Anda di halaman 1dari 15

Analisis Mengenai Check And Balances dalam Pengelolaan Keuangan Negara

Dalam Ruang Lingkup Makro, Mezzo, dan Mikro

Tugas Ujian Tengah Semester

Mochammad Ridho

110110170362

Hukum Keuangan Negara

Dosen Pengajar:

Dr. Hj. Dewi Kania Sugiharti, S.H., M.H.

Dr. Hendar Ristriawan, S.H., M.H., CSFA.

Dr. Holyness N. Singadimedja, S.H., M.H.

Rully Herdita Ramadhani, S.H., M.H.

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS PADJADAJARAN

BANDUNG

2020
I. Pendahuluan

Pengertian Check And Balances

DIstribusi kekuasaan merupakan hal yang penting dalam mebangun


sebuah sistem kenegaraan. Dengan distribusi kekuasaan yang baik diharapkan
dapat terwujudnya keseimbangan kekuasaan antara sebuah Lembaga dengan
Lembaga lainnya sehingga terdapat keadaan dimana Lembaga mengontrol satu
sama lain. Sepanjang sejarah pemerintahan apabila kekuasaan hanya dipegang
oleh satu Lembaga saja akan berujung kepada penyimpangan dan rakyat yang
menuntut perubahan.1

Prinsip check and balances kemudian muncul untuk menangani hal ini.
Prinsip checks and balances adalah prinsip ketatanegaraan yang mengatur
kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif menjadi sederajat dan saling
mengontrol satu sama lain. Dengan hal ini kesewenang-wenangan kekuasaan oleh
aparat penyelenggara negara ataupun pribadi-pribadi yang sedang menduduki
jabatan dalam Lembaga-lembaga negara dapat dicegah dan ditanggulangi.
Checks and balance dalam berdemokrasi sangatlah diperlukan untuk menghindari
terpusatnya kekuasaan pada seseorang ataupun sebuah institusi. Dengan
adalanya sistem ini, institusi yang satu dengan yang lain akan saling
mengontrol atau mengawasi, bahkan bisa saling mengisi.2

Kemudian, Ketika membicarakan keuangan negara tentu pembagian


kekuasaan adalah hal yang harus dilakukan. Apabila tidak dan uang negara hanya
dikuasai satu lembaga saja maka uang negara tersebut akan rawan untuk
disewenang-wenangkan. Oleh karena itu, maka check and balance serta
pengawasan antara satu dan lainnya dalam manajemen keuangan negara sangatlah
penting bagi sebuah negara.

Sistem check and balances juga terdapat dan memiliki peranan yang cukup
penting dalam pengaturan keuangan negara. Check and balances system dalam
1
Sunarto, “Prinsip Checks And Balances Dalam Sistem Ketatanegaraan”, Masalah-Masalah
Hukum, Jilid 45 No. 2, April 2016, hal. 157
2
Ibid, hal. 159
pengelolaan keuangan negara di Indonesia, diatur dalam sejumlah peraturan
perundang-undangan. UndangUndang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara menyatakan bahwa Presiden sebagai kepala pemerintahan, memegang
kekuasaan dalam pengelolaan keuangan negara. Kemudian Pasal 20A Perubahan
Kedua UUD 1945 menjelaskan bahwa pemerintah baik pusat dan daerah harus
mendapatkan persetujuan dan pengesahan DPR maupun DPRD atas APBN/APBD
yang akan digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan pembangunan
nasional maupun daerah. Kemudian Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004
tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara juga
mempertegas fungsi Badan Pemeriksa Keuangan untuk menjamin akuntabilitas
penggunaan anggaran.3

3
Moh Firdaus Rumbia Deny Junanto, “Analisis Implementasi Checkand Balance System
Dalam Pengelolaan Keuangan Negara”, Kajian Ekonomi dan Keuangan, Volume 13 No. 2, 2009,
hal. 16
II. Analisis

A. Check And Balance Dalam Ruang Lingkup Makro (Negara)

Dalam ruang lingkup negara, check and balance dapat di lihat dalam
bagaimana berjalannya sistem pemerintahan kita. Dalam definisi ilmu kenegaraan
yang umum, sistem pemerintahan adalah sistem hukum ketatanegaraan mengenai
pemerintah (eksekutif) dengan badan yang mewakili rakyat. Kemudian Jimly
Asshiddiqie mengemukakan bahwa sistem pemerintahan berkaitan dengan
pengertian regeringsdaad, yaitu penyelenggaraan pemerintahan oleh eksekutif
dalam hubungannya dengan fungsi legislatif. Pandangan ini sesuai dengan teori
dichotomy, yaitu legislatif sebagai policy making (taak stelling), sedangkan
eksekutif sebagai policy executing (taak verwe-zenlijking).4

