Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Merupakan suatu lembaga atau dewan

perwakilan rakyat di daerah yang mencerminkan struktur dan system pemerintahan

demokratis di daerah, sebagaimana terkandung di dalam pasal 18 UUD 1945,

penjabaran lebih lanjut pada UU Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan

Daerah. DPRD dalam melaksanakan tugasnya mempunyai hak (Pasal 19, 20 dan

21),wewenang ( Pasal 18) dan kewajiban (Pasal 22) di dalam mengemban tugas

sebagai wakil rakyat.

Secara umum, fungsi badan perwakilan berkisar pada fungsi perundang-

undangan, fungsi keuangan dan fungsi pengawasan. Keseluruhan hak DPRD

yang diatur dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 pada dasarnya telah memuat

fungsi-fungsi tersebut. Sebagaimana lembaga legislatif DPRD berfungsi

membuat peraturan perundang-undangan. Melalui fungsi ini DPRD

mengaktualisasikan diri sebagai wakil rakyat. Pada pasal 18 (d) dan 19 (d) UU

Nomor 32 Tahun 2004 mengatur kewenangan DPRD dalam menjalankan fungsi

perundang-undangan. Fungsi lain DPRD adalah menetapkan kebijakan

keuangan. Dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 telah diatur bahwa hak anggaran

merupakan salah satu hak DPRD. Hak anggaran memberikan kewenangan

kepada DPRD untuk ikut menetapkan dan merumuskan kebijakan daerah dalam

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Di samping itu, DPRD juga

mempunyai hak untuk menentukan belanja sendiri (Pasal 19 g).

1
2

Dalam konteks pengawasan, penetapan kebijakan dan peraturan perundang-

undangan oleh DPRD, merupakan tahap pertama dalam proses pengawasan.

Penilaian terhadap pelaksanaan peraturan-peraturan daerah oleh eksekutif adalah

bentuk pengawasan lainnya. DPRD sebagai lembaga politik melakukan

pengawasan secara politis, yang tercermin dalam hak-hak DPRD yaitu hak

mengajukan pertanyaan,hak meminta keterangan dan hak penyelidikan.

DPRD sebagai organisasi publik, senantiasa mengalami dinamika dan

perubahan yang diakibatkan oleh adanya perubahan lingkungan, sehingga

organisasi perlu menyesuaikan dengan perubahan tersebut agar lebih efektif,

efisien, kompetitif, adektif dan responsibility dalam pencapaian tujuan. Perubahan

ini merupakan suatu keharusan agar organisasi dapat menyesuaikan permasalahan,

tuntutan dan keinginan masyarakat. Perubahan ini akan menjadi pedoman, referensi

sekaligus mengukur kinerja (performance) organisasi bersangkutan dalam

menjalankan tugas pokok dan fungsinya.

Sisi kelemahan DPRD dapat juga dilihat dari besarnya kekuasaan

pemerintah (eksekutif) dibandingkan lembaga perwakilan rakyat (legislatif).

Sebagai negara demokrasi masing-masing lembaga yaitu legislatif, eksekutif dan

yudikatif seharusnya mempunyai kekuasaan mandiri, tanpa ada intervensi

kekuasaan lembaga tersebut.

Banyak indikator yang dapat di analisa tentang bagaimana sebenarnya

kinerja DPRD tersebut. Seperti contohnya adalah dalam pembentukan Perda,

apakah Perda yang dihasilkan oleh anggota DPRD tersebut memperhatikan aspirasi

rakyat. Dalam hal anggaran pendidikan 20%, apakah pemberian dana tersebut
3

sudah tepat sasaran atau malah pihak tertentu yang menikmati hasilnya. Indikator

lain juga untuk menilai kinerja DPRD dalam hal anggaran kesehatan, apakah

anggaran 10% itu sudah tepat sasaran.

Dipihak lain masalah lembaga DPRD yang juga dipersoalkan adalah banyak

dapat dilihat anggota DPRD lebih mementingkan terhadap golongan/partainya

daripada kepentingan masyarakat sehingga berdampak terhadap tidak tersalurnya

aspirasi masyarakat dengan baik dan efektif sesuai dengan tuntutan yang

dikehendaki. Apalagi menjelang Pemilu Legislatif 2014 banyak masyarakat yang

sangsi akan kinerja anggota DPRD, karena masyarakat beranggapan bahwa disisa

masa jabatan anggota DPRD ini anggota DPRD lebih fokus kepada Pemilu dan

mengatur strategi bagaimana untuk memenangkan partainya dan kembali menjadi

anggota legislatif lagi pada Pemilu 2014.

