontrol atau pengawasan oleh DPR sebagai lembaga
perwakilan rakyat dapat pula dibedakan, yaitu
1. Pengawasan terhadap penentuan kebijakan (control of policymaking)
2. Pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan (control of policyexecuting)
3. Pengawasan terhadap penganggaran dan belanja negara (control of
budgeting)
4. Pengawasan terhadap pelaksanaan anggaran dan belanja negara (control of
budgedimplementation)
5. Pengawasan terhadap kinerja pemerintahan (control of government
performance)
6. Pengawasan terhadap pengangkatan pejabat publik (control of political
oppointment of public officials); dalam bentuk persetujuan atau penolakan,
ataupun dalam bentuk pemberian pertimbangan oleh DPR.
5
1Ibid.,hlm. 100
6
Op. Cit., hlm. 13.
Konsep yang paling populer dan diadopsi berbagai negara adalah konsep trias
politika. Dokrin yang pertama kali dikemukakan Jhon Lock dan Montesquei ini membagi
kekuasaan negara menjadi tiga macam, yaitu kekuasaan legislatif, eksekutif, yudikatif.
Kekuasaan legislatif berfungsi membuat undang - undang, kekuasaan eksekutif
melaksanakan undang-undang, dan kekuasaan yudikatif merupakan kekuasaan yang
mengadili pelanggaran atas undang-undang. Menurut Montesquie, ketiga jenis kekuasaan
harus dipisahkan satu sama lain (separation of power), baik mengenai tugas (fungsi)
maupun alat perlengkapan (organ) yang menyelenggarakannya. Secara khusus,
Montesquie menekankan pentingnya kebebasan dari badan kekuasaan yudikatif karena
disitulah letak kemerdekaan individu dan hak asasi manusia dijamin dan dipertaruhkan. 7
Wewenang adalah pengertian yang berasal dari hukum pemerintahan, yang dapat
dijelaskan sebagai keseluruhan aturan-aturan yang berkenaan dengan perolehan dan
penggunaan wewenang pemerintah oleh subyek hukum publik di dalam hubungan hukum
publik.
Tetapi konsep trias politika dalam konsep aslinya dalam negara yang paling
banyak mempertahankan asas trias politika seperti Amerika serikat, maupun yang
terbatas seperti Inggris, susah sekali menyelenggarakannya dalam praktek. Oleh kerena
itu, maka ada kecendrungan untuk menafsirkan konsep trias politica tidak lagi sebagai
“pemisahan kekuasaan” (separation of power), tetapi sebagai “pembagian kekuasaan”
(division of power) yang diartikan bahwa fungsi pokoklah yang dibedakan menurut
sifatnya serta diberikan kepada badan yang berbeda (distict hands), tetapi untuk
selebihnya kerjasama di antara fungsi-fungsi tersebut tetap diperlukan untuk kelancaran
organisasi.8
Fungsi pemeriksaan keuangan yang dikaitkan dengan lembaga ini sebenarnya
terkait erat dengan fungsi pengawasan oleh DPR. Oleh karena itu, kedudukan
kelembagaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) ini sesungguhnya berada dalam ranah
kekuasaan legislatif atau sekurang kurangnya berhimpitan dengan fungsi pengawasan
anggaran yang dijalankan oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Keberadaan lembaga ini
dalam struktur kelembagaan indonesia bersifat auxiliary terhadap fungsi Dewan
Perwakilan Rakyat dibidang pengawasan terhadap kinerja pemerintahan. Justru karena
7
Ibid.,hlm. 14.
8
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, PT Ikrar Mandiri Abadi, Jakarta, 2008, hlm. 286.
fungsi pengawasan yang dilakukan DPR itu bersifat politis memang diperlukan lembaga
khusus yang dapat melakukan pemeriksaan keuangan (financial audit) secara lebih teknis.
Menurut Jimly Asshiddiqie, dalam praktik di Indonesia fungsi pembentukan
undand-undanglah yang paling diutamakan, kemudian fungsi pengawasan dan keuangan