Kekuasaan yang dimiliki oleh Pemerintah dalam bidang eksekutif dengan


wakil rakyat yang dalam hal ini diwakili oleh Dewan Perwakilan Rakyat memang
berbeda dan saling melengkapi Bila melihat hubungan antara kedua badan
tersebut dapat dipahami bahwa keduanya memiliki peran yang penting dalam
penyelenggaraan suatu sistem pemerintahan, namun tidak ada yang lebih kuat
diantara keduanya sehingga tidak ada yang dapat berdiri sendiri. Hal ini
menunjukkan bentuk check and balance di negara kita dan dimaksudkan supaya
tidak ada bentuk kesewenang-wenangan dalam berjalannya sistem
pepemerintahan di Indonesia. Hal ini juga diterapkan di dalam keuangan negara
dimana hal ini ditujukan supaya uang negara tida terpusat di satu lembaga saja
guna meminimalisir penyalahgunaan uang negara.

Kemudian, berikut adalah contoh untuk memahami secara lebih detail


check and balances pada beberapa lembaga-lembaga negara dalam hubungannya
dengan lembaga-lembaga negara yang lain terkait dengan keuangan negara:

1. Presiden:

4
Saldi Isra, “Hubungan Presiden dan DPR”, Jurnal Konstitusi, Volume 10, Nomor 3, September
2013, hal. 400-401
Presiden merupakan badan eksekutif dalam sistem pemerintahan di
Indonesia yang dipilih setiap 5 tahun sekali. Sebagai pihak yang
mengelola kekuasaan keuangan negara sebagaimana telah dibahas diatas,
presiden juga terlibat dalam penerapan check and balance dalam bidang
keuangan negara. Peran Presiden adalah bersama DPR menetapkan APBN
dengan memperhatikan pertimbangan DPD.5

2. Dewan Perwakilan Rakyat:


Sebagai badan legislatif di Indonesia, DPR fungsi DPR yang paling utama
adalah sebagai pembuat undang-undang dimana rancangan undang-undang
dari DPR tersebut dibahas Bersama pemerintah, namun apabila
pemerintah tidak mensahkannya, RUU tersebut tetap menjadi UU. Apabila
melihat sistem check and balances dalam ruang lingkup keuangan negara
antar lembaga-lembaga negara, DPR memiliki keterkaitan dengan DPD
yakni dalam menyusun RUU yang berkaitan dengan daerah, kemudian
dalam hal yang berkaitan dengan keuangan negara, DPR harus
mendengarkan saran DPD berkaitan dengan penyusunan RAPBN. Dengan
Presiden, DPR memiliki kewenangan untuk mengawasi jalannya
pemerintahan, jalannya pelaksanaan dari APBN dan UU. Selankutnya,
DPR juga berkaitan dalam pengangkatan anggota Badan Pemeriksaan
Keuangan dengan pertimbangan oleh DPD.6

3. Dewan Perwakilan Daerah:


DPD adalah lembaga negara yang diciptakan sebagai langkah akomodasi
bagi
keterwakilan kepentingan daerah dalam badan perwakilan tingkat nasional
setelah ditiadakannya utusan daerah dan utusan golongan yang diangkat
sebagai anggota MPR dan memiliki kewenangan untuk mengajukan dan

5
Rahmat Robuwan, “Redistribusi Kekuasaan Negara Dan Hubungan Antar Lembaga Negara Di
Indonesia” Jurnal Hukum Progresif: Vol. XII, No.1 Juni, 2018, hal. 2070
6
Montisa Mariana, “Check And Balances Antar Lembaga Negara Di Dalam Sistem Politik
Indonesia”, Logika Vol. XXI, No. 1 Desember 2017, hal. 24-25
membahas RUU yang bernuansa kedaerahan. Dalam hal keuangan negara,
check and balances yang dilakukan oleh DPD dilakukan terhadap DPR
yakni memberikan pertimbangan kepada DPR atas RUU APBN dan RUU
yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama. Kemudian juga
DPD menerima hasil pemeriksaan keuangan negara dari BPK untuk
dijadikan bahan membuat pertimbangan bagi DPR tentang RUU yang
berkaitan dengan APBN.7

