Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH DPD (DEWAN PERWAKILAN DAERAH)

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA


Drs. H. Usamah Hanafie, Msi

Oleh :

NAMA : AGUS TRI HANDAYANI


NIM

: E1D314238

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2014

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karuniaNya


kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini sebagai
pemenuhan tugas untuk mata kuliah Pendidikan Pancasila, yang diampu oleh
Drs. H. Usamah Hanafie, Msi.
Tugas yang saya susun ini berjudul DPD (DEWAN PERWAKILAN
DAERAH), saya susun berdasarkan data-data dan beberapa sumber yang dapat
dipercaya. Namun saya menyadari bahwa hasil penyusunan tugas ini masih jauh
dari sempurna, maka kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun
sangat saya harapkan. Walaupun masih banyak kekurangan, semoga tugas
yang saya susun ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya. Amin.

Surakarta, 6 Desember 2014


Penulis

Agus Tri Handayani

ii
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ........................................................................................

Daftar Isi ...................................................................................................

ii

BAB I. PENDAHULUAN...........................................................................

A. Latar Belakang..........................................................................

B. Rumusan Masalah ....................................................................

BAB II. PEMBAHASAN ............................................................................

1. Sejarah Terbentuknya DPD ......................................................

2. Kinerja DPD ..............................................................................

3. Hak dan Kewajiban DPD...........................................................

4. Pasal yang Mengatur DPD........................................................

BAB III. PENUTUP ..................................................................................

Kesimpulan .....................................................................................

Saran ..............................................................................................

10

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................

11

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sejalan dengan tuntutan demokrasi guna memenuhi rasa keadilan
masyarakat di daerah, memperluas serta meningkatkan semangat dan kapasitas
partisipasi daerah dalam kehidupan nasional; serta untuk memperkuat Negara
Kesatuan Republik Indonesia, maka dalam rangka pembaharuan konstitusi, MPR
RI membentuk sebuah lembaga perwakilan baru, yakni Dewan Perwakilan
Daerah Republik Indonesia (DPD RI). Pembentukan DPD RI ini dilakukan melalui
perubahan ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 (UUD 1945) pada bulan November 2001.
Sejak perubahan itu, maka sistem perwakilan dan parlemen di Indonesia
berubah dari sistem unikameral menjadi sistem bikameral. Perubahan tersebut
tidak terjadi seketika, tetapi melalui tahap pembahasan yang cukup panjang baik
di masyarakat maupun di MPR RI, khususnya di Panitia Ad Hoc I. Proses
perubahan di MPR RI selain memperhatikan tuntutan politik dan pandanganpandangan yang berkembang bersama reformasi, juga melibatkan pembahasan
yang bersifat akademis, dengan mempelajari sistem pemerintahan yang berlaku
di negara-negara lain khususnya di negara yang menganut paham demokrasi.
Dalam proses pembahasan tersebut, berkembang kuat pandangan
tentang perlu adanya lembaga yang dapat mewakili kepentingan-kepentingan
daerah, serta untuk menjaga keseimbangan antar daerah dan antara pusat
dengan daerah, secara adil dan serasi. Gagasan dasar pembentukan DPD RI
adalah keinginan untuk lebih mengakomodasi aspirasi daerah dan sekaligus
memberi peran yang lebih besar kepada daerah dalam proses pengambilan
keputusan politik untuk hal-hal terutama yang berkaitan langsung dengan
kepentingan

daerah.

Keinginan

tersebut

berangkat

dari

indikasi

yang

nyata bahwa pengambilan keputusan yang bersifat sentralistik pada masa lalu
ternyata telah mengakibatkan ketimpangan dan rasa ketidakadilan, dan
diantaranya juga memberi indikasi ancaman keutuhan wilayah negara dan
persatuan nasional. Keberadaan unsur Utusan Daerah dalam keanggotaan MPR

2
RI selama ini (sebelum dilakukan perubahan terhadap Undang-Undang Dasar
1945) dianggap tidak memadai untuk menjawab tantangan-tantangan tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana sejarah terbentuknya DPD ?


