Mochammad Ridho
110110170362
Dosen Pengajar:
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PADJADAJARAN
BANDUNG
2020
I. Pendahuluan
Prinsip check and balances kemudian muncul untuk menangani hal ini.
Prinsip checks and balances adalah prinsip ketatanegaraan yang mengatur
kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif menjadi sederajat dan saling
mengontrol satu sama lain. Dengan hal ini kesewenang-wenangan kekuasaan oleh
aparat penyelenggara negara ataupun pribadi-pribadi yang sedang menduduki
jabatan dalam Lembaga-lembaga negara dapat dicegah dan ditanggulangi.
Checks and balance dalam berdemokrasi sangatlah diperlukan untuk menghindari
terpusatnya kekuasaan pada seseorang ataupun sebuah institusi. Dengan
adalanya sistem ini, institusi yang satu dengan yang lain akan saling
mengontrol atau mengawasi, bahkan bisa saling mengisi.2
Sistem check and balances juga terdapat dan memiliki peranan yang cukup
penting dalam pengaturan keuangan negara. Check and balances system dalam
1
Sunarto, “Prinsip Checks And Balances Dalam Sistem Ketatanegaraan”, Masalah-Masalah
Hukum, Jilid 45 No. 2, April 2016, hal. 157
2
Ibid, hal. 159
pengelolaan keuangan negara di Indonesia, diatur dalam sejumlah peraturan
perundang-undangan. UndangUndang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara menyatakan bahwa Presiden sebagai kepala pemerintahan, memegang
kekuasaan dalam pengelolaan keuangan negara. Kemudian Pasal 20A Perubahan
Kedua UUD 1945 menjelaskan bahwa pemerintah baik pusat dan daerah harus
mendapatkan persetujuan dan pengesahan DPR maupun DPRD atas APBN/APBD
yang akan digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan pembangunan
nasional maupun daerah. Kemudian Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004
tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara juga
mempertegas fungsi Badan Pemeriksa Keuangan untuk menjamin akuntabilitas
penggunaan anggaran.3
3
Moh Firdaus Rumbia Deny Junanto, “Analisis Implementasi Checkand Balance System
Dalam Pengelolaan Keuangan Negara”, Kajian Ekonomi dan Keuangan, Volume 13 No. 2, 2009,
hal. 16
II. Analisis
Dalam ruang lingkup negara, check and balance dapat di lihat dalam
bagaimana berjalannya sistem pemerintahan kita. Dalam definisi ilmu kenegaraan
yang umum, sistem pemerintahan adalah sistem hukum ketatanegaraan mengenai
pemerintah (eksekutif) dengan badan yang mewakili rakyat. Kemudian Jimly
Asshiddiqie mengemukakan bahwa sistem pemerintahan berkaitan dengan
pengertian regeringsdaad, yaitu penyelenggaraan pemerintahan oleh eksekutif
dalam hubungannya dengan fungsi legislatif. Pandangan ini sesuai dengan teori
dichotomy, yaitu legislatif sebagai policy making (taak stelling), sedangkan
eksekutif sebagai policy executing (taak verwe-zenlijking).4
1. Presiden:
4
Saldi Isra, “Hubungan Presiden dan DPR”, Jurnal Konstitusi, Volume 10, Nomor 3, September
2013, hal. 400-401
Presiden merupakan badan eksekutif dalam sistem pemerintahan di
Indonesia yang dipilih setiap 5 tahun sekali. Sebagai pihak yang
mengelola kekuasaan keuangan negara sebagaimana telah dibahas diatas,
presiden juga terlibat dalam penerapan check and balance dalam bidang
keuangan negara. Peran Presiden adalah bersama DPR menetapkan APBN
dengan memperhatikan pertimbangan DPD.5
5
Rahmat Robuwan, “Redistribusi Kekuasaan Negara Dan Hubungan Antar Lembaga Negara Di
Indonesia” Jurnal Hukum Progresif: Vol. XII, No.1 Juni, 2018, hal. 2070
6
Montisa Mariana, “Check And Balances Antar Lembaga Negara Di Dalam Sistem Politik
Indonesia”, Logika Vol. XXI, No. 1 Desember 2017, hal. 24-25
membahas RUU yang bernuansa kedaerahan. Dalam hal keuangan negara,
check and balances yang dilakukan oleh DPD dilakukan terhadap DPR
yakni memberikan pertimbangan kepada DPR atas RUU APBN dan RUU
yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama. Kemudian juga
DPD menerima hasil pemeriksaan keuangan negara dari BPK untuk
dijadikan bahan membuat pertimbangan bagi DPR tentang RUU yang
berkaitan dengan APBN.7
7
Rahmat Robuwan, op. cit, hal, 2071
8
Montisa Mariana, op. cit, hal. 26
ditekankan pada evaluasi terhadap pelaksanaan kebijakan pemerintah dan
pemeriksaan terhadap kesesuaian pelaksanaan kegiatan dengan prosedur
administrasi keuangan Negara.9
9
Gilang Prama Jasa dan Ratna Herawati, “Dinamika Relasi Antara Badan Pemeriksa Keuangan Dan
Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Sistem Audit Keuangan Negara”, Jurnal Law Reform ,Vol. 13,
Nomor 2, 2017, hal. 201-202.
