Anda di halaman 1dari 17

PENGARUH LATAR BELAKANG PIMPINAN DEWAN PERWAKILAN

RAKYAT DAERAH TERHADAP PEMBENTUKAN RANPERDA INISIATIF


DI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PARIAMAN

PROPOSAL

Disusun Sebagai Persyaratan


Untuk Melakukan Penelitian Tesis

Oleh :

IRA TRI DEWI


No. BP. 2332012

Dibawah Bimbingan :

Prof. Dr. Dra. Hj. Darmini Roza, S.H., M.Hum


Dr. Iyah Faniyah, S.H., M.Hum

Konsentrasi Hukum Tata Negara

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS EKASAKTI
PADANG
2023
LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL

PENGARUH LATAR BELAKANG PIMPINAN DEWAN PERWAKILAN


RAKYAT DAERAH TERHADAP PEMBENTUKAN RANPERDA INISIATIF
DI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PARIAMAN

Oleh :

IRA TRI DEWI


No. BP. 2332012

Proposal

Telah Disetujui Oleh Tim Pembimbing Pada Hari Tanggal Tahun


Dua Ribu Dua Puluh Empat Untuk Diseminarkan.

Padang, Januari 2024


Pembimbing I Pembimbing II

Mengetahui :
Ketua Program Magister Ilmu Hukum
Fakultas Hukum

Dr. Iyah Faniyah, S.H., M.Hum


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL
DAFTAR ISI
A. Judul ......................................................................................................1
B. Latar Belakang .......................................................................................1
C. Perumusan Masalah................................................................................5
D. Tujuan Penelitian ...................................................................................6
E. Kegunaan Penelitian ...............................................................................6
F. Kerangka Teoritas dan Konseptual .........................................................6
1. Kerangka Teoritas ............................................................................6
2. Kerangka Konseptual .......................................................................7
G. Metode Penelitian...................................................................................9
H. Orisinalitas Penelitian.............................................................................12
I. Sistematika Penulisan .............................................................................13

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

i
A. Judul : PENGARUH LATAR BELAKANG PIMPINAN DEWAN
PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TERHADAP
PEMBENTUKAN RANPERDA INISIATIF DI DEWAN
PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PARIAMAN

B. Latar Belakang
UUD 1945 merupakan landasan yang kuat menyelenggarakan
otonomi daerah, dengan mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).
Instansi Pemerintah adalah penyelenggara pemerintahan, dan sebagai
pengguna anggaran negara wajib untuk melakukan pengelolaan keuangan
dalam mempertanggungjawabkan tugas pokok dan fungsinya berdasarkan
suatu perencanaan yang ditetapkan oleh masing-masingintansi. Penerapan
system pertanggungjawaban tersebut harus tepat, jelas, terukur dan legitimate
sehingga penyelenggaraan pemerintah dapat berlangsung bersih dan
bertanggungjawab.(Sepang Gisella Monica, 2017)
Prinsip yang harus dipenuhi dalam tata kelola pemerintahan adalah
system yang transparan, akuntabel, adil demokratis, partisipasi, dan
tanggungjawab. Hal ini yang mendorong pihak pemerintah untuk semakin
meningkatkan tata kelola pemerintahannya melalui perwujudan kualitas
laporan keuangan yang handal. Pemerintah dalam menerapkan good
governance. Perlu adanya perubahan di bidang akuntansi pemerintah, karena
melalui proses akuntansi dihasilkan informasi keuangan untuk berbagai
pihak.
Salah satu fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah fungsi
legislasi. Fungsi legislasi DPRD yang merupakan fungsi untuk membentuk
peraturan daerah bersama kepala daerah. Dibentuknya peraturan daerah
sebagai bahan pengelolaan hukum di tingkat daerah guna mewujudkan
kebutuhan-kebutuhan perangkat peraturan perundang-undangan guna
melaksanakan pemerintahan daerah serta sebagai penampung aspirasi
masyarakat yang berkembang di daerah.
Akan tetapi dewasa ini masih banyak masalah atau kendala-kendala
yang dihadapi dalam pelaksanaan pembangunan diaerah itu sendiri, misalnya
dalam hal pembahasan Peraturan Daerah masih jauh dari harapan yang