2. Bagaimana kinerja DPD ?
3. Apa saja Hak dan kewajiban DPD ?
4. Apa saja pasal yang mengatur DPD ?

3
BAB II

PEMBAHASAN

1. SEJARAH TERBENTUKNYA DPD


Dewan Perwakilan Daerah (DPD) lahir pada tanggal 1 Oktober 2004,
ketika 128 anggota DPD yang terpilih untuk pertama kalinya dilantik dan diambil
sumpahnya. Pada awal pembentukannya, masih banyak tantangan yang
dihadapi oleh DPD. Tantangan tersebut mulai dari wewenangnya yang dianggap
jauh dari memadai untuk menjadi kamar kedua yang efektif dalam sebuah
parlemen bikameral, sampai dengan persoalan kelembagaannya yang juga jauh
dari memadai. Tantangan-tantangan tersebut timbul terutama karena tidak
banyak dukungan politik yang diberikan kepada lembaga baru ini.
Keberadaan lembaga seperti DPD, yang mewakili daerah di parlemen
nasional, sesungguhnya sudah terpikirkan dan dapat dilacak sejak sebelum
masa kemerdekaan. Gagsan tersebut dikemukakan oleh Moh. Yamin dalam
rapat perumusan UUD 1945 oleh Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Gagasan-gagasan akan pentingnya keberadaan perwakilan daerah di
parlemen, pada awalnya diakomodasi dalam konstitusi pertama Indonesia, UUD
1945, dengan konsep utusan daerah di dalam Majelis Permusyawaratan
Rakyat (MPR), yang bersanding dengan utusan golongan dan anggota Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR). Hal tersebut diatur dalam Pasal 2UUD 1945, yang
menyatakan bahwa MPR terdiri atas anggota DPR ditambah dengan utusanutusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan, menurut aturan yang
ditetapkan dengan undang-undang. Pengaturan yang longgar dalam UUD 1945
tersebut kemudian diatur lebih lanjut dalam berbagai peraturan perundangundangan.
Dalam periode konstitusi berikutnya, UUD Republik Indonesia Serikat
(RIS), gagasan tersebut diwujudkan dalam bentuk Senat Republik Indonesia
Serikat yang mewakili negara bagian dan bekerja bersisian dengan DPR-RIS.
2.

KINERJA DPD

a.

KEANGGOTAAN

4
Ketentuan mengenai keanggoataan DPD terkait dengan system pemilihjan
umum legislative. Dalam pasal 22C dan 22E perubahan ketiga UUD 1945 di
sebutkan bahwa anggota DPD dipilih melalui pemilihan umum yang mana
jumlahnya sama di semua provinsi di mana tidak boleh lebih dari sepertiga
jumlah anggota DPR. Hal ini di perjelas dalam pasal 33 ayat (1) UU No.22/2003
bahwa jumlah anggota DPD seebanyak empat orang di masing-masing provinsi
sehingga total secara keseluruhan anggota DPD sebanyak 128 orang.
Sama halnya dengan anggota DPR, keanggotaan DPD juga memiliki
masa kerja lima tahun dan berakhir pada saat anggota baru mengucapkan
sumpah/janji.
Sebagai anggota DPD ada beberapa hak yang dapat dipenuhi seperti hak
menyampaikan usul dan pendapat, memilih dan dipilih, membela diri,imunitas,
protokoler, keungan dan adsministratif.(Pasal 49 juncto Pasal 101 UU
No.22/2003 dan pasal 14 tatib DPD). Sementara kewajiban anggota DPD yang
paling penting adalah harus mampu menyerap, menghimpun, dan melanjuti
aspirasi masyarakat dan daerah. (Pasal 50 UU No.22/2003 dan Pasal 51 Tatib
DPD).
b. FUNGSI, TUGAS DAN WEWENANG
Sesuai dengan konstitusi, format representasi DPD-RI dibagi menjadi fungsi
legislasi,

pertimbangan

dan

pengawasan

pada

bidang-bidang

terkait

sebagaimana berikut ini;


a) Fungsi Legislasi
Tugas dan wewenang :
o Dapat mengajukan rancangan undang-undang (RUU) kepada DPR
o Ikut membahas RUU
Bidang Terkait: Otonomi daerah; Hubungan pusat dan daerah; Pembentukan,
pemekaran, dan penggabungan daerah; Pengelolaan sumberdaya alam dan
sumberdaya ekonomi lainnya; Perimbangan keuangan pusat dan daerah.
b) Fungsi Pertimbangan
o Memberikan pertimbangan kepada DPR
c) Fungsi Pengawasan

