Pidana Korporasi
KEGIATAN BELAJAR 2
Pertanggungjawaban Pidana Korporasi:
Perkembangan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi
Teori Pertanggungjawaban Pidana Korporasi
KORPORASI
APAKAH SUBJEK HUKUM ?
Pelaku Pertanggungjawaban
1. Kejahatan korporasi, yaitu yang dilakukan oleh korporasi dalam usahanya mencapai tujuan
korporasi untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya dengan melanggar hukum;
2. Korporasi jahat, yaitu korporasi yang bertujuan semata-mata untuk melakukan kejahatan (dalam
hal ini korporasi hanya dipakai sebagai alat atau kedok untuk melakukan kejahatan);
3. Kejahatan terhadap korporasi, seperti pencurian atau penggelapan terhadap milik korporasi, disini
yang menjadi korban justru korporasi itu sendiri.
Jenis kejahatan tersebut biasanya dilakukan oleh orang-orang yang cukup
pandai (intellectual criminal), maka pengungkapan terhadap kejahatan-
kejahatan yang terkait tidak mudah. Apalagi bilamana dikaji karakteristiknya
sebagai berikut:
a. Kejahatan korporasi sulit dilihat (low visibility), karena biasanya tertutup
oleh pekerjaan rutin.
b. Kejahatan tersebut sangat komplek (complexity), karena berkaitan
dengan kebohongan, penipuan dan pencurian serta seringkali berkaitan
dengan sesuatu yang alamiah, teknologis, finansial, legal, terorganisasi,
melibatkan banyak orang serta berjalan bertahun-tahun.
c. Terjadinya penyebaran tanggung-jawab (diffusion of responsibility)
yang semakin bias akibat kompleksitas organisasi.
d. Penyebaran korban yang luas (diffusion of victimization) seperti polusi,
penipuan konsumen dan lain-lain.
e. Hambatan dalam pendeteksian dan penuntutan (difficult to detection
and to prosecute) sebagai akibat profesionalisme yang tidak seimbang
antara aparat penegak hukum dengan pelaku kejahatan.
f. Peraturan yang tidak jelas (ambigious laws) yang seringkali
menimbulkan keraguan dalam penegakan hukum.
g. Sanksi yang lemah (lenient sanction), karena sanksi yang dikenal
berorientasi pada pelaku manusia alamiah.
h. Ambiguitas dalam status pelaku kejahatan (ambigious criminal
status).
PERKEMBANGAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI
1. Tahap Pertama , Tahap ini ditandai dengan usaha-usaha agar sifat delik yang
dilakukan korporasi dibatasi pada perorangan (natuurlijk persoon). Apabila suatu
tindak pidana terjadi didalam lingkungan korporasi, maka tindak pidana tersebut
dianggap dilakukan oleh pengurus korporasi tersebut. Dalam tahap ini
membebankan “tugas mengurus” (zorgplicht) kepada pengurus
2. Tahap Kedua, ditandai dengan pengakuan yang timbul sesudah Peran Dunia I
dalam perumusan undang-undang, bahwa suatu perbuatan pidana dapat dilakukan
oleh korporasi. Namun tanggungjawab untuk itu menjadi beban dari pengurus
badan hukum tersebut. Perumusan yang khusus untuk ini yaitu apabila suatu tindak
pidana dilakukan oleh atau karena suatu badan hukum, tuntutan pidana dan pidana
harus dijatuhkan terhadap anggota pimpinan. Secara perlahan-lahan
tanggungjawab pidana beralih dari anggota pengurus kepada mereka yang
memerintahkan, atau kepada mereka yang secara nyata memimpin dan melakukan
perbuatan yang dilarang tersebut.
3. Tahap Ketiga, merupakan permulaan adanya tanggungjawab langsung dari
korporasi yang dimulai pada waktu dan sesudah Perang Dunia Kedua. Dalam tahap
ini dibuka kemungkinan untuk menuntut korporasi dan meminta
pertanggungjawabannya menurut hukum pidana.
TEORI PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI:
Teori Identifikasi
Tehadap korporasi, yang merupakan penamaan atas berbagai bentuk badan hukum, maka
dalam kaitannya dengan pengenaan pertangggungjawaban pidana, akan menimbulkan
permasalahan hukum bila bertemu dengan bagian dari hukum yang berlaku terhadap
orang alamiah, yang membutuhkan penilaian terhadap keadaan mental seseorang itu.
TEORI PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI:
Akhir tahun 2016, Mahkamah Agung telah menerbitkan Peraturan Mahkamah Agung nomor
13 Tahun 2016 tentang tata cara penanganan perkara tindak pidana oleh korporasi (“Perma
No. 13/2016”). (Baca juga: Simak! Begini Tahapan Penanganan Tindak Pidana Korporasi).
Salah satu pokok bahasan dalam Perma No. 13/2016 adalah subjek pertanggungjawaban
pidana dalam tindak pidana korporasi.