Anda di halaman 1dari 11

IMPLEMENTASI DIALEKTIKA HEGEL

DALAM PENELITIAN HUKUM

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metode Penelitian
Hukum

DOSEN :

Dr. MERRY E. KALALO, S.H., M.H.

Dr. CAECILIA J. J. WAHA, S.H., M.H.

Dr. MERCY M. M. SETLIGHT, S.H., M.H.

Oleh :
FAJAR TRI KUSUMA AJI

(20202108033)

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

PROGRAM PASCA SARJANA

MANADO

2020
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berkembangnya penggunaan metode yang digunakan dalam penelitian


mengakibatkan lahirnya cabang-cabang ilmu baru yang melepaskan diri dari
filsafat. Dimana dewasa ini, banyak metode penelitian seperti ilmiah,
penalaran, empiric, dan lain sebagainya. Sehingga definisi ilmu umumnya
didasarkan pada apa yang dikerjakan oleh ilmu itu dengan melihat metode
yang dikembangkan. Maka berkembanglah ilmu-ilmu alamiah (natural
science) dan ilmu-ilmu social (social science).1

Filsafat merupakan salah satu cabang ilmu dari ilmu-ilmu sosial.


Diantara banyak tokoh filsafat salah satunya yaitu Georg Wilhelm Freidrich
Hegel atau sering disingkat GWF Hegel. Salah satu filsuf terkenal yang
berasal dari Jerman dengan konsep dialektika atau sering disebut dengan
dialektika Hegel. Dialektika sendiri adalah hal berbahasa dan bernalar dengan
dialog sebagai cara untuk menyelidiki suatu masalah.2 Menurut Hegel dalam
teori ini yaitu terdapat dua hal yang dipertentangkan lalu didamaikan. Atau
biasa dikenal dengan tesis (pengiyaan), antithesis (pengingkaran) dan sintesis
(kesatuan kontradiksi). Dari konsep ini juga diartikan sebagai penalaran
dengan dialog sebagai suatu cara dalam suatu penyelidikan. Sehingga
dialektika sering diartikan sebagai suatu pergerakan dinamis menuju
perubahan. Konsep ini banyak diimplementasikan di bidang-bidang penelitian
baik di bidang sosial maupun ilmu alam.

Dalam konteks penelitian di bidang sosial ini termasuk di dalamnya


adalah penelitian hukum. Ilmu hukum merupakan ilmu yang bersifat
preskriptif dan terapan. Mengingat karakteristik keilmuan tersebut, ilmu

1 Semiawan CR, Th.I Setiawan, Yufiarti. Spirit Inovasi dalam Filsafat Ilmu. Pengantar: Fuad Hasan
(alm.). Editor Cony R Semiawan dan Winda Dewi Listyasari. Penerbit PT. Indeks, Jakarta, 2010,
hlm. 53.
2 Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, https://kbbi.web.id/dialektika Diakses pada tanggal 07

Desember 2020 pukul 21.32 wita.


2

hukum selalu berkaitan dengan apa yang seyogyanya atau apa yang
seharusnya.3

Sedangkan definisi dari Penelitian Hukum adalah kegiatan ilmiah yang


pada pelaksanaannya akan menggunakan pedoman tertentu maupun tahapan-
tahapannya, sebagai langkah yang sistematis dan terarah, agar obyek
penelitian tidak menyimpang serta tujuan penelitiannya tercapai dengan baik.4
Selain itu, Penelitian Hukum merupakan suatu proses untuk menemukan
aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna
menjawab isu hukum yang dihadapi.5 Hal ini sesuai dengan karakter
preskriptif ilmu hukum yang dilakukan untuk menghasilkan argumentasi, teori
atau konsep baru sebagai preskripsi dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapi. Sehingga jawaban yang diharapkan dalam penelitian hukum adalah
right, appropriate, in appropriate, atau wrong. Berlainan dengan penelitian
yang dilakukan di dalam keilmuan yang bersifat deskriptif yang menguji
kebenaran ada tidaknya sesuatu fakta disebabkan oleh suatu faktor tertentu,.
Dimna pada keilmuan yang bersifat deskriptif jawaban yang diharapkan
adalah true atau false. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil yang
diperoleh di dalam penelitian hukum sudah mengandung nilai.