1
diinginkan dimana sudah menjadi gejala umum bahwa titik berat inisiatif
pertauran daerah telah banyak bergeser ketangan Kepala Daerah/Walikota.
Dimana dari semua produk hukum yakni peraturan daerah lebih dominan dari
hasil usulan walikota/kepala daerah sedangkan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah yang merupakan salah satu unsur pemerintahan daerah yang
mempunyai hak inisiatif dan bisa dibilang penyambung lidah rakyat,
seharusnya lebih peka dan mengerti mengenai kebutuhan dan kehendak
rakyat didaerah yang sudah diamanatkan atau sudah diberikan kepada mereka
lewat pemilihan umum legislatif nampaknya belum menuai hasil yang baik
dan signifikan, dimana DPRD saat ini dibilang hanya membahas dan
menyepakati peraturan perundang-undangan yang diinisiatif atau diprakarsai
oleh Walikota/Kepala Daerah.1
Dalam kaitan dengan hal di atas maka Pemerintah Daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah adalah penyelenggara urusan pemerintah daerah.
Berdasarkan UUD 1945 Pasal 18 Ayat (3) disebutkan bahwa : Pemerintahan
Daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui Pemilihan Umum.
Kehadiran lembaga perwakilan rakyat daerah dalam negara
demokrasi diharapkan agar dapat mengorganisir aspirasi rakyat untuk
kepentingan bersama di tingkat lokal, sehingga dengan hadirnya lembaga
perwakilan dapat membuat efesiensi dari makna keterwakilan itu sendiri
yang pada akhirnya dapat mengimbangi kekuasaan pemerintah yang
berkuasa. Hakikat dari perwakilan adalah mempercayai sepenuhnya
pengambilan keputusan ditingkat perwakilan oleh wakil-wakil yang dipilih
oleh masyarakat.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sebagai lembaga
perwakilan rakyat merupakan lembaga legislatif didaerah yang mempunyai
peran penting dalam tata kelola pemerintahan, karena itu anggota DPRD juga
adalah pimpinan/pejabat daerah. Sebagai unsur lembaga pemerintahan
daerah, DPRD memiliki tanggung jawab yang sama dengan pemerintahan
daerah dalam rangka menjalankan roda pemerintahan daerah.

1
Daud Liando, dkk. 2019. Fungsi Legislasi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Dalam Penyusunan Peraturan Daerah Inisiatif di
Kota Tidore Kepulauan. Jurnal Jurusan Ilmu Pemerintahan Vol. 3 No. 3

2
Salah satu fungsi DPRD yang sangat penting dalam rangka
mendukung pelaksanaan otonomi luas di daerah mendukung pelaksanaan
otonomi luas di daerah adalah fungsi legislasi. Dalam melaksanakan fungsi
legislasi, DPRD diberi bermacam-macam hak yang salah satunya adalah hak
mengajukan rancangan peraturan daerah dan hak mengadakan perubahan atas
Ranperda atau implementasi dari funsi legislasi garus ditindak lanjuti dengan
peraturan daerah. Dibentuknya peraturan daerah sebagai bahan pengelolaan
hukum ditingkat daerah guna mewujudkan perangkat-perangkat peraturan
perundang-undangan untuk melaksanakan pemerintahan daerah serta sebagai
penampung aspirasi masyarakat yang berkenaan dengan hal tersebut.2
Dalam UU No. 23 Tahun 2014 pasal (96) menyatakan bahwa DPRD
Provinsi mempunyai fungsi pembentukan perda provinsi (fungsi legislasi),
fungsi anggaran dan fungsi pengawasan (controlling). Berkaitan dengan
fungsi legislasi tersebut, DPRD sebagai representasi aspirasi masyarakat
seharusnya memiliki peran yang optimal dalam hal merekrut kepentinga
masyarakat dan diperjuangkan dalam rancangan peraturan daerah
(Ranperda). Didapati bahwa masih kurangnya produk hukum (peraturan
daerah) yang bersumber dari inisiatif DPRD, hal ini menunjukkan efektivitas
pelaksanaan hak inisiatif DPRD dalam pembentukan perda belum dijalankan
secara optimal. Padahal telah diatur dalam UU No 12 Tahun 2011 Pasal (32)
menyatakan bahwa Rancangan Perda Provinsi dapat berasal dari DPRD
Provinsi atau Gubernur. Selanjutnya dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
(Permendagri) Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum
Daerah Pasal (28) menjelaskan bahwa, terkait persiapan penyusunan perda di
lingkungan DPRD, Ranperda yang berasal dari DPRD dapat diajukan oleh
anggota DPRD, komisi, gabungan komisi atau badan legislasi daerah. UU
tersebut dengan jelas memberikan landasan hukum dan wewenang kepada
anggota DPRD untuk menggunakan hak inisiatifnya/prakarsa DPRD dalam
proses pembentukan peraturan daerah.3
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) adalah mitra kerja dan
memiliki kedudukan yang sejajar dengan pemerintah daerah. Salah satu hak