10
Hendar Ristriawan dan Dewi Kania Sugiharti, “Penguatan Pengelolaan Keuangan Negara
Melalui Mekanisme Checks and Balances System”, Jurnal Konstitusi, Volume 14, Nomor 3,
September 2017, hal. 603
Kemudian, dalam memahami check and balance dalam ruang lingkup
Pemerintah Pusat dan Kementrian akan dijabarkan dalam penjabaran, badan-
badan di bawah ini dan hubungannya dengan badan-badan lain:
1. Menteri Keuangan:
Berdasarkan Pasal 6 ayat 2 UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan
Negara, Menteri Keuangan mempunyai dual functions yaitu sebagai
pengelola fiskal dan wakil pemerintah dalam kepemilikan kekayaan
negara yang dipisahkan, serta selaku pengguna anggaran/pengguna barang
di kementerian yang dipimpinnya. Berdasarkan hal ini, maka Menteri
keuangan selain memiliki aparat pengendalian bidang internal bagi
Menteri Keuangan selaku pengguna anggaran/barang di kementeriannya
yakni Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan, juga berfungsi sebagai
pengelola fiskal atau Bendahara Umum Negara yang mana belum
memiliki badan pengawas intern, dan memiliki fungsi pengawas
Keuangan. Fungsi pengawasan keuangan di sini terbatas pada aspek
rechmatigheid dan wetmatigheid dan hanya dilakukan pada saat terjadinya
penerimaan atau pengeluaran, sehingga berbeda dengan fungsi pre-audit
yang dilakukan oleh kementerian teknis atau post-audit yang dilakukan
oleh aparat pengawasan fungsional seperti BPKP. Dengan demikian,
prinsip pengendalian intern yang sangat penting dalam proses pelaksanaan
anggaran dapat diwujudkan, yaitu adanya pemisahan yang tegas antara
pemegang kewenangan administratif yaitu wewenang untuk melakukan
hal-hal atau tindakan yang dapat mengakibatkan timbulnya pendapatan
atau terbebaninya pengeluaran atau belanja negara dan pemegang fungsi
pembayaran yaitu wewenang memberi perintah membayar dan/atau
perintah memungut pendapatan bagi negara.11
12
Ibid, hal. 612
Beberapa elemen dari sub-bahasan ini telah dibahas dalam sub-bahasan
sebelumnya dan akan saling berhubungan. Beberapa penjelasan dalam sub-
bahasan ini telah dibahas di sub-bahasan sebelumnya seperti mengenai inspektorat
jenderal dan saling melengkapi satu sama lain.
14
Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia, “Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia”,
2013
terkait dengan model pararel audit atau audit bersama di bawah koordinasi
menteri koordinasi yang membidangi.15
3. Inspektorat Jenderal
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2015
Tentang Organisasi Kementerian Negara Inspektorat adalah pihak yang
bertugas menyelenggarakan pengawasan internal di lingkungan
Kementerian Inspektorat di masing-masing Kementerian/Lembaga
Pemerintah maupun di Pemerintah-pemerintah daerah hanya bertanggung
jawab membantu pimpinannya untuk memberikan nilai tambah bagi
organisasi dan mewujudkan terciptanya good governance. Artinya,
inspektorat jenderal suatu kementerian hanya mempunyai wewenang
untuk menjalankan tugas dan fungsinya di lingkungan Kementeriannya. 16
Seringkali terjadi tumpang tindih dengan BPKP dalam melakukan
pengawasan lembaga-lembaga, yang mana hal tersebut dan solusinya juga
telah dibahas di atas.
15
Hendar Ristriawan dan Dewi Kania Sugiharti, op. cit. hal. 612-613
16
Ibid, hal. 612
III. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Dari apa yang diuraikan di atas pula dapat dipahami bahwa di ruang
lingkup makri, DPR, DPD dan Presiden, saling membahas RAPB kemudian BPK
sebagai pihak yang mengawasi yang mana juga memiliki fungus timbal balik
dengan fungsi pengawasan DPR, jelas terdapat elemen check and balances di
sana. Di ruang lingkup mezzo, Menteri keuangan sebagai Bendahara Umum
Negara dan memiliki fungsi pengawasan keuangan terhadap Menteri lainnya yang
mana kewenangan Menteri lain juga ia miliki menunjukkan hal tersebut. Hal ini
juga terdapat di ruang lingkup mikro dimana check and balances terdapat jelas di
antara inspektorat yang memang hanya bertanggung jawab membantu
pimpinannya dan BPKP yang merupakan lembaga intern pemerintah.
Dari apa yang telah disampaikan maka dapat dipahami bagaimana check
and balances mengenai keuangan negara di Indonesia. Dapat dilihat bahwa
lembaga-lembaga di Negeri ini telah dapat membagi kekuasaan di bidang
keuangan dengan cukup baik secara teori.
Meskipun demikian, saya rasa ada beberapa hal yang dapat dikritik dari
apa yang didapatkan dari tulisan ini, serta sarannya. Pertama adalah tidak adanya
aparat khusus Menteri Keuangan untuk menjalankan fungi Bendahara Umum
Negara yang memiliki fungsi pengawasan keuangan. Kemudian adalah kurangnya
peran DPD dalam rapat perancangan RAPBN bersama dengan Presiden dan DPR
karena di sana hanya bisa memberi saran.
Daftar Pustaka:
Saldi Isra, “Hubungan Presiden dan DPR”, Jurnal Konstitusi, Volume 10, Nomor
3, September 2013
Montisa Mariana, “Check And Balances Antar Lembaga Negara Di Dalam Sistem
Politik Indonesia”, Logika Vol. XXI, No. 1 Desember 2017
Gilang Prama Jasa dan Ratna Herawati, “Dinamika Relasi antara Badan
Pemeriksa Keuangan dan Dewan Perwakilan Rakyat dalam Sistem Audit
Keuangan Negara.”, Jurnal Law Reform Volume 13, Nomor 2, Tahun
2017