Menanggapi adanya permasalahan tersebut, menarik untuk diteliti


lebih mendalam mengenai apakah pemikiran Hegel tersebut bisa diterapkan
dalam penelitian hukum. Kemudian apabila bisa, maka bagaimanakah
penerapan dialektika hegel dalam penelitian hukum?

Berdasarkan keadaan-keadaan serta masalah-masalah yang telah


dijelaskan di atas, maka Penulis berkeinginan untuk melakukan Kajian Hukum
berupa makalah yang berjudul :

“IMPLEMENTASI DIALEKTIKA HEGEL DALAM PENELITIAN


HUKUM.”

3 Suratman, Metode Penelitian Hukum, Alfabeta, Bandung, 2012, hlm. 26


4
P. Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta, 1991, hlm.9.
5 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2005 hlm.

34.
3

B. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini, rumusan masalah bertujuan untuk membatasi


uraian penelitian pada hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang diteliti
serta memfokuskan penulisan pada hal-hal tersebut. Sehingga dalam
menganalisis permasalahan atas dasar latar belakang di atas, maka penelitian
dilakukan dengan menggunakan pertanyaan “Bagaimanakah Penerapan dari
Dialektika Hegel Dalam Penelitian Hukum?”.
4

BAB II

PEMBAHASAN

Hegel dilahirkan di Stuttgart pada 27 Agustus 1770 dan meninggal 14


November 1831 pada umur 61 (enam puluh satu) tahun. 6 Tidak diketemukan
dalam buku-buku filsafat, tentang siapakah dan bagaimanakah aktifitas Hegel
sewaktu masih kanak-kanak dan remaja, melainkan hanya tahun sewaktu ia
menjadi mahasiswa theologia di Tubingen (1788).7 Karya-karya Hegel yang
amat penting adalah : Phenomenologi Des Geistes/Phenomenologi Roh
(1807), Wissenschaft der Logik/llmu Logika ( 1812-1816), Enzyklopedie der
Philosophischen ( 817), dan Grundlinien der Philosopie des Recht/Garis-garis
dasar Filsafata Hukum (1821). Setelah kematiannya th.1831, karya-karyanya
diterbitkan oleh mahasiswanya, dimana karya-karya tersebut antara lain :
filsafat kesenian, filsafat sejarah, filsafat agama dan sejarah filsafat. Karya-
karya tersebut diterbitkan berdasar catatan-catatan kuliah. Hegel dikenal
sebagai seorang dosen yang rajin , teliti dan jelas. la menarik bukan karena
keelokan bahasa atau karena suatu mistik tertentu, melainkan loginya dan
falsafatnya yang luas.8

Dalam berfilsafat, Hegel dikenal sebagai filsuf yang menggunakan


dialektika sebagai metodenya. penerapan metode dialektika dalam hal ini
misalnya dapat dilihat pada penjelasan Hegel terhadap konsepnya tentang
idea. Hakekat idea yang berfikir adalah kerja, atau gerak. Gerak ini bukanlah
gerak yang lurus, tetapi adalah gerakan yang berlangsung dalam gerak yang
senantiasa baru dan bertawanan. Dari gerak yang saling berlawanan itu
timbullah suatu gerak baru, yang didalamnya mengandung kedua gerak yang
mendahuluinya sebagai suatu sintesa yang tarafnya lebih tinggi.9 Dimana
banyak penelitian yang kemudian menyimpulkan teori dialektika menurut
Hegel adalah dua hal yang dipertentangkan lalu didamaikan, atau biasa
dikenal dengan tesis (pengiyaan), antitesis (pengingkaran) dan sintesis

6
Wikipedia, 2012, https://id.wikipedia.org/wiki/Georg_Wilhelm_Friedrich_Hegel, Diakses pada
tanggal 06 Desember 2020 pukul 21.32 wita.
7
Rafi’ah Gazali, George Wilhelm Fredrich Hegel : Metafisika, Epistemologi dan Etika, Jurnal
Diskursus Islam Volume 2 Nomor 1, April 2014. hlm. 85
8
A. Bakker, Metode Penelitian Filsafat. Kanisius, Yogyakarta, 1984, hlm. 99.
9
Rafi’ah Gazali, Op.Cit. hlm. 88
5