4. Badan Pemeriksa Keuangan:


Badan Pemeriksa Keuangan adalah badan yang berwenang mengawasi
APBN dan APBD serta menyampaikan hasilnya tersebut kepada DPR dan
DPD. BPK berkedudukan di ibukota negara dan memiliki perwakilan di
setiap propinsi.8 Hubungan BPK dengan DPR secara umum formal
dituangkan dalam Pasal 7 ayat 1
UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang BPK. Penyerahan hasil audit dari BPK
kepada DPR tersebut merupakan salah satu Fungsi Pengawasan DPR atas
pelaksanaan Undang-Undang dan APBN sebagaimana yang tertuang
dalam Pasal 70 ayat 3 UU No. 17 Tahun 2014 tentang Susunan dan
Kedudukan MPR, DPR, DPD, dan DPRD. DPR dan BPK mempunyai
hubungan pemeriksaan yang timbal balik dimana hasil pengawasan yang
dilakukan oleh BPK menjadi bahan bagi DPR untuk melaksanakan fungsi
pengawasan. Sedangkan DPR dalam melaksanakan fungsi pengawasan
tersebut dapat memerintahkan kepada BPK untuk melakukan Tindakan
tertentu sesuai dengan kebutuhan pemeriksaan dan DPR dapat meminta
kepada BPK untuk melakukan atau mengaudit terhadap unsur yang
dipandang oleh DPR untuk ditindaklanjuti yang berkaitan dengan proses
penyelesaian terhadap pengelolaan keuangan Negara. Proses audit yang
dilakukan BPK pada adalah kegiatan yang terjadi pada akhir kegiatan
pengelolaan anggaran sehingga proses audit dalam konteks ini lebih

7
Rahmat Robuwan, op. cit, hal, 2071
8
Montisa Mariana, op. cit, hal. 26
ditekankan pada evaluasi terhadap pelaksanaan kebijakan pemerintah dan
pemeriksaan terhadap kesesuaian pelaksanaan kegiatan dengan prosedur
administrasi keuangan Negara.9

Dari uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa setiap lembaga negara


yang memiliki fungsi terkait anggaran tidaklah memiliki kekuatan yang seratus
persen penuh melainkan memiliki batasan dan saling membatasi satu sama lain.
Hal ini dapat dilihat bagaimana saling terlibatnya berbagai lembaga negara dalam
menentukan RAPBN serta bagaimana DPR dan BPK saling mengisi dalam
menjalankan fungsi pengawasannya. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa
kewenangan-kewenangan setiap lembaga negara telah sesuai dengan teori
pemisahan kekuasaan dan berupaya untuk mengadakan check and balances dalam
sistem pemerintahan.

B. Check And Balances Dalam Ruang Lingkup Mezzo (Pemerintah


Pusat dan Kementrian)

Pengelolaan keuangan di tingkat pemerintah pusat dan kementrian telah


dirumuskan di dalam Undang-Undang Keuangan Negara yang mana hal tersebut
diberikan oleh Presiden selaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan
negara serta ke dalam daerah-daerah otonom berdasarkan penyerahan kekuasaan
pengelolaan keuangan negara dari Presiden. Pembagian tugas antara Menteri
Keuangan selaku Chief Financial Officer (CFO), Pemerintah Republik Indonesia
dan Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Chief Operational Officer (COO),
dimaksudkan untuk meningkatkan akuntabilitas dan mewujudkan sistem checks
and balances dalam proses pelaksanaan anggaran.10

9
Gilang Prama Jasa dan Ratna Herawati, “Dinamika Relasi Antara Badan Pemeriksa Keuangan Dan
Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Sistem Audit Keuangan Negara”, Jurnal Law Reform ,Vol. 13,
Nomor 2, 2017, hal. 201-202.
10
Hendar Ristriawan dan Dewi Kania Sugiharti, “Penguatan Pengelolaan Keuangan Negara
Melalui Mekanisme Checks and Balances System”, Jurnal Konstitusi, Volume 14, Nomor 3,
September 2017, hal. 603
Kemudian, dalam memahami check and balance dalam ruang lingkup
Pemerintah Pusat dan Kementrian akan dijabarkan dalam penjabaran, badan-
badan di bawah ini dan hubungannya dengan badan-badan lain:

1. Menteri Keuangan:
Berdasarkan Pasal 6 ayat 2 UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan
Negara, Menteri Keuangan mempunyai dual functions yaitu sebagai
pengelola fiskal dan wakil pemerintah dalam kepemilikan kekayaan
negara yang dipisahkan, serta selaku pengguna anggaran/pengguna barang
di kementerian yang dipimpinnya. Berdasarkan hal ini, maka Menteri
keuangan selain memiliki aparat pengendalian bidang internal bagi
Menteri Keuangan selaku pengguna anggaran/barang di kementeriannya
yakni Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan, juga berfungsi sebagai
pengelola fiskal atau Bendahara Umum Negara yang mana belum
memiliki badan pengawas intern, dan memiliki fungsi pengawas
Keuangan. Fungsi pengawasan keuangan di sini terbatas pada aspek
rechmatigheid dan wetmatigheid dan hanya dilakukan pada saat terjadinya
penerimaan atau pengeluaran, sehingga berbeda dengan fungsi pre-audit
yang dilakukan oleh kementerian teknis atau post-audit yang dilakukan
oleh aparat pengawasan fungsional seperti BPKP. Dengan demikian,
prinsip pengendalian intern yang sangat penting dalam proses pelaksanaan
anggaran dapat diwujudkan, yaitu adanya pemisahan yang tegas antara
pemegang kewenangan administratif yaitu wewenang untuk melakukan
hal-hal atau tindakan yang dapat mengakibatkan timbulnya pendapatan
atau terbebaninya pengeluaran atau belanja negara dan pemegang fungsi
pembayaran yaitu wewenang memberi perintah membayar dan/atau
perintah memungut pendapatan bagi negara.11

2. Kementrian dan Lembaga Pemerintah Lainnya:


Penjelasan Pasal 58 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 dinyatakan
bahwa Penyelenggaraan sistem pengendalian intern di bidang
11
Ibid, hal. 613-615
perbendaharaan diselenggarakan oleh Menteri Keuangan sebagaimana
telah dijelaskan di atas, Penyelenggaraan sistem pengendalian intern di
bidang pemerintahan di selenggarakan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga
selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang di bidangnya masing-
masing, dan penyelenggaraan sistem pengendalian intern di lingkungan
pemerintah daerah diselenggarakan oleh masing-masing
Gubernur/Bupati/Walikota di daerah yang dipimpinnya.12

Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam ruang


lingkup mezzo, check and balances keuangan negara dapat dibagi menjadi menteri
keuangan yang memiliki fungsi dual dan Menteri/Pimpinan lembaga daerah lain.
Secara simpel, dalam ruang lingkup ini dijelaskan bahwa mentri keuangan sebagai
pihak yang memiliki fungsi dual yakni sebagai Bendahara Umum Negara
sekaligus pengguna anggaran bagi kementriannya sendiri, sama seperti menteri
dan pimpinan lembaga daerah lain, memiliki kewenangan untuk melakukan
pengawasan keuangan. Ironisnya, dalam menjalankan pengawasan internal BUN,
menteri keuangan belum memiliki aparat pengawas intern khusus. Namun
demikian, dapat dikatakan menurut peraturan dan teori yang ada dalam
mewujudkan check and balances di ruang lingkup mezzo yang baik, Menteri
keuangan memiliki kewenangan untuk melakukan fungsi pengawasan keuangan
dengan aspek rechmatigheid dan wetmatigheid sebagaimana telah dibahas diatas,
tidak seperti Menteri/Pemimpin Lembaga daerah lain yang hanya bertanggung
jawab pada dirinya sendiri.

C. Check And Balances Dalam Ruang Lingkup Mikro (Internal


Kementrian)

Seperti yang telah sebagaimana dibahas dalam ruang lingkup mezzo,


check and balances dalam ruang lingkup mikro dapat dimaknai sebagai hal yang
serupa namun lebih kecil yakni hanya berkisar pada internal kementrian saja.

12
Ibid, hal. 612
Beberapa elemen dari sub-bahasan ini telah dibahas dalam sub-bahasan
sebelumnya dan akan saling berhubungan. Beberapa penjelasan dalam sub-
bahasan ini telah dibahas di sub-bahasan sebelumnya seperti mengenai inspektorat
jenderal dan saling melengkapi satu sama lain.