DPR adalah fungsi yang skunder atau bukan fungsi utama. Padahal, ketigatiganya sama-
sama penting. Bahkan dewasa ini, diseluruh penjuru dunia, yang lebih diutamakan adalah
fungsi pengawasan dari pada fungsi legislasi. Hal ini terjadi karena sistem di negara
hukum di berbagai negara maju, khususnya yang menganut tradisi civil law sudah
dianggap cukup untuk menjadi pedoman penyelenggaraan negara yang demokratis dan
sejahtera sehingga tidak banyak lagi produk hukum baru yangdiperlukan.
Di Indonesia DPR bertugas untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
undang-undang, APBN, dan kebijakan pemerintah sesuai dengan ketentuan Pasal 72
huruf (d) Undang-undang No. 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, DPRD Juncto.
Undang-undang No. 2 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang No. 17
Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD.
Menurut George R. Tery mengartikan pengawasan yaitu sebagai mendeterminasi
apa yang telah dilaksanakan, artinya mengevaluasi prestasi kerja dan bila perlu, dengan
menerapkan tindakan-tindakan korektif maka hasil pekerjaan akan sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan. Adapun lainnya, pengawasan adalah proses untuk menjamin
bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai di mana hubungan yang sangat
erat antara perencanaan dan pengawasan. Pengawasan juga menjadi sebuah proses
pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar
supaya semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang
telah ditentukan sebelumnya.
Dalam kaitannya dengan akuntabilitas publik pengawasan merupakan salah satu
cara untuk membangun dan menjaga legitimasi warga masyarakat terhadap kinerja
pemerintahan dengan menciptakan suatu sistem pengawasan yang efektif, baik
pengawasan intern (intern control) maupun pengawasan ekstern (ekstern control).
Disamping mendorong adanya pengawasan masyarakat (socialcontrol).
Pengawasan anggaran dilakuka DPR sebagai bentuk akuntabilitas dan
pertanggungjawaban kepada rakyat. Pegawasan pelaksanaan APBN dilakukan oleh
Komisi bersama pasangan kerjanya melalui rapat kerja atau rapat dengar pendapa setiap
Realisasi Semester 1 pelaksanaan APBN dan RUU tentang pertanggungjawaban
pelaksanaan APBN kepada DPR untuk dibahas yaitu salah satu bentuk pengawasan
anggaran yang dilakukan oleh Badan Anggaran.
Hasil pemeriksaan keuangan negara yang dilakukan BPK diberitahukan kepada
DPR. Meskipun demikian, BPK bukanlah bawahan DPR. Dalam konteks ini, BPK adalah
mitra DPR dalam mengawasi sekaligus mengevaluasi dan menilai kebijakan penggunaan
keuangan negara yang dilakukan pemerintah. Dalam hal laporan pertanggungjawaban
Presiden tentang pengelolaan keuangan negara, DPR mempunyai wewenang melanjutkan
dan mengambil tindakan-tindakan yang perlu mengenai masalah keuangan-keuangan
negara.
Nantinya laporan hasil pemeriksaan BPK menjadi salah satu input bagi Komisi
dalam melakukan pengawasan pada mitra kerjanya. Setiap hasil pemeriksaan BPK
ditelaah oleh BAKN yang hasilnya disampaikan pada Komisi sebagi bahan pengawasan
dalam pembahasan dengan mitrakerjanya.9 Sesuai keputusan Mahkamah Konstitusi,
kewenangan DPR dalam pembahasan perubahan RAPBN hanya sampai pada fungsi dan
program, tetapi di sisi lain dalam RUU perubahan MD3 ada peraturan bahwa setiap
bahan dalam melakukan fungsi pengawasan, kementrian atau Lembaga wajib
menyerahkan terkai bahan mengenai jenis belanja kepada Komisi dan kegiatan paling
lambat 30 hari setelah undang – undang APBN atau UU APBN ditetapkan di paripurna
DPR.
