Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

BAGAIMANA KEDUDUKAN DAN PERAN DPD


DALAM SISTEM DEMOKRASI INDONESIA

Nama Kelompok
• Nola Angrayni_B021221068
• Galuh Ratna Kartika_B021221089
• Nurbi Voth_B021221061
• Nurul Qalbi M_ B021221082
• Inayah Maysha Syelmirah_B021221047
• Syahdini_B021221075
• Ridwan_B021221054

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA


UNIVERSITAS HASANUDDIN
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan petunjuknya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul " Bagaimana Kedudukan dan Peran DPD,
dalam Sistem Demokrasi Indonesia " yang mana makalah ini disusun bertujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.

Makalah ini terdiri atas tiga bab, yaitu BAB 1 Pendahuluan, BAB 2 Pembahasan, dan BAB 3
Penutup. Kami menyampaikan banyak ungkapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
memberikan dukungan moral dan materil selama penyusunan makalah ini. Semoga segala
bantuan, bimbingan, kritik dan saran yang telah diberikan dapat menjadi amal ibadah
diakhirat nanti.

Kami telah berbuat semaksimal mungkin demi kesempurnaan makalah ini, namun kami
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penyajian makalah ini,
oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca
demi kesempurnaan makalah ini. Demikian makalah ini apabila ada kata yang kurang
berkenan dan terdapat banyak kekurangan, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Sekian dan terima kasih.

Makassar, 7 November 2022

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI ...........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................iv

A. Latar Belakang Masalah................................................................................................iv


B. Rumusan Masalah.........................................................................................................iv

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................v

A. Bagaimana kedudukan dan fungsi DPD dalam Sistem Ketatanegaraan Republik


Indonesia?....................................................................................................................vii
B. Bagaimana tugas dan wewenang DPD?......................................................................vii

BAB III PENUTUP....................................................................................................................x

A. Kesimpulan.....................................................................................................................x
B. Saran...............................................................................................................................x

DAFTAR PUSTAKA. .............................................................................................................xi

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Mengingat luas wilayah serta penduduk yang sangat banyak maka demokrasi yang
diterapkan adalah demokrasi perwakilan Demokrasi menjadi model utama negara modern
dalam menjalankan pemerintahannya yang didasarkan pada prinsip persamaan, yaitu
bahwa setiap warga negara memiliki hak dan kedudukan yang sama dalam pemerintahan.

Dengan demikian MPR benar - benar merupakan lembaga penjelmaan seluruh rakyat
Indonesia yang mencerminkan aspirasi seluruh lapisan masyarakat sebagai perwujudan
keterwakilan seluruh rakyat Indonesia, serta pemegang kekuasaan tertinggi dalam negara
dan pelaksana dari kedaulatan rakyat.2 Ide pembentukan DPD pada dasarnya adalah
keinginan untuk lebih mengakomodasi aspirasi daerah serta memberi peran yang lebih
besar kepada daerah dalam setiap pengambilan keputusan politik.

Dewan Perwakilan Rakyat (DPD) merupakan lembaga negara baru yang dibentuk
untuk setelah dilakukannya amandemen ke 3 (tiga) UUD 1945, yang keanggotaannya
merupakan perwakilan dari setiap daerah Provinsi yang dipilih langsung melalui pemilihan
umum.yang sekaligus bersama anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menjadi anggota
Majelis Perwakilan Rakyat (MPR).

Disamping itu kewenangannya juga terbatas yakni hanya mengajukan usul, saran
pendapat, membahas memberikan rekomendasi atas Rancangan UndangUndang serta
melakukan pengawasan terhadap Undang-Undang tertentu terutama yang berkaitan dengan
otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta
penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya,
serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah, pelaksanaan APBN,
pajak, pendidikan, dan agama.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kedudukan dan fungsi DPD dalam Sistem Ketatanegaraan Republik
Indonesia?
2. Bagaimana tugas dan wewenang DPD?

iv
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian DPD

Dewan Perwakilan Rakyat atau yang disingkat dengan DPD ialah lembaga tinggi negara
dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang anggotanya merupakan perwakilan dari setiap
provinsi. Mereka dipilih melalui pemilihan umum serta merupakan majelis tinggi dalam
lembaga legislatif. Adapun, anggota DPD biasa disebut senator.