2
Sunarding. Efektivitas Pelaksanaan Hak Inisiatif Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Dalam Proses Pembentukan Peraturan
Daerah. Universitas Andi Djemma : Public Administration Journal Vol 6 No. 1
3
Rafli Likuajang, dkk. Pelaksanaan Hak Inisiatif DPRD Provinsi Sulawesi Utara Dalam Pembentukan Peraturan Daerah Tahun
2009-2015.

3
anggota DPRD Kabupaten/Kota adalah hak mengajukan rancangan peraturan
daerah Kabupaten/Kota adalah hak mengajukan rancangan peraturan daerah
kabupaten/kota atau yang lebih dikenal dengan hak inisiatif.
Hak inisiatif DPRD sebagai implementasi dari fungsi DPRD itu
sendiri yaitu fungsi legislasi atau pembentukan peraturan daerah. Melalui
pelaksanaan hak inisiatif tersebut DPRD memiliki peran untuk menentukan
kebelangsungan masa depan daerah. Posisi ini lebih menempatkan DPRD
sebagai lembaga perwakilan rakyat yang diharapkan masyarakat untuk
berperan memunculkan produk hukum daerah yang berkualitas untuk
pembangunan daerah terutama meningkatkan kondisi hidup.
Penggunaan hak inisiatif oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah, merupakan wujud dari Kedaulatan Rakyat. Karena prinsip
Kedaulatan rakyat berasal dari rakyat itu sendiri.
Menurut Immanuel Kant :
“Tujuan negara itu adalah untuk menegakan hukum dan menjamin
kebebasan dari warganegaranya. Pengertian kebebasan disini adalah
kebebasan dalam batas-batas perundang-undangan, sedangkan undang-
undang yang berhak membuat adalah rakyat, karena itu undang-undang
adalah penjelmaan dari kemauan atau kehendak rakyat. Jadi rakyatlah yang
mewakili kekuasaan tertinggi atau kedaulatan rakyat atau demokratis.4
Berdasarkan teori kedaulatan rakyat tersebut, maka penggunaan hak
inisiatif yang dilakukan oleh anggota DPRD, merupakan kewajiban moral
yang harus dilakukan sebagai pertanggungjawaban mereka terhadap suara
yang diberikan oleh konstituen saat Pemilihan Umum. Namun dengan
banyaknya Undang-undang atau aturan hukum yang memberikan keluasaan
kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah untuk mengajukan hak
inisiatif, ternyata jarang digunakan atau dipakai dalam mengajukan
rancangan Undang-undang atau Ranperda. Padahal Undang-undang No. 22
tahun 1999 yang diperbaharui dengan Undang-undang No. 32 tahun 2004
lalu diubah lagi Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah telah memberikan ruang dan landasan hukum yang kuat kepada
anggota DPRD untuk menggunakan hak inisiatif dalam mengajukan

