Anda di halaman 1dari 7

LEMBAGA LEGISLATIF DALAM FUNGSI ANGGARAN

ARTIKEL

DOSEN PENGAMPU :

NAMA ANGGOTA KELOMPOK 6 :

-M.Fateh Nur Maulidana

-Leonardy Syamsurya Maharza

-M. Haikal Faturrahman

-M. Iqbal Rosyid

-Duwi Hadi Siswoyo

-M. Ilman Firjatullah


PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara demokrasi yang menganut sistem perwakilan di dalam


penyelenggaraan pemerintahan. Dalam sistem perwakilan ini masing-masing anggota
Masyarakat mempunyai hak berpartisipasi dalam setiap perumjusan kebijakan public. Bentuk
dari adanya keterlibatan Masyarakat dalam perumusan kebijakan tersebut dapat dilakukan
dengan cara rakyat menentukan sendiri wakil-wakilnya yang dipercaya untuk menyalurkan
aspirasi rakyat dalam pemerintahan melalui pemilihan umum(pemilu). Keterlibatan rakyat
dalam perumusan kebijakan dapat direalisasikan melalui wakil-wakilnya di dewan
perwakilan rakyat(DPR) untuk tingkat pusat dan dewan perwakilan rakyat daerah(DPRD).
Oleh karena itulah dewan perwakilan rakyat(DPR) mempunyai hak-hak yaitu hak
interplasi,hak menyatakan pendapat,hak bertanya,hak budget, dan hak angket. Dimana hak
interpelasi adalah hak untuk meminta keterangan kepada pemerintah mengenai kebijakan
pemerintah yahg penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat
berbangsa dan bernegara. Sedangkan hak angket adalah hak DPR untuk melakukan
penyelidikan terhadap pelaksanaan suatu undang-undang atau kebijakan pemerintah yang
berkaitan dengan hal penting strategis dan berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat
berbangsa dan bernegara yang di duga bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
Sedangkan hak menyatakan pendapat adalah hak DPR untuk menyatakan pendapat atas
tindak lanjut pelaksanaan interpelasi dan hak angket, kebijakan pemerintah atau mengenai
kejadian luar biasa yang terjadi di tanah air dan dunia internasional. Salah satu dalam
melaksanakan fungsinya, baik DPR maupun DPRD uang mempunyai hak-hak diantaranya
hak anggaran. Melihat pada beratnya tugas dalam melaksanakan fungsi legislative, DPR dan
DPRD harus benar-benar mampu berperan dalam menggunakan hak-haknya secara tepat,
melaksanakan tugas secara proporsional. Hal tersebut hanya dapat terlaksana dengan baik
apabila setiap anggota legislatif ini bukan saja piawai dalam berpolitik, melainkan juga
menguasai pengetahuan yang cukup dalam hal konsepsi dan teknis penyelenggaraan
pemerintahan, mekanisme kerja kelegislatifan,kebijakan public,teknis
pengawasan,penyusunan anggaran dan sebagainya.

DPR adalah Lembaga hukum yang menjadi perwakilan rakyat di Indonesia,DPR


memiliki peran dalam pembuatan undang-undang,pengawasan pemerintah, dan mewakili
rakyat. DPR terdiri dari anggota-anggota yang dipilih melalui pemilihan umum. Jumlah
anggota DPR saat ini adalah 575 orang. Anggota DPR berasal dari berbagai partai politik
yang mendapat kursi dalam pemilihan umum. Sesuai dengan UNDANG-UNDANG
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS
PERMUSYAWARATAN RAKYAT,DEWAN PERWAKILAN RAKYAT,PERWAKILAN
RAKYAT DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH.

DPR RI mempunyai fungsi : a. Legislasi;

b. Anggaran

c. Pengawasan.

Ketiga fungsi legislasi,pengawasan, dan anggaran dijalankan dalam kerangka representasi


rakyat, dan juga untuk mendukung upaya pemerintah dalam melaksanakan politik luar negeri
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Terkait dengan fungsi anggaran,
DPR memiliki tugas dan wewenang: 1.Memberikan persetujuan atas RUU tentang APBN
(apa yang

Diajukan presiden).