Dalam melaksanakan wewenang dan tugasnya, DPR berhak memberikan
rekomendasi kepada pejabat negara pejabat pemerintah, badan hukum, warga negara,
atau penduduk melalui mekanisme rapat kerja, rapat dengar pendapat, rapa dengar
pendapat umum, konsultasi dengan DPD, kunjungan kerja dan panitia rapat kerja.
Prinsip checks and balances, di mana setiap cabang mengendalikan dan
mengimbangi kekuatan cabang-cabang kekuasaan lain. Prinsip checks and balances
merupakan prinsip ketatanegaraan yang menghendaki agar kekuasaan legislatif, eksekutif
dan yudikatif sama-sama sederajat dan saling mengontrol satu sama lain. Kekuasaan
negara dapat diatur, dibatasi, bahkan dikontrol sebaik-baiknya, sehingga penyalahgunaan
9
Berdasarkan hasil persetujuan rapat paripurna 8 Juli 2014 mengenai penggantian UU No 27 Tahun 2009 MD#,
BAKN dihilangkan dan tugas-tugasnya dialihkan ke komisi.
aparat penyelenggaraan negara ataupun pribadi-pribadi yang sedang menduduki jabatan
dalam lembaga-lembaga negara dapat dicegah dan ditanggulangi. Mekanisme checks and
balances merupakan hal yang sangat wajar bahkan sangat diperlukan. Hal itu untuk
menghindari penyalahgunaan kekuasaan oleh seseorang ataupun sebuah institusi karena
dengan mekanisme seperti ini, antara institusi satu dengan yang lain saling mengontrol
atau mengawasi, bahkan saling mengisi.
Ada pun konsep trias politika dalam konsep aslinya, baik dalam negara yang
paling banyak mempertahankan asas trias politika seperti Amerika serikat, ataupun yang
terbatas seperti Inggris, sukar sekali menyelenggarakannya dalam praktek. Oleh kerena
itu, maka ada kecendrungan untuk menafsirkan konsep trias politica tidak lagi sebagai
“pemisahan kekuasaan” (separation of power), tetapi sebagai “pembagian kekuasaan”
(division of power) yang diartikan bahwa fungsi pokoklah yang dibedakan menurut
sifatnya serta diberikan kepada badan yang berbeda (distict hands), tetapi untuk
selebihnya kerjasama di antara fungsi-fungsi tersebut tetap diperlukan untuk kelancaran
organisasi.
DPR dalam melaksanakan fungsi pengawasan mempunyai hak – hak yang dapat
digunakan, yaitu
1. Hak interpelasi
Adalah hak DPR untuk meminta keterangan kepada pemerintah mengenai
kebijakan pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak pada
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Penggunaan hak ini
dapat diusulkan paling sedikit 25 orang anggota dan lebih dari 1 fraksi. Pada
pengusulan hak interpelasi harus disertakan dokumen yang memuat
sekurangnya materi kebijakan atau pelaksanaan kebijakan pemerintah yang
akan dimintai keterangan dan keterangan alasan permintaan.
2. Hak Angket
Digunakan DPR untuk penyelidikan terhadap pelaksanaan suatu undang –
undang atau kebijakan pemerintah yang berkaitan degan hal yang penting,
strategis dan berdampak luas pada kehidupan masyarakat, bangsa dan negara
yang bertentangan dengan peraturan perundang – undangan. Pengusulan hak
angket dilakukan paling sedikit 25 orang anggota DPR dan lebih dari 1 fraksi.
Dalam usulan tersebut harus disertai dengan dokumen yang memuat paling
sedikit materi kebijakan atau pelaksanaan undang – undnag yang akan
diselidiki beserta alasannyaa.
3. Hak Menyatakan Pendapat
Hak menyatakan pendapat antara lain
a. Kebijakan pemerintah maupun mengenai kejadian luar biasa yang terjadi
di negara atau internasional.
b. Tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket.
c. Dugaan bahwa presiden atau wakil presiden melakukan pelanggaran
hukum, berupa penghianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan,
ataupun tindak pidana berat lainnya.