4
Soehino, Ilmu Negara, Yogyakarta : Liberty, 1980

4
rancangan Undang-undang. Tapi dalam prakteknya masih sedikit Undang-
undang atau Peraturan Daerah yang dihasilkan dari hak inisiatif.
Hak inisiatif adalah hak untuk mengajukan usul Rancangan Undang-
undang atau Peraturan daerah (Ranperda), merupakan salah satu hak yang
dimiliki oleh anggota DPRD untuk melaksanakan fungsinya di bidang
legislasi5. Sebagai unsur dari pemerintahan daerah, anggota DPRD dapat
memberikan usulannya mengenai peraturan daerah atau rancangan undang-
undang untuk kemajuan daerah.
Hak inisiatif anggota DPRD ini menjadi momentum karena dengan
hak ini, banyak peraturan daerah yang dikeluarkan. DPRD seharusnya
melahirkan Perda yang menggunkan hak inisiatifnyadalam mengajukan usul
Rancangan Undang-undang atau peraturan Daerah (Ranperda). Hal ini
merupakan salah satu hak yang dimiliki oleh anggota DPRD untuk
melaksanakan fungsinya dibidan legislasi, karena kekuasaan legislasi DPRD
merupakan inti kedaulatan rakyat.
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka penulis tertarik
membahas lebih lanjut dalam bentuk karya ilmiah yang berbentuk tesis
dengan judul : “Pengaruh Latar Belakang Pimpinan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Terhadap Pembentukan Ranperda Inisiatif di Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kota Pariaman”.

C. Perumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang yang diuraikan tersebut di atasmaka
perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagamainan Pengaruh Latar Belakang Pimpinan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Terhadap Pembentukan Ranperda Inisiatif di Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kota Pariaman ?

5
Syulhennisari Siregar, dkk. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembuatan Peraturan Daerah Berdasarkan Hak Inisiatif Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah di Kabupaten Padang Lawas. Jurnal Muqoddimah : Jurnal Ilmu Sosial, Politik dan Humaniora Vol.
2 No. 2

5
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis Pengaruh Latar Belakang Pimpinan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Terhadap Pembentukan Ranperda
inisiatif di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Pariaman.

E. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna, baik secara teoritis maupun
praktis. Adapun kegunaan teoritis dan praktis penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan
ilmuhukum, khususnya Hukum Tata Negara yang terkait dengan latar
belakang pimpinan terhadap pembentukan ranperda inisiatif.
2. Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai bahan masukan dan
sumbangan wawasan dan pengetahuan secara praktis, nyata dan aplikatif
yaitu dapat dijadikan masukan bagi :
a. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Pariaman.
b. Kepala OPD Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota
Pariaman.
c. Para Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Pariaman.

F. Kerangka Teoritis dan Konseptual


1. Kerangka Teoritis
Kerangka teoritis dalam rangka penulisan digunakan untuk
mendukung analisa dalam memperkat kebenaran jawaban dari suatu
masalah yang akan dianalisis. Adapun teori yang akan digunakan dalam
penelitian dan penulisan ini adalah sebagai berikut :
a. Teori Hukum
Teori dapat mengandung subjektivitas ketika bertemu dengan
hal yang sangat kompleks, misalnya hukum. Dari sini muncul
beragam aliran dalam ilmu hukum yang menggunakan sebuah teori

6
dalam hukum. Teori hukum memiliki paling sedikit dua fungsi, yaitu
1) Fungsi menjelaskan; 2) fungsi meramalkan fenomena.
Teori Hukum merupakan bagian dari strategi kognisi yang
dibangun dari bawah ranah factual, digeneralisasi menuju ke konsep,
dari konsep direalisasikan ke konsep lain sebagai suatu proporsi-
proporsi yang saling berkaitan dan membentuk kerangka berpikir
untuk menjelaskan atau explaining dan memperkirakan atau
predicting suatu fenomena. Selain itu teori hukum juga menjelaskan
secara detail nilai-nilai oleh postulat-postulat hukum sampai kepada
landasan filosofinya yang tertinggi. Teori hukum akan
mempermasalahkan hal-hal seperti : mengapa hukum itu berlaku, apa
dasar kekuatan mengikatnya ? apa yang menjadi tujuan hukum ?
bagaimana seharusnya hukum itu dipahami ? apa hubungannya
dengan individu dan masyarakat ? Apa yang seharusnya dilakukan
oleh hukum ? apakah keadilan itu bagaimana hukum yang adil ? Teori
hukum tidak bisa lepas dari lingkungan zamannya. Ia sering dilihat
sebagai Jika kita memotret penegakan hukum di Indonesia saat ini
belumlah berjalan dengan baik, bahkan bisa dikatakan buruk.6
2. Kerangka Konseptual
Secara konseptual, makna yang terkandung didalam judul “Pengaruh
Latar Belakang Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Terhadap
Pembentukan Ranperda Inisiatif di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kota Pariaman”, dapat di uraikan adalah sebagai berikut :
a. Pengaruh
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengaruh adalah daya
yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut
membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang. Pengaruh
merupakan suatu daya atau kekuatan yang timbul dari sesuatu, baik
itu orang maupun benda serta segala sesuatu yang ada di dalam
sehingga mempengaruhi apa-apa yang ada disekitarnya.
Menurut surakhmad (2012), Pengaruh adalah kekuatan yang
muncul dari sesuatu benda atau orang dan juga gejala dalam yang