Padahal peran yang diharapkan dari lembaga DPRD amatlah strategis dalam

upaya pemberdayaan masyarakat dalam proses pembangunan daerah. DPRD

diharapkan mampu menjadi penyambung aspirasi dan kepentingan masyarakat

daerah, guna kemajuan dan kemakmuran masyarakat sehingga keluarnya Undang-

undang Nomor 32 Tahun 2004 membawa perubahan dan paradigm baru terhadap

pemerintahan daerah.

Secara umum kinerja DPRD Kabupaten Jayawijaya diwujudkan dalam tiga

peran pokok yang dimiliki, yaitu:

1. legislasi. Mengatur seluruh kepentingan daerah Kabupaten Jayawijaya, baik

yang termasuk urusan-urusan rumah tangga daerah (otonomi) maupun


4

urusan-urusan pemerintah pusat yang diserahkan pelaksanaannya ke daerah

(tugas pembantuan).

2. Budgeting. Perencanaan Angaran Daerah (APBD) Kabupaten Jayawijaya.

Dalam perannya sebagai badan perwakilan, DPRD menempatkan diri selaku

kekuasaan penyeimbang (balanced power) yang mengimbangi dan

melakukan control efektif terhadap Kepala Daerah dan seluruh jajaran

pemerintah daerah.

3. Pengawasan. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan

daerah dan peraturan perundang-undangan lainnya, keputusan

Bupati/Walikota, APBD, kebijakan pemerintah daerah dalam melaksanakan

program pembangunan daerah, dan kerjasama internasional di daerah.

Ketiga peran yang dimiliki oleh Anggota DPRD Kabupaten Jayawijaya juga

diwujudkan dalam fungsi-fungsi berikut:

1. Representation. Mengartikulasikan keprihatinan, tuntutan, harapan dan

melindungi kepentingan masyarakat Natuna ketika kebijakan dibuat,

sehingga DPRD Kabupaten Jayawijaya senantiasa berbicara “atas nama

rakyat Kabupaten Jayawijaya”;

2. Advokasi. Agregasi aspirasi yang komprehensif dan memperjuangkannya

melalui negosiasi kompleks dan alot, serta tawar-menawar politik yang

sangat kuat. Hal ini wajar mengingat aspirasi masyarakat Kabupaten

Jayawijaya mengandung banyak kepentingan atau tuntutan yang terkadang

berbenturan satu sama lain. Tawar-menawar politik dimaksudkan untuk

mencapai titik temu dari berbagai kepentingan tersebut.


5

3. Administrative oversight. Menilai atau menguji dan bila perlu berusaha

mengubah tindakan-tindakan dari badan eksekutif Kabupaten Jayawijaya

yang dianggap menyimpang dari ketentuan-ketentuan hukum. Dan bukan

sebaliknya menjadi penyokong dalam segala tindakan penyelewangan

terhadap anggaran daerah.

Terkait dengan upaya mewujudkan DPRD yang kuat, berkinerja tinggi, dan

memenuhi harapan masyarakat, penting bagi setiap Anggota DPRD untuk

mempersiapkan SDM yang berkualitas. Untuk dapat mengartikulasikan

kepentingan masyarakat ke dalam berbagai kebijaksanaan Pemerintah Daerah

memang menuntut kemampuan DPRD untuk menyelaraskan kepentingan

masyarakat dengan kepentingan eksekutif.

Minimal terdapat tiga jenis SDM yang harus dipersiapkan, yaitu Anggota

DPRD yang berkualifikasi sebagai professional politicians, dukungan dari para staf

ahli yang professional (professional supporting expert advisors), dan staf

administrasi yang professional (professional administrative staff). Dalam UU

Nomor 22 Tahun 2003 disebutkan bahwa hak Anggota DPRD Provinsi maupun

Anggota DPRD Kabupaten/Kota diantaranya adalah hak protokoler serta hak

keuangan dan administratif. Pengaturan mengenai hak-hak Anggota DPRD,

khususnya tentang hak protokoler serta hak keuangan dan administratif tidak diatur

secara rinci dalam undang-undang ini. Untuk pengaturan yang lebih spesifik, hak-

hak tersebut diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah sebagaimana bunyi

Pasal 101 Ayat (3) UU Nomor 22 Tahun 2003,


6

“Kedudukan protokoler dan keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD

Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota diatur dengan Peraturan Pemerintah”.