Hak ini dapat diusulkan paling sedikit 25 orang anggota DPR, pada saat
pengusulan pendapat harus disertai dengan dokumen yang memuai sedikit
materi dan alasan pengajuan dan usul pernyataan pendapat, materi hasil
pelaksanaan hak interpelasi, materi dan bukti yang sah atas dugaan adanya
Tindakan pelanggaran hukum oleh presiden atau wakil presiden.

Adapun mekanisme pengesahan keuangan negara yaitu,:

1. Tahap perencanaan dan penetapan RAPBN


Ditahap ini pemerintah mempersiapkan rancangan APBN, meliputi perkiraan
penerimaan dan penegluaran, skala prioritas, dan penyusunan budget exercise.
Perencanaan dan penyusunan RAPBN dilakukan setiap periode Januari – Juli di tahun
sebelum pelaksanaan anggaran. Perencanaan dilakukan oleh kementrian atau Lembaga
yang menghasilkan rencana kerja pemerintah yang mengacu pada asumsi dasar ekonomi
makro.
Rancangan ini dipengaruhi oleh beberapa dasar, seperti pertumbuhan ekonomi,
nilai suku bunga yang akan dating, harga minyak dan gas di Indonesia, hingga perkiraan
inflasi dan nilai tukar rupiah.
2. Tahap pengajuan, pembahasan, dan penetapan APBN
RAPBN yang sudah ditetapkan lalu diajukan kemudian untuk melalui proses
pembahasan oleh Menteri keuangan (Menkeu), panitia anggaran DPR, dan
mempertimbangkan masukan dari DPD. Hasil dari pembahasan RAPBN akan menjadi
UU APBN yang memuat satuan anggaran. Satuan anggaran ini merupakan dokumen
yang berisi pedoman alokasi dana setiap departemen atau Lembaga, sector, subsector,
program dan berbagai macam proyek.
Pembahasan dan penetapan APBN idealnya berlangsung selama bulan Agustus –
Oktober pada tahun sebelum dilaksanakannya anggaran. Jangka waktu penetapan APBN
tidak boleh lebih dari dua bulan sebelum tahun anggaran dilaksanakan.
3. Tahap pengawasan pelaksanaan APBN
Pelasanaan APBN selama Januari – Desember di tahun anggaran belanja negara harus
berdasarkan pada prinsip hemmat dan efisien, efektif teraarh dan terkendali sesuai
rencana, serta mengutmakan penggunaan produk dalam negri. Pelaksanaan APBN akan
diawasi oleh pengawas fungsional dari eskternal maupun internal pemerintahan.
4. Tahhap pertanggungjawaban pelaksanaan APBN
Sebelu tahun anggaran APBN berakhir, kementrian keuangan diharuskan membuat
laporan pertangungjawaban pelaksanaan APBN. Laporan pertanggungjawaban
pelaksanaan harus disampaikan [emerintah kepada DPR selambat – lambatnya 6 bulan
usai tahun anggran berakhir. Presiden harus menyampaikan RUU Pertanggungjawaban
Pelaksanaan APBN kepada DPR yang isinya berupa Laporan Keuangan yang telah
diperiksa Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Laporan Keuangan itu meliput laporan
Realisasi APBN, Neraca, Laporan Arus Kas, Catatan atas Laporan Keuangan yang
dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan milik negara dan badan lainnya.

Penetapan APBN dilakukan setelah mempelajari Nota Keuangan dan RUU APBN
yang disampaikan oleh Presiden, masing-masing Fraksi memberikan pemandangan
umum atas RUU APBN beserta Nota Keuangannya. Pemandangan umum Fraksi-fraksi
ini meliputi pendapat dan tanggapan masing-masing Fraksi atas asumsi dasar ekonomi
makro, target pendapatan serta rencana kebijakannya, alokasi belanja termasuk belanja
subsidi dan anggaran pendidikan serta pembiayaan serta rencana kebijakannya.
APBN yang telah ditetapkan dengan undang-undang, rincian pelaksanaan APBN
dituangkan lebih lanjut dengan Peraturan Presiden tentang Rincian APBN. Selanjutnya,
Menteri Keuangan memberitahukan kepada menteri/pimpinan lembaga agar
menyampaikan dokumen pelaksanaan anggaran untuk masing-masing kementerian
negara/lembaga. Menteri/pimpinan lembaga menyusun dokumen pelaksanaan anggaran
untuk kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya, berdasarkan alokasi anggaran
yang ditetapkan dalam Peraturan Presiden tentang Rincian APBN. Dokumen pelaksanaan
anggaran terurai dalam sasaran yang hendak dicapai, fungsi, program, dan rincian
kegiatan anggaran yang disediakan untuk mencapai sasaran tersebut, dan rencana
penarikan dana tiap-tiap satker, serta pendapatan yang diperkirakan.10
Bagaimana hal nya jika RAPBN terjadi penolakan, apabila telah terjadi penolakan
RAPBN oleh DPR, Indonesia belum pernah melaksanakan ketentuan yang ada di dalam
konstitusi yakni menggunakan APBN pada tahun sebelumnya. Namun mencermati isi
APBN dari tahun ke tahun memang terdapat banyak kemiripan pada substansinya dengan
adanya sedikit perubahan agar menyesuaikan keadaan ekonomi makro dari negara
Indonesia sendiri. Sehingga pemberlakuan APBN pada tahun sebelumnya dapat
dipandang sebagai langkah paling terakhir yang akan diambil oleh Pemerintah jika
terjadi deadlock dan tidak lagi ditemukan jalan keluarnya.
Pemerintah adalah pihak utama yang bertanggung jawab terhadap kesejahteraan
sosial masyarakatnya secara terencana, melembaga dan berkesinambungan dalam
mencapai tujuan untuk memenuhi kesejahteraan masyarakat. Dengan begitu, negara
didorong secara maksimal untuk menggunakan sumber daya kekuasaannya hanya jika
memberi manfaat terhadap kesejahteraan rakyat. Secara tersirat hal itu menjadi tujuan
pula dari konsep saling kontrol dan imbang yang memberi manfaat terhadap
terlaksananya sistem pemerintahan yang baik yang menjadi landasan dari praktek
pemerintahan yang melayani. Dengan demikian hubungan pemerintah dengan DPR
benar-benar mencerminkan sistem checks and balances, di mana eksekutif bukan hanya
semata sebagai payment checks. Sesuai dengan teori dan sandaran Pasal 22 UUD NRI
1945, selama tidak bertentangan dengan Konstitusi dan UU yang ada, juga karena
pengajuan RUU APBN dimaksudkan untuk mencapai cita-cita pemenuhan negara
terhadap kemakmuran masyarakatnya, maka pemerintah dapat mengambil opsi dengan
mewujudkan Perpu APBN dalam hal terjadi penolakan RUU APBN oleh DPR, karena
hal tersebut merupakan hak konstitusional pemerintah.