(kesatuan kontradiksi). Pengiyaan harus berupa konsep pengertian yang


empiris indrawi. Pengertian yang terkandung di dalamnya berasal dari kata-
kata sehari-hari, spontan, bukan reflektif, sehingga terkesan abstrak, umum,
statis, dan konseptual. Pengertian tersebut diterangkan secara radikal agar
dalam proses pemikirannya kehilangan ketegasan dan mencair. Pengingkaran
adalah konsep pengertian pertama (pengiyaan) dilawan artikan, sehingga
muncul konsep pengertian kedua yang kosong, formal, tak tentu, dan tak
terbatas. Menurut Hegel, dalam konsep kedua sesungguhnya tersimpan
pengertian dari konsep yang pertama. Konsep pemikiran kedua ini juga
diterangkan secara radikal agar kehilangan ketegasan dan mencair.
Kontradiksi merupakan motor dialektika (jalan menuju kebenaran) maka
kontradiksi harus mampu membuat konsep yang bertahan dan saling
mengevaluasi. Kesatuan kontradiksi menjadi alat untuk melengkapi dua
konsep pengertian yang saling berlawanan agar tercipta konsep baru yang
lebih ideal.10

Dialektika Hegel merupakan alternatif tradisional yang


mengasumsikan bahwa proposi haruslah terdiri dari subjek dan predikat.
Logika seperti ini bagi Hegel tidaklah memadai. Berikut contoh yang bisa
sedikit menerangkan tentang hal tersebut, dalam logika tradisional terdapat
proposi sebagai berikut Heru adalah seorang paman”, kata paman disini
merupakan predikat yang dinyatakan begitu saja benar (benar dengan
sendirinya), Heru tidak perlu mengetahui keberadaannya sebagai paman, maka
dalam hal ini logika tradisional mengandung cacat. Hegel menggantinya
dengan dialektika untuk menuju pada kebenaran mutlak, paman bagi Hegel
tidaklah benar dengan sendirinya, sebab eksistensinya sebagai paman juga
membutuhkan eksistensi orang lain sebagai keponakan. Dari perseteruan
antara paman sebagai tesis dan keponakan sebagai antitsis maka tidaklah
memungkinkan kebenaran parsial atau individual, kesimpulannya adalah
kebenaran terdiri dari paman dan keponakan. Jika dialektika ini diteruskan
akan mencapai kebenaran absolut yang mencakup keseluruhan. Dimana Tidak
ada kebenaran absolut tanpa melalui keseluruhan dialektika.

10
Wikipedia, 2012, https://id.wikipedia.org/wiki/Georg_Wilhelm_Friedrich_Hegel,
6

Sebagaimana telah disebutkan oleh Hegel, dialektika merupakan


proses perubahan yang pasti melibatkan tiga elemen yang terdiri dari: (1)
thesis, sebuah hal atau pemikiran yang eksis; (2) antithesis, lawan atau
kebalikannya; dan (3) synthesis, kesatuan yang dihasilkan dari interaksinya
dan yang kemudian menjadi thesis dari gerak dialektik lainnya. Dialektik atau
dialektika Hegel memiliki karakter membangun dan evolusioner, dan tujuan
akhirnya adalah penyempurnaan seutuhnya.11 Sehingga dapat dipahami bahwa
dialektik atau dialektika adalah penalaran dengan dialog sebagai cara untuk
menyelidiki suatu masalah (seni berpikir secara teratur, logis dan teliti) yang
diawali dengan tesis, antitesis, dan sintesis.

Dalam melaksanakan suatu penelitian, membuat karangan ilmiah, atau


suatu tulisan publikasi kita diharapkan untuk berpikir teratur atau sistematis
sehingga apa yang kita ungkapkan pada isi tulisan, atau penelitian mudah
dimengerti oleh pembaca. Sehingga dalam melaksanakan suatu penelitian
yang menghasilkan suatu temuan baru biasanya dibarengi adanya suatu proses
tesis, yang merupakan pernyatan atau teori yang didukung oleh argumentasi
atau alasan kenapa kita mengemukakan adanya temuan baru. Dengan
demikian pembaca akan paham dengan teori baru kita. Hal tersebut, tidak
jarang menimbulkan adanya pertentangan (antithesis) dengan teori
sebelumnya, atau diilhami oleh teori sebelumnya tetapi adanya temuan baru
yang berbeda dengan teori sebelumnya.