6
Sumaya. Relevansi Penerapan Teori Hukum Dalam Penegakan Hukum Guna Mewujudkan Nilai Keadilan Sosial.

7
dapat memberikan perubahan yang dapat membentuk kepercayaan
atau perubahan.
Dapat disimpulkan pengaruh merupakan suatu daya atau
kekuatan yang dapat timbul dari sesuatu, baik itu watak, orang, benda,
kepercayaan dan perbuatan seseorang yang dapat mempengaruhi
lingkungan yang ada disekitarnya.
b. Latar Belakang Pimpinan
Kepemimpinan (leadership) dapat dkatakan sebagai cara dari
seorang pemimpin (leader) dalam mengarahkan, mendorong dan
mengatur seluruh unsur-unsur di dalam kelompok atau organisasinya
untuk mencapai suatu tujuan organisasi yang diinginkan sehingga
menghasilkan kinerja pegawai yang maksimal. Dengan meningkatnya
kinerja pegawai berarti tercapainya hasil kerja seseorang atau pegawai
dalam mewujudkan tujuan organisasi.
Pimpinan berfungsi untuk memandu, menuntun,
membimbing, membangun motivasi kerja, mengemudikan organisasi,
menjalain komunikasi yang baik, melakukan pengawasan secara
teratur dan mengarahkan pada bawahannya kepada sasaran yang ingin
dituju.
c. Pembentukan Ranperda
Pembentukan ranperda daerah sebagaimana disebutkan dalam
Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomr 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalah pembuatan
peraturan Perundang-undangan yang mencakup tahapan perencanaan,
penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan
pengundangan. Dalam pembentukan peraturan daerah, ada beberapa
tahapan yang harus dilaui yaitu : (1) tahapan perencanaan; (2) tahapan
penyusunan; (3) tahapan pembahasan; (4) tahapan pengesahan atau
penetapan; (5) tahapan pengundangan; dan (6) tahapan
penyebarluasan.
d. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) adalah mitra kerja
dan memiliki kedudukan yang sejajar dengan pemerintah daerah.

8
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sebagai lembaga
perwakilan rakyat merupakan lembaga legislatif didaerah yang
mempunyai peran penting dalam tata kelola pemerintahan, karena itu
anggota DPRD juga adalah pimpinan/pejabat daerah. Sebagai unsur
lembaga pemerintahan daerah, DPRD memiliki tanggung jawab yang
sama dengan pemerintahan daerah dalam rangka menjalankan roda
pemerintahan daerah.
e. Hak Inisiatif
Hak inisiatif DPRD adalah hak untuk mengajukan usul
rancangan undang-undang atau peraturan daerah, hak inisiatif ini
merupakan hak yang dimiliki oleh anggota DPRD untuk
melaksanakan fungsinya dibidang legislasi, dalam rangka
penyelenggaraan tentang Pemerintahan daerah sesuai dengan amanat
Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah,
yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut
asa otonomi dan tugas pembantuan, diarahkan untuk mempercepat
terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan,
pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat, serta daya
saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan,
keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam sistem
Negara Kesatuan Repunlik Indonesia.7

G. Metode Penelitian
1. Spesifikasi Penelitian
Spesifikasi penelitian yang digunakan dalam penulisan tesis ini
adalah bersifat Kuantitatif. Kuantitatif merupakan metode yang dipakai
untuk mengetahui suatu pengaruh, keterkaitan antara dua hal,
perbandingan agar dapat memberikan data seteliti mungkin mengenai
objek penelitian sehingga mampu menggali hal-hal yang bersifat ideal.
2. Metode Pendekatan
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Deskriptif, sebagai pendekatan utama yang didukung oleh pendekatan