2. Memperhatikan pertimbangan DPD atas RUU tentang

APBN dan RUU terkait pajak,Pendidikan, dan agama.

3. Menindaklajuti hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan

tanggung jawab keuangan negara yang disampaikan

BPK

4. Memberikan persetujuan terhadap pemindahtanganan

aset negara maupun terhadap perjanjian yang berdampak

luas bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban

keuangan negara.

PEMBAHASAN

A. Tugas Legislatif dalam Anggaran

Anggaran merupakan instrumen penting dalam penyelenggaraan pemerintahan.


Anggaran berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan, serta
sebagai alat untuk melakukan kontrol dan pengawasan terhadap pelaksanaan program dan
kegiatan pemerintah. Dalam sistem pemerintahan demokrasi, legislatif memiliki peran
penting dalam proses penyusunan anggaran. Legislatif memiliki tugas dan wewenang untuk
membahas dan menyetujui Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN). Tugas legislatif dalam anggaran dapat dirinci sebagai berikut:
Memberikan persetujuan atas RUU tentang APBN. Tugas ini merupakan tugas yang paling
utama dari legislatif dalam anggaran. Legislatif memiliki kewenangan untuk memberikan
persetujuan atau tidak memberikan persetujuan terhadap RUU tentang APBN yang diajukan
oleh pemerintah. Memperhatikan pertimbangan DPD. DPD memiliki kewenangan untuk
memberikan pertimbangan terhadap RUU tentang APBN dan RUU terkait pajak, pendidikan,
dan agama. Legislatif wajib memperhatikan pertimbangan DPD dalam pembahasan RUU
tentang APBN. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan APBN. Legislatif memiliki
kewenangan untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan APBN. Pengawasan ini
dilakukan untuk memastikan bahwa APBN digunakan secara efektif dan efisien untuk
mencapai tujuan dan sasaran pembangunan. Tugas legislatif dalam anggaran ini sangat
penting untuk memastikan bahwa anggaran digunakan secara tepat sasaran dan bermanfaat
bagi masyarakat. Legislatif harus menjalankan tugasnya ini secara bertanggung jawab dan
profesional agar anggaran dapat menjadi instrumen yang efektif untuk mencapai tujuan
pembangunan.

B. Contoh Peran Legislatif dalam Fungsi Anggaran

Legislatif dapat memberikan usulan perubahan terhadap RUU tentang APBN. Usulan
perubahan ini dapat berupa penambahan, pengurangan, atau penyempurnaan program dan
kegiatan yang tercantum dalam APBN. Legislatif dapat melakukan pemantauan terhadap
pelaksanaan APBN. Pemantauan ini dilakukan untuk memastikan bahwa APBN digunakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Legislatif dapat meminta
pertanggungjawaban pemerintah atas pelaksanaan APBN. Pertanggungjawaban ini
disampaikan oleh pemerintah dalam bentuk Laporan Keterangan Pertanggungjawaban
(LKPJ) Presiden. Legislatif dapat menjalankan tugasnya dalam anggaran secara efektif
dengan cara: Meningkatkan kapasitas dan kompetensi anggota legislatif. Anggota legislatif
harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang memadai tentang anggaran agar dapat
menjalankan tugasnya dengan baik. Meningkatkan kualitas proses pembahasan RUU tentang
APBN. Proses pembahasan RUU tentang APBN harus dilakukan secara transparan dan
akuntabel agar menghasilkan anggaran yang berkualitas. Meningkatkan pengawasan terhadap
pelaksanaan APBN. Pengawasan terhadap pelaksanaan APBN harus dilakukan secara efektif
dan efisien agar anggaran dapat digunakan secara tepat.