Akhirnya dalam suatu pengungkapan suatu temuan baru kita akan


mengungkapkan berdasarkan campuran (perpaduan) berbagai pengertian atau
hal sehingga merupakan kesatuan yang selaras, atau penentuan hukum yang
umum berdasarkan hukum-hukum yang khusus (sintesis), yaitu alasan
mengapa itu kita katakan suatu temuan baru dengan keselarasan dalam
penyampain baik secara sistematika, logika, metodologi, diskusi atau
pembahasan dan penentuan hukum yang umum berdasarkan hukum-hukum
yang khusus. Sehingga pembaca paham apa yang kita kemukakan memng
benar suatu temuan baru.

11
Anak Agung Ketut Darmadi, Dialektika Hegel (Tesis, Antitesis,Sintesis) Dan Implementasinya
Dalam Penelitian, Makalah Jurusan Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Penegtahuan Alam
Universitas Udayana Denpasar, 2015, hlm. 25.
7

Dalam Penelitian Hukum, dialektika hegel pun ternyata sangat relevan


untuk digunakan dalam memecahkan suatu permasalahan. Seperti dalam
lahirnya aliran-aliran atau mazhab-mazhab baru serta teori-teori hukum baru
yang secara sadar diakui sendiri oleh pelopor dari aliran atau mazhab tersebut
seperti Karl Marx dan Fredrich Engels, dalam Dialektika Materialisme,
August Comte yang melahirkan positivistime, serta Ludwig Feuerbach dengan
aliran humanisme-nya. Selain itu, dalam gagasan ilmu hukum baru yang
berkembang saat ini, merupakan hasil dari dialektika hegel.

Sebagai contoh adalah di Indonesia, dimana dalam hal ini pada


pergulatan pemikiran para pemikir hukum Indonesia pada awal kemerdekaan
tentang orientasi hukum Indonesia setelah kemerdekaan. Pandangan Mochtar
Kusumaatmadja menjadi penengah dari pandangan aliran-aliran yang saling
berkontradiksi. Dimana definisi hukum menurutnya sebagai keseluruhan asas
dan kaidah yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat, termasuk
lembaga dan proses dalam mewujudkan berlakunya kaidah itu dalam
kenyataan masyarakat. Kata asas dan kaidah menggambarkan hukum sebagai
gejala normatif, sedangkan kata lembaga dan proses menggambarkan hukum
sebagai gejala sosial. Editor buku menjelaskan kata “asas” dalam definisi
tersebut yaitu menggambarkan bahwa penulis (Mochtar Kusumaatmadja)
memperhatikan pandangan aliran hukum alam, karena asas ini ada kaitannya
dengan nilai moral tertinggi, yaitu keadilan. Sementara kata “kaidah”
memperhatikan pengaruh aliran positivisme hukum, karena kata kaidah
mempunyai sifat normatif, seperti yang dikemukakan oleh John Austin dan
Hans Kelsen dalam teori-teorinya.12

Hal tersebut juga berlaku pada gagasan tentang teori hukum progresif
yang disampaikan oleh Satjipto Rahardjo sebagimana teori-teori hukum baru
merupakan pengembangan teori-teori hukum yang sebelumnya telah
dilahirkan oleh para ahli-ahli hukum sebelumnya. Teori Hukum Progresif
tersebut menyingkap tabir dan menggeledah berbagai kegagalan hukum
modern yang didasari oleh filsafat positivistic, legalistic, dan linier tersebut
untuk menjawab berbagai persoalan hukum.13 Hukum progresif adalah hukum