5
Tugas dan wewenang:
o Dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang dan
menyampaikan

hasil

pengawasannya

kepada

DPR

sebagai

bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti.


o Menerima hasil pemeriksaan keuangan negara yang dilakukan BPK
Bidang Terkait : Otonomi daerah; Hubungan pusat dan daerah: Pembentukan
dan pemekaran, serta penggabungan daerah, Pengelolaan sumberdaya alam
serta sumberdaya ekonomi lainnya; Perimbangan keuangan pusat dan
daerah, Pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN)
seperti Pajak, pendidikan, dan agama.
c.

HUBUNGAN DENGAN DAERAH


Dalam menjalankan tugasnya setiap anggota DPD memiliki kewajiban dalam

rangka menyerap berbagai aspirasi masyarakat. Selain bertugas di ibu kota


Negara, dalam tata tertib DPD pasal 39 ayat (5) huruf c, pasal 64 ayat (3) dan
(5), serta pasal 126-127 disebutkan berbagai aktifitas DPD.
Adalah sebuah keharusan bagi anggota DPD dalam berhubungan dengan
daerah, terutama dengan para konstituen. (Dewan Perwakilan Daerah: 2007, 60)
Persoalannya kemudian adalah bagaimana mekanisme dan prosedur yang
terbangun dalam organisasi DPD yang memungkinkan interaksi tersebut
berlangsung secara intensif dengan pora konstituennya. Maka dari itu, anggota
DPD dituntut untuk lebih aktif dalam menyerap, menampung dan menyalurkan
aspirasi konstituen dan masyarakat daerah yang bersangkutan. Tidak hanya itu
saja, membangun konsisten yang sadar dan aktif bahwa ada lembaga tersendiri
yang dapat menyalurkan aspirasi daerahnya secara langsung.
d.

DINAMIKA YANG TERJADI


Tidak lama setelah dilantik, DPD menghadapi salah satu persoalan hokum

yang mewnyangkut tugas dan wewenangnya dalam pemilihan anggota BPK. Hal
ini bisa terjadi manakala presiden megawati soekarnoputri menetapkan pimpinan
dan anggota BPK melalui keputusan Presiden No. 185 Tahun 2004 setelah
anggota DPD dilantik.
Artinya, kewenangan DPD untuk memberi pertimbangan terhadap anggota
DPD dilantik. Artinya kewenangan DPD untuk memberi pertimbangan terhadap
anggota BPK sudah mulai berlaku sebelum kepres itu diterbitkan.

6
Dalam hubungan kerja kelembagaan, terutama dalam fungsi legislasi,
ketidakjelasan serta keterbatasan DPDdalam membahas sebuah RUU menjadi
masalah tersendiri.
3.

HAK DAN KEWAJIBAN DPD


Sesuai dengan ketentuan Pasal 49 dan 50 Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD, dan DPRD
bahwa Anggota DPD mempunyai hak dan kewajiban sebagai berikut:
a. Hak
Menyampaikan usul dan pendapat
Memilih dan dipilih
Membela diri
Imunitas
Protokoler dan
Keuangan dan administratif.
b. Kewajiban
Mengamalkan Pancasila.
Melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 dan menaati segala peraturan perundang undangan.
Melaksanakan

kehidupan

demokrasi

dalam

penyelenggaraan

pemerintahan
Mempertahankan

dan

memelihara

kerukunan

nasional

dan

keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia


Memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat
Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi
masyarakat dan daerah
Mendahulukan kepentingan negara di atas

kepentingan pribadi,

kelompok, dan golongan


Memberikan pertanggung jawaban secara moral dan politis kepada
pemilih dan daerah

pemilihannya

Menaati kode etik dan Peraturan Tata Tertib DPD dan


Menjaga etika dan norma adat daerah yang diwakilinya.
Berkenaan dengan kewajiban tersebut, hal itu mempertegas fungsi politik
legislatif Anggota DPD RI yang meliputi representasi, legislasi dan pengawasan
yang dicirikan oleh sifat kekuatan mandatnya dari rakyat pemilih yaitu sifat

7
otoritatif atau mandat rakyat kepada Anggota; di samping itu ciri sifat ikatan
atau binding yaitu ciri melekatnya pemikiran dan langkah kerja Anggota DPD RI
yang semata-mata didasarkan pada kepentingan dan keberpihakan pada rakyat
daerah.
4.