7
Yabuarius Halawa, dkk. Hak Inisiatif Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam Proses Pembentukan Peraturan Daerah. Journal
of Constitutional and Administrative Law Vo. 01 No. 01

9
Korelasi. Pendekatan Deskriptif dilakukan untuk mengeksplorasi atau
memotret situasi sosial yang akan diteliti secara menyeluruh, luas dan
mendalam. Sedangkan pendekatan Komparatif dilakukan untuk
membandingkan dua perlakuan atau lebih dari suatu variable, atau
beberapa variable. Untuk melihat perbedaan dua atau lebih situasi,
peristiwa, kegiatan atau program.
3. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder.
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
lapangan, yaituu dari pihak yang berkompeten dalam meberikan
infromasi yang terkait dengan permasalahan dalam penelitian.
Sumber data primer pada penelitian ini didapat dengan menggunakan
kuesioner.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari penelitian
kepustakaan berupa peraturan perundang-undangan, buku-buku,
jurnal hukum dan hasil penelitian. Adapun data sekunder terdiri dari
bahan-bahan hukum yaitu :
1) Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan yang didapat dari
peraturan perundang-undangan. Bahan hukum primer yang
digunakan dalam penelitian ini adalah :
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.
b) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 Pasal
18 ayat 3 tentang Pemerintahan Daerah Provinsi, Daerah
Kabupaten dan Kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum.
c) Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 Pasal (96) tentang
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi
mempunyai fungsi pembentukan perda provinsi (fungsi
legislasi), fungsi anggaran dan fungsi pengawasan
(controlling).

10
d) Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Pembentukan Produk Hukum Daerah Pasal 28 tentang terkait
persiapan penyusunan perda di lingkungan DPRD, Ranperda
yang berasal dari DPRD dapat diajukan oleh anggota DPRD,
Komisi atau Badan legislasi daerah.
e) Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerahtelah memberikan ruang dan landasan hukum yang
kuat kepada anggota DPRD untuk menggunakan hak inisiatif
dalam mengajukan Undang-undang.
2) Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang memberikan
penjelasan lebih lanjut mengenai bahan hukum primer seperti
buku-buku hukum termasuk makalah hukum serta jurnal-jurnal
hukum. Bahan hukum sekunder merupakan publikasi tentang
hukum yang merupakan dokumen yang tidak resmi. Publikasi
tersebut terdiri dari :
a) Buku-buku teks/literatur.
b) Hasil karya ilmiah para sarjana.
c) Jurnal-jurnal hukum.
d) Hasil-hasil penelitian dan lain sebagainya.
Kegunaan bahan hukum sekunder adalah memberikan kepada
peneliti semacam petunjuk kearah mana peneliti akan melangkah.
3) Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier merupakan bahan-bahan yang
memberikan informasi tentang bahan hukum primer dan bahan
hukum sekunder, antara lain :
a) Ensiklopedia.
b) Kamus Besar Bahasa Indonesia.
c) Kamus Hukum.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
:
a. Untuk data primer dikumpulkan melalui penelitian lapangan dengan
teknik membagikan kuesioner. Kuesioner yang dibagikan adalah

11
berupa lembaran yang terdiri dari Sangat Setuju, Setuju, Kurang
Setuju, Tidak Setuju, Sangat Tidak Setuju. Dimana kuesioner
dibagikan kepada 30 orang yang menjadi sample.
1) Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Pariaman.
2) Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Pariaman.
3) Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Pariaman.
4) Kepala OPD Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota
Pariaman.
b. Untuk data sekunder dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan
atau disebut juga dengan studi dokumen yang dilakukan dengan cara
mencari dan mempelajari serta menginventarisir dokumen-dokumen
atau bahan-bahan hukum kemudian dianalisa dan dilakukan
pembahasan sehingga akan tersusun secara sistematis data yang
berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.
5. Analisis dan Penyajian Data
Berdasarkan data primer dan data seknder yang diperoleh dalam
penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif yaitu membandingkan antar variable.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik analisis data secara
kuantitatif yaitu menganalisa data yang menghasilkan data. Analisis data
kuantitatif sebagai perbandingan data antar variable berdasarkan hasil uji
kuesioner yang diperoleh sebelumnya.
6. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kota Pariaman untuk melihat pengaruh latar belakang pimpinan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah terhadap pembentukan ranperda inisiatif
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Pariaman.

