Anda di halaman 1dari 5

Ilmu Perundang-Undangan

Nama : Haning Kartikasari


NPM : 10110150303
DPNA : 42
Dosen : Dr. Hernadi Affandi, S.H., LL.M
Inna Junaenah, S.H., M.H

Wewenang WaliKota dalam Pembentukan Peraturan Daerah Kota

A. Latar Belakang

Dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah, Pemerintahan daerah diberikan


otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan
sebagai urusan Pemerintah Pusat .Dalam rangka melaksanakan otonomi luas di daerah, maka
pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk
melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.

Peraturan daerah adalah peraturan daerah provinsi dan/atau peraturan daerah


kabupaten/Kota. Pengaturan tentang Peraturan Daerah (Perda) tersebut tertera pada pasal 236
sampai pasal 245 UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, sedangkan
pengaturan Peraturan Kepala Daerah (Perkada) tertera pada pasal 246 sampai pada pasal 248 UU
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Perda merupakan hasil kerja bersama
antara Gubernur/Bupati/WaliKota dengan DPRD, karena itu tata cara membentuk Perda harus
ditinjau dari beberapa unsur pemerintahan tersebut, yaitu unsur DPRD adalah Peraturan Daerah
merupakan sutu bentuk produk legislatif tingkat daerah, karena itu tidak dapat terlepas dari
DPRD.

Keikutsertaan DPRD membentuk Perda bertalian dengan wewenang DPRD dibidang


legislatif atau yang secara tidak langsung dapat dipergunakan sebagai penunjang fungsi legislatif,
yaitu hak penyelidikan, hak inisiatif, hak amandemen, persetujuan atas Rancangan Peraturan
Daerah (RanPerda). Unsur Partisipasi adalah partisipasi dimaksudkan sebagai keikutsertaan pihak-
pihak luar DPRD dan Pemerintah Daerah dalam menyusun dan membentuk RanPerda atau Perda.1

Kepala daerah adalah pimpinan lembaga yang melaksanakan peraturan


perundangan.Dalam wujud konkritnya, lembaga pelaksana kebijakan daerah adalah organisasi

1
Rosjidi Ranggawidjaja, Pengantar Ilmu Perundang-undangan Indonesia, Penerbit Mandar Maju, Bandung, 1998,
hlm. 77
pemerintahan.Kepala daerah menyelenggarakan pemerintahan didaerahnya. Lembaga pelaksana
kebijakan daerah kabupaten adalah pemerintah Kota yang dipimpin oleh waliKota.Pemerintah
Kota bukan bawahan provinsi tapi sesama daerah otonom. Bedanya wilayahnya lebih kecil dari
provinsi, wilayahnya dibawah koordinasi suatu provinsi, sistem pemerintahannya hanya
berasaskan desentralisasi. Hubungannya adalah hubungan koordinatif, maksudnya pemerintah
Kota yang daerahnya termasuk ke dalam suatu provinsi tertentu merupakan daerah otonom
dibawah koordinasi pemerintah provinsi yang bersangkutan.2

Dalam pembentukan Peraturan Daerah Kota, tentu membutuhkan keikutsertaan dan


campur tangan dari WaliKota, sebagaimana diketahui, WaliKota adalah elemen yang penting
dalam jalannya proses pembentukan Perda Kota. Oleh karena itu, maka penulis akan menjabarkan
tentang “Wewenang WaliKota dalam Pembentukan Peraturan Daerah Kota” dalam makalah ini.

B. Identifikasi Masalah
Apa saja wewenang WaliKota dalam pembentukan Perda Kota?
C. Pembahasan

Berdasarkan Pasal 18 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu
dibagi atas kabupaten dan Kota. Pemerintah provinsi, kabupaten dan Kota memiliki kepala daerah
sebagai kepala pemerintahan. Kepala daerah provinsi disebut Gubernur, kepala daerah
kabupaten disebut Bupati dan kepala daerah Kota disebut WaliKota.

Kepala Daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah dibantu oleh satu orang wakil
dalam melaksanakan desentralisasi yang merupakan penyerahan kewenangan urusan
pemerintahan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.

Pada ketentuan Pasal 65 butir (2) UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
menyatakan mengenai wewenang dari kepala daerah sebagai berikut:3

a. Mengajukan rancangan Perda


b. Menetapkan Perda yang telah mendapat persetujuan bersama DPRD
c. Menetapkan Perkada dan keputusan kepala daerah

2
Hanif Nurcholis, Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah, Edisi Revisi, PT Grasindo, Jakarta, 2005,
hlm. 215.
3
Pasal 65 butir (2) UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
d. Mengambil tindakan tertentu dalam keadaan mendesak yang sangat dibutuhkan oleh
daerah dan/atau masyarakat
e. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

Peraturan daerah merupakan payung hukum tertinggi dalam mengatur urusan pemerintahan
bagi daerah. Peraturan daerah mengatur substansi bagi kepentingan daerah yang berisi norma-
norma perintah dan larangan. Norma perintah dimaksud adalah perbuatan-perbuatan yang
semestinya harus dilakukan oleh masyarakat, sedangkan norma larangan yaitu perbuatan-
perbuatan yang tidak boleh dilakukan oleh masyarakat. Norma perintah dan larangan merupakan
norma wajib bagi masyarakat daerah dalam rangka kepala daerah mengatur urusan bidang
pemerintahan untuk menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.