PASAL YANG MENGATUR DPD


Pasal 22 C
1. Anggota dewan perwakilan daerah dipilih dari setiap provinsi melalui
pemilihan umum
2. Anggota DPD dari setiap provinsi jumlahnya sama dan jumlahnya seluruh
anggota DPD itu tidak lebih dari sepertiga jumlah anggota DPR
3. DPD bersidang sedikitnya sekali dalam setahun
4. Susunan dan kedudukan DPD diatur dengan UU
Pasal 22 D
1. DPD dapat mengajukan kepada DPR rancangan UU yang berkaitan
dengan otonomi daerah,hubungan pusat dan daerah,pembentukan dan
pemekaran sertya penggabungan daerah,pengelolaan SDA dan sumber daya
ekonomi lainnya,serta yang berkaitan dengan perimbangan pusat dan daerah
2. DPD ikut membahas rancangan UU yang berkaitan dengan otonomi
daerah hubungan pusat dan daerah, pembentukkan, pemekaran dan
penggabungan daerah, pengelolaan SDA dan sumber daya ekonomi lainya,
serta penngambangan keuangan pusat dan daerah, serta memberikan
pertimbangan kepada DPR atas rancangan UU anggaran pendapatan dan
belanja negara dan rancangan UU yang brkaitan dengan pajak, pendidikan
dan agama.
3. DPD dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan UU mengenai
otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah,
hubungan pusat dan daerah, pengelolaan SDA dan sumber daya ekonomi
lainya, pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara, pajak,
pendidikan dan agama serta menyampaikan hasil pengawasannya itu
kepada DPR sebagai bahan pertimbangan untuk ditindak lanjuti.
4. Anggota DPD dapat diberhentikan dari jabatannya, yang syarat-syarat dan
tata caranya diatur dalam UU.

8
Pasal 22 E
Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota DPD adalalah
perseorangan.
Pasal 23
rancangan UU anggaran pendapan dan belanja negara diajukan oleh
presiden

untuk

pertimbangan DPD.

dibahas

bersama

DPR

dengan

memperhatikan

9
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Sebagai usaha untuk melancarkan pelaksanaan tugas dan wewenang
yang dimilikinya, DPD dilengkapi dengan delapan unit kerja yang disebut sebagai
alat kelengkapan. Alat kelengkapan tersebut diatur dalam Undang-undang No.
27 tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (UU
No. 27/2009), serta diatur lebih lanjut dalam Peraturan DPD RI No. 01/DPDRI/I/2009-2010 tentang Tata Tertib (Tatib) DPD.
DPD memiliki hak dan kewajiban diantaranya:
HAK
a. Menyampaikan usul dan pendapat
b. Memilih dan dipilih
c. Membela diri
d. Imunitas
e. Protokoler dan
f. Protokoler dan
Kewajiban :
a. Mengamalkan Pancasila
b. Melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945
dan menaati segala peraturan perundang-undangan
c. Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan
d. Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan negara
kesatuan Republik Indonesia
e. Memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat
f. Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat
dan daerah
g. Mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan
golongan
h. Memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada pemilih dan
daerah pemilihannya.

10
i. Menaati kode etik dan Peraturan Tata Tertib DPD dan
j. Menjaga etika dan norma adat daerah yang diwakilinya.
SARAN
Melalui DPD ini diharapkan hubungan dengan otonomi daerah dan pusat
dandaerah,pembentukan,dan

pemekaran

serta

penggabungan

daerah

,pengelolaan sumber daya alam,dan sumber daya ekonomi lainnya,serta yang


berkaitan dengan perimbangan keungan pusat dan daerah bisa berjalan dengan
baik.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim1. 2014. Makalah DPD. http://didikgokill.blogspot.com/2014/03/makalahdpd_30.html : Diakses pada tanggal 6 Desember 2014.
Anonim2.

2013.

Makalah

Tentang

DPD

RI

Republik

Indonesia

).

http://zikririirawan188.blogspot.com/2013/10/makalah-tentang-dpd-ri.html
: Diakses pada tanggal 6 Desember 2014.

Anda mungkin juga menyukai