12
Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-konsep Hukum dalam Pembangunan Nasional, Penerbit
Alumni, Bandung, 2002, hal vii
13
Satjipto Rahardjo, Hukum Progresif Sebuah Sintesa Hukum Indonesia, Genta Publishing,
Yogyakarta, 2009, h. 1.
8

yang melakukan pembebasan, baik dalam cara berpikir maupun bertindak


dalam hukum, sehingga mampu membiarkan hukum itu mengalir saja untuk
menuntaskan tugasnya mengabdi kepada manusia dan kemanusiaan. Jadi tidak
ada rekayasa atau keberpihakan dalam menegakkan hukum. Sebab
menurutnya, hukum bertujuan untuk menciptakan keadilan dan kesejahteraan
bagi semua rakyat.14
Perkembangan aliran ataupun teori hukum baru tersebut lahir dari
konsep pemikiran dialektika sebagaimana telah diuraikan oleh Hegel. Dimana
dalam dialektika tersebut, pemikiran gerak maju dan selalu berasal dari teori-
teori sebelumnya yang saling dipertentangkan satu sama lain dan kemudian
mencapai kebeneran mutlak. Sehingga metode dialektika Hegel dapat
digunakan sebagai piasu analisis dan dapat diterapkan sedemikian rupa dalam
Penelitian Hukum untuk menemukan suatu teori baru.

14
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum; Pencarian, Pembebasan dan Pencerahan (Surakarta:
Muhammadiyah Press University, 2004), h. 17.
9

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Bahwa Dialektika Hegel yang pada pokoknya berkaitan dengan Tesis,
Antitesis, dan Sintesis merupakan salah satu cara sebagai pisau analisis yang
dapat digunakan dalam menguji suatu kebenaran, termasuk dalam Penelitian
Hukum. Dimana dialektika Hegel sudah banyak digunakan dalam penelitian
hukum, sehingga melahirkan gagasan-gagasan baru dari berbagai ahli hukum
sehingga melahirkan aliran-aliran ataupun mazhab-mazhab baru, sebagaimana
yang telah dilakukan oleh Karl Marx, Herbert Spencer, ataupun ahli hukum di
Indonesia seperti Mochtar Kusumaatmadja, Satjipto Raharjo, dsb. Sehingga
dialektika tentang Thesis, Antitesi, dan Sintesis menjadi sebuah solusi yang
baru atas adanya permasalahan atau isu dalam setiap pandangan pandangan
yang berbenturan dan selalu bergerak dinamis untuk membentuk pandangan
atau pemikiran baru yang saling mengisi antara dua pandangan yang saling
berbenturan tersebut.
10

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Bakker, A. 1984. Metode Penelitian Filsafat. Yogyakarta: Kanisius,

Darmadi, Anak Agung Ketut. 2015. Dialektika Hegel (Tesis, Antitesis,Sintesis)


Dan Implementasinya Dalam Penelitian, Denpasar ; Makalah
Jurusan Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Penegtahuan
Alam Universitas Udayana Denpasar.

Marzuki, Peter Mahmud. 2005. Penelitian Hukum, Jakarta; Kencana Prenada


Media Group.
Kusumaatmadja, Mochtar. 2002. Konsep-konsep Hukum dalam Pembangunan
Nasional. Bandung; Penerbit Alumni.

Satjipto Rahardjo. 2004. Ilmu Hukum; Pencarian, Pembebasan dan Pencerahan


Surakarta: Muhammadiyah Press University.

______________. 2009. Hukum Progresif Sebuah Sintesa Hukum Indonesia


Yogyakarta: Genta Publishing.

Semiawan CR, Th.I Setiawan, Yufiarti. 2010. Spirit Inovasi dalam Filsafat Ilmu.
Jakarta; Penerbit PT. Indeks.
Subagyo, P. Joko. 1991. Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek. Jakarta;
Rineka Cipta.
Suratman. 2012. Metode Penelitian Hukum, Bandung; Alfabeta.
Jurnal
Gazali, Rafi’ah. 2014. George Wilhelm Fredrich Hegel : Metafisika, Epistemologi
dan Etika, Jurnal Diskursus Islam Volume 2 Nomor 1.

Website

Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, https://kbbi.web.id/dialektika. Diakses


pada tanggal 07 Desember 2020 pukul 21.32 wita.
Wikipedia, 2012, https://id.wikipedia.org/wiki/Georg_Wilhelm_Friedrich_Hegel.
Diakses pada tanggal 06 Desember 2020 pukul 21.32 wita.

Anda mungkin juga menyukai