Dalam mewujudkan sistem pengawasan intern dalam lingkungan


pemerintah pusat dan kementrian yang baik dibuatlah Peraturan Presiden Nomor
192 Tahun 2014 tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan dan
Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2014 tentang Peningkatan Kualitas Sistem
Pengendalian Intern dan Keandalan Penyelenggaraan Fungsi Pengawasan Intern
dalam Rangka Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat yang ditujukan kepada
Menteri/Pimpinan Lembaga, Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Negara, Para
Gubernur/Bupati/Walikota. Dengan munculnya Perpres yang memunculkan
BPKP dan Inpres tersebut, banyak dibahas mengenai bidang-bidang keuangan
negara yang diawasi oleh baik BPKP maupun pengawasan Aparat Pengawasan
Intern Pemerintah (APIP) lainnya justru dapat menimbulkan tumpang tindih.13

Untuk lebih memahami badan-badan yang ada di dalam ruang lingkup


check and balance secara mikro, akan dijabarkan istilah, badan-badan serta
hubungan badan-badan di bawah sebagai berikut:

1. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah:


Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) adalah instansi pemerintah
yang dibentuk dengan tugas melaksanakan pengawasan intern di
lingkungan pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah, yang terdiri dari
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Inspektorat
Jenderal/ Inspektorat/Unit Pengawasan Intern pada
Kementerian/Kementerian Negara, Inspektorat Utama/Inspektorat
Lembaga Pemerintah Non Kementerian, Inspektorat/Unit Pengawasan
Intern pada Kesekretariatan Lembaga Tinggi Negara dan Lembaga
Negara, Inspektorat Provinsi/ Kabupaten/Kota, dan Unit Pengawasan
Intern pada Badan Hukum Pemerintah lainnya sesuai dengan peraturan
13
Ibid, hal. 604-605
perundang-undangan.14 APIP sesungguhnya bukanlah sebuah badan
namun lebih ke istilah yang cukup penting untuk dimasukkan. Dalam hal
ini badan yang termasuk ke dalam APIP antara lain terdapat BPKP yang
merupakan badan yang memiliki kewenangan untuk memeriksa lembaga-
lembaga yang tergabung secara mezzo, dan inspektorat yang mana
memeriksa secara internal kementrian dan pemerintah terkait yang mana
keduanya akan dibahas secara lebih detail di bawah.
2. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan:
Berbeda dengan BPK, BPKP adalah lembaga pengawasan intern yang
dimiliki oleh pemerintah. Keberadaan BPKP diatur dengan Peraturan
Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan. Di dalam Pasal 1 Perpres disebutkan bahwa “Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, selanjutnya disingkat BPKP,
merupakan aparat pengawasan intern pemerintah.” Sedangkan Pasal 2
menyebutkan bahwa, “BPKP mempunyai tugas menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pengawasan keuangan negara/daerah dan
pembangunan nasional.” Oleh karena itu, seringkali terjadi peluang
tumpang tindih dengan tugas dan fungsi aparat pengawasan intern di
masing-masing Kementerian/lembaga pemerintah maupun pemerintah
daerah. Potensi tumpang tindih tersebut terjadi karena sesuai ketentuan
Pasal 48 PP Nomor 60 Tahun 2008, dalam melakukan pengawasan intern
kementerian/lembaga pemerintah, aparat pengawasan intern pemerintah
kementerian/lembaga juga dapat menggunakan instrumen audit, review,
evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya. Untuk
menghindari tumpang tindih tersebut, tugas dan fungsi BPKP yang sudah
dijalankan selama ini, sepenuhnya dilakukan oleh aparat pengawasan
intern kementerian/lembaga. Kegiatan pengawasan yang bersifat lintas
sektoral, dapat dilaksanakan oleh masing-masing aparat pengawasan intern

14
Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia, “Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia”,
2013
terkait dengan model pararel audit atau audit bersama di bawah koordinasi
menteri koordinasi yang membidangi.15
3. Inspektorat Jenderal
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2015
Tentang Organisasi Kementerian Negara Inspektorat adalah pihak yang
bertugas menyelenggarakan pengawasan internal di lingkungan
Kementerian Inspektorat di masing-masing Kementerian/Lembaga
Pemerintah maupun di Pemerintah-pemerintah daerah hanya bertanggung
jawab membantu pimpinannya untuk memberikan nilai tambah bagi
organisasi dan mewujudkan terciptanya good governance. Artinya,
inspektorat jenderal suatu kementerian hanya mempunyai wewenang
untuk menjalankan tugas dan fungsinya di lingkungan Kementeriannya. 16
Seringkali terjadi tumpang tindih dengan BPKP dalam melakukan
pengawasan lembaga-lembaga, yang mana hal tersebut dan solusinya juga
telah dibahas di atas.