Dasar hukum DPD diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 termasuk dalam dua pasal.
Pertama pada Pasal 22 C ayat 1, 2, 3, 4 dan Pasal 22 D ayat 1, 2, 3, 4. Berikut bunyi ayat dan
penjelasan dari pasal-pasal tersebut.

a. Pasal 22 C ayat 1. Pada pasal ini menyebutkan bahwa anggota DPD dipilih dari setiap
provinsi melalui pemilihan umum. Itulah alasan pada 2019, kita memilih anggota DPD
bersama dengan pasangan Presiden.
b. Pasal 22 C ayat 2. Pasal itu menyebutkan bahwa anggota DPR dari setiap provinsi
jumlahnya sama. Jumlah seluruh anggota DPD itu tidak lebih dari satu pertiga jumlah
anggota DPR.
c. Pasal 22 C ayat 3. Berkaitan dengan masa sidang, DPD bersidang minimal sekali dalam
setahun. Pasal ini hanya memberi batasan minimal, artinya DPD bisa beberapa kali
bersidang dalam setahun.
d. Pasal 22 C ayat 4. Susunan dan kedudukan DPD diatur dengan UU.
e. Pasal 22 D ayat 1. DPD dapat mengajukan kepada DPR rancangan UU yang berkaitan
dengan otonomi daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah,
hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi
lain, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.
f. Pasal 22 D ayat 2. DPD ikut membahas rancangan UU yang berkaitan dengan otonomi
daerah; pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah; hubungan pusat dan
daerah; pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lain, serta
perimbangan keuangan pusat dan daerah; serta memberikan pertimbangan kepada DPR
atas RUU anggaran pendapatan dan belanja negara dan rancangan undang-undang yang
berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama.
g. Pasal 22 D ayat 3. DPD dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang
mengenai: otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah,

v
pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara, hubungan pusat dan daerah,
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pajak, pendidikan,
dan agama serta menyampaikan hasil pengawasannya itu kepada DPR sebagai bahan
pertimbangan untuk ditindaklanjuti.
h. Pasal 22 D ayat 4. Anggota DPD dapat diberhentikan dari jabatannya, yang syarat-
syarat dan tata caranya diatur dalam UU.Dari pasal-pasal tersebut jelas terlihat soal
legitimasi keberadaan, cara kerja, tugas, dan wewenang DPD.

Amandemen Undang-Undang Dasar 1945 telah menentukan bahwa dalam sistem


ketatanegaraan Indonesia diatur kedudukan antara Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan
Perwakilan Daerah adalah sama, namun masing-masing mempunyai kewenangan sendiri.
Dewan Perwakilan Rakyat mewakili pusat, sedangkan Dewan Perwakilan Daerah mewakili
daerah pemilihannya, namun bersama dengan Dewan Perwakilan Rakyat membahas rancangan
Undang-Undang Otonomi Daerah, perimbangan keuangan pusat-daerah dan lain-lain.
Kedudukan DPD RI ini pada sesungguhnya memang memiliki kedudukan yang setara dengan
DPR RI, hal ini sesuai dengan yang dinyatakan dalam Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 22 Undang-
Undang Dasar 1945. Namun disisi lain dalam Pasal 22 UUD 1945 ini sendiri, khususnya pada
pasal 22 D dan juga dalam Undang- Undang Susunan dan Kedudukan (UU Susduk) ini justru
malah terjadi pembatasan pengaturan kewenangan dari DPD itu sendiri, dan akibatnya dalam
kenyataan serta prakteknya saat ini DPD tidak dapat melaksanakan tugas dan fungsi
kelembagaannya secara maksimal karena faktor utama dari sistem peraturan yang mengatur
kelembagaan DPD ini yang tercantum pada kedua Undang- Undang tersebut.