C. Keberhasilan Legislatif dalam Fungsi Anggaran

DPR Melaksanakan tugas dan fungsi anggaran melalui komisi-komisi dan Badan Anggaran
DPR. Tugas dan fungsi anggaran DPR dilaksanakan sesuai dengan dasar hukum sebagaimana
tercantum dalam UUD NRI Tahun 1945, UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara, UU tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD, dan Peraturan DPR RI Nomor 1 Tahun
2020 tentang Tata Tertib. Dalam Tahun Sidang 2021--2022 tugas dan fungsi anggaran DPR
dilaksanakan sesuai dengan siklus APBN yang telah disusun setiap tahunnya. Siklus APBN
tersebut meliputi pembahasan RUU tentang Pertanggungjawaban atas Pelaksanaan APBN
Tahun Anggaran 2020, Pembahasan RUU tentang APBN Tahun Anggaran 2022, dan
pembicaraan pendahuluan dalam rangka penyusunan RAPBN Tahun 2023.

Keberhasilan DPR dalam melaksanakan fungsi anggaran adalah dengan adanya


akuntabilitas pertanggungjawaban pemerintah dalam menggunakan keuangan negara kepada
masyarakat melalui DPR. Dalam menjalankan APBN Tahun Anggaran 2020, pemerintah
selalu bertindak sesuai dengan dasar hukum dan terus menjaga akuntabilitas APBN. Hal itu
terbukti dengan perolehan opini WTP sesuai dengan hasil pemeriksaan BPK atas Laporan
Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) Tahun 2020.Beberapa hal penting dalam
pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN Tahun Anggaran 2020 adalah realisasi
pendapatan negara Tahun Anggaran 2020 sebesar Rp1.647,78 triliun atau 96,93% dari target
anggaran pendapatan negara dalam APBN Tahun Anggaran 2020 sebesar Rp1.699,95 triliun,
sedangkan realisasi belanja negara Tahun Anggaran 2020 adalah sebesar Rp2.595,48 triliun,
atau 94,75% dari anggaran belanja negara dalam APBN Tahun Anggaran 2020 sebesar
Rp2.739,17 triliun. Kemudian realisasi defisit anggaran APBN Tahun Anggaran 2020 sebesar
Rp947,70 triliun, atau 91,19% dari estimasi defisit anggaran dalam APBN Tahun Anggaran
2020 sebesar Rp1.039,22 triliun.

D. Kegagalan Legislatif dalam Fungsi Anggaran

Beberapa kegagalan Legislatif dalam melakukan Fungsi Anggaran contohnya kebocoran