Berkaitan dengan itu, Presiden menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 18

Tahun 2017 tentang Hak Keuangan dan Adminstratif Pimpinan dan Anggota

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagai pedoman yang mengatur mengenai hak

keuangan dan administratif Pimpinan dan Anggota DPRD.

Dalam PP Nomor 18 Tahun 2017 tentang Hak Keuangan dan Administratif

Pimpinan dan Anggota DPRD disebutkan, penghasilan Pimpinan dan Anggota

DPRD terdiri atas penghasilan yang pajaknya dibebankan pada: a. APBD, meliputi:

1. uang representasi; 2. tunjangan keluarga; 3. tunjangan beras; 4. uang paket; 5.

tunjangan jabatan; 6. tunjangan alat kelengkapan; dan 7. tunjangan alat

kelengkapan lain. b. Pimpinan dan Anggota DPRD yang bersangkutan meliputi: 1.

Tunjangan komunikasi intensif dan 2. tunjangan reses.

Uang representasi sebagaimana dimaksud diberikan setiap bulan kepada

Pimpinan dan Anggota DPRD. Uang representasi ketua DPRD provinsi setara

dengan gaji pokok gubernur dan uang representasi ketua DPRD kabupaten/kota

setara dengan gaji pokok bupati/walikota,” bunyi Pasal 3 ayat (1,2). Adapun uang

representasi wakil ketua DPRD provinsi sebesar 80% (delapan puluh persen) dari

uang representasi ketua DPRD provinsi dan uang representasi wakil ketua

DPRD kabupaten/kota sebesar 80% (delapan puluh persen) dari uang representasi

ketua DPRD kabupaten/kota. Sedangkan uang representasi anggota DPRD provinsi

sebesar 75% (tujuh puluh lima persen) dari uang representasi ketua DPRD provinsi
7

dan uang representasi Anggota DPRD kabupaten/kota sebesar 75% (tujuh puluh

lima persen) dari uang representasi ketua DPRD kabupaten/kota.

Tunjangan keluarga dan tunjangan beras, menurut PP ini, diberikan setiap

bulan kepada Pimpinan dan Anggota DPRD. Tunjangan keluarga dan tunjangan

beras bagi Pimpinan dan Anggota DPRD itu besarnya sama dengan tunjangan

keluarga dan tunjangan beras bagi pegawai aparatur sipil negara sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Uang paket sebagaimana dimaksud diberikan setiap bulan kepada Pimpinan

dan Anggota DPRD sebesar 10% (sepuluh persen) dari uang representasi yang

bersangkutan. Sedangkan tunjangan jabatan sebagaimana dimaksud diberikan

setiap bulan kepada Pimpinan dan Anggota DPRD sebesar 145% (seratus empat

puluh lima persen) dari uang representasi yang bersangkutan.

Tunjangan alat kelengkapan dan tunjangan alat kelengkapan lain, menurut

PP ini, diberikan setiap bulan kepada Pimpinan dan Anggota DPRD yang duduk

dalam badan musyawarah, komisi, badan anggaran, badan pembentukan Perda,

badan kehormatan, atau alat kelengkapan lain. Tunjangan alat kelengkapan dan

tunjangan alat kelengkapan lain diberikan dengan ketentuan, untuk jabatan: a.

ketua, sebesar 7,5% (tujuh koma lima persen); b. wakil ketua, sebesar 5% (lima

persen); c. sekretaris, sebesar 4% (empat persen); dan d. anggota, sebesar 3% (tiga

persen); dari tunjangan jabatan ketua DPRD. Tunjangan alat kelengkapan lain

sebagaimana dimaksud pada diberikan selama alat kelengkapan lain terbentuk dan

melaksanakan tugas,” bunyi Pasal 7 ayat (2,3).


8

Mengenai tunjangan komunikasi intensif, menurut PP ini, diberikan setiap

bulan untuk peningkatan kinerja kepada Pimpinan dan Anggota DPRD. Sedangkan

tunjangan reses diberikan setiap melaksanakan reses kepada Pimpinandan Anggota

DPRD. “Tunjangan komunikasi intensif dan tunjangan reses diberikan sesuai

dengan kemampuan keuangan daerah,” tegas Pasal 8 ayat (3) PP ini. Selain itu, PP

ini menyebutkan bahwa Pimpinan dan Anggota DPRD berhak atas Tunjangan

Kesejahteraan, yang terdiri atas: a. jaminan kesehatan; b. jaminan kecelakaan

kerja; c. jaminan kematian; dan d. pakaian dinas dan atribut.