Melihat beberapa wewenang kepala daerah yang termasuk di dalamnya waliKota, maka
dapat dilihat bahwa waliKota memiliki wewenang dalam pembentukan Perda Kota. WaliKota
memiliki wewenang dari mulai tahap awal yakni pengajuan rancangan hingga tahap penetapan
Perda. Secara lebih rincinya, tahapan dalam pembuatan Perda dapat dilihat pada UU No. 12 Tahun
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

Proses penyusunan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota sesuai UU Nomor 12 Tahun 2011,


sebagai berikut:

a. Rancangan Perda kabupaten/Kota dapat diusulkan oleh DPRD Kabupaten/Kota atau


Bupati/WaliKota Gubernur.
b. Apabila rancangan diusulkan oleh DPRD Kabupaten/Kota maka proses penyusunan
adalah:
1) DPRD Kabupaten/Kota mengajukan rancangan Perda kepada Bupati/WaliKota
secara tertulis
2) DPRD Kabupaten/Kota bersama Bupati/WaliKota membahas rancangan Perda
Kabupaten/Kota.
3) Apabila rancangan Perda memperoleh persetujuan bersama, maka disahkan oleh
Bupati/WaliKota menjadi Perda Kabupaten/Kota.
c. Apabila rancangan diusulkan oleh Bupati/ WaliKota maka proses penyusunan adalah :
1) Bupati/WaliKota mengajukan rancangan Perda kepada DPRD Kabupaten/Kota
secara tertulis
2) DPRD Kabupaten/Kota bersama Bupati/ WaliKota membahas rancangan Perda
Kabupaten/Kota.
3) Apabila rancangan Perda memperoleh persetujuan bersama, maka disahkan oleh
Bupati/WaliKota menjadi Perda Kabupaten/ Kota.

WaliKota dalam pembentukan Perda Kota memiliki wewenang yang penuh dalam
pelaksanaannya. WaliKota diberi wewenang untuk dapat mengajukan rancangan Perda,
rancangan Perda tersebut diajukan kepada DPRD Kota dalam bentuk tertulis. Setelah mengajukan
rancangan tersebut kepada DPRD Kota, waliKota bersama DPRD Kota membahas rancangan Perda
tersebut secara bersama-sama. Setelah melaksanakan pembahasan dan diperoleh persetujuan
bersama, maka Perda tersebut dapat disahkan oleh WaliKota menjadi Perda Kota.

Selain itu, apabila rancangan Perda tersebut diajukan oleh DPRD Kota kepada WaliKota,
WaliKota memiliki wewenang untuk menerima rancangan Perda tersebut secara tertulis. Setelah
itu, waliKota bersama DPRD Kota melakukan pembahasan secara bersama-sama terhadap
rancangan Perda tersebut. Apabalia setelah dilakukannya pembahasan bersama membuahkan
hasil suatu kesepakatan atau persetujuan bersama oleh waliKota dan DPRD Kota, rancangan
Perda Kota tersebut dapat disahkan oleh WaliKota menjadi Perda Kota.

Dalam wewenang pembentukan Perda Kota, yang membedakan wewenang WaliKota


terhadap DPRD Kota adalah mengenai pengesahan atau penetapan rancangan Perda Kota
menjadi Perda Kota. Dalam hal ini waliKota memiliki wewenang yang sangat vital, yakni apabila
wewenang tersebut tidak dilaksanakan oleh WaliKota, rancangan Perda Kota tersebut tidak dapat
ditetapkan atau disahkan oleh WaliKota menjadi Perda Kota. Maka dari itu dalam melaksanakan
penyusunan Perda haruslah dibuat sesuai dengan peraturan perundang-undangan serta AAUPB.

Dalam penyusunan peraturan daerah tersebut dilarang bertentangan dengan kepentingan


umum dan/atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Bertentangan dengan
kepentingan umum dimaksudkan adalah yang berakibat terganggunya pelayanan umum dan
ketentraman/ketertiban umum serta kebijakan yang bersifat diskriminatif.Dengan demikian
peraturan daerah merupakan penjabaran dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi
dengan memperhatikan ciri khas daerah masing-masing.4

4
I Nengah Suriata, Fungsi Kepala Daerah Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Sesuai Dengan Prinsip-
Prinsip Demokrasi, Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Udayana Denpasar, 2011, hlm. 113-114
D. Kesimpulan

Wewenang WaliKota dalam pembentukan Perda Kota dapat dilihat dalam pasal 65 butir (2)
UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menyatakan kewenangan waliKota
sebagai berikut:

a. Mengajukan rancangan Perda


b. Menetapkan Perda yang telah mendapat persetujuan bersama DPRD
c. Menetapkan Perkada dan keputusan kepala daerah
d. Mengambil tindakan tertentu dalam keadaan mendesak yang sangat dibutuhkan oleh
daerah dan/atau masyarakat
e. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan

Wewenang dalam pembentukan Perda tersebut yakni mengajukan rancangan Perda,


membahas rancangan Perda bersama DPRD Kota, serta menetapkan rancangan Perda
tersebut menjadi Perda Kota.

E. Daftar Pustaka

1. UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pemerintahan Daerah


2. UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
3. Rosjidi Ranggawidjaja, Pengantar Ilmu Perundang-undangan Indonesia, Penerbit
Mandar Maju, Bandung, 1998.
4. Hanif Nurcholis, Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah, Edisi Revisi, PT
Grasindo, Jakarta, 2005.
5. I Nengah Suriata, Fungsi Kepala Daerah Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah Sesuai Dengan Prinsip-Prinsip Demokrasi, Tesis Program Pasca Sarjana
Universitas Udayana Denpasar, 2011
6. H.R. Sjahnan, Pelaksanaan Tata Pemerintahan dan Otonomi Menurut UUD 1945 di
Indonesia, Monora, Medan 1992
7. Maria Farida Indrati Soeprapto, Ilmu Perundang-undangan, Yogyakarta: Kanisius,
2007.

Anda mungkin juga menyukai