Dengan melihat adanya keterbatasan hak dan kewenangan yang dialami oleh DPD RI serta
tidak optimalnya lembaga ini dalam menjalankan tugas dan fungsinya secara maksimal seperti
telah disebutkan tadi, maka dapat disimpulkan atau bahkan terlalu terburu-buru untuk
menyatakan bahwa Indonesia semata-mata sudah menganut sistem parlemen bikameral murni
dan tidak keliru pula jikalau hal ini dapat dikatakan seolah-olah seperti menganut sistem
parlemen bikameral sejati atau hal ini lazim disebut juga dengan quasi bikameral dalam sistem
ketatanegaraan Indonesia, apabila menelaah kasus yang dialami oleh DPD RI ini. Oleh karena
itu dengan adanya rencana amandemen kelima dari UUD 1945 ini diharapkan dapat
menyelesaikan permasalahan yang saat ini terjadi pada lembaga DPD RI tersebut, terutama
mengenai terbatasnya hak dan kewenangan dari DPD RI itu sendiri, dan juga di masa
mendatang DPD dapat menjalankan tugas serta fungsi kelembagaannya secara optimal yang
sesuai dengan kapabilitasnya sebagai lembaga tinggi negara. Cara penulis meneliti
vi
permasalahan adalah dengan cara melakukan penelitian hukum normatif dan empiris. Penulis
menggunakan data primer dan data sekunder untuk melengkapi tulisan penulis. Kemudian dari
data yang ada penulis pada akhirnya melakukan analisa data secara kualitatif.

B. Kedudukan dan Fungsi DPD dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia

DPD berkedudukan di Ibukota negara. DPD dalam sistem ketatanegaraan Republik


Indonesia merupakan lembaga negara yang kedudukannya sejajar dengan lembaga negara
lainya seperti MPR, Presiden, DPR, MA, MK, dan BPK, yang dalam sistem ketatanegaraan
kita dikategorikan masuk dalam jajaran lembaga tinggi negara.

DPD, sebagaimana diatur dalam Pasal 223 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009,
mempunyai fungsi untuk mengajukan usul kepada DPR mengenai rancangan undangundang
yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan
pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah, dan
ikut dalam pembahasan serta memberikan pertimbangan yang berkaitan dengan bidang
legislasi tertentu. yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,
pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan
sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah. Memberikan
pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-undang tetang APBN dan rancangan
undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan dan agama.

DPD juga melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi


daerah, pembentukan dan pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN, pajak,
pendidikan, dan agama.

C. Tugas dan wewenang DPD

Dalam Pasal 224 UUMD3 disebutkan mengenai tugas dan wewenang DPD adalah :

1. Dapat mengajukan kepada DPR rancangan undang-undang yang berkaitan dengan


otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta
penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi
lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah;