Kesimpulan sederhana yang dapat diambil dari tulisan mengenai check


and balances dalam ruang lingkup mikro adalah bagaimana BPKP sebagai
lembaga pengawasan intern pemerintah dapat mengawasi lembaga-lembaga lain
yang mana telah memiliki lembaga pengawas lain berupa inspektorat yang hanya
bertanggung jawab membantu pimpinannya. Kegiatan pengawasan tersebut dapat
berujung kepada tumpeng tindihnya pengawasan dalam suatu lembaga yang mana
diselesaikan dengan pemberian fungsi BPKP yang sudah dijalankan selama ini
kepada aparat pengawasan intern kementerian/lembaga dan pelaksanaan kegiatan
pengawasan yang bersifat lintas sektoral.

15
Hendar Ristriawan dan Dewi Kania Sugiharti, op. cit. hal. 612-613
16
Ibid, hal. 612
III. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Setelah apa yang diuraikan di atas, maka dapat dipahami dalam


manajemen keuangan negara di Indonesia, pengawasan dan check and balance
adalah hal yang sangat penting. Tidak adanya pihak yang memiliki kekuasaan
yang sangat besar terkait keuangan negara menjadi bukti bahwa pembagian
kekuasaan di bidang keuangan adalah dasar dalam mewujudkan sistem
pemerintahan yang dapat berjalan dengan baik. Begitu pun halnya dengan
lembaga pengawasan yang mana diperhatikan supaya memimalisir
penyelewengan uang negara di suatu lembaga.

Dari apa yang diuraikan di atas pula dapat dipahami bahwa di ruang
lingkup makri, DPR, DPD dan Presiden, saling membahas RAPB kemudian BPK
sebagai pihak yang mengawasi yang mana juga memiliki fungus timbal balik
dengan fungsi pengawasan DPR, jelas terdapat elemen check and balances di
sana. Di ruang lingkup mezzo, Menteri keuangan sebagai Bendahara Umum
Negara dan memiliki fungsi pengawasan keuangan terhadap Menteri lainnya yang
mana kewenangan Menteri lain juga ia miliki menunjukkan hal tersebut. Hal ini
juga terdapat di ruang lingkup mikro dimana check and balances terdapat jelas di
antara inspektorat yang memang hanya bertanggung jawab membantu
pimpinannya dan BPKP yang merupakan lembaga intern pemerintah.

Dari apa yang telah disampaikan maka dapat dipahami bagaimana check
and balances mengenai keuangan negara di Indonesia. Dapat dilihat bahwa
lembaga-lembaga di Negeri ini telah dapat membagi kekuasaan di bidang
keuangan dengan cukup baik secara teori.

Kritik dan Saran

Meskipun demikian, saya rasa ada beberapa hal yang dapat dikritik dari
apa yang didapatkan dari tulisan ini, serta sarannya. Pertama adalah tidak adanya
aparat khusus Menteri Keuangan untuk menjalankan fungi Bendahara Umum
Negara yang memiliki fungsi pengawasan keuangan. Kemudian adalah kurangnya
peran DPD dalam rapat perancangan RAPBN bersama dengan Presiden dan DPR
karena di sana hanya bisa memberi saran.
Daftar Pustaka:

Sunarto, “Prinsip Checks And Balances Dalam Sistem Ketatanegaraan”,


Masalah-Masalah Hukum, Jilid 45 No. 2, April 2016

Moh Firdaus Rumbia Deny Junanto, “Analisis Implementasi Checkand Balance


System
Dalam Pengelolaan Keuangan Negara”, Kajian Ekonomi dan Keuangan,
Volume 13 No. 2, 2009

Saldi Isra, “Hubungan Presiden dan DPR”, Jurnal Konstitusi, Volume 10, Nomor
3, September 2013

Rahmat Robuwan, “Redistribusi Kekuasaan Negara Dan Hubungan Antar


Lembaga Negara Di Indonesia” Jurnal Hukum Progresif: Vol. XII, No.1
Juni 2018

Montisa Mariana, “Check And Balances Antar Lembaga Negara Di Dalam Sistem
Politik Indonesia”, Logika Vol. XXI, No. 1 Desember 2017

Gilang Prama Jasa dan Ratna Herawati, “Dinamika Relasi antara Badan
Pemeriksa Keuangan dan Dewan Perwakilan Rakyat dalam Sistem Audit
Keuangan Negara.”, Jurnal Law Reform Volume 13, Nomor 2, Tahun
2017

Hendar Ristriawan dan Dewi Kania Sugiharti, “Penguatan Pengelolaan


Keuangan Negara Melalui Mekanisme Checks and Balances System”,
Jurnal Konstitusi, Volume 14, Nomor 3, September 2017

Anda mungkin juga menyukai