Selain tunjangan kesejahteraan sebagaimana dimaksud, menurut PP ini,

Pimpinan DPRD disediakan tunjangan kesejahteraan berupa: a.rumah negara dan

perlengkapannya; b.kendaraan dinas jabatan; dan c.belanja rumah tangga.

Sementara untuk Anggota DPRD dapat disediakan tunjangan kesejahteraan berupa:

a.rumah negara dan perlengkapannya; dan b.tunjangan transportasi.

Hal ini diikuti oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Jayawijaya

membentuk Peraturan Daerah No. 1 Tahun 2017 tentang Hak Keuangan dan

Administratif Pimpinan Dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah . Pada

anggaran tahun 2017 anggaran untuk tunjangan komunikasi insentif, tunjangan

reses, tunjangan transportasi, dan tunjangan perumahan pada DPRD sebesar Rp.

1.342.575.000 belum dipotong pajak. Namun terdapat penemuan dari BPK yaitu

dana operasional Ketua dan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat tidak sesuai

dengan Peraturan Pemerintah dan Peraturan Daerah sebesar Rp. 46.200.000.

Sungguh merupakan suatu ironi jika melihat realita kondisi kehidupan

ekonomi masyarakat pada umumnya yang saat ini semakin terpuruk. Upaya
9

pemerintah yang sedang dan terus melanjutkan upaya mewujudkan tata

pemerintahan yang baik (good governance) pun dipertanyakan.

Dari kondisi yang telah diuraikan di atas pada penelitian ini peneliti

bermaksud melakukan penelitian dengan judul “Implementasi Peraturan Daerah

No.1 Tahun 2017 tentang Hak Keuangan dan Administratif Pimpinan dan Anggota

DPRD di Kabupaten Jayawijaya”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan data dan teori yang terurai pada latar belakang masalah

penelitian,maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut :

1. TAPD dalam menyusun anggaran kegiatan di Sekretarian DPRD kurang

memperhatikan ketentuan yang berlaku;

2. Pimpinan dan anggota DPRD Kabupaten Jayawijaya dalam menggunakan

anggaran tidak mempedomani ketentuan yang berlaku; dan

3. Sekretaris DPRD Kabupaten Jayawijaya menyetujui pembayaran tidak

menaati peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4. Meningkatnya beban APBD Kabuaten Jayawijaya.

5. Masih tingginya angka kemiskinan di Kabupaten Jayawijaya.

C. Perumusan Masalah

Berpijak dari persoalan yang ada mengenai Implementasi Peraturan

Pemerintah No.18 Tahun 2017 tentang Hak Keuangan dan Administratif Pimpinan

dan Anggota DPRD di Kabupaten Jayawijaya, maka mendorong peneliti untuk

mengadakan penelitian tentang Implementasi Peraturan Pemerintah No.18 Tahun

2017 tentang Hak Keuangan dan Administratif Pimpinan dan Anggota DPRD di
10

Kabupaten Jayawijaya yang dirumuskan dengan pertanyaan penelitian sebagai

berikut:

1. Bagaimanakah implementasi Peraturan Daerah No.1 Tahun 2017 tentang Hak

Keuangan dan Administratif Pimpinan dan Anggota DPRD di Kabupaten

Jayawijaya?

2. Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat implementasi

Peraturan Daerah No.1 Tahun 2017 tentang Hak Keuangan dan Administratif

Pimpinan dan Anggota DPRD di Kabupaten Jayawijaya?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah ditetapkan, maka penelitian ini

bertujuan :

1. Untuk mengetahui implementasi Peraturan Daerah No.1 Tahun 2017 tentang

Hak Keuangan dan Administratif Pimpinan dan Anggota DPRD di Kabupaten

Jayawijaya.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat

implementasi Peraturan Daerah No.1 Tahun 2017 tentang Hak Keuangan dan

Administratif Pimpinan dan Anggota DPRD di Kabupaten Jayawijaya.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang akan didapat dan menjadi harapan dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat teoritis, yaitu penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

perkembangan ilmu pengetahuan.


11

2. Manfaat praktis, yaitu penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran

secara menyeluruh tentang implementasi Peraturan Daerah No.1 Tahun 2017

tentang Hak Keuangan dan Administratif Pimpinan dan Anggota DPRD di

Kabupaten Jayawijaya.

Anda mungkin juga menyukai