keuangan negara dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar Rp 1,3
milyar diduga telah merugikan keuangan negara.Kebocoran terbesar terjadi di Dinas
Pemukiman dan Prasarana Wilayah, yakni mencapai Rp 800 juta.
Kebocoran keuangan negara dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) sebesar Rp 1,3 milyar diduga telah merugikan keuangan negara. Ini adalah
pernyataan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Perwakilan
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), di depan wartawan di Media Centre Penguasa
Daerah Militer Daerah (PDMD) awal minggu ini. Kebocoran terbesar terjadi di Dinas
Pemukiman dan Prasarana Wilayah, yakni mencapai Rp 800 juta, yaitu pada proyek
pembangunan/pengembangan sarana perhubungan jalan di Kabupaten Aceh Barat dan
Kabupaten Aceh Tengah. Dana APBN dimaksud adalah dana yang secara operasional
dilaksanakan oleh Dinas di Pemerintah Daerah, dan terjadi pada pembiayaan sejumlah proyek
pembangungan di tingkat Kabupaten/Kota. Temuan BPKP yang lain dalam tahun 2003
tercatat sebanyak 56 kasus penyelewenangan yang dilakukan sejumlah dinas kabupaten/kota
pada sejumlah daerah di provinsi NAD. Kepala BPKP Perwakilan NAD, Drs. Syukri,
sebagaimana dilansir Harian Serambi Indonesia mengungkapkan adanya dugaan
penyimpangan dana kemanusiaan, namun belum bisa dipublikasikan kepada umum, karena
saat ini masih dalam tahap penyidikan oleh tim audit BPKP NAD. “Hasilnya paling baru bisa
dipublikasikan sekitar dua pekan lagi, setelah semua hasil temuan itu diserahkan kepada
Wakil Gubernur NAD, Azwar Abubakar,” kata Syukri. Dana kemanusiaan adalah masalah
sensitif yang harus ditangani secara hati-hati. Pelaksanaan dana kemanusiaan berkaitan
dengan pelaksanaan operasi terpadu di provinsi NAD. Syukri mengakui bahwa hasil
pemeriksaan di 20 kabupaten/kota terhadap penyaluran dana teridentifikasi adanya
penyimpangan. Audit dana kemnausiaan itu sendiri berawal dengan ditemukannya
penyimpangan penyaluran dana kemanusiaan di kabupaten Pidie oleh tim monitoring BKRS
yang melibatkan beberapa camat di Pidie. Tim Audit BPKP turun ke 20 kabupaten /kota dan
telah melakukan pemeriksaan terhadap 12 dinas yang terkait dengan penyaluran dana
tersebut, terutama pada dinas yang terbesar, yaitu Kantor Kesejahteraan Pembangunan
Perlindungan Masyarakat dan Dinas Sosial. BPKP NAD juga telah bekerjasama dengan
Polres Aceh Barat berkaitan dengan bobolnya kas BPD Cabang Sinabang, dalam rangka
menghitung kerugian keuangan negara karena korupsi kredit usaha tani, termasuk juga
bekerjasama dengan Polres Aceh berkaitan dengan tindak pidana korupsi di Bapedalda, dan
dengan Polres Aceh Timur dalam kasus proyek bantuan ekses kerusuhan tahun 2001. Dalam
kesempatan itu, Kepala BPKP Perwakilan NAD juga menyatakan bahwa pihak BPKP NAD
juga telah menyerahkan kepada Kejaksaan hasil pemeriksaan terhadap penyediaan beras
tahun 2000, dan juga kerjasama dengan Kejaksaan Negeri Takengon untuk menghitung
kerugian keuangan negara atas dugaan penyimpangan yang dilakukan Ketua Koperasi Unit
Desa (KUD) Purnama Bintang.

Selain itu penyelewengan dana optimalisasi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) di 15 kementerian dan lembaga disinyalir mencapai Rp 4,4 triliun. Jumlah
tersebut setara dengan 16,32 persen dari total anggaran dana optimalisasi senilai Rp 26,96
triliun di 32 kementerian dan lembaga.

Dugaan penyelewengan tersebut ditemukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi


(KPK) yang bekerjasama dengan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) atas
kajian regulasi dan implementasi dana optimalisasi.

E. Solusi

Anggota DPR memiliki fungsi anggaran yang penting dalam pengelolaan keuangan
negara. Untuk memastikan anggota DPR menjalankan fungsi anggarannya dengan baik, perlu
dilakukan peningkatan kesadaran dan pemahaman anggota DPR tentang pentingnya fungsi
anggaran, peningkatan pengawasan terhadap kinerja anggota DPR dalam menjalankan fungsi
anggaran, dan peningkatan sanksi terhadap anggota DPR yang tidak menjalankan fungsi
anggarannya, selain itu pemerintah bisa lebih selektif terhadap karakteristik pejabat yang
dipilih, seperti memiliki moral dan etika yang berintegritas, berdedikasi, dan sadar akan
perannya untuk kepentingan bangsa.

Hal tersebut bertujuan agar anggota DPR memahami bahwa fungsi anggaran
merupakan salah satu fungsi yang terpenting dalam lembaga legislatif dan memiliki dampak
yang besar terhadap pengelolaan keuangan negara. Adanya sanksi berat dapat meminimalisir
tindakan pelanggaran dalam instansi. Dengan demikian, anggota DPR akan lebih baik dalam
menjalankan fungsinya sebagai peninjau anggaran.

Anda mungkin juga menyukai