H. Orisinalitas Penelitian
Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan belum ada penelitian dalam
bentuk tesis yang mengkaji “Pengaruh Latar Belakang Pimpinan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Terhadap Pembentukan Ranperda Inisiatif Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kota Pariaman”. Penelitian dalam bentuk tesis
yang ada adalah sebagai berikut :

12
1. Tesis dengan judul “Fungsi Legislasi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Dalam Penyusunan Peraturan Daerah Inisiatif di Kota Tidore Kepulauan”
ditulis oleh M. Sahrul Fikri Samson, dkk Fakultas Ilmu sosial dan politik
Universitas Sam Ratulangi tahun 2019. Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif yang bersifat deskriptif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa DPRD Kota Tidore
Kepulauan memegang kekuasaan untuk membentuk Peraturan Daerah
yakni Fungsi legislasi, dimana usulan rancangan Peraturan Daera tersebut
dapat berasal dari Kepala Daerah atau DPRD sendiri. Rancangan
Peraturan Daerah yang berasal dari DPRD disampaikan secara tertulis
oleh pimpinan DPRD kepada Pemerintah Daerah setelah sebelumnya
selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum rancangan tersebut dibahas
dalam rapat paripurna DPRD, disampaikan dulu kepada seluruh anggota
DPRD. Hasil akhir dari rancangan Peraturan Daerah ini adalah adanya
persetujuan bersama antara DPRD dan Kepala Daerah atas rancangan
yang dibuat.
2. Tesis dengan judul “Pelaksanaan Hak Inisiatif DPRD Provinsi Sulawesi
Utara Dalam Pembentukan Peraturan Daerah Tahun 2009-2015” ditulis
oleh Rafli Likuajang, dkk Mahasiswa Prodi Ilmu Pemerintahan Fispol.
Penelitian ini menggunakan format deskriptif kualitatif. Penelitian ini
tentang efektivitas pelaksanaan hak inisiatif DPRD Provinsi Sulawesi
Utara dalam pembentukan peraturan daerah tahun 2009-2015.
Hasil dari penelitian ini adalah Kurangnya pelaksanaan hak inisiatif
DPRD dalam pembentukan peraturan daerah di DPRD Provinsi Sulawesi
Utara diakui oleh Mantan Anggota DPRD Provinsi Sulut 2 Periode,
Bapak James Sumendap, SH. Menurutnya seharusnya DPRD pro aktif
menggunakan hak inisiatifnya untuk menyusun rancangan perda. Tahun
2009-2015, didapati bahwa perda yang bersumber dari prakarsa eksekutif
terdapat 37 perda, sedangkan perda yang bersumber dari inisiatif dewan
hanya terdapat 3 perda saja.

I. Sistematika Penulisan
Hasil penelitian ini akan disusun dalam bentuk tesis, yang terbagi atas
5 (lima) bab dengan sistematika sebagai berikut :

13
BAB I merupakan Pendahuluan, berisikan Latar Belakang,
Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Kerangka
Teori dan Konseptual, Metode Penelitian, Orientasi Penelitian dan
Sistematika Penulisan.
BAB II Merupakan Tinjauan Pustaka yang terdiri dari : Mengenai
DPRD, Tugas dan fungsi DPRD, Pengertian Ranperda, Tujuan Ranperda,
Pengertian Hak Inisiatif, Tujuan dan Fungsi Hak Inisiatf.
BAB III Merupakan Bab Hasil Penelitian pada profil DPRD Kota
Pariaman dan hasil pembagian kuesioner dan peninjauan lapangan data
tentang Pengaruh Latar Belakang Pimpinan DPRD Terhadap Pembentukan
Ranperda Inisiatif DPRD Kota Pariaman.
BAB IV Merupakan Bab Pembahasan dan Analisi yang tediri dari
Pengaruh Latar Belakang Pimpinan DPRD Terhadap Pembentukan Ranperda
Inisiatif DPRD Kota Pariaman.
BAB V Merupakan Bab Penutup yang berisi kesimpulan dan saran-
saran.

14

Anda mungkin juga menyukai