vii
2. Ikut membahas bersama DPR dan Presiden rancangan undang-undang yang berkaitan
dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta
penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi
lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.
3. Ikut membahas bersama DPR dan Presiden rancangan undang-undang yang diajukan
oleh Presiden atau DPR, yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan
daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber
daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan
keuangan pusat dan daerah.
4. Memberikan pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-undang tentang
APBN dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak,
pendidikan, dan agama.
5. Dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai
otonomi daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah,
hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam, dan sumber daya
ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan agama.
6. Menyampaikan hasil pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai
otonomi daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah,
hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya, pelaksanaan undang-undang APBN, pajak, pendidikan, dan
agama kepada DPR sebagai bahan pertimbangan untuk ditindak lanjuti.
7. Menerima hasil pemeriksaan atas keuangan negara dari BPK sebagai bahan
membuat pertimbangan kepada DPR tentang rancangan undang-undang yang
berkaitan dengan APBN.
8. Memberikan pertimbangan kepada DPR dalam pemilihan anggota BPK; dan
9. Ikut serta dalam penyusunan program legislasi nasional yang berkaitan dengan
otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta
penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan
daerah.
Terbentuknya DPD dalam struktur ketatanegaraan negara Indonesia adalah untuk
mengantikan utusan daerah dan golongan dalam keanggotaan MPR yang dimaksudkan
untuk dapat mengadopsi dan menyerap aspirasi serta keterwakilan daerah dalam menentukan
arah pemerintahan dan pembangunan dalam rangka mewujudkan tujuan negara sebagaimana
viii
termaktub dalam alinea 4 Pembukaan UUDNRI 1945. Walaupun kewenangannya terbatas
sebagaimana tersebut diatas namun DPD mempunyai peranan yang strategis. Oleh karena itu
kedudukan DPD perlu diperkuat dengan memiliki posisi yang kuat seperti DPR.
Kewenangannya tidak hanya sekedar memberikan rekomendasi atau usulan serta membahas
RUU saja , tetapi diberikan hak dalam pengambilan keputusan atas RUU untuk ditetapkan
sebagai UU apakah disetujui atau tidak. Sehingga kedudukanya DPD dapat disejajarkan
dengan DPR dalam fungsi legislasi.
Disamping itu dengan melihat keanggotaan DPD yang dipilih melalui pemilu secara
perorangan, apakah dapat kita katakan anggota DPD itu mewakili daerah. Hal ini memerlukan
kajian yang mendalam bagaimana tentang keterwakilan golongan apakah sudah terwakili,
padahal kehadiran DPD tersebut adalah untuk mewakili kepentingan daerah yang tidak
terakomodsi oleh wakil rakyat dalam kapasitas sebagai anggota DPR. Dengan keterwakilan
sebagaimana dimaksud adalah Unsur anggota dari DPR merupakan cerminan aspirasi rakyat
dengan menekankan pada prinsip demokrasi yang berkaitan dengan perwakilan politik yang
bertujuan untuk menyalurkan aspirasi seluruh rakyat Indonesia. Sedangkan bertujuan untuk
mengakomodasi kepentingan daerah, yang nantinya kedua anggota lembaga bergabung
menjadi sebuah lembaga yang namanya MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat). Dengan
demikian MPR benar - benar merupakan lembaga penjelmaan seluruh rakyat Indonesia yang
mencerminkan aspirasi seluruh lapisan masyarakat sebagai perwujudan keterwakilan seluruh
rakyat Indonesia, serta pemegang kekuasaan tertinggi dalam negara dan pelaksana dari
kedaulatan rakyat. Apakah nantinya keanggotaan DPD dalam pemilihan umum masih seperti
dului bersifat persorangan atau akan diubah modelnya agar pungsi keterwakilan daerah
terakomodasi, namun itu semua merupakan keputusan politik sebagai suatu kesepakanan
politik. Sebagaimana disampaikan oleh Moh. Mahfud MD, dalam acara FGD “Penataan
kewenangan MPR dan penegasan sistem Presidensiil” di Sanur Bali 1 Desember 2016, pada
dasarnya hukum yang berlaku merupakan suatu “kesepakatan politik” Jadi diberlakukan atau
tidak GBHN tergantung dari kesepakatan politik. Menurut beliau (Moh. Mahfud MD ) hukum
itu merupakan produk politik yang memandang hukum sebagai formulasi atau kristalisasi dari
kehendak-kehendak politik yang saling berinteraksi dan saling bersaingan.

ix
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa:

1. Kewenagan DPD hanya terbatas dalam mengajukan usul, membahas, memberikan


pertimbangan, mengawasi ataupun rekomendasi atas Rancangan Undang-Undang,
tetapi diberikan kewenangan dalam pengambilan keputusan untuk menetapkan suatu
RUU menjadi UU tertentu.
2. Berkaitan dengan keanggotan DPD yang sifatnya perorangan perlu ditinjau lagi
sehingga anggota DPD betul betul merupakan wakil daerah yang mewakili daerah.

SARAN

Berdasdasarkan simpulan tersebut diatas maka disarankan agar:

1. DPD diberikan kewenangan yang lebih luas dari sekedar mengajukan usul, membahas,
memberikan pertimbangan, mengawasi ataupun rekomendasi, tetapi diberikan
kewenagan untuk ikut serta dalam menentukan/mengabil keputusan dalam menetapkan
suatu RUU menjadi UU.
2. Perlu diubah mengenai pemilihan anggota DPD yang sifatnya perorangan dalam pemilu
agar betul-betul menjadi wakil daerah serta keterwakilan daerah terwakili mengingat
akhir akhir ini beberapa anggota DPD juga menjadi pengurus bahkan pimpinan Partai
politik.

x
DAFTAR PUSTAKA

Janedjri M Gaffar, 2013, Demokrasi Dan Pemilu Di Indonesia, konstitusi Press, Jakarta.

Mashuri Maschab, 1988, Sistem Pemerintahan Indonesia Menurut UUD 1945, Bina

Aksara, Jakarta.

Moh. Mahfud MD, 2006, Politik Hukum Di Indonesia, Cet ke 3, PT Pustaka LP3ES,

Jakarta.

Undang-Undang Dasar 1945

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2009 Tentang Majelis


Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

xi

Anda mungkin juga menyukai