10
http://www.anggaran.depkeu.go.id
Dalam rangka akuntabilitas pengelolaan keuangan negara Menteri atau pimpinan
lembaga selaku pengguna anggaran atau
pengguna barangbertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan yang ditetapkan dalam
undang - undang tentang APBN atau pengaturan daerah tentang APBD dari segi manfaat
atau hasil (outcme). Sedangkan pimpinan unit organisasi kementrian Lembaga
bertanggug jawab atas pelaksanaan kegiatan yang ditetapkan dalam peraturan daerah
tentang APBN, demikian pula Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah bertanggung jawab
atas pelaksanaan kegiata yang ditetapkan dalam peraturan Daerah tentang APBD.

Dalam menjalankan fungsi pengawasan DPR RI dapat memperoleh bahan atau


materi dari berbagai sumber, yaitu:
1. Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI
Seperti yang ada dalam tatib DPR RI pasal 160 ayat (3), salah satu fungsi
pengawasan dapat dilakukan melalui pembahasan atas laporan hasil
pemeriksaan BPK RI.
a. Laporan Hasil Pemeriksaan BPK atas Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat (LKPP)
LKPP adalah laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN
selama satu periode. Laporan ini kemudian dikonsolidasi menjadi laporan
keuangan pemerintah pusat sesuai dengan UU nomor 17 tahun 2003.
b. Laporan Hasil Pemeriksaan Smester (Hapsem) I dan II
Laporan Hasil Pemeriksaan Semester 1 adalah laporan hasil pemeriksaan
BPK atas laporan keuangan kementrian Lembaga (LKKL, laporan
keuangan pemerintah daerah (LKPD), laporan keuangan BUMN, BUMD
serta Lembaga atau badan lainnya yang mengelola keuangan.
Laporan Hasil Pemeriksaan Semester II adalah laporan hasil pemerikasaan
BPK atas laporan keuangan kementrian Lembaga (LKKL), LKPD,
BUMN, BUMD serta Lembaga lainnya yang mengelola keuangan.
2. Hasil Pengawasan dan Pertimbangan DPD RI
Sama dengan pasal 223 ayat 1 (e) UU Nomor 27 tahun 2009 tentang MD3,
DPD RI memiliki fungsi pengawasan atas pelaksanaan undang – undang
mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan
daerah.
3. Pengaduan Masyarakat
Aspirasi yaitu keinginan yang kuat dari masyarakat yang disampaikan kepada
DPR RI dalam bentuk sebuah pernyataan sikap, pendapat, harapan, kritikan,
masukan dan saran terkait dengan tugas, fungsi, dan kewenangan DPR RI.
Pengaduan yaitu ungkapan rasa tidak senang, ketidakpuasan atau keluhan
yang disampaikan kepada DPR RI atas suatu permasalahan yang terkait
dengan fungsi pengawasan dalam pelaksanaan undang – undang maupun
kebijakan pemerintah.
4. Media Massa
Media massa memiliki peran yang sangat signifikan dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Media massa dapat dijadikan sumberutama
dalam mencari informasi, termasuk bagi anggota dewan.
5. Hasil Raker/RDP/RDPU dan Kunjungan Kerja
Hasil rapat maupun kunjungan kerja dapat menjadi informasi yang
dimanfaatkan atau ditindak lanjuti Kembali.

B. KESIMPUAN
Menurut Undang-undang yang berlaku bahwa keuangan Negara adalah meliputi
- Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai
dengan uang serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang
yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban tersebut.
- Pemerintah adalah pemerintah pusat atau pemerintah daerah
- Dewan Perwakilan Rakyat yang selanjutnya disebut DPR adalah Dewan
Perwakilan Rakyar sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
1945.
- Perusahaan negara adalah badan usaha yang seluruh atau Sebagian modalnya
dimiliki oleh pemerintah pusat.
- Perusahaan daerah adalah badan usaha yang seluruh atau Sebagian modalnya
dimiliki pemerintah daerah
- Anggaran pendapatan dan belanja negara atau APBN adalah rencana
keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh DPRD.

Anda mungkin juga menyukai